BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatan jumlah penduduk merupakan masalah besar bagi Negara di dunia khususnya Negara berkembang. Indonesia merupakan Negara dengan jumlah penduduk terbesar keempat di dunia setelah Cina, India dan Amerika Serikat. Berdasarkan data sensus 2014, Jumlah Penduduk Indonesia tahun 2014 sebesar 248 juta jiwa (Data Badan Pusat Statistik,2014). Tujuan BKKBN dalam rangka mewujudkan penduduk tumbuh seimbang, berkualitas dan berdaya saing serta dalam upaya penguatan pelaksanaan urusan amanat Undang - Undang Nomor 23 Tahun 2014, BKKBN akan berupaya dalam tujuan paling utama untuk menguatkan akses pelayanan KB dan KR yang merata dan berkualitas, terutama dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) Kesehatan. Penguatan dan pemaduan kebijakan pelayanan KB dan KR yang merata dan berkualitas dengan menetapkan standar kualitas fasilitas kesehatan KB (pelayanan KB, mekanisme pembiayaan, pengembangan SDM, menjamin ketersediaan sarana prasarana pelayanan kontrasepsi dan persebaran klinik pelayanan KB di setiap wilayah, serta manajemen ketersediaan dan 1
2 distribusi logistik alat kontrasepsi) pengembangan operasional pelayanan KB dan Kesehatan Reproduksi yang terintegrasi dengan SJSN Kesehatan; peningkatan kualitas alat dan obat kontrasepsi produksi dalam negeri untuk meningkatkan kemandirian ber-kb serta penyediaan dan distribusi sarana dan prasarana serta alat dan obat kontrasepsi yang memadai di setiap fasilitas kesehatan yang melayani KB (BKKBN,2014). Persentase peserta KB baru menurut metode kontrasepsi di Indonesia, usia subur seorang wanita biasanya antara 15-49 tahun, oleh karena itu untuk mengatur jumlah kelahiran atau menjarangkan kelahiran, wanita/pasangan ini lebih diprioritaskan untuk menggunakan alat/metode KB. Cakupan peserta KB Baru dan KB Aktif pada profil kesehatan Indonesia 2013, jumlah PUS di seluruh Indonesia mencapai 44.738.378 orang dengan jumlah peserta KB Baru 8.647.024 orang (19,33%), dan jumlah peserta KB Aktif 33.713.115 orang (75,36%). Persentase peserta KB Aktif menurut metode kontrasepsi di Indonesia IUD 11,03%, MOW 3,53%, MOP 0,68%, Implant 8,26%, Kondom 2,50%, Suntik 47,19%, Pil 26,81% (Depkes RI, 2013). Indonesia pada tahun 2003-2012 menunjukkan sebesar 8,6% dari perempuan status kawin adalah unmet need KB. Sedangkan pada tahun 2007 terjadi peningkatan sebesar 9,1% dan pada tahun 2012 menunjukkan angka kejadian unmet need KB sebesar 8,5%, hal tersebut menunjukkan bahwa hasil pembangunan yang telah dicapai masih relatif jauh dari target yang ditetapkan (BKKBN, 2012).
3 Berdasarkan hasil survey Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) pada tahun 2013 di Provinsi Riau, jumlah Pasangan Usia Subur sebanyak 881,168 (65,95%) peserta, pasangan yang menjadi peserta KB aktif pada tahun 2013 sebanyak 67,83% peserta, Sementara pasangan usia subur yang unmet need sebanyak18,75% peserta, dengan target pencapaian KB di Provinsi Riau yaitu 76,58% peserta, ternyata target pencapaian KB di Provinsi Riau masih belum tercapai, dengan jumlah penduduk meningkat menjadi 5,54 juta jiwa pada tahun 2010. Kenaikan secara signifikan ini tercermin dalam persentase laju pertumbuhan penduduk Provinsi Riau sebesar 3,59% jauh melampaui nasional sebesar 1,49% (BKKBN, 2013). Unmet need adalah Pasangan Usia Subur (PUS) yang tidak menginginkan anak, menginginkan anak dengan jarak 2 tahun atau lebih tetapi tidak menggunakan alat kontrasepsi. Kelompok unmet need merupakan sasaran yang perlu menjadi perhatian dalam pelayanan program KB (RAN Pelayanan KB 2014-2015). Masalah unmet need KB mengindikasikan adanya kesenjangan antara tujuan reproduksi perempuan dengan perilaku kontrasepsi mereka. Hal ini berarti perempuan memiliki keinginan untuk menghindari kehamilan tetapi tidak melakukan tindakan pencegahan kehamilan. Perbedaan perilaku KB telah dihubungkan dengan berbagai faktor seperti karakteristik demografi dan sosial ekonomi.
4 Akses pelayanan KB merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi seseorang untuk mengatur fertilitasnya. Akses pelayanan terdiri dari 5 elemen yaitu akses fisik dan geografis, akses ekonomi, akses psikososial, akses kognitif dan akses administratif. Salah satu alasan keengganan menggunakan kontrasepsi adalah karena kurangnya akses untuk mendapatkan pelayanan kontrasepsi. Hal ini dapat menyebabkan masyarakat enggan untuk menggunakan kontrasepsi, sehingga akan meningkatkan unmet need KB (khatulistiwa,2014). Dampak dari unmet need adalah terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan (unwanted pregnancy) dan kehamilan tidak tepat waktu (mistimed pregnancy) dapat memicu terjadinya pengguguran kehamilan atau aborsi, karena sebagian besar perempuan yang mengalami kehamilan yang tidak diinginkan mengambil keputusan atau jalan keluar dengan melakukan aborsi, terlebih lagi aborsi yang tidak aman (unsafe abortion). Dampak fisik dari kehamilan yang tidak diinginkan adalah pendarahan, komplikasi, kehamilan bermasalah, dll. Adapun dampak psikologisnya adalah tidak percaya diri, malu dan stress (Setia Pranata, 2012). Penelitian yang dilakukan oleh Isa (2008), faktor yang berpengaruh terhadap unmet need di Indonesia disebabkan oleh faktor demografi dan sosial ekonomi. Beberapa penelitian telah mengungkap faktor penyebab unmet need diantaranya kurangnya pengetahuan tentang KB, kurangnya dukungan suami terhadap KB, status ekonomi dan pendidikan.
5 Unmet need banyak terjadi berkaitan dengan ketakutan terhadap efek samping dan ketidak nyamanan pemakaian kontrasepsi. Data ini menunjukkan bahwa untuk menurunkan unmet need dibutuhkan penguatan pelayanan konseling, baik jangkauan maupun kualitasnya. Angka unmet need tertinggi berada pada kelompok masyarakat wilayah miskin dibandingkan dengan wilayah yang lebih baik. Mereka berada di wilayah perdesaan, wilayah tertinggal dan bahkan terisolasi. Secara umum, unmet need terdapat pada kelompok pasangan muda, pedesaan, kurang memperoleh pendidikan dan wanita miskin. Mereka sangat rentan masuk pada unwanted pregnancy, melakukan aborsi yang tidak aman. Beberapa alasan tidak menggunakan kontrasepsi adalah faktor kesehatan, kekhawatiran akan terjadinya efek-samping, rendahnya kualitas pelayanan dan penolakan suami (Nofrijal, 2013). Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kabupaten Kampar Tahun 2015, jumlah Pasangan Usia Subur di Kabupaten Kampar yang tertinggi adalah di Puskesmas Tambang, dengan jumlah 12.206 pasangan usia subur.
6 Sedangkan data yang diperoleh dari Puskesmas Tambang Kabupaten Kampar Tahun 2015 adalah sebagai berikut: Tabel 1.1 : Jumlah Pasangan Usia Subur yang menjadi peserta KB dan bukan peserta KB NO Desa Jumlah PUS Peserta KB Bukan Peserta KB Jumlah % Jumlah % 1. Tambang 616 734 13,59 118 2,29 2. Kuapan 573 202 3,73 371 7,22 3. Aursati 451 313 5,78 138 2,68 4. Gobah 288 126 2,33 162 3,15 5. Pd.Luas 366 148 2,73 218 4,24 6. Terantang 491 175 3,23 316 6,15 7. Rb.Panjang 674 663 12,26 8 0,15 8. Kualu 1518 526 0,09 992 19,32 9. Tl.Kenidai 371 210 3,88 161 3,13 10. Pr.Baru 216 81 1,49 135 2,63 11. Km.Indah 296 89 1,59 207 4,03 12. Tr.Bangun 2516 999 18,47 1517 29,55 13. Kl.Nenas 634 320 5,91 314 6,11 14. Sel.Panjang 424 466 8,50 36 0,72 15. Balam Jaya 216 80 1,47 136 2,65 16. Pl.Permai 401 151 2,79 250 4,87 17. Pl.Raya 178 126 2,33 52 2,01 Total 12206 5132 90,17 6406 100,9 Sumber: Puskesmas Tambang Kabupaten Kampar 2015 Dari tabel 1.1 data yang diperoleh dari Puskesmas Tambang Kabupaten Kampar Tahun 2015, terdapat 17 Desa dengan jumlah Pasangan Usia Subur 12.206, dari 17 Desa yang ada di Wilayah Puskesmas Tambang Desa Tr.Bangun merupakan jumlah PUS peserta KB dan unmet need terbanyak yakni Pasangan Usia Subur berjumlah 2.516, unmet need 1.517 (29,55%) dan bukan peserta KB 999 (18,47%).
7 Berdasarkan survey awal yang dilakukan oleh peneliti pada 20 orang Wanita Pasangan Usia Subur di Wilayah Kerja Puskesmas Tambang dengan menggunakan kuesioner terdapat 7 orang yang tidak menggunakan alat kontrasepsi dengan alasan larangan suami, 5 orang karena kurangnya pengetahuan, 4 orang karena status ekonomi yang rendah, 3 orang karena efek samping yang di timbulkan dari pemakaian alat kontrasepsi dan 1 orang di antaranya beralasan karena larangan agama. Sehingga dapat disimpulkan bahwa masih banyak wanita pasangan usia subur yang unmet need di Desa Tr.Bangun Kabupaten Kampar. Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul apa saja Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian Unmet Need KB di Desa Tr.Bangun Kabupaten Kampar Tahun 2016. B. Rumusan Masalah Rumusan masalah pada penelitian ini adalah: 1. Apakah faktor pendidikan berhubungan dengan kejadian unmet need KB di Desa Tr.Bangun Kabupaten Kampar 2016? 2. Apakah faktor pengetahuan berhubungan dengan kejadian unmet need KB di Desa Tr.Bangun Kabupaten Kampar 2016? 3. Apakah faktor dukungan suami berhubungan dengan kejadian unmet need KB di Desa Tr.Bangun Kabupaten Kampar 2016?
8 C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan unmet need KB di Desa Tr.Bangun Kabupaten Kampar Tahun 2016. 2. Tujuan Khusus 1. Untuk mengetahui distribusi frekuensi faktor pendidikan, pengetahuan dan dukungan suami yang berhubungan dengan unmet need KB di Desa Tr.Bangun Kabupaten Kampar Tahun 2016. 2. Untuk mengetahui apakah faktor pendidikan berhubungan dengan unmet need KB di Desa Tr.Bangun Kabupaten Kampar Tahun 2016. 3. Untuk mengetahui apakah faktor pengetahuan berhubungan dengan unmet need KB di Desa Tr.Bangun Kabupaten Kampar Tahun 2016. 4. Untuk mengetahui apakah faktor dukungan suami berhubungan dengan unmet need KB di Desa Tr.Bangun Kabupaten Kampar Tahun 2016. D. Manfaat Penelitian 1. Aspek Teoritis Bermanfaat untuk menambah pengetahuan peneliti tentang pelayanan Keluarga Berencana dalam menurunkan unmet need dan mengaplikasikan ilmu yang diperoleh selama mengikuti pendidikan serta untuk menambah pengalaman dalam melakukan penelitian.
9 2. Aspek Praktis Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk bahan informasi dan masukan bagi tenaga kesehatan khususnya bidan dalam memberikan pelayanan Keluarga Berencana dan menurunkan unmet need.