BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan anak usia dini (early childhood education) merupakan suatu disiplin ilmu pendidikan yang secara khusus memperhatikan, menelaah, dan mengembangkan berbagai interaksi edukatif antara anak usia dini dengan pendidik untuk mencapai pertumbuhan dan perkembangan potensi anak secara optimal (Wiyani dan Banawi, 2012). Taman Kanak-kanak (TK) dan Raudhatul Atfhal (RA) adalah salah satu pendidikan bagi anak usia dini pada jalur pendidikan formal yang menyelenggarakan program pendidikan bagi anak usia empat tahun sampai enam tahun. Pendidikan TK dibagi menjadi dua kelompok yaitu usia 5-6 di kelompok B sedangkan usia 4-5 tahun di kelompok A (Sujiono, 2009). Usia prasekolah dianggap sebagai usia keemasan anak (the golden age ) karena pada usia tersebut anak sedang mengalami perkembangan yang sangat baik secara fisik maupun psikis (Depdiknas, 2007). Usia 4-6 tahun merupakan periode sensitif atau masa peka dalam perkembangan aspek berpikir logis anak yaitu suatu periode dimana suatu fungsi tertentu perlu distimulus, diarahkan sehingga tidak menghambat perkembangannya. Anak dengan stimulus yang baik dan sempurna tidak hanya ada satu perkembangan saja yang akan berkembang namun bermacam-macam aspek perkembangan yang berkembang dengan baik. Pada masa ini dilakukan 1
2 dasar pertama dalam mengembangkan kemampuan fisik motorik, kognitif, bahasa, sosial, emosional, konsep diri, disiplin, kemandirian dan lain lain (Putri, 2014). Perkembangan motorik salah satu faktor yang sangat penting dalam perkembangan anak secara keseluruhan. Motorik merupakan perkembangan pengendalian gerakan tubuh melalui kegiatan yang terkoordinasi antara saraf, otot, otak dan spinal cord (Endah, 2008). Perkembangan motorik dibutuhkan anak dalam periode tumbuh kembang untuk mendukung perkembangan di tahap selanjutnya yaitu pada tahap usia sekolah. Perkembangan motorik yang terjadi meliputi motorik kasar dan halus. Motorik kasar adalah gerakan tubuh yang menggunakan otot-otot besar atau seluruh anggota tubuh yang dipengaruhi oleh kematangan anak itu sendiri seperti kemampuan fisik anak, postur (posisi tubuh), keseimbangan dan juga memerlukan tenaga yang lebih banyak (Putri, 2014). Motorik halus melibatkan otot-otot kecil dengan menekankan pada kemampuan memindahkan benda dari tangan yang berkoordinasi dengan otak dalam melakukan suatu kegiatan seperti mencorat-coret, menggoyangkan ibu jari, memilih garis yang lebih panjang, mencontohkan bentuk dan menyusun menara kubus dengan tujuan meningkatkan perkembangan motorik halus (Fadhilah, 2014). Berdasarkan hasil survey WHO (World Health Organization) disebutkan bahwa 5-25 % dari anak-anak usia prasekolah menderita disfungsi otak minor, termasuk gangguan perkembangan motorik halus (Sidiarto, 2007). Pada tahun 2006 menurut Depkes RI bahwa 0,4 juta (16%) balita Indonesia mengalami
3 gangguan perkembangan, baik motorik halus dan kasar, gangguan pendengaran, kecerdasan kurang dan keterlambatan berbicara. Penelitian yang dilakukan di Ekuador tahun 2003-2004, mencatat 28,1% anak mengalami keterlambatan motorik halus pada usia anak 48-61 bulan (Handal, 2007 ). Menurut Andriany (2006), setiap dua hari 1.000 bayi mengalami gangguan perkembangan motorik, karenanya perlu kecepatan menegakkan diagnosis dan melakukan terapi untuk proses penyembuhannya. Hasil penelitian Ariyana (2008) mengenai perkembangan motorik halus anak usia 4-5 tahun didapatkan perkembangan motorik halus anak normal 75,4% dan motorik halus anak yang abnormal 24,6 %. Perkembangan anak yang abnormal disebabkan oleh faktor lingkungan anak, status gizi, kesehatan, stimulasi dan budaya (Hidayat, 2008). Dunia anak adalah dunia bermain. Melalui kegiatan bermain, semua aspek perkembangan anak ditumbuhkan. Menurut Gordon dan Browne (1996) disebutkan bahwa melalui bermain, anak akan belajar mengendalikan diri sendiri, memahami kehidupan, memahami dunianya (Mulyani, 2006). Bermain merupakan cerminan kemampuan fisik, intelektual, emosional, dan sosial (Soetjiningsih, 2013). Permainan dapat mengasah ketrampilan dan kreativitas anak sehingga perkembangan anak dapat ditumbuhkan secara optimal dan maksimal. Banyak macam permainan yang dapat mengembangkan kemampuan anak seperti origami, puzzle, meronce, mewarnai dan lain-lain. Origami digunakan untuk melatih motorik halus anak karena kegiatan dalam origmi melibatkan gerakan otot-otot jari, kecepatan, ketepatan telapak dan jari serta membantu koordinasi mata dan tangan (Mulyani dan Gracinia, 2007). Hal ini
4 didukung penelitian yang dilakukan oleh Rahmani (2014) yang menyimpulkan bahwa permainan origami berpengaruh terhadap perkembangan fisik motorik halus anak. Melipat kertas memiliki kelebihan terutama dalam melatih motorik halus anak diantaranya untuk kehidupan sehari-hari seperti kemampuan menggenggam, memegang,meremas, dan untuk mengikuti pelajaran akademik (Rahmani, 2013). Menurut Hirai (2010), bermain origami dapat meningkatkan otak bagian depan seperti halnya merajut dan bermain alat musik, bermain origami adalah suatu kegiatan yang menggerakkan tangan sambil berpikir untuk menciptakan sesuatu dengan menggunakan kertas sebagai media. Origami mempunyai banyak manfaat diantaranya dapat meningkatkan kreativitas, ketrampilan dan motorik halus anak. Dalam membuat origami diperlukan ketelitian dan imajinasi sehingga saraf-saraf otak akan bekerja dengan baik sehingga akan berdampak positif bagi perkembangan otak anak (Kobayashi, 2008). Kegiatan kreatif lain yang dapat dilakukan untuk meningkatkan perkembangan motorik halus anak adalah dengan cara mewarnai gambar. Kegiatan ini memberikan kebebasan pada anak untuk memilih dan memadukan warna. Mewarnai dapat dijadikan media bagi anak untuk menuangkan segala imajinasi dan inspirasi tentang segala hal yang pernah mereka alami atau mereka lihat. Pemberian tugas mewarnai gambar berguna bagi peningkatan kemampuan fisik motorik halus anak. Melalui kegiatan mewarnai gambar anak akan melatih otot-otot jemari dan meningkatkan konsentrasi anak terhadap suatu objek yang sedang diperhatikan oleh anak (Murdiani, 2014). Menurut Moeslichaten (2004)
5 disebutkan bahwa pemberian tugas mewarnai merupakan salah satu cara pemberian belajar yang baik dalam mengembangkan ketrampilan motorik anak. Hal ini didukung dari penelitian sebelumnya oleh Murdiani (2014) bahwa motorik halus anak meningkat melalui kegiatan mewarnai gambar sebagai kegiatan pembelajaran dengan cara memberikan gambar dan menugaskan anak untuk mewarnai gambar. Penelitian yang membandingkan kedua metode ini belum pernah dilakukan sehingga berdasarkan latar belakang di atas, maka dilakukan penelitian yang lebih dalam dengan mengambil judul Perbedaan Permainan Origami dan Mewarnai Terhadap Perkembangan Motorik Halus Anak Perempuan Prasekolah di TK Grand Bali Beach Sanur. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang diteliti adalah : 1) Apakah permainan origami dapat meningkatkan perkembangan motorik halus anak perempuan prasekolah di TK Grand Bali Beach Sanur? 2) Apakah mewarnai dapat meningkatkan perkembangan motorik halus anak perempuan prasekolah di TK Grand Bali Beach Sanur? 3) Apakah ada perbedaan permainan origami dan mewarnai terhadap perkembangan motorik halus anak perempuan prasekolah di TK Grand Bali Beach Sanur?
6 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Untuk mengetahui gambaran umum tentang perbedaan permainan origami, mewarnai dan perkembangan motorik halus anak perempuan prasekolah di TK Grand Bali Beach Sanur. 1.3.2 Tujuan Khusus Sesuai dengan permasalahan yang dikemukakan di atas, maka tujuan khusus dari penelitian ini adalah : 1) Untuk membuktikan bahwa permainan origami dapat meningkatkan perkembangan motorik halus anak perempuan prasekolah di TK Grand Bali Beach Sanur. 2) Untuk membuktikan bahwa mewarnai dapat meningkatkan perkembangan motorik halus anak perempuan prasekolah di TK Grand Bali Beach Sanur. 3) Untuk membuktikan efektivitas antara permainan origami dengan mewarnai terhadap perkembangan motorik halus anak perempuan prasekolah di TK Grand Bali Beach Sanur.
7 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Teoritis 1) Mengetahui dan memahami tentang proses perkembangan motorik halus anak. 2) Membuktikan bagaimana perbedaan efektifitas permainan origami dengan mewarnai terhadap perkembangan motorik halus anak perempuan prasekolah di TK Grand Bali Beach Sanur. 1.4.2 Manfaat Praktis 1) Bagi Guru Dapat digunakan sebagai upaya peningkatan dan memilih media yang digunakan untuk membantu anak dalam pengembangan kreativitas dan meningkatkan perkembangan motorik halus. 2) Bagi Orangtua Sebagai bahan masukan untuk meningkatkan perannya dalam memberikan dan menyediakan media agar kreativitas dan motorik halus anak berkembang secara optimal. 3) Bagi Sekolah Dapat digunakan sebagai bahan alternatif pembelajaran yang dapat digunakan sekolah untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak. 4) Bagi siswa Dapat meningkatkan motorik halus anak dan meningkatkan minat belajar anak.