Lesson 13 for 31 March 2018
Tujuan langsung dari penatalyanan adalah untuk memenuhi misi Allah dan menebus dunia. Allah ingin membuat prinsip penatalayanan menjadi suatu kenyataan dalam hidup kita. Hal itu akan membawa:
Ketahuilah, bahwa TUHAN telah memilih bagi-nya seorang yang dikasihi-nya; TUHAN mendengarkan, apabila aku berseru kepada-nya. (Mazmur 4:3) Kesalehan yaitu benar-benar mengasihi Allah dan sesama kita dan menunjukkannya dalam kehidupan kita sehari-hari. Paulus mengamarkan kita, pada akhir zaman akan ada orang-orang secara lahiriah mereka menjalankan ibadah mereka, tetapi pada hakekatnya mereka memungkiri kekuatannya. (2 Timotius 3: 5) Kita belajar dari contoh kehidupan Ayub yang mana kehidupan yang saleh mengalir dari kehidupan yang disucikan. Itu tidak tergantung pada keadaan secara luar. Penatalayanan dinyatakan dalam kehidupan yang saleh. Kita menunjukkan iman kita apakah dengan melakukan atau tidak melakukan hal-hal tertentu.
Janganlah kamu menjadi hamba uang dan cukupkanlah dirimu dengan apa yang ada padamu. Karena Allah telah berfirman: "Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekalikali tidak akan meninggalkan engkau. (Ibrani13:5) Paulus mengatakan bahwa Memang ibadah itu kalau disertai rasa cukup, memberi keuntungan besar. (1 Timotius 6: 6) Kehidupan yang saleh tidak identik dengan kekayaan. Namun demikian, kehidupan yang saleh disertai rasa cukup adalah sumber berkat rohani yang besar. Merasa cukup dengan apa yang kita miliki artinya bersandar pada lengan Yang Maha Tinggi dan sepenuhnya mempercayai-nya. Maka kita hidup dengan damai dan tenang. Allah ingin para penatalayan yang bersukacita: Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Sekali lagi kukatakan: Bersukacitalah! (Filipi 4: 4)
Percayalah kepada TUHAN dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri. (Amsal 3:5) Para penatalayan Allah harus membiarkan Dia membuat keputusan. Kita harus percaya hikmat Ilahi-Nya dan bukan hikmat kita. Kepercayaan dan kesetiaan adalah satu. Kita menunjukkan kepercayaan kita kepada Allah ketika kita berjalan dengan iman dan menurut kepada Allah setiap saat. Ketika kita perlu membuat keputusan, kita membawanya pada Allah dalam doa. Dia menuntun kita untuk memilih pilihan terbaik, atau yang akan bermanfaat bagi orang lain dan untuk kehidupan kekal kita. Kita harus belajar untuk mempercayai Allah, seperti yang dilakukan para rasul. Mereka menaruh kepercayaan mereka kepada-nya dan menerima kekayaan rohani.
Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga. (Matius 5:16) Penatalayanan kita terlihat di hadapan keluarga kita, komunitas kita, dunia, dan alam semesta (1 Korintus 4: 9) Kita dapat mempengaruhi pikiran dan hati orang-orang di sekitar kita dengan cara kita menghidupkan iman kita. Alkitab memberi nasihat, dan jadikanlah dirimu sendiri suatu teladan dalam berbuat baik. Hendaklah engkau jujur dan bersungguh-sungguh dalam pengajaranmu. (Titus 2: 7) Kita adalah terang dunia karena Terang itu ditunjukkan melalui hidup kita (Yohanes 8:12). Jika kita sepenuhnya berserah kepada Allah dan bekerja dalam pekerjaan yang Dia persiapkan bagi kita, kita akan menjadi suatu pengaruh yang baik bagi orang lain (Efesus 2:10)
Betapa senangnya mendengar perkataan itu dari Yesus ketika Dia datang kembali! Maka kata tuannya itu kepadanya: Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia; engkau telah setia dalam perkara kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang besar. Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu. (Matius 25:21) Hidup ini hanyalah pintu masuk menuju hidup kekal. Disini kita adalah para pengembara ketika kita belajar untuk melayani Allah kami lebih baik setiap hari. Kita tidak dapat menunjukkan kebaikan apa pun ketika Dia kembali (Lukas 17:10) Para penatalayan setia yang telah mencerminkan Yesus dalam kehidupan mereka akan menerima mahkota. Bukan karena kebaikan kita sendiri, tetapi oleh-nya: Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah. (Efesus 2: 8)
Agar berbahagia, kita harus berusaha untuk mencapai karakter yang ditampilkan oleh Kristus. Salah satu ciri khas Kristus adalah penyangkalan diri dan kebajikannya. Dia datang bukan untuk meminta miliknya sendiri. Dia pergi untuk melakukan kebaikan, dan ini adalah makanan dan minuman-nya. Kita dapat, dengan mengikuti teladan Juruselamat, berada dalam persekutuan kudus dengan-nya, dan setiap hari berusaha meniru karakter-nya dan mengikuti teladan-nya, kita akan menjadi berkat bagi dunia dan akan memastikan bagi diri kita sendiri rasa cukup saat ini dan upah kekal untuk selanjutnya. E.G.W. (Testimonies for the Church, vol. 4, cp. 20, p. 227)