BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. menghubungkan antara karakteristik perusahaan khususnya capital intensity dan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (manajemen suatu usaha) dengan principal (pemilik usaha). Model

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kepemilikan asing terhadap aggressive tax avoidance pada perusahan sektor. membutuhkan kajian teori sebagai berikut:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan komisaris independen terhadap tax avoidance membutuhkan kajian teori

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang banyak disebutkan dalam akuntansi sosial dan lingkungan (Tilling, masyarakat (Kuznetsov dan Kuznetsova, 2008).

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Bab ini memuat uraian teori-teori yang mendukung penelitian ini. Teoriteori

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan utama bagi suatu

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional demi kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat. Pemerintah

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Gambar 1.1 Sumber Pendapatan Negara. Berdasarkan Gambar 1.1 menujukkan bahwa di Negara Indonesia, sumber

BAB II TINJAUAN PUSATAKA. menerima wewanang (agen). Teori keagenan merupakan basis teori yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. wewenang (agen). Menurut Anthony dan Govindarajan (2009), hubungan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang No. 28 Tahun 2007 tentang ketentuan umum dan tata

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan sumber penerimaan negara yang terbesar, terbukti. (

BAB II TINJAUAN PUSATAKA

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan

BAB I PENDAHULUAN. badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

1. BAB I PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. pemisahan pengelolaan perusahaan. Pemilik (principal) melimpahkan

BAB I PENDAHULUAN. dibagi akan dua yaitu fungsi budgetair yaitu pajak sebagai sumber dana bagi

BAB I PENDAHULUAN. Undang Republik Indonesia No 28 Tahun 2009 yaitu kontribusi wajib kepada negara

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan Negara yang paling

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan, namun bagi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka

BAB 1 PENDAHULUAN. Pajak merupakan sektor pemasukan tersebesar kas negara. Penerimaan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. APBN melalui sektor perpajakan (Candra, 2012). Pentingnya peranan pajak

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pajak hingga saat ini merupakan aspek ekonomi dan aspek keuangan yang paling penting dalam dunia

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan pembangunan nasional serta menjadi unsur utama untuk

d. Hasil Uji Heteroskedastisitas b. Hasil Uji Koefisien Determinasi BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Definisi pajak menurut Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 pasal 1 ayat 1,

BAB I PENDAHULUAN. karena itu, perencanaan diperlukan agar laba dapat dicapai dalam perusahaan yang

BAB I PENDAHULUAN. dan berkembang untuk kelangsungan negara dan kesejahtraan dari masyarakat. pendapatan negara melalui sektor penerimaan pajak.

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber utama penerimaan negara. Pajak

PENGARUH KARAKTERISTIK PERUSAHAAN TERHADAP TAX AVOIDANCE. (Studi Empiris Perusahaan Ritel yang Terdaftar di BEI Periode ) SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan pembangunan nasional dapat berjalan dengan baik demi kemajuan dan

BAB I PENDAHULUAN. penggunaan umum (Siti Resmi, 2011:1). Fungsi pajak ada 2 yaitu fungsi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Adanya perbedaan kebijakan antara PSAK dan peraturan perpajakan

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Pengertian Modal dan Strukur Modal

BAB 1 PENDAHULUAN. Pajak adalah iuran atau pungutan yang dilakukan oleh pemerintah dari masyarakat

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Sistem perpajakan di Indonesia yang menggunakan self assessment system,

BAB I PENDAHULUAN. melalui pendapatan negara maupun pembiayaan.ibarat sebuah bahtera, berlayar hingga akhirnya mampu berlabuh. APBN menjadi motor

BAB I PENDAHULUAN. program-program pembangunan yang dapat dinikmati rakyat. Sesuai dengan

Bab 2 Telaah Pustaka dan Pengembangan Model

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan suatu iuran yang dikenakan kepada wajib pajak atas penghasilan

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu kewajiban perusahaan sebagai wajib pajak yang dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. Pajak merupakan sumber dana bagi pemerintah untuk membiayai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Abstrak. Kata kunci: penghindaran pajak, corporate governance, koneksi politik, leverage, dan return on asset

HANA MARDIAH, 2016 PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN, LEVERAGE, DAN PROFITABILITAS TERHADAP AGRESIVITAS PAJAK

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama dari setiap perusahaan adalah meningkatkan nilai perusahaannya

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Dalam kajian pustaka dan hipotesis akan dijelaskan mengenai Teori-teori yang

BAB I PENDAHULUAN. Laba perusahaan dalam perpajakan digunakan sebagai dasar. perhitungan pajak. Dalam UU KUP No. 28 Tahun 2007, pajak merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Myes dan Majluf Disebut sebagai pecking order theory karena teori ini

BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Zimmerman (1986). Teori ini berupaya untuk menjelaskan mengapa kebijakan

BAB I PENDAHULUAN. komprehensif untuk mengungkapkan (disclosure) semua fakta, baik transaksi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Adanya penelitian yang telah dilakukan sebelum penelitian ini dibahas,

BAB 1 PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan bagi negara untuk

BAB I PENDAHULUAN. Widyawati, 2016). Bahkan secara persentase, setidaknya pajak memenuhi kurang

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang terus menerus

BAB I PENDAHULUAN. Definisi pajak menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2007

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dan menjadi pusat perhatian stakeholders. Keputusan finansial

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Beberapa penelitian dalam menentukan kebijakan hutang telah banyak

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan membuat persaingan di dunia usaha semakin ketat. Pada era

BAB I PENDAHULUAN. sehingga terciptalah kesejahteraan nasional. Dalam melaksanakan pembangunan,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penelitian sebelumnya. Berikut ini uraian beberapa penelitian terdahulu beserta

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. kontrak dimana si agen menutup kontrak untuk melakukan tugas-tugas tertentu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (principal) dengan manajemen (agent). Teori ini menjelaskan bahwa hubungan

BAB I PENDAHULUAN. dan kinerja yang telah dilakukan. Dalam PSAK No 1 (Revisi 2012) menyebutkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. Struktur pendanaan merupakan indikasi bagaimana perusahaan membiayai

BAB I PENDAHULUAN. dalam Rancangan Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) 2014

BAB I PENDAHULUAN. penerimaan perpajakan (

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. oleh Wibowo dan Rossieta, (2009:31), yang mengacu pada pemenuhan tujuan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kas kepada para pemegang sahamnya (Grinblatt dan Titman, ). Kebijakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dimasa yang akan datang. Signalling theory menjelaskan tentang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menyerahkan barang atau jasa pada tanggal tertentu. Hutang juga

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Ketatnya persaingan dalam dunia bisnis menjadi pemicu yang kuat bagi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manajemen perusahaan dalam rangka mendanai operasional perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Negara yang digunakan untuk infrastruktur, pendidikan, kesehatan dan

BAB I PENDAHULUAN. dalam persaingan bisnis yang ketat. Sehingga setiap perusahaan harus selalu

@UKDW BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dewasa ini, masyarakat sedang dihebohkan dengan adanya penerapan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang tercantum pada

BAB I PENDAHULUAN UKDW. macam resiko dan ketidakpastian yang seringkali sulit diprediksikan oleh para

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di era pembangunan dan pembiayaan saat ini, pemerintah

BAB 1 PENDAHULUAN. pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan

Transkripsi:

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Penelitian tentang tax avoidance telah banyak dilakukan, begitu pula dengan penelitian tentang karakteristik perusahaan. Namun penelitian yang menghubungkan antara karakteristik perusahaan khususnya capital intensity dan inventory intensity dengan tax avoidance belum banyak dilakukan dan memiliki hasil yang berbeda-beda. Berikut adalah beberapa penelitian mengenai tax avoidance : Siregar dan Widyawati (2016) menggunakan variabel dependen berupa tax avoidance dengan ETR sebagai proksi. Sementara variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah profitabilitas, leverage, size, capital intensity dan inventory intensity. Hasil penelitian ini menemukan bahwa leverage dan size berpengaruh terhadap penghindaran pajak perusahaan manufaktur, sedangkan profitabilitas, capital intensity dan inventory intensity tidak berpengaruh. Salah satu penelitian lain yang menghubungkan antara karakteristik perusahaan dengan tax avoidance adalah penelitian yang dilakukan Wijayanti et al. (2016) menggunakan perusahaan manufaktur dengan ETR sebagai proksi. Melakukan penelitian dengan variabel independen karakteristik perusahaan, GCG dan CSR. Karakteristik perusahaan berupa ukuran perusahaan, leverage, intensitas modal, kemudian GCG berupa komisaris independen dan komite audit. Penelitian 6

7 ini menunjukkan ukuran perusahaan dan intensitas modal berpengaruh terhadap penghindaran pajak sedangkan leverage, komisaris independen, komite audit dan csr tidak berpengaruh. Berbeda dengan Siregar dan Widyawati (2016) ukuran perusahaan dan intensitas modal pada penelitian ini dinyatakan berpengaruh. Penelitian lain yang menghubungkan antara intensitas modal dan penghindaran pajak adalah Mulyani et al. (2013) dengan karakteristik perusahaan, koneksi politik dan reformasi perpajakan sebagai variabel independen. Hasil penelitian ini menemukan bahwa leverage berpengaruh negatif, sedangkan intensitas modal tidak berpengaruh. Hasil penelitian intensitas modal mendukung Siregar dan Widyawati (2016) Penelitian lain yang menghubungkan karakteristik perusahaan dengan tax avoidance adalah Waluyo et al. (2015). Variabel dependen berupa tax avoidance lalu variabel independen yang digunakan adalah ROA, leverage, ukuran Perusahaan, kompensasi rugi fiskal dan kepemilikan institusi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ROA, leverage, ukuran perusahaan berpengaruh signifikan, kompensasi rugi fiskal dan kepemilikan institusi tidak berpengaruh terhadap tax avoidance. B. Teori dan Kajian Pustaka 1. Teori Keagenan (Agency Theory) Menurut Jensen dan Meckling (1976) teori keagenan merupakan hubungan kerjasama antara principal (pemilik perusahaan) dan agent (manajemen perusahaan), dimana principal mendelegasikan wewenang kepada agent untuk mengelola perusahaan dan mengambil keputusan.

8 Namun seperti yang disebutkan oleh Anthony dan Govindarajan, 2009 (dalam Muzakki, 2015) bahwa menurut teori agensi setiap individu akan bertindak untuk kepentingan diri mereka sendiri. Seperti sifat dasar manusia yang hanya mementingkan dirinya sendiri. Oleh karena itu teori agensi ini dapat memunculkan konflik kepentingan antara pemilik saham selaku principal dengan manajer selaku agen dalam perusahaan. Manajer bertugas memberikan laporan kinerja perusahaan kepada pemilik saham. Namun terkadang manajer tidak melaporkan keadaan perusahaan yang sebenarnya, karena laporan kinerja tersebut berkaitan juga dengan kinerja para manajer perusahaan. Oleh karena itu dapat terjadi asymmetry information antara manajer dan pemilik saham. Bagi perusahaan yang berbentuk Perseroan Terbatas, seringkali terjadi pemisahan antara pengelola perusahaan dengan pemilik perusahaan. Di samping itu, untuk perusahaan yang berbentuk Perseroan Terbatas (PT), tanggung jawab pemilik hanya terbatas pada modal yang disetorkan. Artinya, apabila perusahaan mengalami kebangkrutan, maka modal sendiri (ekuitas) yang telah disetorkan oleh para pemilk perusahaan mungkin sekali akan hilang, tetapi kekayaan pribadi pemilik tidak akan diikutsertakan untuk menutup kerugian tersebut (Waluyo et al. 2015). Terjadi persinggungan antara kepentingan agent dan principal dalam hal mencapai kinerja baik perusahaan. Principal menginginkan agent untuk mengambil keputusan terbaik sehingga kinerja perusahaan maksimal namun agent cenderung mengambil keputusan yang menjauhi resiko sehingga kinerjanya akan dinilai baik

9 oleh principal dan menghindarkan dirinya dari pergantian (Rinaldi dan Cheisviyanny, 2015). 2. Penghindaran Pajak (Tax Avoidance) Penghindaran pajak (Tax Avoidance) merupakan upaya untuk meringankan beban pajak dengan cara legal tanpa melanggar undang-undang perpajakan. Menurut Darmawan dan Surakartha (2014) penghindaran pajak merupakan salah satu upaya meminimalisasi beban pajak yang sering dilakukan oleh perusahaan, karena masih berada dalam bingkai peraturan perpajakan yang berlaku. Meski penghindaran pajak bersifat legal, dari pihak pemerintah tetap tidak menginginkan hal tersebut. Bambang, 2009 (dalam Rinaldi dan Cheisviyanny, 2015) menambahkan penghindaran pajak atau perlawanan terhadap pajak adalah hambatan-hambatan yang terjadi dalam pemungutan pajak sehingga mengakibatkan berkurangnya penerimaan kas negara. Perusahaan memanfaatkan celah dari perundang-undangan yang berlaku dengan melakukan strategi atau cara-cara yang legal. Strategi tersebut dapat dituangkan dalam perencanaan pajak untuk mengurangi beban pajak penghasilan yang harus dibayarkan. Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan penghindaran pajak (Tax Avoidance) merupakan upaya wajib pajak dalam meminimalisasi beban pajak dengan cara legal memanfaatkan celah dari undangundang perpajakan. Sistem pemungutan pajak yang berlaku di Indonesia adalah self assessment system. Sistem tersebut menjadikan wajib pajak berkewajiban untuk menghitung sendiri jumlah seluruh penghasilan yang diperoleh, jumlah pajak terutang, jumlah

10 pajak yang telah dibayar atau dapat dikreditkan, pajak yang masih harus dibayar, menyetor pajak yang terutang atau yang masih harus dibayar serta mengisi dan melaporkan sendiri Surat Pemberitahuan (SPT) dan Surat Setoran Pajak (SSP) ke kantor pajak. Menurut Mulyani et al. (2013) secara eksplisit, self assessment system merupakan sistem perpajakan yang sangat rentan menimbulkan penyelewengan dan pelanggaran. Penyelewengan dan pelanggaran tersebut merupakan suatu bentuk dari penghindaran atau perlawanan pajak. Penghindaran pajak tersebut dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu sebagai berikut: a. Perlawanan Pasif Perlawanan pajak secara pasif diakibatkan oleh adanya hambatanhambatan yang mempersulit pemungutan pajak. Perlawanan ini tidak dilakukan secara aktif apalagi agresif oleh para wajib pajak. b. Perlawanan Aktif Perlawanan aktif mancakup ruang lingkup semua usaha dan perbuatan yang secara langsung ditujukan terhadap fiskus dengan tujuan menghindari pajak. Tax avoidance bukan pelanggaran undang-undang perpajakan karena usaha wajib pajak untuk mengurangi, menghindari, meminimumkan atau meringankan beban pajak dilakukan dengan cara yang dimungkinkan oleh Undang-Undang Pajak. Adapun cara tersebut menurut Merks, 2007 (dalam Kurniasih dan Sari, 2013) adalah :

11 a. Memindahkan subjek pajak atau objek pajak ke negara-negara yang memberikan perlakuan pajak khusus atau keringanan pajak (tax haven country) atas suatu jenis penghasilan (substantive tax planning). b. Usaha penghindaran pajak dengan mempertahankan substansi ekonomi dari transaksi melalui pemilihan formal yang memberikan beban pajak yang paling rendah (Formal tax planning) c. Ketentuan Anti Avoidance atas transaksi transfer pricing, thin capitalization, treaty shopping, dan controlled foreign corporation (Specific Anti Avoidance Rule), serta transaksi yang tidak mempunyai substansi bisnis (General Anti Avoidance Rule). 3. Karakteristik Perusahaan Karakteristik perusahaan merupakan ciri khas atau sifat yang melekat pada suatu entitas usaha. Karakteristik perusahaan dapat dilihat dari berbagai segi, diantaranya jenis usaha atau industri, tingkat likuiditas, profitabilitas perusahaan, financial leverage dan kepemilikan saham, ukuran perusahaan dan lain-lain. (Ibrahim, 2010:78 dalam mulyani et al., 2013). Pada penelitian ini karakteristik perusahaan yang digunakan adalah profitabilitas, leverage, capital intensity dan inventory intensity. a. Profitabilitas Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan menghasilkan keuntungan dari aktivitas bisnisnya. Profitabilitas adalah alat ukur kinerja manajemen dalam mengelola kekayaan perusahaan yang dilihat dari laba perusahaan. Pengertian yang sama disampaikan oleh Al Ifanda (2016) profitabilitas perusahaan merupakan salah

12 satu dasar penilaian kondisi suatu perusahaan, untuk itu dibutuhkan suatu alat analisis untuk bisa menilainya. Alat analisis yang dimaksud adalah rasio-rasio keuangan. Ratio profitabilitas mengukur efektifitas manajemen berdasarkan hasil pengembalian yang diperoleh dari penjualan dan investasi. Menurut Rodiguez dan Arias, 2012 (dalam Ardyansyah, 2014) hubungan antara profitabilitas dan effective tax rate bersifat langsung dan signifikan. Tingkat pendapatan cenderung berbanding lurus dengan pajak yang dibayarkan, sehingga perusahaan yang mempunyai tingkat keuntungan yang tinggi cenderung memiliki tax burden yang tinggi. Profitabilitas merupakan salah satu faktor penentu beban pajak, karena perusahaan yang memiliki keuntungan yang besar akan membayar pajak yang tinggi. Sedangkan perusahaan yang memiliki tingkat keuntungan yang rendah atau bahkan mengalami kerugian akan membayar pajak yang lebih sedikit atau tidak sama sekali. Sehingga kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dapat secara langsung mempengaruhi tarif efektif perusahaan dalam membayar pajak. Profitabilitas dapat dilihat dengan rasio ROA (Return On Asset) yang mengukur efektivitas perusahaan dalam menghasilkan laba melalui aset yang tersedia. Menghitung ROA dengan menggunakan rumus laba bersih setelah pajak dibagi dengan total aset. ROA merupakan pengukur keuntungan bersih yang diperoleh dari penggunaan aset. Semakin tinggi rasio ini maka semakin baik produktivitas aset dalam memperoleh keuntungan bersih, (Lestari dan Sugiharto, 2007 : 196 dalam Kurniasih dan Sari, 2013).

13 b. Leverage Rasio leverage menggambarkan sumber dana operasi yang digunakan oleh perusahaan. Rasio leverage juga menunjukkan resiko keuangan yang dihadapi perusahaan. Semakin besar risiko yang dihadapi oleh perusahaan maka ketidakpastian untuk menghasilkan laba di masa depan juga akan makin meningkat (Agustia, 2013). Leverage mengukur sampai sejauh mana perusahaan menggunakan pendanaan melalui utang dengan membandingkan total kewajiban perusahaan dengan total aset yang dimiliki perusahaan. Perusahaan yang tidak memiliki utang, tidak perlu membayar bunga sehingga laba kena pajaknya akan sama dengan laba operasi. Jadi, karena bunga dapat menjadi pengurang pajak, penggunaan utang akan mengurangi beban pajak dan menyisahkan laba operasi yang lebih besar bagi investor perusahaan (Brigham dan Houston, 2013:141) c. Intensitas Modal (Capital Intensity) Capital intensity ratio dapat di definisikan sebagai seberapa besar perusahaan menginvestasikan asetnya pada aset tetap dan persediaan. Dalam penelitian ini capital intensity diproksikan menggunakan rasio intensitas aset tetap. Intensitas aset tetap adalah seberapa besar proporsi aset tetap perusahaan dalam total aset yang dimiliki perusahaan (Siregar dan Widyawati, 2016). Aset tetap yang dimaksud disini adalah aset tetap yang dimiliki dan dikuasai oleh perusahaan, bukan aset tetap dari aktivitas leasing. Hampir semua aset tetap akan mengalami penyusutan dan biaya penyusutan dapat mempengaruhi jumlah pajak yang dibayar perusahaan. Semakin banyak aset

14 tetap yang dimiliki perusahaan maka semakin rendah pajak yang dibayarkan, begitu pula sebaliknya. Secara akuntansi fiskal, metode penyusutan yang diperbolehkan dalam peraturan perpajakan hanya garis lurus dan saldo menurun. Apabila yang menjadi dasar perbandingan dalam pemilihan metode penyusutan adalah faktor komersial, maka baik metode garis lurus maupun saldo menurun akan berbeda jika dinilai dari future value dimana saldo menurun akan lebih menghemat PPh terutang (Muljono, 2009:106 dalam Mulyani et al., 2013) Menurut Mulyani et al. (2013) pemilihan investasi dalam bentuk aset ataupun modal terkait perpajakan adalah dalam hal depresiasi. Perusahaan yang memutuskan untuk berinvestasi dalam bentuk aset tetap dapat menjadikan biaya penyusutan sebagai biaya yang dapat dikurangkan dari penghasilan atau bersifat deductible expense. Biaya penyusutan yang bersifat deductible menyebabkan laba kena pajak perusahaan menjadi berkurang yang pada akhirnya mengurangi jumlah pajak yang harus dibayar perusahaan. d. Intensitas Persediaan (Inventory Intensity) Inventory intensity atau bisa disebut juga dengan intensitas persediaan merupakan salah satu komponen penyusun komposisi aktiva yang diukur dengan membandingkan antara total persediaan dengan total aset yang dimiliki perusahaan (Siregar dan Widyawati, 2016). Tingkat persediaan atau inventory intensity ratio yang tinggi juga dapat mengurangi jumlah pajak yang dibayar perusahaan. Hal ini karena timbulnya biaya bagi perusahaan akibat dari adanya persediaan (Herjanto, 2007:248 dalam Putri dan Lautania, 2016). Biaya tersebut meliputi biaya bahan, biaya tenaga kerja, biaya

15 produksi, biaya penyimpanan, biaya pemeliharaan, biaya administrasi dan umum, dan biaya penjualan, dimana biaya ini diakui diluar persediaan itu sendiri. Biayabiaya tersebut nantinya mengurangi tingkat laba bersih perusahaan dan mengurangi beban pajak (Adisamartha dan Noviari, 2015). Manajer akan berusaha meminimalisir beban tambahan karena banyaknya persediaan agar tidak mengurangi laba perusahaan. Tetapi di sisi lain, manajer akan memaksimalkan biaya tambahan yang terpaksa ditanggung untuk menekan beban pajak yang dibayar perusahaan. Inventory intensity diukur dengan total persediaan akhir perusahaan. Perhitungan harga pokok penjualan diambil dari jumlah persediaan awal ditambah pembelian selama setahun dikurangi persediaan akhir. Besarnya persediaan akhir dapat dipengaruhi oleh pemilihan metode penilaian persediaan, yaitu FIFO, LIFO dan Average. Semakin besar persediaan akhir, semakin kecil harga pokok penjualan, maka penghasilan kena pajak perusahaan akan semakin besar karena harga pokok penjualan merupakan salah satu komponen pengurang dalam perhitungan PKP (Surbakti, 2012). C. Kerangka Pemikiran Berdasarkan latar belakang dan tinjauan pustaka yang telah dijelaskan, maka dalam penelitian ini Profitabilitas, Leverage, Capital Intensity, dan Inventory Intensity sebagai variabel independen, Tax Avoidance sebagai variabel dependen. Sehingga kerangka pemikiran yang terbentuk dari penelitian ini nampak pada Gambar 2.1 :

16 Karakteristik Perusahaan Profitabilitas H1 Leverage Capital Intensity H2 H3 Tax Avoidance Inventory Intensity H4 Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran D. Perumusan Hipotesis 1. Pengaruh Profitabilitas terhadap Tax Avoidance Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dari aktivitas bisnis. Menurut Utami, 2013 (dalam Siregar dan Widyawati, 2016) Peningkatan laba mengakibatkan jumlah pajak yang harus dibayar juga semakin tinggi atau dapat dikatakan ada kemungkinan upaya untuk melakukan tindakan tax avoidance. Perusahaan dengan tingkat profitabilitas yang tinggi cenderung memilki konflik kepentingan antara pemilik perusahaan (principal) dan manajer (agent) yang rendah. Karena perusahaan dianggap sudah berjalan dengan baik sesuai yang diharapkan pemilik perusahaan. Perusahaan yang memiliki kemampuan menghasilkan laba yang tinggi, harus mempersiapkan pajak atas laba yang diperoleh. Tingginya profitabilitas mengisyaratkan tingginya laba yang akan diterima perusahaan, hal ini berarti pajak

17 yang dibayar perusahaan pun akan meningkat. Sehingga perusahaan dengan profitabilitas tinggi terindikasi melakukan tax avoidance. Dari hasil penelitian yang dilakukan Darmawan dan Surakartha (2013) bahwa ROA berpengaruh terhadap penghindaran pajak dikarenakan perusahaan mampu mengelola asetnya dengan baik salah satunya dengan memanfaatkan beban penyusutan dan amortisasi, serta beban penelitian dan pengembangan yang dapat dimanfaatkan sebagai pengurang penghasilan kena pajaknya serta memperoleh keuntungan dari insentif pajak dan kelonggaran pajak lainnya sehingga perusahaan tersebut terindikasi melakukan penghindaran pajak. Sama halnya dengan penelitian Rinaldi dan Cheisviyanny (2015) menunjukan bahwa profitabilitas berpengaruh signifikan positif terhadap tax avoidance. Berdasarkan uraian tersebut, dalam penelitian ini diajukan hipotesis sebagai berikut : H1 : Profitabilitas Berpengaruh Terhadap Tax Avoidance 2. Pengaruh Leverage Terhadap Tax Avoidance Leverage adalah perbandingan antara total kewajiban dengan total aset perusahaan. Berkurangnya sumber pendanaan di perusahaan dapat memicu konflik antar principal dan agent. Ada kemungkinan bahwa pihak principal tidak setuju dengan permintaan pendanaan dari pihak manajemen untuk keperluan perusahaan, sehingga pihak manajemen (agent) menutupi kebutuhan pembiayaan perusahaan dengan melakukan utang (Ardyansah, 2014). Rasio ini menunjukan besarnya aset yang dimiliki perusahaan yang dibiayai dengan hutang. Hutang akan menimbulkan beban bunga, sehingga besarnya rasio

18 leverage mengakibatkan beban bunga semakin tinggi yang memberikan pengaruh berkurangnya beban pajak perusahaan. Semakin besar utang maka laba kena pajak akan menjadi lebih kecil karena insentif pajak atas bunga utang semakin besar. Hasil penelitian Marfu ah (2015) menunjukan bahwa leverage berpengaruh terhadap tax avoidance. Semakin tinggi nilai leverage maka semakin tinggi tindakan tax avoidance. Berdasarkan uraian tersebut, dalam penelitian ini diajukan hipotesis sebagai berikut : H2 : Leverage Berpengaruh Terhadap Tax Avoidance 3. Pengaruh Capital Intensity Terhadap Tax Avoidance Capital Intensity adalah seberapa besar perusahaan menginvestasikan asetnya dalam bentuk aset tetap dan persediaan. Dalam penelitian ini capital intensity akan diproksikan dengan intensitas aset tetap. Intensitas aset tetap adalah jumlah aset tetap yang dimiliki perusahaan dibandingkan dengan total aset perusahaan. Aset tetap memungkinkan perusahaan untuk mengurangi pajaknya yang muncul akibat adanya penyusutan setiap tahunnya. Karena beban penyusutan dapat menjadi pengurang pajak. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan dengan tingkat kepemilikan aset tetap yang tinggi akan memiliki beban pajak yang lebih rendah dibandingkan perusahaan dengan tingkat aset tetap yang rendah. Hasil penelitian Siregar dan Widyawati (2016), menemukan bahwa capital intensity tidak berpengaruh terhadap tax avoidance. Sedangkan, Putri dan Lautania (2016) mengungkapkan capital intensity berpengaruh secara parsial terhadap tax

19 avoidance. Berdasarkan uraian tersebut, dalam penelitian ini diajukan hipotesis sebagai berikut : H3 : Capital Intensity Berpengaruh Terhadap Tax Avoidance 4. Pengaruh Inventory Intensity Terhadap Tax Avoidance Inventory Intensity adalah perbandingan antara total persediaan dengan total aset yang dimiliki perusahaan. Menggambarkan bagaimana perusahaan menginvestasikan kekayaannya pada persediaan. Besarnya intensitas persediaan dapat menimbulkan biaya tambahan antara lain adanya biaya penyimpanan dan biaya yang timbul akibat adanya kerusakan barang. Selain itu pemilihan metode penilaian persediaan juga dapat mengurangi laba kena pajak sehingga mempengaruhi beban pajak perusahaan. Putri dan Lautania (2016) mengemukakan hasil penelitian bahwa inventory intensity berpengaruh parsial terhadap tax avoidance. Manajer membutuhkan usaha lebih dalam mengatur inventory intensity untuk mengurangi laba perusahaan dengan memaksimalkan biaya tambahan sehingga dapat menekan beban pajak. Jika laba perusahaan menurun maka beban pajak yang dibayar perusahaan akan berkurang. Semakin besar inventory intensity perusahaan maka semakin tinggi tax avoidance perusahaan. Berdasarkan uraian tersebut, dalam penelitian ini diajukan hipotesis sebagai berikut : H4 : Inventory Intensity Berpengaruh Terhadap Tax Avoidance