BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Laba merupakan sekumpulan angka yang berisi informasi, dimana laba juga merupakan bagian penting dari

BAB I PENDAHULUAN. (principal) dan manajemen (agent). Kondisi ini menimbulkan potensi terjadinya

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh dari komponen corporate

I. PENDAHULUAN. menilai kinerja perusahaan dalam proses pengambilan keputusan. Laporan keuangan

BAB I PENDAHULUAN. informasi yang memadai diberikan oleh perusahaan karena mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Laporan keuangan merupakan ringkasan dari suatu pencatatan

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan melalui implementasi keputusan keuangan yang terdiri dari

BAB 1 PENDAHULUAN. karena perusahaan lebih terstruktur dan adanya pengawasan serta monitoring

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. antara manajer (agent) dengan investor (principal). Terjadinya konflik

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Teori keagenan adalah teori yang timbul dari adanya suatu hubungan

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya tujuan utama didirikannya suatu perusahaan adalah untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang Masalah. Manajer selaku agent mengetahui informasi internal lebih banyak mengenai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Good Corporate Governance. kreditor, pemerintah, karyawan, dan pihak pihak yang

BAB I PENDAHULUAN. return atas investasinya dengan benar. Corporate governance dapat

BAB I PENDAHULUAN. kapasitas perusahaan menghasilkan arus kas dari sumber daya yang ada pada

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan suatu perusahaan didirikan adalah untuk meningkatkan nilai

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Teori agensi menjelaskan tentang pemisahan kepentingan atau

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara. Peranan bank yang utama yaitu memobilisasi dana dari masyarakat

BAB 1 PENDAHULUAN. melakukan perluasan usaha agar dapat terus bertahan dan bersaing. Tujuan

BAB I PENDAHULUAN. manajemen dan menjamin akuntanbilitas manajemen terhadap stakeholder

BAB 1 PENDAHULUAN. yang bekerja untuk mencapai tujuan. Tujuan utama perusahaan adalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Tujuan utama sebuah perusahaan adalah untuk mendapatkan laba yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Tujuan utama perusahaan adalah meningkatkan nilai perusahaan melalui

BAB 1 PENDAHULUAN. diterapkannya good corporate governance di Indonesia merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Corporate governance merupakan suatu sistem yang mengatur dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pengungkapan informasi secara terbuka mengenai perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Statement of Financial Accounting Concepts (SFAC) No. 1,

BAB I PENDAHULUAN. dengan globalisasi memicu munculnya perusahaan dengan jenis dan

BAB I PENDAHULUAN. semakin maju membuat para pelaku ekonomi semakin mudah dalam mendapatkan

PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP MANAJEMEN LABA PADA INDUSTRI PERBANKAN INDONESIA

Bab 1 PENDAHULUAN. sebuah perusahaan. Manajer dapat dikatakan sebagai agent dan pemegang

BAB 1 PENDAHULUAN. perusahaan merupakan tujuan yang dicapai untuk menarik stakeholders untuk

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. keuangan. Laporan keuangan merupakan media komunikasi bagi perusahaan

BAB 5 PENUTUP. Penelitian ini menguji pengaruh mekanisme good corporate governance. komisaris independen, dan komite audit terhadap nilai perusahaan.

ISNI WIYATMI B

BAB I PENDAHULUAN. Financial distress yang terjadi pada perusahaan property and real estate UKDW

BAB 1 PENDAHULUAN. mengalami krisis yang berkepanjangan karena lemahnya praktik corporate

BAB V PENUTUP. tinggi kepemilikan saham manajerial maka financial distress semakin rendah. Jensen

BAB I PENDAHULUAN. memahami corporate governance. Jensen dan Meckling (1976) dalam Muh.

BAB I PENDAHULUAN. pemegang saham) sebagai prinsipal. Manajer sebagai agent memiliki asimetri

BAB I PENDAHULUAN. mengoptimalkan keuntungan para pemilik (principal) dan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Semakin tinggi nilai perusahaan dianggap semakin sejahtera pula pemiliknya.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengelolaan perusahaan dilakukan oleh dua pihak berbeda, dalam hal ini pihak principal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada umumnya, suatu perusahaan didirikan dengan tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan penting pendirian suatu perusahaan adalah untuk. meningkatkan kesejahteraan pemiliknya atau pemegang saham, atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. untuk memahami corporate governance. Konflik kepentingan antara

BAB I PENDAHULUAN. Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan kegiatan sosial yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. pihak eksternal (pemegang saham, investor, pemerintah, kreditur, dan lain

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Hubungan keagenan merupakan kontrak antara pemilik perusahaan (principal)

BAB I PENDAHULUAN. Besar atau kecilnya suatu perusahaan tidak mempengaruhi perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan publik atau perusahaan terbuka adalah perusahaan yang sebagian atau

BAB I PENDAHULUAN. tidak. Bagi perusahaan yang terdaftar di pemerintah, mereka mempunyai badan usaha

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan dari suatu perusahaan adalah mensejahterahkan kepentingan

BAB I PENDAHULUAN. pelaporan yang dapat memberikan informasi bagi pemakainya. Laporan keuangan

BAB 1 PENDAHULUAN. Lemahnya good corporate governance (GCG) yang ada di negara-negara di

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. agency theory (teori keagenan) sebagai kontrak kerja antara principal dan agent,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. situasi kompetisi global seperti ini, Good Corporate Governance (GCG)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Era perdagangan bebas telah dimulai. Berlakunya ACFTA (Asean

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. tujuan para investor yaitu memperoleh return yang maksimal dari dana yang

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Bagi perusahaan yang sebagian sahamnya dimiliki oleh masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. kasus laporan keuangan yang tidak disajikan secara wajar. Salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. kegagalan penerapan Good Corporate Governance (Daniri, 2005). Menurut

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah meningkatkan nilai perusahaan secara berkelanjutan (sustainable) dengan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Standar Akuntansi Keuangan (SAK) No.1 (2012) laporan keuangan

BAB I PENDAHULUAN. keuangan dan hal ini sangat penting, baik bagi investor maupun bagi

BAB 1 PENDAHULUAN. memiliki sebuah perusahaan go public. Semakin tinggi nilai perusahaan

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Dalam mengelola suatu perusahaan telah lama dikenal suatu istilah yang

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Manajer diharapkan menggunakan resources yang ada sematamata

BAB I PENDAHULUAN. kepada stakeholders dan bondholders, yang secara langsung memberikan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Industri yang bergerak di bidang keuangan (sektor perbankan),

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. (principal) yang mempekerjakan orang lain (agent) untuk memberikan suatu jasa

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan dari keberadaan suatu entitas bisnis selain untuk memaksimumkan

BAB I PENDAHULUAN. pengalihan risiko tersebut kepada pihak lain. terdiri dari pengungkapan kuantitatif dan kualitatif. Untuk pengungkapan

BAB 1 PENDAHULUAN. pengambilan keputusan pendanaan yang aman dan menguntungkan.

BAB 1 PENDAHULUAN. Isu yang sedang marak diperbincangkan saat ini adalah Good Corporate

BAB I PENDAHULUAN. memberikan informasi atas hasil yang diperoleh dari seluruh aktivitas perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. mencurahkan perhatian terhadap CG. Skandal-skandal korporasi tersebut

BAB 1 PENDAHULUAN. berkembang setelah munculnya PSAK No.19 (Revisi 2000) tentang aset

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Perusahaan yang pada awalnya dikelola langsung oleh pemiliknya,

adalah hubungan atau kontak antara principal dan agent. Principal saham bertindak sebagai principal, dan CEO (Chief Executive Officer)

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan yang telah go publik memiliki tujuan utama adalah untuk

BAB I PENDAHULUAN. obligasi. Investasi dalam bentuk saham sebenarnya memiliki risiko yang tinggi

BAB II LANDASAN TEORI. Teori agensi didasarkan pada pandangan bahwa perusahaan sebagai sekumpulan

BAB I PENDAHULUAN. manajer (agen). Manajemen ditunjuk sebagai pengelola perusahaan oleh pihak

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat krisis tahun , perusahaan perusahaan Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Berdirinya sebuah perusahaan harus memiliki tujuan yang jelas. Ada

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masalah keuangan merupakan salah satu masalah yang sangat vital bagi

BAB I PENDAHULUAN. menyiapkan laporan keuangan untuk pihak pihak yang berkepentingan seperti

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam dunia bisnis dan usaha saat ini, corporate governance atau yang

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Keagenan (Agency Theory) Penelitian ini menggunakan teori keagenan, dimana teori ini sering kali digunakan sebagai landasan dalam penelitian mengenai corporate governance. Teori ini mengungkapkan adanya hubungan antara dua pihak, yaitu pemilik (principal) dan manajemen (agent). Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa hubungan keagenan muncul ketika satu atau lebih individu (principal) mempekerjakan individu lain (agent) untuk memberikan suatu jasa dan kemudian mendelegasikan kekuasaan kepada agen untuk membuat suatu keputusan atas nama principal tersebut. Dalam teori ini, pemegang saham (principal) merupakan bagian dari pemilik perusahaan dan juga memiliki hak atas kepemilikan laba yang dihasilkan oleh perusahaan. Para manajer yang ada dalam perusahaan merupakan agen yang bertugas untuk memaksimalkan dan meningkatkan laba agar para investor tetap bertahan pada perusahaan tersebut. Pernyataan ini yang menjadi dasar utama pentingnya sebuah manajemen untuk melakukan pelaporan dan pengungkapan mengenai perusahaan kepada pemilik dan para pemegang saham. Eisenhardt (1989) menyatakan bahwa teori keagenan dilandasi beberapa asumsi, salah satunya yaitu asumsi tentang sifat manusia. Dimana asumsi ini menekankan bahwa manusia memiliki sifat mementingkan dirinya sendiri. Berdasarkan asumsi ini, pihak pemilik (principal) termotivasi untuk 6

7 menyejahterakan dirinya dengan profitablitas yang selalu meningkat. Sedangkan manajer (agent) termotivasi untuk memaksimalkan pemenuhan ekonomi dalam hal memperoleh pinjaman, investasi maupun kompensasi. Untuk meminimalkan masalah tersebut, dapat dilakukan dengan pengungkapan informasi perusahaan dengan menggunakan tata kelola perusahaan. Randoy dan Goel (2003) menyatakan perusahaan dengan tingkat transparansi yang rendah akan menanggung biaya agensi yang besar. 2. Voluntary Disclosure Pengungkapan sukarela (voluntary disclosure) merupakan pengungkapan yang dilakukan secara sukarela oleh manajemen diluar pengungkapan wajib. Healy dan Palepu (1993) menyatakan walaupun semua perusahaan go public diwajibkan untuk memenuhi pengungkapan minimum, mereka berbeda secara substansial dalam hal jumlah tambahan informasi yang diungkap ke pasar modal. Salah satu cara untuk memperkuat kredibilitas sebuah perusahaan yaitu dengan cara melakukan pengungkapan sukarela untuk memberikan informasi tambahan sehingga dapat membantu para investor dalam pengambilan keputusan. Ada beberapa penelitian yang berbeda pendapat terkait voluntary disclosure. Ada yang beranggapan bahwa informasi yang dilakukan secara sukarela bukan merupakan informasi yang berdampak signifikan dalam pengambilan keputusan oleh para investor. Crawford dan Sobel (1982) berpendapat bahwa informasi yang diungkapkan dalam pelaporan sukarela merupakan suatu stand-alone mechanism sehingga menjadi tidak kredibel. Ball (2011) berpendapat jika para manajer akan terdorong menjadi jujur ketika mereka menyadari jika informasi keuangan dan non keuangan perusahaan akan

8 dikonfirmasi dengan lebih akurat dan bebas dari manipulasi manajemen yang dibuat. 3. Corporate Governance Forum for Corporate Governance in Indonesia (2001) menyatakan, bahwa corporate governance adalah seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara pemegang saham, pengelola perusahaan, kreditur, pemerintah, karyawan, dan para pemegang kepentingan internal dan eksternal lainnya yang berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban mereka, atau dengan kata lain suatu sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan. Konsep dari corporate governance ini muncul karena adanya keterbatasan dari teori agensi dalam mengatasi agency problem. Ada empat prinsip dasar dalam penerapan corporate governance Organization for Economic Corporation and Development (OECD) (Suhardjanto et al. 2012) yaitu: a. Kewajaran (fairness) Perlakuan yang sama terhadap para pemegang saham, baik pemegang saham minoritas maupun pemegang saham asing. Sebuah perusahaan diharuskan untuk memperhatikan kepentingan para pemegang sahamnya dan pemangku kepentingan lainnya berdasarkan asas kewajaran serta kesetaraan. b. Tranparansi (transparency) Informasi mengenai laporan keuangan, kinerja keuangan, kepemilikan serta pengelolaan perusahaan harus diungkapkan secara tepat dan akurat agar para pemegang saham dan pihak lainnya dapat mengetahui keadaan

9 perusahaan. Sehingga diharapkan dapat membantu stakeholders dalam penilaian laporan keuangan perusahaan. c. Akuntabilitas (accountability) Kejelasan fungsi, struktur, sistem pengendalian dan pertanggungjawaban perusahaan sehingga pengelolaan dan keseimbangan kekuasaan antara stakeholder dapat terlaksana secara efektif. Prinsip ini dibentuk dengan menyiapkan laporan keuangan dengan cara yang tepat dan diwaktu yang tepat, menumbuhkan dan mengaktifkan peran dan fungsi internal audit, serta mengembangkan komite audit dan resikonya untuk mendukung fungsi pengawasan oleh dewan komisaris. d. Pertanggungjawaban (responsibility) Dalam pengelolaan perusahaan terdapat prinsip korporasi yang sehat. Prinsip ini mengupayakan agar seluruh pihak yang terkait dalam perusahaan dapat melakukan tugasnya dengan lebih bertanggung jawab serta mematuhi aturan yang telah ditetapkan. Struktur corporate governance dalam penelitian ini mencakup keterlibatan komisaris independen. 1. Komisaris Independen Dalam upaya memberdayakan pengawasan dewan komisaris, keberadaan dari komisaris independen sangat dibutuhkan karena dalam lingkungan sekitar sering ditemukannya transaksi yang mengabaikan kepentingan para pemegang saham publik serta stakeholder lainnya. Tujuan Komisaris Independen yaitu mendorong untuk terciptanya keadaan yang lebih objektif dan menaruh kesetaraan diantara kepentingan

10 perusahaan dengan kepentingan stakeholder. Komisaris Independen harus mampu mendorong untuk diterapkannya praktek dan prinsip tata kelola perusahaan yang baik pada perusahaan. 4. Ownership Strukture (Struktur Kepemilikan) Tujuan dari perusahaan sangat ditentukan oleh struktur kepemilikan. Struktur kepemilikan dalam penelitian ini mencakup kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional. a. Kepemilikan Manajerial Kepemilikan manajerial menurut Downes dan Goodman (1998) yaitu para pemegang saham yang juga berarti dalam hal ini sebagai pemilik dalam perusahaan dari pihak manajemen yang secara aktif ikut dalam pengambilan keputusan pada suatu perusahaan yang bersangkutan. Manajer mendapat peluang dalam keterlibatan pada kepemilikan saham dengan tujuan untuk menyetarakan kepentingannya dengan para pemegang saham. Kepemilikan saham oleh pihak manajemen akan menimbulkan suatu pengawasan terhadap kebijakan-kebijakan yang diambil oleh manajemen perusahaan. Semakin besar proporsi kepemilikan manajemen dalam perusahaan, maka manajemen dalam perushaan tersebut akan lebih berusaha dengan giat untuk kepentingan dirinya sendiri. Kepemilikan saham manajerial dapat mendukung penyatuan kepentingan antara manajer dengan pemegang saham. b. Kepemilikan Institusional Institusi adalah lembaga yang mempunyai pengaruh besar untu investasi yang dilakukan salah satunya yaitu investasi saham. Sehingga biasanya institusi

11 menyerahkan tanggung jawab pada divisi tertentu untuk mengelola investasi perusahaan tersebut (Murwaningsari, 2010). Kepemilikan institusional adalah bagian dari mekanisme corporate governance pada perusahaan. Kepemilikan institusional mempunyai arti penting dalam memonitor manajemen karena adanya kepemilikan oleh institusional akan dapat mendorong peningkatan pengawasan yang lebih optimal. Monitoring tersebut dilakukan dengan tujuan terjaminnya kemakmuran untuk para pemegang saham. Apabila tingkat kepemilikan institusional tinggi, maka akan menimbulkan pengawasan yang lebih besar oleh pihak investor institusional. 5. Reaksi Investor Investor merupakan orang perorangan atau lebih yang melakukan investasi baik itu dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Reaksi investor akan terlihat ketika adanya perubahan harga saham yang drastis pada saat dilakukannya pengumuman laba. Reaksi investor juga dapat dilihat melalui pasar yang efisien. Ketika saat pengambilan keputusan, para investor selalu memasukkan faktor-faktor yang ada dalam keputusan mereka. Apabila para investor beranggapan informasi yang telah diberikan oleh perusahaan termasuk informasi yang berguna sehingga akan ada peningkatan harga saham ataupun jumlah perdagangan saham yang dilakukan oleh para investor tersebut. Reaksi investor diukur menggunakan abnormal return (return tidak normal) melalui perubahan harga saham serta aktivitas volume perdagangan saham. Apabila abnormal return dalam pasar yang efisien positif, maka hal ini akan memicu terjadinya kenaikan volume perdagangan saham. Apabila dalam penelitian ini menggunakan abnormal return, maka dapat dikatakan bahwa suatu

12 pengumuman yang mempunyai kandungan informasi akan memberikan abnormal return kepada investor (Maristi, 2013) B. Penelitian Terdahulu dan Penurunan Hipotesis 1. Kepemilikan Manajerial dan Voluntary Disclosure Kepemilikan manajerial merupakan saham yang dimiliki oleh manajemen, direksi ataupun komisaris. Teori keagenan menggambarkan jika terdapat pembagian kepemilikan disuatu perusahaan yang akan berpotensi munculnya biaya agensi yang diakibatkan karna adanya konflik kepentingan antara principal dan agent. Kepemilikan manajemen terhadap saham perusahaan dipandang dapat menyelaraskan potensi perbedaan kepentingan antara pemegang saham luar dengan manajemen (Jensen dan Meckling, 1976). Kesulitan dalam bidang keagenan, corporate governance yang melambangkan konsep yang didasarkan pada teori keagenan dapat berfungsi sebagai alat untuk memberikan keyakinan kepada para investor bahwa mereka akan menerima return atas dana yang telah mereka investasikan. Manajer mendapat kesempatan untuk terlibat dalam kepemilikan saham dengan tujuan untuk menyetarakan kepentingannya sebagai manajer dengan kepentingannya sebagai pemegang saham. Kepemilikan manajerial akan menyetarakan kepentingannya dengan pemegang saham sehingga dapat bekerja lebih hati hati karena keputusan yang diambil nantinya akan berdampak pada dirinya sendiri. Apabila suatu perusahaan memiliki kepemilikan manajerial yang tinggi, maka manajer akan lebih peduli dengan kepentingan perusahaan.

13 Penelitian Midiastuty dan Machfoeds (2003) menyatakan bahwa kepemilikan manajerial memiliki pengaruh terhadap kualitas laba perusahaan. Sehingga hal ini mengindikasikan bahwa kepemilikan manajerial akan meningkat sehingga luas pengungkapan akan lengkap. Penelitian Dewi (2008) juga menyatakan bahwa kepemilikan manajerial memiliki hubungan positif yang signifikan dengan pengungkapan laporan keuangan, hasil ini mengindikasikan bahwa apabila kepemilikan manajerial meningkat menunjukkan bahwa pengungkapan laporan keuangan semakin lengkap. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Dewi (2008), penelitian Barros et al. (2013) juga menyatakan bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh positif terhadap voluntary disclosure. Berdasarkan uraian di atas maka hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut: H 1 : Proporsi kepemilikan manajerial berpengaruh positif terhadap luas voluntary disclosure. 2. Kepemilikan Institusional dan Voluntary Disclosure Kepemilikan institusional merupakan kepemilikan saham yang dimiliki oleh institusi. Investor institusional memiliki peran yang besar dalam pengawasan yang efektif dalam setiap keputusan yang diambil oleh manajer, investor institusional terlibat dalam pengambilan keputusan yang strategis dalam perusahaan. Sehingga dengan adanya pengawasan dari institusi, manajer akan lebih berhati hati dalam melakukan pengelolaan dan memiliki kemungkinan sangat kecil untuk melakukan manipulasi. Kepemilikan institusional ini diharapkan mampu meningkatkan kinerja perusahaan yang dapat dilihat dari kinerja keuangan perusahaan.

14 Penelitian Dewi (2006) menyatakan proporsi kepemilikan institusional berpengaruh terhadap pengungkapan sukarela. Penelitian Anggraini (2008) juga menyatakan bahwa kepemilikan institusional memiliki hubungan positif yang signifikan dengan pengungkapan. Hasil ini mengindikasikan bahwa bila kepemilikan institusional meningkat menunjukkan bahwa pengungkapan akan semakin lengkap. Oktaviana (2009) menyebutkan bahwa dengan semakin tingginya jumlah investor institusional, maka akan terdapat peningkatan insentif bagi perusahaan untuk berperan aktif dalam corporate governance, termasuk dalam hal pengungkapan. Dengan adanya kepemilikan oleh investor luar maka pengungkapan yang dilakukan oleh perusahaan akan semakin luas (Yunita, 2012). Pengawasan yang tinggi dari pihak luar akan menuntut perusahaan untuk melakukan pengungkapan yang lebih luas. Berdasarkan uraian di atas maka hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut: H 2 : Proporsi kepemilikan institusional berpengaruh positif terhadap voluntary disclosure. 3. Komisaris Independen dan Voluntary Disclosure Dewan komisaris independen merupakan anggota dewan direksi yang bersifat independen dan tidak memihak ke pihak manapun sehingga tidak dapat terpengaruh oleh pihak manapun. Komisaris independen memiliki tanggung jawab pokok untuk mendorong diterapkannya prinsip tata kelola yang baik (good corporate governance) di dalam perusahaan melalui pemberdayaan dewan komisaris agar dapat melakukan tugas pengawasan dan memberikan nasihat

15 kepada direksi secara efektif dan akan memberikan nilai tambah bagi perusahaan. Keberadaan dewan komisaris independen sangat penting bagi perusahaan karena dapat meminimalisir adanya tindak manajemen perusahaan yang tidak bersih dan tidak transparan. Berdasarkan teori keagenan, bahwa semakin besar jumlah komisaris independen pada dewan komisaris, maka semakin baik mereka bisa memenuhi peran mereka di dalam mengawasi dan mengontrol tindakan-tindakan para direktur eksekutif. Dengan semakin berfungsinya komisaris independen dalam memonitor kinerja para manajer, maka tingkat kepercayaan investor semakin besar terhadap kinerja yang telah dilakukan oleh perusahaan. Pengawasan yang tinggi dari pihak luar akan menuntut perusahaan untuk melakukan pengungkapan yang lebih luas. Rachmawati (2009) menyebutkan hal ini dikarenakan laporan keuangan merupakan sumber informasi penting bagi perusahaan dan informasi tersebut akan digunakan dalam perencanaan dan evaluasi. Hadi dan Arifin (2002), Sembiring (2005) menemukan bukti empiris yang menunjukan bahwa komisaris independen memberikan pengaruh yang positif terhadap pengungkapan sukarela perusahaan. Cheng dan Courtnay (2004) menemukan bahwa perusahaan yang memiliki dewan komisaris independen yang lebih besar memiliki pengaruh yang positif terhadap pengungkapan sukarela dibandingkan dengan perusahaan dengan komposisi dewan komisaris yang seimbang Prawinandi et al. (2012) menyatakan bahwa ada pengaruh antara komisaris independen terhadap pengungkapan sukarela. Hal ini dikarenakan terdapat pihak

16 independen yang mendesak manajemen perusahaan agar dapat menyajikan informasi yang transparan. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan Prawinandi, penelitian Yulianti (2016) juga menyatakan bahwa komisaris independen memiliki pengaruh terhadap pengungkapan sukarela. Berdasarkan uraian tersebut maka hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut: H 3 : Proporsi komisaris independen berpengaruh positif terhadap voluntary disclosure. 4. Voluntary Disclosure dan Reaksi Investor Suatu informasi dapat dikatakan mempunyai nilai guna bagi investor apabila informasi tersebut memberikan reaksi untuk melakukan transaksi dipasar modal (Jogiyanto, 2013). Reaksi investor akan menunjukkan kandungan informasi dalam pengungkapan pelaporan keuangan. Scott (2012) menyatakan bahwa informasi akuntansi akan dinilai berguna apabila informasi tersebut menyebabkan investor mengubah keyakinan dan tindakan mereka. Tingkat kegunaan informasi akuntansi bagi investor dapat diukur dengan besarnya perubahan harga atau perubahan volume yang mengikuti publikasi informasi akuntansi. Pengungkapan informasi pelaporan keuangan berguna untuk pengambilan keputusan investasi para investor, sebagai salah satu pemakai laporan keuangan. Pengungkapan informasi secara memadi dapat mengurangi masalah informasi dan masalah keagenan tersebut. Beaver (1968), menyatakan bahwa suatu laporan memiliki kandungan informasi, jika jumlah lembar saham yang diperdagangkan menjadi lebih besar ketika earning diumumkan, yang

17 mengakibatkan adanya reaksi pasar terhadap informasi yang diberikan perusahaan baik itu informasi yang bersifat positif maupun negatif. Penelitian Nurdin dan Cahyandito (2006) dan Baron (2005) menyatakan bahwa pengungkapan yang dilakukan oleh perusahaan berpengaruh signifikan terhadap reaksi investor. Penelitian Rachmawati dan Rina (2015) juga menyatakan bahwa pengungkapan berpengaruh terhadap reaksi investor, yang artinya semakin banyak perusahaan tersebut melakukan pengungkapan maka akan memberikan dampak terhadap para investor untuk mengambil sebuah keputusan. Berdasarkan uraian di atas maka hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut: H 4 : Voluntary disclosure berpengaruh positif terhadap reaksi investor. C. Model Penelitian sebagai berikut: Model penelitian yang digunakan dalam penelitian ini dapat digambarkan Kepemilikan Manajerial (+) Kepemilikan Institusional (+) (+) Voluntary Disclosure Komisaris Independen Gambar 2.1 Model Penelitian 1

18 Voluntary Disclosure (+) Reaksi Investor Gambar 2.2 Model Penelitian 2