BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Paru adalah struktur elastik yang dibungkus dalam sangkar thoraks, yang merupakan suatu bilik udara kuat dengan dinding yang dapat menahan tekanan. Paru-paru ada dua, merupakan alat pernafasan utama. Paru-paru mengisi rongga dada, terletak disebelah kanan dan kiri dan ditengah dipisahkan oleh jantung beserta pembuluh darah besarnya dan struktur lainnya yang terletak didalam mediastinum. Tuberkulosis paru adalah penyakit menular langsung yang mengenai parenkim paru yang disebabkan oleh basil mycobacterium Tuberkulosis. Sebagian besar kuman Tuberkulosis mengenai organ tubuh lainnya (Brunner & Suddarth, 2001). Penyakit TBC dapat menyerang siapa saja (tua, muda, laki-laki, perempuan, miskin, atau kaya) dan dimana saja. Setiap tahunnya, Indonesia bertambah dengan seperempat juta kasus baru TBC dan sekitar 140.000 kematian terjadi setiap tahunnya disebabkan oleh TBC. Bahkan, Indonesia adalah negara ketiga terbesar dengan masalah TBC di dunia. Survei prevalensi TBC yang dilakukan di enam provinsi pada tahun 1983-1993 menunjukkan bahwa prevalensi TBC di Indonesia berkisar antara 0,2 0,65%. Sedangkan menurut laporan Penanggulangan TBC Global yang dikeluarkan oleh WHO pada tahun 2004, angka insidensi TBC pada tahun 2002 mencapai 555.000 1
kasus (256 kasus/100.000 penduduk), dan 46% diantaranya diperkirakan merupakan kasus baru penyebab penyakit TBC (Siswanto, 2008). Penyakit TBC adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Mikrobakterium tuberkulosa. Bakteri ini berbentuk batang dan bersifat tahan asam sehingga dikenal juga sebagai Batang Tahan Asam (BTA). Bakteri ini pertama kali ditemukan oleh Robert Koch pada tanggal 24 Maret 1882, sehingga untuk mengenang jasanya bakteri tersebut diberi nama baksil Koch. Bahkan, penyakit TBC pada paru-paru kadang disebut sebagai Koch Pulmonum (KP). Berdasarkan survey di Jawa Tengah, angka penemuan kasus TBC cenderung mengalami peningkatan dari tahun ke tahun yakni 19 persen (2000), 21 persen (2001), 29 persen (2002), 38 persen (2003), dan 54 persen pada 2004. Selain itu angka kejadian TBC aktif juga menurun dari 130 per 100 ribu penduduk pada 1999 menjadi 107 per 100 ribu penduduk pada 2004 (Prianto, 2006). Dalam tiga tahun terakhir lebih dari setengah juta penderita TBC telah terobati dan 85 persen diantaranya telah sembuh. Di Semarang angka kejadiannya juga tak jauh beda, yaitu sekitar 56 per 100 ribu penduduk pada tahun 2005. Meningkatnya penularan infeksi yang telah dilaporkan saat ini, banyak dihubungkan dengan beberapa keadaan, antara lain memburuknya kondisi sosial ekonomi, belum optimalnya fasilitas pelayanan kesehatan masyarakat, meningkatnya jumlah penduduk yang tidak mempunyai tempat tinggal dan adanya epidemi dari infeksi HIV. Disamping itu daya tahan tubuh 2
yang lemah / menurun, virulensi dan jumlah kuman merupakan faktor yang memegang peranan penting dalam terjadinya infeksi TBC. Masyarakat kurang mendapatkan informasi bahwa pengobatan TBC itu gratis, mereka beranggapan biaya berobat itu mahal. (Dwik, 2005). Penyakit Tuberkulosis paru menyerang sebagian besar kelompok usia produktif, kelompok sosial ekonomi menengah dan berpendidikan menengah. Penderita Tuberkulosis paru BTA (basil tahan asam) positif akan menjadi sumber penularan bagi lingkungan di sekitarnya. Salah satu faktor yang erat hubungannya dengan terjadinya infeksi tuberkulosis yaitu adanya penularan. Jumlah basil yang cukup banyak dan terus menerus memapar calon penderita. Virulensi (keganasan basil) serta daya tahan tubuh dimana dengan daya tahan tubuh ini mempunyai hubungan erat dengan fungsi lingkungan, misalnya perumahan dan pekerjaan, fungsi imunologis, keadaan penyakit yang memudahkan infeksi seperti Diabetes Mellitus, campak, serta faktor genetik. Pada penderita tuberkulosis paru, bila penanganan di rumah sakit kurang baik, maka penderita Tuberkulosis akan mengalami komplikasi perdarahan dari saluran pernafasan bawah yang dapat mengakibatkan kematian karena syok hipovolemik atau tersumbatnya jalan nafas, penyebaran infeksi ke organ lain, misal otak, tulang, persendian, ginjal, jantung dan sebagainya (Mansjoer, dkk, 1999). Berdasarkan hal di atas, maka penulis tertarik untuk mengambil judul: Asuhan Keperawatan Klien Ny.K Dengan Tuberkulosis Paru Di Irna C3L1 RSUP Dr. Kariadi Semarang. 3
B. Tujuan Penulisan 1. Tujuan Umum Mampu memberikan Asuhan keperawatan pada pasien TB Paru dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan yang utuh dan komprehensif. 2. Tujuan Khusus a. Mampu melakukan pengkajian selama memberikan Asuhan keperawatan pada Ny.K dengan TB Paru di ruang C3 Lantai 1 RSUP dr. Kariadi Semarang. b. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan selama memberikan Asuhan keperawatan pada Ny.K dengan TB Paru di ruang C3 Lantai 1 RSUP dr. Kariadi Semarang. c. Mampu merumuskan rencana tindakan selama memberikan Asuhan keperawatan pada Ny.K dengan TB Paru di ruang C3 Lantai 1 RSUP dr. Kariadi Semarang. d. Mampu memberikan intervensi keperawatan yang dialami oleh klien Ny.K dengan TB Paru di ruang C3 Lantai 1 RSUP dr. Kariadi Semarang. e. Mampu melakukan evaluasi keperawatan yang dialami oleh klien Ny.K dengan TB Paru di ruang C3 Lantai 1 RSUP dr. Kariadi Semarang. f. Mampu melakukan perencanaan tindak lanjut pada klien Ny.K dengan TB Paru di ruang C3 Lantai 1 RSUP dr. Kariadi Semarang. 4
C. Metode Penulisan Dalam penyusunan karya tulis ini menggunakan metode deskriptif dalam bentuk studi kasus dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan yang meliputi pengkajian, perencanaan, implementasi dan evaluasi. 1. Observasi Metode pengumpulan data dengan cara pengamatan secara logis terhadap klien serta ikut dalam melakukan asuhan keperawatan. 2. Wawancara Diperoleh dengan cara mengadakan tanya jawab dengan klien, keluarga klien serta tenaga kesehatan lain untuk mendapatkan keterangan. 3. Studi Dokumenter Dengan cara menggunakan atau melihat catatan medis dan laporan keperawatan. 4. Studi kepustakaan Dengan mempelajari buku-buku atau literatur-literatur yang berkaitan dengan kasus selama pembuatan Karya Tulis Ilmiah. D. Sistematika Penulisan Sistematika penyusunan yang digunakan dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini terdiri atas 5 (lima) BAB yaitu : BAB I Pendahuluan, yang berisi latar belakang, tujuan penulisan, metode penulisan dan sistematika penulisan. 5
BAB II Konsep Dasar yang terdiri dari pengertian, anatomi dan fisiologi, etiologi / predisposisi, patofisiologi, manifestasi klinik, penatalaksanaan, komplikasi, pengkajian fokus (termasuk juga pemeriksaan penunjang), pathways keperawatan, serta fokus intervensi dan rasional. BAB III Tinjauan kasus, yang berisi pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi keperawatan, implementasi dan evaluasi. BAB IV Pembahasan BAB V Penutup, yang berisi kesimpulan dan saran 6