PENGGOLONGAN WILAYAH, JENIS PERKEBUNAN, DAN BESARNYA STANDAR INVESTASI TANAMAN PERKEBUNAN PER-HA

dokumen-dokumen yang mirip
CONTOH PERHITUNGAN STANDAR INVESTASI TANAMAN PERKEBUNAN

KEGIATAN PRIORITAS PENGEMBANGAN PERKEBUNAN TAHUN Disampaikan pada: MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN PERTANIAN NASIONAL Jakarta, 31 Mei 2016

DAFTAR ALAMAT MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI TAHUN 2008/2009

RENCANA KEGIATAN DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN TAHUN 2018

LAMPIRAN I Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor : SE-149/PJ/2010 Tentang : Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Kata Pengantar KATA PENGANTAR Nesparnas 2014 (Buku 2)

KATA PENGANTAR. Kata Pengantar

PROSPEK DAN ARAH PENGEMBANGAN AGRIBISNIS: Tinjauan Aspek Kesesuaian Lahan I. PENDAHULUAN

PERMASALAHAN PENGELOLAAN PERKEBUNAN

SUSUNAN KEANGGOTAAN SUB TIM KOORDINASI KERJASAMA PARIWISATA INDONESIA-SINGAPURA

4. Upaya yang telah dilakukan dalam mengendalikan serangan OPT dan menangani banjir serta kekeringan adalah sebagai berikut:

PERMASALAHAN PENGELOLAAN PERKEBUNAN

V. GAMBARAN UMUM. sebagai produsen utama dalam perkakaoan dunia. Hal ini bukan tanpa alasan, sebab

Perkembangan Ekonomi Makro

NOTA DINAS banjir Jawa Tengah, Jawa Timur dan Lampung kekeringan OPT banjir kekeringan OPT banjir

PENGAWALAN INTEGRASI JAGUNG DI LAHAN PERKEBUNAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR TAHUN 2017

Rekapitulasi Luas Penutupan Lahan Di Dalam Dan Di Luar Kawasan Hutan Per Provinsi Tahun 2014 (ribu ha)

Populasi Ternak Menurut Provinsi dan Jenis Ternak (Ribu Ekor),

Tabel Lampiran 1. Produksi, Luas Panen dan Produktivitas Padi Per Propinsi

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI PROVINSI KEPULAUAN RIAU APRIL 2015

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016

NOTA DINAS banjir OPT banjir kekeringan OPT banjir kekeringan OPT

NILAI TUKAR PETANI PROVINSI LAMPUNG NAIK 0,61 PERSEN

VI. ARAH PENGEMBANGAN PERTANIAN BEDASARKAN KESESUAIAN LAHAN

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 130/Permentan/SR.130/11/2014 TENTANG

Desa Hijau. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan

PREVALENSI BALITA GIZI KURANG BERDASARKAN BERAT BADAN MENURUT UMUR (BB/U) DI BERBAGAI PROVINSI DI INDONESIA TAHUN Status Gizi Provinsi

KATA PENGANTAR Rencana Strategis Direktorat Jenderal Perkebunan

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 130/Permentan/SR.130/11/2014 TENTANG

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI PROVINSI KEPULAUAN RIAU JUNI 2016

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : SE-07/PJ/2016 TENTANG

DUKUNGAN SUB SEKTOR PERKEBUNAN TERHADAP PELAKSANAAN KEBIJAKAN

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

PENDAHULUAN. pertanian. Kenyataan yang terjadi bahwa sebagian besar penggunaan lahan di. menyangkut kesejahteraan bangsa (Dillon, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat secara ekonomi dengan ditunjang oleh faktor-faktor non ekonomi

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 184 TAHUN 1998 TENTANG TIM KOORDINASI DAN SUB TIM KOORDINASI KERJASAMA EKONOMI SUB REGIONAL

KATA PENGANTAR. Samarinda, September 2015 Kepala, Ir. Hj. Etnawati, M.Si NIP

tersebut hanya ¼ dari luas lahan yang dimiliki Thailand yang mencapai 31,84 juta ha dengan populasi 61 juta orang.

Produksi (Ton) Luas (Ha) Produksi (Ton) Karet , , , , , , ,01

DAFTAR KANWIL DJP DAN KPP BERDASARKAN KELOMPOK TARGET RASIO KEPATUHAN PENYAMPAIAN SPT TAHUN 2017

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. para stakeholdernya. Keberhasilan dalam pencapaian tujuan perusahaan

BPS PROVINSI LAMPUNG A. PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI


PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI PROVINSI KEPULAUAN RIAU NOVEMBER 2015

KEBIJAKAN PROGRAM DAN KEGIATAN DITJEN TANAMAN PANGAN TAHUN 2017

BAB I PENDAHULUAN. Pengenalan jenis kopi Robusta pada masa awal abad XX menjurus ke arah suatu

Tabel Lampiran 39. Produksi, Luas Panen dan Produktivitas Bawang Merah Menurut Propinsi

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 122/Permentan/SR.130/11/2013 TENTANG

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN JULI 2014 SEBESAR 102,54

KATA PENGANTAR. Samarinda, Juli 2016 Kepala, Ir. Hj. Etnawati, M.Si NIP

Program Pembangunan Perkebunan 2018

2

Nusa Tenggara Timur Luar Negeri Banten Kepulauan Riau Sumatera Selatan Jambi. Nusa Tenggara Barat Jawa Tengah Sumatera Utara.

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. 1. Jumlah penduduk dan keadaan ekonomi Kabupaten Way Kanan

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI PROVINSI SULAWESI TENGGARA NOVEMBER 2015

U r a i a n. Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Pendidikan Nonformal dan Informal

Fungsi, Sub Fungsi, Program, Satuan Kerja, dan Kegiatan Anggaran Tahun 2012 Kode Provinsi : DKI Jakarta 484,909,154

2016, No Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakh

DAFTAR ISI 1. KERANGKA PIKIR PENYUSUNAN RENCANA STRATEGIS 3 PENGEMBANGAN INDUSTRI NASIONAL

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN OKTOBER 2014 SEBESAR 103,40

I. PENDAHULUAN. 105º50 dan 103º40 Bujur Timur. Batas wilayah Provinsi Lampung sebelah

LAPORAN REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN NEGARA DAN HIBAH PENDAPATAN NEGARA DAN HIBAH KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA MELALUI KPPN DAN BUN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BPKP. Pembinaan. Pengawasan. Perubahan.

DUKUNGAN PASCAPANEN DAN PEMBINAAN USAHA

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI PROVINSI SULAWESI TENGGARA MARET 2017

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI PROVINSI SULAWESI TENGGARA DESEMBER 2015

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sektor pertanian merupakan sektor yang mendapatkan perhatian cukup besar dari

DATA SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR SAMPAI DENGAN SEMESTER I TAHUN 2016

MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI PROVINSI KEPULAUAN RIAU FEBRUARI 2016

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI PROVINSI KEPULAUAN RIAU FEBRUARI 2015

KEPUTUSAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 041/P/2017 TENTANG

RUMAH KHUSUS TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN

IV. GAMBARAN UMUM 4.1 Perkebunan Dunia

Sektor * 2010** 3,26 3,45 3,79 2,82 2,72 3,36 3,47 4,83 3,98 2,86 2. Pertambangan dan Penggalian

Kata Pengantar KATA PENGANTAR

MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT KEPUTUSAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT NOMOR : 01/KPTS/1994 TENTANG

2017, No telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Undang- Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 Tahu

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN DESEMBER 2014 SEBESAR 99,65

Menteri Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia KEPUTUSAN MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA TENTANG

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Tembakau merupakan salah satu komoditas perdagangan penting di dunia. Menurut Rachmat dan Sri (2009) sejak tahun

PERTUMBUHAN EKONOMI LAMPUNG TRIWULAN II-2016 EKONOMI PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN II-2016 TUMBUH 5,21 PERSEN MENGUAT DIBANDINGKAN TRIWULAN II-2015

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI PROVINSI SULAWESI TENGGARA MEI 2017

PENYUSUNAN MATRIKS PMTB TAHUN 2017

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI PROVINSI KEPULAUAN RIAU SEPTEMBER 2016.

PERTUMBUHAN EKONOMI LAMPUNG TRIWULAN I-2016

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG

2012, No

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Luas Lahan Komoditi Perkebunan di Indonesia (Ribu Ha)

Kata Pengantar KATA PENGANTAR

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN MEI 2015 SEBESAR 99,24

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI PROVINSI SULAWESI TENGGARA DESEMBER 2014

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1990 TENTANG PEMBENTUKAN PENGADILAN TINGGI TATA USAHA NEGARA JAKARTA, MEDAN, DAN UJUNG PANDANG

PERATURAN DAERAH BUPATI MUSI RAWAS TENTANG. dalam Kabupaten Daerah Tingkat II Musi Rawas;

Evaluasi Kegiatan TA 2016 dan Rancangan Kegiatan TA 2017 Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian *)

I. PENDAHULUAN. usaha perkebunan mendukung kelestarian sumber daya alam dan lingkungan

Responden yang diwawancarai dalam penelitian ini terdiri dari responden. petani, responden pedagang, dan industri pengolahan buah.

I. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara agraris mempunyai peluang yang cukup besar dalam

Transkripsi:

Lampiran I Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor : KEP-16/PJ.6/1998 Tanggal : 30 Desember 1998 PENGGOLONGAN WILAYAH, JENIS PERKEBUNAN, DAN BESARNYA STANDAR INVESTASI TANAMAN PERKEBUNAN PER-HA dalam ribuan Rupiah NO. JENIS TANAMAN PEMBAGIAN WILAYAH I II III IV V VI 1. Kelapa Hybrida Tanaman Sampai Tahun -1 2.507 2.532 2.558 2.589 2.620 2.651 Tanaman Sampai Tahun-2 3.185 3.211 3.250 3.296 3.343 3.365 Tanaman Sampai Tahun-3 3.911 3.939 3.990 4.052 4.114 4.149 Tanaman Sampai Tahun-4 4.774 4.807 4.872 4.949 5.026 5.154 Tanaman Menghasilkan 5.741 5.780 5.852 5.953 6.047 6.107 2. Kelapa Sawit Tanaman Sampai Tahun-1 1.838 1.674 1.914 1.961 2.007 2.052 Tanaman Sampai Tahun-2 2.751 2.795 2.866 2.948 3.029 3.109 Tanaman Sampai Tahun-3 3.958 4.021 4.123 4.240 4.357 4.472 Tanaman menghasilkan 5.553 5.646 5.784 5.941 6.096 6.253 3. Kelapa Dalam Tanaman Sampai Tahun-1 737 874 890 910 930 950 Tanaman Sampai Tahun-2 1.332 1.526 1.537 1.607 1.630 1.660 Tanaman Sampai Tahun-3 2.096 2.353 2.359 2.482 2.524 2.571 Tanaman Sampai Tahun-4 2.996 3.317 3..312 3.488 3.544 3.510 Tanaman menghasilkan 3.966 4.354 4.334 4.565 4.637 4.724 4. Karet Tanaman Sampai Tahun-1 1.566 1.599 1.631 1.671 1.710 1.750 Tanaman Sampai Tahun-2 2.120 2.161 2.209 2.267 2.324 2.382 Tanaman Sampai Tahun-3 2.704 2.757 2.815 2.887 2.958 3.029 Tanaman Sampai Tahun-4 3.343 3.412 3.482 3.566 3.649 3.733 Tanaman Sampai Tahun-5 4.001 4.087 4.164 4.264 4.361 4.457 Tanaman menghasilkan 4.931 5.044 5.137 5.249 5.360 5.472 5. Kopi Tanaman Sampai Tahun-1 1.918 1.959 1.996 2.045 2.092 2.138 Tanaman Sampai Tahun-2 2.110 2.495 2.198 2.249 2.301 2.352 Tanaman Menghasilkan 2.321 3.241 2.418 2.474 2.531 2.567 6. Coklat Tanaman Sampai Tahun-1 1.373 1.406 1.437 1.475 1.512 1.550 Tanaman Sampai Tahun-2 1.835 1.916 1.945 2.012 2.075 2.165 Tanaman Sampai Tahun-3 2.410 2.539 2.561 2.678 2.739 2.881 Tanaman menghasilkan 3.025 3.208 3.222 3.393 3.453 3.652 7. Pala Tanaman Sampai Tahun-1 913 947 978 1.017 1.056 1.095 Tanaman Sampai Tahun-2 1.129 1.170 1.206 1.252 1.298 1.344 Tanaman Sampai Tahun-3 1.367 1.414 1.457 1.511 1.565 1.819 Tanaman Sampai Tahun-4 1.743 1.796 1.848 1.911 1.373 2.036 Tanaman Sampai Tahun-5 2.157 2.220 2.278 2.350 2.423 2.495 Tanaman Sampai Tahun-6 2.613 2.685 2.751 2.834 2.917 3.000 Tanaman menghasilkan 3.114 3.196 3.271 3.366 3.460 3.555 8. Lada Tanaman Sampai Tahun-1 18.738 18.911 19.085 19.292 19.500 19.708 Tanaman Sampai Tahun-2 23.059 23.316 23.573 23.882 24.191 24.500 Tanaman menghasilkan 28.287 28.624 28.951 28.366 29.771 30.176 9. Teh Tanaman Sampai Tahun-1 3.240 3.307 3.375 3.476 3.543 3.645 Tanaman Sampai Tahun-2 4.236 4.324 4.412 4.545 4.633 4.765 Tanaman Sampai Tahun-3 5.362 5.473 5.585 5.752 5.864 6.032 Tanaman menghasilkan 6.546 6.582 6.819 7.023 7.160 7.364 10. Vanili Tanaman Sampai Tahun-1 5.471 5.676 5.915 6.176 6.506 6.801 Tanaman Sampai Tahun-2 7.790 8.045 8.338 8.659 9.057 7.482 Tanaman Sampai Tahun-3 10.879 11.216 11.595 12.017 12.523 8.230 Tanaman Sampai Tahun-4 14.277 14.705 15.179 15.710 16.335 9.053 Tanaman Sampai Tahun-5 18.090 18.617 19.196 19.848 20.604 9.958 Tanaman Sampai Tahun-6 22.285 22.921 23.614 24.400 25.299 10.954 Tanaman Menghasilkan 26.379 27.103 27.889 28.783 29.801 12.049 11. Jambu Mete Tanaman Sampai Tahun-1 1.159 1.173 1.207 1.233 1.272 1.297 Tanaman Sampai Tahun-2 1.499 1.513 1.562 1.602 1.658 1.698

Tanaman Menghasilkan 1.818 1.833 1.894 1.948 2.018 2.073 12. Jeruk Tanaman Sampai Tahun-1 4.184 4.184 4.184 4.184 4.184 4.184 Tanaman Sampai Tahun-2 7.496 7.496 7.496 7.496 7.496 7.496 Tanaman Sampai Tahun-3 11.966 11.966 11.966 11.966 11.966 11.966 Tanaman Menghasilkan 17.277 17.277 17.277 17.277 17.277 17.277 13. Mangga Tanaman Sampai Tahun-1 2.306 2.306 2.306 2.306 2.306 2.306 Tanaman Sampai Tahun-2 5.226 5.226 5.226 5.226 5.226 5.226 Tanaman Sampai Tahun-3 8.039 8.039 8.039 8.039 8.039 8.039 Tanaman Menghasilkan 11.143 11.143 11.143 11.143 11.143 11.143 14. Pisang Tanaman Sampai Tahun-1 7.600 7.600 7.600 7.600 7.600 7.600 Tanaman Menghasilkan 12.812 12.812 12.812 12.812 12.812 12.812 15. Pepaya Tanaman Sampai Tahun-1 5.264 5.264 5.264 5.264 5.264 5.264 Tanaman Menghasilkkan 9.634 9.634 9.634 9.634 9.634 9.634 16. Nanas Tanaman Sampai Tahun-1 9.633 9.633 9.633 9.633 9.633 9.633 Tanaman Menghasilkkan 14.430 14.430 14.430 14.430 14.430 14.430 17. Kemiri Tanaman Sampai Tahun-1 836 878 919 972 1021 1074 Tanaman Sampai Tahun-2 1.342 1.425 1.508 1.611 1.123 1.1825 Tanaman Sampai Tahun-3 1.906 2.035 2.164 2.323 1.236 1.300 Tanaman Sampai Tahun-4 2.535 2.714 2.894 3.113 1.359 1.430 Tanaman Menghasilkkan 6.377 6.377 6.377 6.377 6.377 6.377 18. Durian Tanaman Sampai Tahun-1 1.290 1.290 1.290 1.290 1.290 1.290 Tanaman Sampai Tahun-2 2.975 2.975 2.975 2.975 2.975 2.975 Tanaman Sampai Tahun-3 4.576 4.576 4.576 4.576 4.576 4.576 Tanaman Menghasilkkan 6.377 6.377 6.377 6.377 6.377 6.377 19. Markisa Tanaman Sampai Tahun-1 3.938 3.938 3.938 3.938 3.938 3.938 Tanaman Menghasilkan 7.366 7.366 7.366 7.366 7.366 7.366 20. Melinjo Tanaman Sampai Tahun-1 989 1.252 1.349 1.514 1.619 1.796 Tanaman Sampai Tahun-2 1.524 1.850 1.995 2.222 2.394 2.655 Tanaman Sampai Tahun-3 2.125 2.522 2.718 3.012 3.262 3.618 Tanaman Sampai Tahun-4 2.792 3.266 3.520 3.888 4.224 4.685 Tanaman Menghasilkan 3.548 4.107 4.424 4.874 5.308 5.888 21. Salak Tanaman Sampai Tahun-1 7.108 7.108 7.108 7.108 7.108 7.108 Tanaman Sampai Tahun-2 13.986 13.986 13.986 13.986 13.986 13.986 Tanaman Sampai Tahun-3 21.034 21.034 21.034 21.034 21.034 21.034 Tanaman Menghasilkan 28.840 28.840 28.840 28.840 28.840 28.840 22. Jambu Biji Tanaman Sampai Tahun-1 3.374 3.374 3.374 3.374 3.374 3.374 Tanaman Sampai Tahun-2 7.947 7.947 7.947 7.947 7.947 7.947 Tanaman Sampai Tahun-3 12.640 12.640 12.640 12.640 12.640 12.640 Tanaman Menghasilkan 17.801 17.801 17.801 17.801 17.801 17.801 23. Manggis Tanaman Sampai Tahun-1 2.906 2.906 2.906 2.906 2.906 2.906 Tanaman Sampai Tahun-2 6.036 6.036 6.036 6.036 6.036 6.036 Tanaman Sampai Tahun-3 8.930 8.930 8.930 8.930 8.930 8.930 Tanaman Menghasilkan 11.923 11.923 11.923 11.923 11.923 11.923 24. Melon Tanaman Menghasilkan 21.380 21.380 21.380 21.380 21.380 21.380 25. Semangka Tanaman Menghasilkan 11.885 11.885 11.885 11.885 11.885 11.885 26. Belimbing Tanaman Sampai Tahun-1 2.602 2.602 2.602 2.602 2.602 2.602 Tanaman Sampai Tahun-2 5.437 5.437 5.437 5.437 5.437 5.437 Tanaman Sampai Tahun-3 8.236 8.236 8.236 8.236 8.236 8.236 Tanaman Menghasilkan 11.315 11.315 11.315 11.315 11.315 11.315

KETERANGAN : 1. Wilayah I meliputi : Jawa, Bali Wilayah II meliputi : Sumatera Selatan, Jambi, Bengkulu, Lampung, Sumatera Barat Wilayah III meliputi : D.I. Aceh, Sumatera Utara, Riau, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan. Wilayah IV meliputi : Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Timur-timor Wilayah V meliputi : Sulawesi, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur Wilayah VI meliputi : Maluku, Irian Jaya 2. Untuk Perhitungan SIT per m2, maka besarnya SIT Tanaman Perkebunan per Ha dibagi dengan angka 10.000. Contoh perhitungan SIT. Diketahui suatu perkebunan karet di Sumatera Selatan mempunyai luas areal sebesar 10.500 Ha dengan perincian : - karet berumur 2 tahun seluas 500 Ha - karet berumur 4 tahun seluas 250 Ha - karet yang siap ditoreh seluas 750 Ha maka SIT yang diambil adalah SIT untuk tanaman karet pada wilayah II, yaitu : - untuk karet berumur 2 tahun = Rp. 2.161.000/Ha - untuk karet berumur 4 tahun = Rp. 3.412.000/Ha - untuk karet yang akan ditoreh = Rp. 5.044.000/Ha 3. Besarnya Standar Investasi Tanaman Perkebunan berumur pendek kurang dari setahun (Tanaman semusim) Tanaman budidaya perkebunan berumur pendek kurang dari setahun (tanaman semusim) adalah tanaman budidaya perkebunan yang berumur bulanan atau berumur kurang dari setahun, misalnya tanaman tembakau, tebu, rosela,jahe, ubikayu, jagung dan lain-lain. Penentuan Standar Investasi Tanaman Perkebunannya diatur sebagai berikut : a. Besarnya standar investasi tanaman perkebunan dihitung berdasarkan jumlah biaya yang diinvestasikan untuk suatu jenis tanaman budidaya perkebunan per hektar dalam satu tahun. b. Apabila suatu jenis tanaman budidaya, perkebunan dalam satu tahun mengalami lebih dari satu kali periode tanam, maka besarnya standar investasi untuk sekali periode tanam dikalikan jumlah periode tanam dalam satu tahun. c. Contoh tatacara penentuan besarnya Standar Investasi Tanaman (SIT) perkebunan berumur pendek kurang dari setahun (tanaman semusim) adalah sebagai berikut : Jenis tanaman : JAHE - Dalam satu tahun mengalami 3 kali periode tanam (setiap 4 bulan dimulai proses penanaman lagi hingga menghasilkan. - Satu kali periode tanam diperlukan biaya-biaya sebesar Rp. 500.000,- per Ha - Maka untuk 3 kali periode tanam (satu tahun) biaya-biaya yang diperlukan per Ha adalah : 3 x Rp.500.000,- = Rp. 1.500.000,- - Besarnya Standar Investasi Tanaman Perkebunan dihitung sebagai Uraian Biaya Faktor Bunga Nilai Yang Akan Datang (FV) Tahun 0 Rp. 1.500.000 x (1,1) Rp. 1.500.000 Standar Investasi Tanaman Rp. 1.500.000 Keterangan : - Bunga (interest) = 10% - Formula : FV = PV x ( 1 + i) " FV = Future Value = Nilai akan datang PV = Present Value = Nilai sekarang I = Interest = Bunga n = Tahun ke-n 4. Untuk tanaman yang belum/tidak tercantum dalam daftar SIT di atas dan tanaman tersebut merupakan komoditas perkebunan, SIT-nya dapat dihitung dengan ketentuan sebagai berikut : a. Tingkat suku bunga setahun yang dipakai rata-rata 10 % (keadaan normal). b. Data-data biaya pembukaan lahan, penanaman, pemeliharaan dan seterusnya diperoleh dari Dinas Perkebunan, instansi terkait lainnya, dan/atau hasil pengumpulan data lapangan. c. Penanaman Cover Corp adalah penanaman tanaman pelindung. d. Formula : CONTOH : FV FV PV i n = PV x (1 + I)" = Future Value = Present Value = Interest = Tahun ke-n = Nilai akan datang = Nilai sekarang = Bunga 1. Komoditi : NANAS Bunga : 10% Biaya per Ha (Rp) Factor Bunga Nilai Yang Akan Datang (Rp) Pembukaan lahan 0 0 x (1,1) = 0 Penanaman 0 9.633.375 x (1,1) = 10.596.712 Pemeliharaan 1 3.833.375 x (1,1) = 3.833.375 Standar Investasi Tanaman = 14.430.087 2. Komoditi : MANGGA Bunga : 10%

Uraian Biaya per Ha (Rp) faktor Bunga Nilai Yang Akan Datang (Rp) Penanaman 0 2.305.575 x (1,1)3 = 3.068.720 Pemeliharaan tahun ke- 1 2.689.650 x (1,1)2 = 3.254.476 Pemeliharaan tahun ke- 2 2.290.450 x (1,1)1 = 2.519.495 Pemeliharaan tahun ke- 3 2.300.350 x (1,1)0 = 2.300.350 Standar Investasi Tanaman per Ha = 11.143.041 DIREKTUR JENDERAL PAJAK ANSHARI RITONGA NIP. 060027032

LAMPIRAN II PENGGOLONGAN WILAYAH DAN BESARNYA STANDAR BIAYA PEMBANGUNAN HUTAN TANAMAN INDUSTRI PER HEKTAR NO. JENIS TANAMAN PEMBAGIAN WILAYAH I II III IV V 1 JELUTUNG/PULAI Tanaman Sampai Tahun-1 1.461.500 1.461.500 1.461.500 1.461.500 1.461.500 Tanaman Sampai Tahun-2 1.827.800 1.827.800 1.827.800 1.827.800 1.827.800 Tanaman Sampai Tahun-3 2.137.800 2.137.800 2.137.800 2.137.800 2.137.800 Tanaman Sampai Tahun-4 2.427.800 2.427.800 2.427.800 2.427.800 2.427.800 Tanaman Sampai Tahun-5 2.769.800 2.769.800 2.769.800 2.769.800 2.769.800 Tanaman Menghasilkan 2.930.800 2.930.800 2.930.800 2.930.800 2.930.800 2. ROTAN Tanaman Sampai Tahun-1 831.200 831.200 831.200 831.200 831.200 Tanaman Sampai Tahun-2 1.031.200 1.031.200 1.031.200 1.031.200 1.031.200 Tanaman Sampai Tahun-3 1.231.200 1.231.200 1.231.200 1.231.200 1.231.200 Tanaman Menghasilkan 1.414.200 1.414.200 1.414.200 1.414.200 1.414.200 3. TANAMAN LAINNYA Tanaman Sampai Tahun-1 1.243.027 1.268.602 1.023.200 1.088.200 1.152.200 Tanaman Sampai Tahun-2 1.675.598 1.765.768 1.294.200 1.379.200 1.463.200 Tanaman Sampai Tahun-3 1.984.829 2.110.324 1.504.200 1.616.700 1.703.200 Tanaman Sampai Tahun-4 2.294.060 2.454.886 1.679.200. 1.814.700 1.903.200 Tanaman Sampai Tahun-5 2.363.080 2.529.890 1.759.200 1.909.700 2.014.200 Tanaman Sampai Tahun-6 2.432.100 2.604.900 1.789.200 1.964.700 2.075.200 Keterangan : 1. Wilayah I : Nusa Tenggara Timur Wilayah II : Timor Timur Wilayah III : Jawa, Lampung, Sumatera Barat, Jambi, Bengkulu dan Bali. Wilayah IV : Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah dan Nusa Tenggara Barat. Wilayah V : DI Aceh, Riau, Kalimantan, Sulawesi Utara, Maluku dan Irian Jaya. 2. Penentuan Biaya Pembangunan (SBP) untuk jenis tanaman lainnya yang telah menghasilkan dan atau yang berumur lebih dari 6 tahun digunakan standar biaya pembangunan sesuai dengan "Tanaman Sampai Tahun-6". Direktur Jenderal Pajak A.ANSHARI RITONGA NIP. 060027032

Lampiran III BESARNYA ANGKA KAPITALISASI PERTAMBANGAN NON-MIGAS GALIAN LAMANYA WAKTU PENAMBANGAN (Tahun) ANGKA KAPITALISASI 1 0,91 2 1,74 3 2,49 4 3,17 5 3,79 6 4,36 7 4,87 8 5,33 9 5,76 10 6,14 11 6,50 12 6,81 13 7,10 14 7,37 15 7,61 16 7,82 17 8,02 18 8,20 19 8,36 20 8,51 21 8,65 22 8,77 23 8,88 24 8,98 25 9,08 26 9,16 27 9,24 28 9,31 29 9,37 30 9,43 DIREKTUR JENDERAL PAJAK A. ANSHARI RITONGA NIP. 060027032

Lampiran IV BESARNYA BIAYA INVESTASI TAMBAK 1. Tambak adalah areal pembudidayaan ikan yang dibangun dengan sejumlah investasi tertentu sesuai dengan jenis tambak. 2. Berdasarkan kriterianya, jenis tambak dibedakan atas : a. Tambak Intensif adalah tambak yang pengelelolanya telah menggunakan banyak alat bantu, seperti kincir air, pompa, genset, pakan dan pupuk. Kriteria untuk tambak intensif adalah : 1. Kepadatan penebaran benur : 15 s/d 30 ekor per M2. 2. Luas tiap petak : 0,30 s/d 0,5 Ha. 3. Dasar tambak : Keras, rata dan berpasir 4. Ketinggian air : 00 s/d 150 cm 5. Pupuk : Pemakaiannya sedikit. 6. Pakan : Pelet 7. Kincir : jumlahnya banyak. 8. Pengaturan sirkulasi air : menggunakan air. b. Tambak Semi Intensif adalah tambak yang pengelolaannya menggunakan sedikit alat-alat bantu kincir air, pompa, genset, pakan alam dan tambahan pupuk. Kriteria untuk tambak semi intensif adalah : 1. Kepadatan penebaran benur : s/d 15 ekor per M2. 2. Luas tiap petak : 1 s/d 2 Ha. 3. Dasar tambak : pelataran sistem caren. 4. Ketinggian air : 80 s/d 100 cm. 5. Pupuk : pemakaiannya sedikit. 6. Pakan : alami dan tambahan. 7. Kincir : jumlahnya sedikit 8. Pengaturan sirkulasi air : pasang surut dan pompa 3. Besarnya biaya investasi tambak adalah sebagai berikut : a. Tambak Intensif adalah : Rp. 5.300,-/m2 b. Tambak Semi Intensif adalah : Rp. 3.500,-/m2 Direktur Jenderal Pajak A.ANSHARI RITONGANIP. 060027032

Lampiran Va PERHITUNGAN BESARNYA NILAI JUAL OBJEK PAJAK PERAIRAN UNTUK PELABUHAN, INDUSTRI, LAPANGAN GOLF DAN TEMPAT REKREASI Kelompok A Klas Nilai Jual Permukaan Bumi Berupa Tanah (Rp/M2) Nilai Jual Permukaan Bumi Berupa Perairan (Rp/M2) 1 2 3 1 3.100.000,00 32.860,00 2. 2.925.000,00 31.000,00 3. 2.779.000,00 29.250,00 4. 4.640.000,00 27.790,00 5. 2.508.000,00 26.400,00 6. 2.352.000,00 25.080,00 7. 2.176.000,00 23.520,00 8. 2.013.000,00 21.760,00 9. 1.862.000,00 20.130,00 10. 1.722.000,00 18.620,00 11. 1.573.000,00 17.220,00 12. 1.416.000,00 15.730,00 13. 1.274.000,00 14.160,00 14. 1.147.000,00 12.740,00 15. 1.032.000,00 11.470,00 16. 916.000,00 10.320,00 17. 802.000,00 9.160,00 18. 702.000,00 8.020,00 19. 614.000,00 7.020,00 20. 537.000,00 6.140,00 21. 464.000,00 5.370,00 22. 394.000,00 4.640,00 23. 335.000,00 3.940,00 24. 285.000,00 3.350,00 25. 243.000,00 2.850,00 26. 200.000,00 2.430,00 27. 160.000,00 2.000,00 28. 128.000,00 1.600,00 29. 103.000,00 1.280,00 30. 82.000,00 1.030,00 31. 64.000,00 820,00 32. 48.000,00 640,00 33. 36.000,00 480,00 34. 27.000,00 360,00 35. 20.000,00 270,00 36. 14.000,00 200,00 37. 10.000,00 140,00 38. 7.150,00 100,00 39. 5.000,00 71,50 40. 3.500,00 50,00 41. 2.450,00 35,00 42. 1.700,00 24,50 43. 1.200,00 17,00 44. 910,00 12,00 45. 660,00 9,10 46. 480,00 6,60 47. 350,00 4,80 48. 270,00 3,50 49. 200,00 2,70 50. 140,00 2,00 DIREKTUR JENDERAL PAJAK A. ANSHARI RITONGANIP. 060027032

Lampiran Vb PERHITUNGAN BESARNYA NILAI JUAL OBJEK PAJAK PERAIRAN UNTUK PELABUHAN, INDUSTRI, LAPANGAN GOLF DAN TEMPAT REKREASI Kelompok B Klas Nilai Jual Permukaan Bumi Berupa Tanah (Rp/M2) Nilai Jual Permukaan Bumi Berupa Perairan (Rp/M2) 1 2 3 1 68.545.000,00 706.014,00 2 66.255.000,00 685.450,00 3. 64.005.000,00 662.550,00 4. 61.795.000,00 640.050,00 5. 59.625.000,00 617.950,00 6. 57.495.000,00 596.250,00 7. 55.405.000,00 574.950,00 8. 53.355.000,00 554.050,00 9. 51.345.000,00 533.550,00 10. 49.375.000,00 513.450,00 11. 47.445.000,00 493.750,00 12. 45.555.000,00 474.450,00 13. 43.705.000,00 455.550,00 14. 41.895.000,00 437.050,00 15. 40.125.000,00 418.950,00 16. 38.395.000,00 401.250,00 17. 36.705.000,00 383.950,00 18. 35.055.000,00 367.050,00 19. 33.445.000,00 350.550,00 20. 31.875.000,00 334.450,00 21. 30.345.000,00 318.750,00 22. 28.855.000,00 303.450,00 23. 27.405.000,00 288.550,00 24. 25.995.000,00 274.050,00 25. 24.625.000,00 259.950,00 26. 23.295.000,00 246.250,00 27. 22.005.000,00 232.950,00 28. 20.755.000,00 220.050,00 29. 19.545.000,00 207.550,00 30. 18.375.000,00 195.450,00 31. 17.245.000,00 183.750,00 32. 16.155.000,00 172.450,00 33. 15.105.000,00 161.550,00 34. 14.095.000,00 151.050,00 35. 13.125.000,00 140.950,00 36. 12.195.000,00 131.250,00 37. 11.305.000,00 121.950,00 38. 10.455.000,00 113.050,00 39. 9.645.000,00 104.550,00 40. 8.875.000,00 96.450,00 41. 8.145.000,00 88.750,00 42. 7.455.000,00 81.450,00 43. 6.805.000,00 74.550,00 44. 6.195.000,00 68.050,00 45. 5.625.000,00 61.950,00 46. 5.095.000,00 56.250,00 47. 4.605.000,00 50.950,00 48. 4.155.000,00 46.050,00 49. 3.745.000,00 41.550,00 50. 3.375.000,00 37.450,00 DIREKTUR JENDERAL PAJAK A. ANSHARI RITONGA NIP.060027032