I PENDAHULUAN. sektor peternakan merupakan salah satu bagian dari sektor pertanian yang perlu

dokumen-dokumen yang mirip
III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. dalam kelompok peternak Lebaksiuh yang ada di desa Sindanggalih, kecamatan

KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Pola saluran pemasaran terdiri dari: a) Produsen Ketua Kelompok Ternak Lebaksiuh Pedagang

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian, pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan

I PENDAHULUAN. Kambing perah peranakan etawah (PE) merupakan ternak dwiguna yang

PENDAHULUAN. untuk memenuhi kebutuhan yang tidak dapat dipenuhi oleh pekerjaan utamanya.

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Data Perkembangan Koperasi tahun Jumlah

I. PENDAHULUAN. pasokan sumber protein hewani terutama daging masih belum dapat mengimbangi

PENDAHULUAN. Latar Belakang. subsektor peternakan. Suatu negara dapat dikatakan sistem

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI, DAN KEBIJAKAN

PENDAHULUAN. Kambing perah merupakan salah satu ternak penghasil susu. Susu

I PENDAHULUAN. dwiguna yang dapat dimanfaatkan sebagai ternak penghasil daging dan susu.

I. PENDAHULUAN Kebijakan otonomi daerah yang bersifat desentralisasi telah merubah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

PENDAHULUAN. produksi yang dihasilkan oleh peternak rakyat rendah. Peternakan dan Kesehatan Hewan (2012), produksi susu dalam negeri hanya

BAB I PENDAHULUAN. penyedia protein, energi, vitamin, dan mineral semakin meningkat seiring

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peternakan merupakan salah satu sub sektor pertanian yang memiliki peranan cukup penting dalam memberikan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sub sektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan

I. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia.

BAB I. PENDAHULUAN. [Januari, 2010] Jumlah Penduduk Indonesia 2009.

BAB I PENDAHULUAN. kuantitas maupun kualitasnya. Keberhasilan pembangunan sub sektor

I. PENDAHULUAN. Jumlah penduduk selalu bertambah dari tahun ke tahun, hal tersebut terus

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Usaha sektor peternakan merupakan bidang usaha yang memberikan

I. PENDAHULUAN. Sumber : BPS (2009)

STRATEGI PENGUATAN KELOMPOK TANI DALAM PENGEMBANGAN USAHA NOVRI HASAN

VII. STRATEGI DAN PROGRAM PENGUATAN KELOMPOK TANI KARYA AGUNG

BAB I PENDAHULUAN. Potensi usaha peternakan di Indonesia sangat besar. Dengan kondisi geografis

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. 2.1 Uraian Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur

BAB I PENDAHULUAN. mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas ekonomi dan tugas

BAB I PENDAHULUAN. beli masyarakat. Sapi potong merupakan komoditas unggulan di sektor

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. untuk memenuhi kebutuhan protein hewani adalah sapi perah dengan produk

Renstra BKP5K Tahun

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik

I. PENDAHULUAN. sangat diperlukan untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia.

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PETERNAKAN

BAB I PENDAHULUAN. efetivitas rantai pemasok. Menurut Wulandari (2009), faktor-faktor yang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Jumlah Tenaga Kerja Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Lapangan Pekerjaan Tahun 2011

PENGANTAR. guna memenuhi kebutuhan masyarakat yang cenderung bertambah dari tahun

BAB III. AKUNTABILITAS KINERJA. Berikut ini merupakan gambaran umum pencapaian kinerja Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur :

PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang mayoritasnya bermatapencarian sebagai petani.

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan daerah pada hakekatnya merupakan bagian integral dan

dan produktivitasnya sehingga mampu memenuhi kebutuhan IPS. Usaha

2 seluruh pemangku kepentingan, secara sendiri-sendiri maupun bersama dan bersinergi dengan cara memberikan berbagai kemudahan agar Peternak dapat men

BAB I PENDAHULUAN. Tahun (juta orang)

I. PENDAHULUAN. Pembangunan yang dilakukan di negara-negara dunia ketiga masih menitikberatkan

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang

BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN, DAN PENDANAAN INDIKATIF

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang strategis karena selain hasil daging dan bantuan tenaganya, ternyata ada

BAB I PENDAHULUAN. Dan dari sekian banyak para pengusaha budidaya sapi di indonesia, hanya sedikit. penulis ingin mengangkat tema tentang sapi perah.

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 2 TAHUN 2004 TENTANG

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Permintaan pangan hewani terutama daging sapi meningkat cukup besar

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Swasembada susu nasional saat ini masih sulit tercapai, hal ini terlihat lebih dari 75

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN Visi dan Misi Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kota Tasikmalaya

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Kemajuan pembangunan nasional tidak terlepas dari peran bidang peternakan.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI DAN IMPLIKASINYA TERHADAP KEBERLANJUTAN USAHA KAMBING PERAH GUNA MENDUKUNG KEDAULATAN PANGAN

PENDAHULUAN Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kondisi Peternakan Sapi Perah di Indonesia

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ANALISIS FAKTOR EKSTERNAL DAN INTERNAL PELAKSANAAN MINAPADI DI DESA PAYAMAN NGANJUK

AGRIBISNIS. Sessi 3 MK PIP. Prof. Rudi Febriamansyah

I. PENDAHULUAN. khususnya bagi sektor pertanian dan perekonomian nasional pada umumnya. Pada

BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN, DAN PENDANAAN INDIKATIF

PENDAHULUAN. satu ternak penghasil daging yang sifatnya jinak dan kuat tetapi produktivitasnya

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan tersebut belum diimbangi dengan penambahan produksi yang memadai.

LAPORAN KINERJA 2014 BAB I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. sangat mendukung berkembangnya sektor pertanian dan peternakan.

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik (2009)

MATRIK RENSTRA DINAS PETERNAKAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Peternakan sapi potong merupakan salah satu sektor penyedia bahan

PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Susu merupakan salah satu bahan pangan yang penting bagi pemenuhan

VI. RANCANGAN PROGRAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN MELALUI PENGEMBANGAN PETERNAKAN

PENGANTAR. Latar Belakang. andil yang besar dalam pemenuhan kebutuhan pangan terutama daging.

BAB I PENDAHULUAN. disertai dengan laju pertumbuhan penduduk yang cukup pesat. Meningkatnya

I. PENDAHULUAN. dalam pembangunan sektor pertanian. Pada tahun 1997, sumbangan Produk

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Desa Sukajaya merupakan salah satu desa sentra produksi susu di Kecamatan

I PENDAHULUAN. pedesaan salah satunya usaha ternak sapi potong. Sebagian besar sapi potong

BAB I PENDAHULUAN. Susu merupakan salah satu produk peternakan yang berperan dalam

Rencana Strategis (RENSTRA)

PENETAPAN KINERJA DINAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN KABUPATEN JOMBANG TAHUN ANGGARAN 2015

I. PENDAHULUAN. Undang No 22 tahun 1999 tentang Kewewenangan Untuk Menggali Potensi

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Undang-undang No. 25 tahun 1992 tentang Perkoperasian pasal 2

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Potensi usaha peternakan di Indonesia sangat besar. Kondisi geografis

IV.B.13. Urusan Wajib Ketahanan Pangan

PENDAHULUAN. dimiliki oleh petani masih dalam jumlah yang sangat terbatas.

Transkripsi:

1 I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peternakan merupakan bidang usaha yang memberikan peranan sangat besar dalam pemenuhan kebutuhan protein hewani baik yang berupa daging maupun susu dan berbagai keperluan untuk industri hasil olahan ternak. Sub sektor peternakan merupakan salah satu bagian dari sektor pertanian yang perlu dikembangkan dan dimanfaatkan secara optimal, sehingga perlu terus diupayakan pengembangannya guna memberikan kontribusi yang nyata dalam pembangunan nasional. Peternakan kambing perah umumnya banyak diternakan di pedesaan karena telah dikenal kemampuannya beradaptasi di lingkungan yang sederhana, miskin pakan, dan dapat lebih efisien dalam mengubah pakan berkualitas rendah menjadi susu dan daging. Populasi ternak kambing di Indonesia mengalami peningkatan yaitu pada tahun 2010 populasi hanya 16.619.599 ekor sampai tahun 2016 jumlahnya mencapai 19.608.181 ekor. Provinsi Jawa Tengah menduduki posisi pertama populasi kambing terbanyak yaitu 4.104.130 ekor diikuti provinsi Jawa Timur dengan jumlah populasi 3.267.954 ekor dan peringkat ketiga adalah provinsi Jawa Barat yaitu dengan jumlah populasi 2.633.834 ekor pada tahun 2016 (Badan Pusat Statistik, 2016). Seiring dengan berkembangnya peternakan kambing perah di Indonesia maka berkembang pula peternak-peternak kambing yang ada di Indonesia, hal ini mengakibatkan banyaknya peternak yang mempunyai tujuan bersama sehingga terciptanya kelompok-kelompok peternak.

2 Keunikan susu kambing dibandingkan susu sapi mempunyai nilai tersendiri. Susu kambing mudah dicerna dan sangat cocok untuk mereka yang alergi akan susu sapi, dan dapat diberikan pada sumua golongan umur. Hal ini menjadi peluang bagi para peternak kambing perah untuk mendapatkan keuntungan dari sektor tersebut, namun para peternak masih mengalami beberapa masalah dan kendala sehingga mereka sulit untuk berhasil. Salah satu kendala yang terjadi ialah peternak belum memiliki keberdayaan dalam suatu usahanya, peternak belum mampu mengembangkan potensinya sebagai pemelihara ternak (cultivator) dan sebagai pengelola usaha untuk peternakannya (manager). Keberhasilan suatu usaha peternakan ditentukan oleh tiga faktor yaitu breeding, feeding dan management, Selain tiga faktor tersebut untuk mengembangkan suatu usaha dalam beternak idealnya peternak bergabung dengan kelompok kelompok peternak untuk meningkatkan keberdayaan peternak yang mendorong kemajuan dalam usaha ternaknya, karena kelompok memiliki peranan sangat penting yaitu sebagai kelas belajar, unit produksi dan wahana kerja sama. Kelompok Peternak Lebaksiuh adalah kelompok peternak kambing perah yang berdomisili di Desa Sindanggalih Kecamatan Karangpawitan Kabupaten Garut, peternakan ini berada di wilayah strategis di dataran tinggi dengan ketinggian 700-800 mdpl yang dekat dengan hutan. Kelompok Peternak Lebaksiuh merupakan contoh dari kelompok peternak yang telah berkembang, kelompok ini telah mampu meraih banyak prestasi serta mampu meningkatkan skala usaha kelompok ternak tersebut, hal ini ditandai dengan meningkatnya jumlah anggota kelompok maupun populasi jumlah ternak. Atas dasar alasan tersebut diindikasikan bahwa peran kelompok sebagai kelas belajar, unit produksi dan wahana kerjasama telah menjadikan anggota kelompoknya berdaya.

3 Kelompok Peternak Lebaksiuh telah mampu mengelola usahanya, ditandai dengan banyaknya kerja sama antara kelompok ternak dengan Dinas- Dinas pemerintahan di Kabupaten Garut, diantaranya dengan Dinas Peternakan dalam hal pengadaan bibit, sarana dan prasarana, dengan Dinas Perhutani dalam pengelolaan pengadaan pakan yaitu dalam program PHBM (Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat). Berlandaskan uraian tersebut, sampai saat ini belum ada kajian yang membahas tentang peran kelompok dalam pengembangan keberdayaan peternak khususnya di kelompok peternak Lebaksiuh, untuk itu perlu dilakukan penelitian yang berjudul Peran Kelompok dalam Pengembangan Keberdayaan Peternak Kambing Perah (Kasus di Kelompok Peternak Lebaksiuh Kecamatan Karangpawitan Kabupaten Garut Provinsi Jawa Barat). 1.2. Perumusan Masalah 1. Sejauhmana tingkat peran yang dilakukan Kelompok Peternak Lebaksiuh dalam fungsinya sebagai kelas belajar, unit produksi dan wahana kerjasama. 2. Sejauhmana keberdayaan peternak kambing perah Kelompok Peternak Lebaksiuh. 3. Bagaimana hubungan peran kelompok dengan keberdayaan peternak kambing perah Kelompok Peternak Lebaksiuh. 1.3 Maksud dan Tujuan 1. Mengetahui peran yang dilakukan Kelompok Peternak Lebaksiuh dalam menjalankan fungsinya sebagai kelas belajar, unit produksi dan wahana kerjasama.

4 2. Mengetahui keberdayaan peternak kambing perah Kelompok Peternak Lebaksiuh. 3. Mengetahui hubungan antara peran kelompok dengan keberdayaan peternak kambing perah Kelompok Peternak Lebaksiuh. 1.4 Kegunaan Penelitian Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi baru tentang lembaga tani ternak khususnya kelompok Peternak kambing perah. Hasil penelitian diharapkan menjadi : 1. Informasi bagi kelompok peternak kambing perah di Indonesia agar dapat maju dan berkembang dengan mencontoh kekuatan-kekuatan yang dimiliki Kelompok Ternak Lebaksiuh. 2. Referensi bagi Kelompok peternak Lebaksiuh untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan kelompok sehingga kelompok dapat menentukan strategi untuk mengembangkan kelompoknya. 3. Informasi bagi pengambil kebijakan dalam rangka meningkatkan keberdayaan peternak kambing perah melalui kelompok. 1.5 Kerangka Pemikiran Kambing merupakan ternak yang memiliki banyak kontribusi dalam pemenuhan kebutuhan dalam kehidupan, seperti kebutuhan terhadap protein baik dari produksi susu maupun daging yang sangat penting untuk pemenuhan gizi, untuk kebutuhan ekonomi misalnya kambing sebagai tabungan para petani sehingga menciptakan rasa aman dan tenang, untuk kebutuhan sosial juga

5 misalnya kepemilikan jenis ternak ini menunjukan adanya peningkatan keterkaitan kegiatan penduduk pedesaan. Keadaan peternak kambing perah di Indonesia masih tergolong tradisional, kebanyakan peternak di Indonesia hanya memiliki populasi kurang dari 10 ekor serta sistem pemeliharaan yang masih tradisional menyebabkan produktivitas rendah, bahkan seringkali kambing perah di Indonesia banyak yang tidak diperah sehingga hasil ternak kurang termanfaatkan. Sistem peternakan yang individual dan kurangnya pemahaman terhadap budidaya kambing perah serta penangananan pasca panen merupakan penyebab peternak kambing perah yang kurang maju dan tidak berkembang. Kebutuhan akan daging dan susu kambing dalam negeri meningkat seiring dengan peningkatan jumlah penduduk dan peningkatan kesadaran masyarakat untuk mengkonsumsi protein hewani antara lain daging dan susu kambing. Saat ini kambing semakin banyak diminati masyarakat karena banyaknya makanan yang berasal dari daging kambing dan hasil olahan kambing, sehingga berpeluang untuk menggantikan daging sapi dan menjadi alternatif pemenuhan daging. Badan pusat statistik pada tahun 2016 mencatat produksi daging kambing pada kurun waktu 6 tahun terakhir mengalami peningkatan yaitu tercatat pada tahun 2010 sekitar 5.751 ton/tahun sampai dengan tahun 2016 mencapai 8.761 ton/tahun. Meningkatnya kebutuhan susu dan daging kambing tidak diimbangi dengan produksi di dalam negeri, hal ini dikarenakan skala usaha peternak yang tidak ekonomis dan sistem pemeliharaan yang masih tradisional. Agar kebutuhan konsumsi susu dan daging kambing dapat terpenuhi maka peternak harus merubah cara beternaknya dengan cara yang lebih efisien dan ekonomis serta mempunyai

6 harapan untuk beternak dalam skala besar atau istilahnya peternak harus menjadi peternak sejati (farmers). Keberdayaan peternak dipersonifikasikan bahwa peternak dapat menjadi sejatinya peternak (farmers), yang ditunjukkan oleh berkembangnya potensi peternak dalam perannya sebagai manajer usahatani, pemelihara ternak, dan individu yang otonom, sehingga menjadi pelaku usahatani yang berkualitas (Yunasaf, 2008). Menjalankan usahatani, petani memiliki dua peranan, yaitu sebagai seorang jurutani atau pemelihara (cultivator), dan sebagai pengelola (manager) usahatani (Mosher, 1978). Petani sebagai pemelihara adalah peranan petani memelihara tanaman dan ternak guna mendapatkan hasil-hasilnya yang berfaedah, yaitu dengan menguasai dan melaksanakan aspek teknis bertani. Petani sebagai pengelola adalah peranan petani dalam pengambilan keputusan atau penetapan pilihan dari alternatif yang ada. Peternak dikatakan berdaya apabila telah mampu memelihara ternak dengan baik, yakni peternak telah mampu menguasai seluruh aspek teknis dalam beternak dengan baik dan benar. Peternak yang berdaya ialah peternak yang telah memiliki kemandirian dan keterampilan yang baik dalam beternak, hal ini dimaksudkan agar mendapatkan hasil produksi yang optimal dan menguntungkan. Peternak yang memiliki tingkat kemampuan teknis beternak yang tinggi khususnya pada usaha bidang pembibitan dilihat dari tingkat penguasaan teknis peternak dalam pembibitan, hasil produksi dan pemasaran. Peternak yang berdaya memiliki keterampilan teknis maupun non teknis dalam proses pemeliharaan dan pemerahan yakni peternak sudah bisa membudidayakan kambing perah sehingga populasinya bertambah banyak dan

7 jumlah kepemilikan ternak menjadi meningkat, dari hasil pemerahan kambing juga setiap anggota kelompok mampu mengelola hasil produksi susunya secara maksimal. Dalam pemberian pakan anggota kelompok telah mampu memberikan pakan yang sesuai dengan kebutuhan kambing perah tersebut secara kualitas maupun kuantitas dan telah memiliki kemampuan dalam manajemen pengendalian penyakit. Biasanya jika ada ternak yang sakit, mereka mengobati sendiri dengan kemampuan mereka dan jika sakitnya parah mereka langsung menghubungi ketua kelompok yang langsung dilaporkan dan ditangani oleh dokter hewan. Peternak harus memiliki jiwa usaha yang tinggi karena kepribadian tersebut merupakan salah satu keberdayaan peternak, ciri usaha tani yang sukses ialah dapat merinci tujuan dari usahanya, memiliki kemauan belajar yang tinggi, dan dapat menentukan prioritas dalam usahanya (Prawirokusumo, 1990), peternak harus mampu dalam merinci tujuan usahanya sehingga peternak dapat melaksanakan rencana-rencana untuk mencapai tujuan tersebut. Peternak harus memiliki kemampuan dalam menyusun prioritas pengembangan usahanya sehingga peternak bisa meningkatkan dan mengembangkan usahanya menuju skala yang lebih besar. Peternak harus memiliki keinginan belajar sehingga peternak memiliki pengetahuan baru dalam beternak untuk mendukung perkembangan usahanya. Mengubah peternak tradisional menjadi peternak yang modern butuh suatu wadah yang dapat mereka gunakan untuk belajar maupun bertukar pikiran dalam beternak salah satunya adalah kelompok. Kelompok dapat menjadi sarana untuk mengubah peternak dalam cara beternaknya sehingga usahanya lebih produktif. Kelompok dapat memilki peran sebagai media transformatif bagi peningkatan

8 kualitas anggota-anggotanya (Chu,1976). Kelompok diyakini dapat menjadi media transformatif bagi peternak dalam meningkatkan potensinya untuk mencapai kemajuan. Di dalam kelompok peternak dapat saling berbagi ilmu dan belajar mengenai usaha ternak yang mereka jalani, mereka juga dapat saling bekerja sama untuk memperoleh keuntungan di dalam usahanya. Dengan berbagai aktivitas di dalam kelompok tersebut diharapkan terjadi proses transformasi peternak tradisional menuju ke arah yang lebih baik (Yunasaf, 2008). Kelompok dapat berperan sebagai kelas belajar, unit produksi usaha tani, dan wahana kerjasama antara anggota kelompok dengan pihak lain (Departemen Pertanian, 2007). Kelompok yang dijalankan dengan baik dan benar dapat menjadi sarana yang dapat mengubah peternak menjadi berdaya, sehingga keharusan bagi kelompok ternak ternak untuk melaksanakan perannya sebagai kelas belajar, unit produksi, dan wadah kerja sama. Kelompok peternak memiliki peran sebagai kelas belajar yaitu kelompok sebagai wadah untuk meningkatkan pengetahuan, menambah wawasan, mendapatkan informasi, meningkatkan keterampilan dalam beternak dan mental dalam beternak. Hal-hal tersebut dicapai melalui kegiatan dalam kelompok, kegiatan yang dilakukan sebagai wadah belajar diantaranya seperti melakukan pelatihan dan pendidikan secara rutin yang berkelanjutan, menyelenggarakan penyuluhan yang rutin dengan dinas peternakan, serta berdiskusi antar anggota kelompok dan bertukar pikiran dalam memecahkan suatu masalah yang terjadi teknis maupun nonteknis. Dengan fungsi sebagai kelas belajar diharapkan dapat meningkatkan kemampuan beternak yang membuat peternak semakin baik dalam pemeliharaan ternak. Selain itu dapat meningkatkan keterampilan manajerial

9 dalam suatu usahanya sehingga peternakannya maju, meningkatnya keterampilan dan manajemen dalam beternak membuat peternak menjadi semakin berdaya. Kelompok peternak memilki peran sebagai unit produksi yaitu kelompok berfungsi menintegrasikan usaha anggotanya menjadi satu kesatuan usaha, dalam perannya sebagai unit produksi diharapkan peternak dapat mencapai skala usaha yang lebih ekonomis dan efisien dalam usahanya. Usaha yang terintegrasi akan lebih memudahkan para peternak dan lebih menguntungkan sehingga peternak lebih percaya kepada kelompok dan merasa sejahtera. Jika peternak sudah merasakan keuntungan dari hasil usahanya maka peternak akan lebih bersemangat untuk menjalankan dan mengembangkan usahanya sehingga usahanya meningkat, hal ini akan membuat semakin berdaya. Kelompok peternak memiliki peran sebagai wahana kerjasama, kelompok ternak sebagai pihak yang menjembatani dan wadah kerjasama antar anggota kelompok, antar kelompok maupun pihak lain. Peran yang dilakukan oleh kelompok ternak antara lain menjadi sarana kerjasama dalam permodalan bagi peternak kepada pihak pemberi modal baik dari kelompok maupun dari pihak lain yang membantu dalam permodalan suatu usaha ternak sehingga peternak dapat mengembangkan usahanya. Selain itu peran kelompok adalah bekerja sama dengan pihak lain diantaranya denga dinas peternakan dalam hal pengadaan input, sarana dan prasarana sehingga peternak dapat lebih mengefisienkan usahanya. Dalam fungsinya sebagai wahana kerjasama diharapkan anggota kelompok dapat bekerja sama dengan kelompok maupun dengan pihak lain sehingga peternakan dapat lebih berkembang, maju, dapat menghadapi ancaman, tantangan, dan hambatan di masa yang akan datang agar kelompok ternak dan peternak khususnya dapat tetap bertahan mengahadapi perubahan masa depan.

10 Berikut ini ilustrasi dalam kerangka pemikiran usulan penelitian ini: Peran Kelompok 1. Peran kelompok sebagai kelas belajar 2. Peran kelompok sebagai unit produksi 3. Peran kelompok sebagai wahana kerjasama Keberdayaan Peternak 1. Sebagai anggota yang memelihara ternak 2. Sebagai manajer dalam peternakan sendiri Ilustrasi 1: Hubungan antara peran kelompok dengan keberdayaan kelompok peternak Lebaksiuh Desa Sindanggalih Kecamatan Karangpawitan Kabupaten Garut Kelompok yang sudah menjalankan fungsinya yaitu sebagai kelas belajar, sebagai unit produksi, dan wahana kerjasama akan membuat peternak menjadi berdaya. Peternak akan memiliki keterampilan dalam memlihara ternak, kemampuan dalam memanajemen usahanya, dan meningkatkan usahanya. Hubungan kedua variabel bisa dilihat pada ilustrasi tersebut. Berdasarkan kerangka pemikiran tersebut, ada peran positif yang dilakukan oleh kelompok sebagai kelas belajar, unit produksi dan wahana kerjasama, maka dapat dibuat hipotesis bahwa : Peran kelompok memiliki hubungan yang positif dengan keberdayaan peternak kambing perah Lebaksiuh Desa Sindanggalih Kecamatan Karangpawitan Kabupaten Garut. 1.6 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kelompok Peternak kambing perah Lebaksiuh Desa Sindanggalih Kecamatan Karangpawitan Kabupaten Garut. Penelitian dilakukan pada tanggal 15 Januari 15 Februari 2017.