EKSPLORASI BIJIH BESI DENGAN METODE DIPOLE-DIPOLE DAN GEOMAGNET DI WILAYAH GANTUNG, KABUPATEN BLITUNG TIMUR, PROVINSI BLITUNG

dokumen-dokumen yang mirip
PENYELIDIKAN BIJIH BESI DENGAN METODE GEOMAGNET DAN GEOLISTRIK

Cross Diagonal Survey Geolistrik Tahanan Jenis 3D untuk Menentukan Pola Penyebaran Batuan Basal di Daerah Pakuan Aji Lampung Timur

IDENTIFIKASI BIDANG GELINCIR DI TEMPAT WISATA BANTIR SUMOWONO SEBAGAI UPAYA MITIGASI BENCANA LONGSOR

3. HASIL PENYELIDIKAN

PEMODELAN 3D RESISTIVITAS BATUAN ANDESIT DAERAH SANGON, KAB. KULONPROGO, PROVINSI DIY

Survei Polarisasi Terimbas (IP) Dan Geomagnet Daerah Parit Tebu Kabupaten Belitung Timur, Provinsi Bangka-Belitung

PENYELIDIKAN GEOFISIKA DI DAERAH GUNUNG RAWAN, KECAMATAN SEKAYAM, KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT

FOTON, Jurnal Fisika dan Pembelajarannya Volume 18, Nomor 2, Agustus 2014

Abstrak

BAB III LANDASAN TEORI

PENGARUH MUKA AIR TANAH TERHADAP KESTABILAN JEMBATAN MENGGUNAKAN METODE ELECTRICAL RESISTIVITY TOMOGRAPHY KONFIGURASI DIPOLE-DIPOLE

SURVEI GEOLISTRIK METODE RESISTIVITAS UNTUK INTERPRETASI KEDALAMAN LAPISAN BEDROCK DI PULAU PAKAL, HALMAHERA TIMUR

Pendugaan Zona Endapan Mineral Logam (Emas) di Gunung Bujang, Jambi Berdasarkan Data Induced Polarization (IP)

3. HASIL PENYELIDIKAN

PENENTUAN SEBARAN DAN KANDUNGAN UNSUR KIMIA KONTAMINASI LIMBAH CAIR BAWAH PERMUKAAN DI TPA CAHAYA KENCANA, KABUPATEN BANJAR

PRISMA FISIKA, Vol. II, No. 3 (2014), Hal ISSN :

Maulana Malik*, Irzal Nur*, Asran Ilyas* *Program Studi Teknik Pertambangan Universitas Hasanuddin

PENDUGAAN ZONA MINERALISASI GALENA (PbS) DI DAERAH MEKAR JAYA, SUKABUMI MENGGUNAKAN METODE INDUKSI POLARISASI (IP)

PENERAPAN METODE RESISTIVITAS UNTUK IDENTIFIKASI PENYEBAB RAWAN LONGSOR PADA DAERAH ALIRAN SUNGAI BRANTAS KECAMATAN SUKUN KOTA MALANG

APLIKASI GEOLISTRIK RESISTIVITAS KONFIGURASI DIPOLE DIPOLE UNTUK PENDUGAAN ASBUTON

PENENTUAN ZONA PENGENDAPAN TIMAH PLASER DAERAH LAUT LUBUK BUNDAR DENGAN MARINE RESISTIVITY Muhammad Irpan Kusuma 1), Muhammad Hamzah 2), Makhrani 2)

e-issn : Jurnal Pemikiran Penelitian Pendidikan dan Sains Didaktika

POSITRON, Vol. IV, No. 1 (2014), Hal ISSN :

Identifikasi Keretakan Beton Menggunakan Metode Geolistrik Resistivitas Timotius 1*), Yoga Satria Putra 1), Boni P. Lapanporo 1)

PROFIL RESISTIVITAS 2D PADA GUA BAWAH TANAH DENGAN METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI WENNER-SCHLUMBERGER (STUDI KASUS GUA DAGO PAKAR, BANDUNG)

APLIKASI METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI POLE-POLE UNTUK MENENTUKAN SEBARAN DAN KEDALAMAN BATUAN SEDIMEN DI DESA WONOSARI KECAMATAN NGALIYAN SEMARANG

PENENTUAN RESISTIVITAS BATUBARA MENGGUNAKAN METODE ELECTRICAL RESISTIVITY TOMOGRAPHY DAN VERTICAL ELECTRICAL SOUNDING

Analysis of Chromite Vein At The Subsurface Using Geoelectrical Method Wenner-Schlumberger Configuration

Metode Geolistrik (Tahanan Jenis)

KATA PENGANTAR. Yogyakarta, 25 Juni 2016 Penulis, Heru Apriyanto. vii

BAB 4 PENGOLAHAN DAN INTERPRETASI DATA GEOFISIKA

PEMETAAN POTENSI AIRTANAH DALAM MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK DI KABUPATEN PONOROGO SEBAGAI ANTISPASI BENCANA KEKERINGAN

BAB V INTERPRETASI HASIL PENGUKURAN RESISTIVITAS

183 PENDUGAAN BIJIH BESI DENGAN GEOLISTRIK RESISTIVITY-2D DAN GEOMAGNET DI DAERAH SEBAYUR, DESA MAROKTUAH, KEC

ANALISIS KEBERADAAN BIJIH BESI MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK 2D DI LOKASI X KABUPATEN LAMANDAU KALIMANTAN TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sepertiga wilayah Indonesia berada di atas permukaan laut yakni belasan

BAB I PENDAHULUAN. banyak terkait oleh mineralisasi endapan hidrotermal-magmatik. Dalam berbagai

Optimalisasi Desain Parameter Lapangan Untuk Data Resistivitas Pseudo 3D

BAB V PEMBAHASAN DAN INTERPRETASI

Andyono B Santoso 1, Hidayatullah Sidiq 2. ITSB Bandung,

IDENTIFIKASI PENYEBARAN LIMBAH CAIR DENGAN MENGGUNAKAN METODE TAHANAN JENIS 3D (MODEL LABORATORIUM)

PRISMA FISIKA, Vol. III, No. 2 (2015), Hal ISSN :

PENYELIDIKAN MAGNET DAERAH PANAS BUMI AKESAHU PULAU TIDORE, PROVINSI MALUKU UTARA. Oleh Liliek Rihardiana Rosli

PENGOLAHAN DATA MANUAL DAN SOFTWARE GEOLISTRIK INDUKSI POLARISASI DENGAN MENGGUNAKAN KONFIGURASI DIPOLE-DIPOLE

PEMODELAN INVERSI DATA GEOLISTRIK UNTUK MENENTUKAN STRUKTUR PERLAPISAN BAWAH PERMUKAAN DAERAH PANASBUMI MATALOKO. Abstrak

Prosiding Seminar Nasional XII Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi 2017 Sekolah Tinggi Teknologi Nasional Yogyakarta

SURVEY GEOMAGNET DI DAERAH PANAS BUMI SONGA-WAYAUA, KABUPATEN HALMAHERA SELATAN, MALUKU UTARA. Eddy Sumardi, Timor Situmorang

SURVEI GAYA BERAT DAN AUDIO MAGNETOTELURIK (AMT) DAERAH PANAS BUMI PERMIS, KABUPATEN BANGKA SELATAN PROVINSI BANGKA BELITUNG

III. METODE PENELITIAN

PEMODELAN 3-D SUSEPTIBILITAS MAGNETIK BAWAH PERMUKAAN DASAR LAUT PERAIRAN LANGSA, SELAT MALAKA-SUMATERA UTARA

Kata Kunci : Resistivitas, geolistrik, perbandingan, suseptibilitas magnetik, geomagnet. I. Pendahuluan. II. Kajian Pustaka

Penyelidikan daerah rawan gerakan tanah dengan metode geolistrik tahanan jenis (studi kasus : longsoran di desa cikukun)

Penentuan Lapisan Bawah Permukaan di Tempat Pengolahan Akhir Sampah (TPAS) Banjarbaru dengan Metode Geolistrik

IDENTIFIKASI KEDALAMAN AQUIFER DI KECAMATAN BANGGAE TIMUR DENGAN METODA GEOLISTRIK TAHANAN JENIS

Albert Wenanta 1, Piter Lepong 2. Prosiding Seminar Sains dan Teknologi FMIPA Unmul Periode Maret 2016, Samarinda, Indonesia ISBN:

ANALISIS AIR BAWAH TANAH DENGAN METODE GEOLISTRIK

APLIKASI METODE GEOFISIKA UNTUK GEOTEKNIK. Oleh: Icksan Lingga Pradana Irfan Fernando Afdhal Joni Sulnardi

Gambar 3.1 Lokasi lintasan pengukuran Sumber: Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI)

Prosiding Teknik Pertambangan ISSN:

Rustan Efendi 1, Hartito Panggoe 1, Sandra 1 1 Program Studi Fisika Jurusan Fisika FMIPA, Universitas Tadulako, Palu, Indonesia

ESTIMASI CADANGAN BATU GAMPING DI DESA MELIRANG, KECAMATAN BUNGAH, KABUPATEN GRESIK DENGAN METODE RESISTIVITAS 2-DIMENSI

PENDUGAAN AIR TANAH DENGAN METODE GEOLISTRIK TAHANAN JENIS DI DESA TELLUMPANUA KEC.TANETE RILAU KAB. BARRU SULAWESI-SELATAN

Gravitasi Vol. 14 No.2 (Juli-Desember 2015) ISSN:

Pemodelan Akuifer Air Tanah dengan Metode Geolistrik Tahanan Jenis Konfigurasi Dipole-dipole

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Pemodelan Inversi Data Geolistrik untuk Menentukan Struktur Perlapisan Bawah Permukaan Daerah Panasbumi Mataloko

PENYUSUNAN PEDOMAN TEKNIS EKSPLORASI BIJIH BESI PRIMER. Badan Geologi Pusat Sumber Daya Geologi

IDENTIFIKASI BENDA ARKEOLOGI DI KEC. MAKASSAR DENGAN METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI WENNER - SCHLUMBERGER

PENGGAMBARAN PSEUDOSECTION BAWAH PERMUKAAN DARI SUATU PROSES EVAPOTRANSPIRASI TANAMAN JAGUNG MENGGUNAKAN PROGRAM RES2DINV

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

PENDUGAAN POTENSI AIR TANAH DENGAN METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI SCHLUMBERGER DI KAMPUS TEGAL BOTO UNIVERSITAS JEMBER

STUDI TAHANAN JENIS BATUAN UNTUK IDENTIFIKASI MINERAL BIJIH BESI DI TEGINENENG LIMAU TANGGAMUS

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Triantara Nugraha, 2015

Kata kunci : Metode geomagnet, Mineral Sulfida, Foward Modeling, Disseminated.

IDENTIFIKASI POLA SEBARAN INTRUSI BATUAN BAWAH PERMUKAAN MENGGUNAKAN METODE GEOMAGNET DI SUNGAI JENELATA KABUPATEN GOWA

IDENTIFIKASI POLA AKUIFER DI SEKITAR DANAU MATANO SOROAKO KAB. LUWU TIMUR Zulfikar, Drs. Hasanuddin M.Si, Syamsuddin, S.Si, MT

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah

PEMANFAATAN METODE GEOLISTRIK RESISTIVITAS UNTUK MENGETAHUI STRUKTUR GEOLOGI SUMBER AIR PANAS DI DAERAH SONGGORITI KOTA BATU

Jurnal Fisika Unand Vol. 2, No. 2, April 2013 ISSN

GEOFISIKA GEOFISIKA

Kelompok 3 : Ahmad Imam Darmanata Pamungkas Firmansyah Saleh Ryan Isra Yuriski Tomy Dwi Hartanto

PEMODELAN TOMOGRAFI CROSS-HOLE METODE GEOLISTRIK RESISTIVITAS (Bentuk Anomali Silindris)

Studi Potensi Sumberdaya Andesit Menggunakan Metode Geolistrik Di Daerah Kokap, Kabupaten Kulonprogo, Daerah Istimewa Yogyakarta

METODE EKSPERIMEN Tujuan

POLA SEBARAN AKUIFER DI DAERAH PESISIR TANJUNG PANDAN P.BELITUNG

STUDI ZONA MINERALISASI EMAS MENGGUNAKAN METODE GEOMAGNET DI DESA SILIWANGA KECAMATAN LORE PEORE KABUPATEN POSO

Aplikasi Metode Geolistrik Resistivitas Konfigurasi Wenner Untuk Menentukan Struktur Tanah di Halaman Belakang SCC ITS Surabaya

Aplikasi Metoda Magnetik Untuk Eksplorasi Bijih Besi Studi Kasus : Bukit Munung Kabupaten Bengkayang, Kalimantan Barat Joko Sampurno *)

IDENTIFIKASI SEBARAN BIJIH BESI DI DESA PANCUMA KECAMATAN TOJO MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK HAMBATAN JENIS

POTENSI AIRTANAH BERDASARKAN NILAI RESISTIVITAS BATUAN DI KELURAHAN CANGKORAH, KECAMATAN BATUJAJAR, KABUPATEN BANDUNG BARAT

Pendugaan Akuifer serta Pola Alirannya dengan Metode Geolistrik Daerah Pondok Pesantren Gontor 11 Solok Sumatera Barat

IDENTIFIKASI SEBARAN BIJI BESI DENGAN MENGGUNAKAN METODE GEOMAGNET DI DAERAH GUNUNG MELATI KABUPATEN TANAH LAUT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV AKUISISI DAN PENGOLAHAN DATA LAPANGAN

IDENTIFIKASI ZONA KONDUKTIF DI DAERAH PROSPEK PANASBUMI LARIKE AMBON MALUKU

Analisa Sebaran Fosfat dengan Menggunakan Metode Geolistrik Konfigurasi Wenner- Schlumberger : Studi Kasus Saronggi, Madura

PENENTUAN KEDALAMAN AKUIFER BEBAS DENGAN MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI SCHLUMBERGER

Transkripsi:

EKSPLORASI BIJIH BESI DENGAN METODE DIPOLE-DIPOLE DAN GEOMAGNET DI WILAYAH GANTUNG, KABUPATEN BLITUNG TIMUR, PROVINSI BLITUNG Andi Agus Noor Laboratorium Geofisika, Fakutas Teknik Geologi, UNPAD ABSTRACT The geological distribution of iron ore in the area of research is relatively east-west with the thickness varies between 3-10 meters. Configuration subsurface geology of the results obtained with the method of exploration geophysics dipole-dipole and geomagnet. From the results of the exploration can be concluded that the distribution of iron ore almost evenly in all the track in the depth of 20-30 meters Keywords: iron ores, configuration, dipole, geomagnetic ABSTRAK Secara geologi penyebaran bijih besi di wilayah penelitian diperkirakan berarah relatif barat-timur dengan ketebalan bervariasi antara 3-10 meter. Gambaran konfigurasi geologi bawah permukaan diperoleh dari hasil eksplorasi geofisika dengan metode dipole-dipole dan geomagnet. Dari hasil eksplorasi dapat disimpulkan bahwa penyebaran bijih besi hampir merata di semua lintasan di kedalaman 20 30 meter. Kata kunci : Bijih besi, konfigurasi, dipole-dipole, geomagnet PENDAHULUAN Berdasarkan hasil pemetaan geologi di wilayah penelitian, penyebaran bijih besi diperkirakan berarah relatif barat-timur dengan ketebalan bervariasi antara 3-10 meter dan keterdapatannya mengikuti morfologi punggungan bukit. Secara regional di wilayah Gantung, jenis bijih besi berupa intrusi yang merupakan hasil proses geotermal yang bersifat radial dike, dimana proses penerobosan geotermal muncul di permukaan dan setempat-setempat di daerah yang zonasinya relatif lemah, serta membentuk perbukitan. Hal ini diperkuat selain ditemukannya backing effect juga terdapat kekar-kekar yang merupakan pengaruh dari terobosan geotermal (Baharuddin; Sidarto, 1995). Kondisi geologi tersebut merupakan sumberdaya yang perlu ditingkatkan statusnya guna memperkirakan potensi yang ada di wilayah ini. Sebagai gambaran awal perlu dilakukan pemetaan geologi bawah permukaan dengan metode-metode geofisika. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan konfigurasi bijih besi dengan menggunakan kombinasi metode-metode geofisika yaitu metode dipole-dipole untuk memperoleh gambaran variasi tahanan jenis secara vertikal sedangkan data geomagnet adalah untuk gambaran variasi lateral berdasarkan anomali hasil distorsi pada medan magnetik yang diakibatkan oleh material magnetik dari bawah permukaan (Hansen,D.A.,1996). Penampang tahanan jenis hasil pengukuran dari 11 lintasan di lokasi penelitian kemudian dikorelasikan dengan data geomagnet dan data geologi, sehingga konfigurasi bijih besi di wilayah penelitian dapat ditentukan. BAHAN DAN METODE Peta geologi, peta topografi dan peta geomorfologi wilayah penelitian sebagai bahan dasar dalam me- 81

nentukan permasalahan sebagai fenomena yang akan diteliti, sehingga dalam penelitian ini ditetapkan metode eksplorasinya adalah kombinasi antara dipole-dipole dan geomagnet untuk menentukan konfigurasi bijih besi. Metode dipole-dipole yaitu dengan cara menginjeksikan arus listrik ke dalam bumi melalui sepasang elektroda arus A dan B, kemudian mengukur beda potensial melalui sepasang elektroda potensial M dan N. Harga tahananjenis semu yang terukur dipengaruhi oleh adanya perbedaan harga tahananjenis masing-masing lapisan batuan bawah permukaan. Secara umum persamaan tahanan jenis semu adalah sebagai berikut : a V K I (1) N N 1 N X K 2 (3) dimana : N = 1,2,3.dst X = spasi elektroda Metode geomagnet didasarkan pada pengukuran variasi kecil intensitas medan magnetik di permukaan bumi. Variasi ini disebabkan oleh adanya variasi distribusi batuan termagnetisasi di bawah permukaan bumi. Selain itu, variasi medan magnetik bisa disebabkan oleh adanya perubahan struktur geologi di bawah permukaan bumi. Variasi intensitas medan magnetik yang terukur (medan anomali) kemudian ditafsirkan dalam bentuk distribusi bahan magnetik di bawah permukaan yang kemudian dijadikan dasar bagi pendugaan kondisi geologi yang mungkin. K 1 r1 2 1 1 r2 r3 1 r4 (2) F = ( p1. p2 / m r2 ) r1 (4) H = F/ p2 = ( p1 / m r2 ) r1 (5) Keterangan : Keterangan : a K = tahananjenis semu = faktor geometri V = beda potensial I antara M dan N = besarnya arus yang diinjeksikan melalui A dan B Sehingga harga tahanan jenis semu sangat tergantung pada faktor geometris, atau dengan kata lain tergantung pada konfigurasi/susunan elektroda yang digunakan. Bila permukaan bumi dianggap datar maka persamaan (2) dapat disederhanakan menjadi : H =Intensitas magnetik (gamma / nano Tesla) F =Gaya yang berkerja pada p2 p1 & p2 =kuat kutub m =permeabilitas magnetik r =jarak antara p1 & p2 r1 =vektor satuan arah p1 ke p2 HASIL DAN PEMBAHASAN Konfigurasi bijih besi diperoleh berdasarkan interpretasi dan korelasi dengan hasil pengukuran geofisika (geomagnet dan geolistrik), dan bentuk cebakan bijih besi yang terdapat di wilayah penelitian merupakan model tubuh intrusi dengan bentuk yang semakin melebar pada kedalaman > 20 meter (lihat gambar). 83

Eksplorasi bijih besi dengan metode dipole-dipole dengan geomagnet di wilayah Gantung, Kab. Blitung Timur, Provinsi Blitung (Andi Agus Noor) Kisaran harga tahanan jenis batuan dari hasil pengukuran dengan metode dipole-dipole di wilayah penelitian dan dengan korelasi litologinya (Dobrin, M.B.,1976) seperti pada Tabel 1. Lintasan A_0 dengan panjang lintasan pengukuran 60 m diperkirakan didominasi oleh boulderboulder bijih besi, di titik pengukuran 20-40 m pada kedalaman 20 sampai dengan 30 m terdapat bijih besi masif. Lintasan A_1 dengan panjang lintasan pengukuran 70 m, diperkirakan juga masih di dominasi oleh boulder-boulder bijih besi, dan di titik pengukuran 20-50 m pada kedalaman 15 sampai dengan 30 m terdapat bijih besi masif. Llintasan A_2 dengan panjang lintasan pengukuran 90 m, diperkirakan juga masih di dominasi oleh boulder-boulder bijih besi, di titik pengukuran 75-90 m pada kedalaman 25 sampai dengan 30 m terdapat bijih besi masif. Pada titik pengukuran 10-55 m terdapat kaolinit dan tuf yang menyisip pada kedalaman 10 sampai 15 m. Lintasan A_3 dengan panjang lintasan pengukuran 90 m, diperkirakan pada titik pengukuran 0-30 m berupa kaolinit diperkirakan hasil dari kontak magmatis dan tuf yang terkena proses pemanggangan (backing effect) sampai kedalaman 30 m, dan di titik pengukuran 30-90 m terdapat boulder-boulder bijih besi dari permukaan sampai pada kedalaman 30 m, di titik pengukuran 60-80 m terdapat kaolinit dan tuf kembali pada kedalaman 5 sampai 15 m. Lintasan A_4 dengan panjang lintasan pengukuran 140 m, diperkirakan di titik pengukuran 0-70 m berupa boulder-boulder bijih besi sampai kedalaman 30 m, dan di titik pengukuran 10-70 m terdapat tuf dan kaolin yang menyisip di kedalaman 5 sampai pada kedalaman 15 m, dan menerus dari titik pengukuran 70-140 m dengan kedalaman sampai 30 m, dan di titik pengukuran 120-140 m terdapat boulder bijih besi di kedalaman 20 sampai 30 m. Lintasan A_5 dengan panjang lintasan pengukuran 170 m, diperkirakan pada titik pengukuran 0-25 m berupa boulder-boulder bijih besi sampai kedalaman 30 m, dan di titik pengukuran 25-50 m terdapat bijih besi masif sampai kedalaman 30 m, di titik pengukuran 50-120 m kembali terdapat boulderboulder bijih besi sampai pada kedalaman 30 m, dan di titik pengukuran 90-110 m menyisip kaolinit dan tuf pada kedalaman 10 sampai 20 m yang menerus dari titik pengukuran 110 m s.d. 170 m dari permukaan sampai kedalaman 30 m. Lintasan A_6 dengan panjang lintasan 140 m, diperkirakan di titik peng-kuran 0-90 m berupa boulder-boulder bijih besi yang berada di permukaan hingga kedalaman 30 m. Di titik pengukuran 30-60 m berupa bijih besi masif pada kedalaman 10 hingga 30 m, dan di titik pengukuran 90-130 m berupa kaolinit dan tuf pada kedalaman 5 hingga 30 m. Lintasan A_7 dengan panjang lintasan 170 m terdapat kaolin dan tuf pada titik pengukuran 0-40 m dari permukaan hingga kedalaman 30 m, di titik pengukuran 40-120 m diperkirakan berupa boulderboulder bijih besi dari permukaan hingga kedalaman 30 m, di titik pengukuran 120-170 berupa kaolin dan tuf hingga kedalaman 30 m, sedangkan pada titik 50-60 dan 80-110 diperkirakan merupakan bijih besi masif pada kedalaman 20-30m. Lintasan A_8 dengan panjang lintasan 210 m, diperkirakan di titik pengukuran 0-70 m berupa boulder-boulder bijih besi yang berada di permukaan hingga kedalaman 30 m. Di titik pengukuran 70-210 m berupa bijih besi masif pada kedalaman 10 hingga 30 m, 84

dan di titik pengukuran 10-30 m berupa kaolinit dan tuf pada kedalaman 5 hingga 15 m. Lintasan A_9 dengan panjang lintasan 200 m, didominasi oleh boulder-boulder bijih besi yang berada di permukaan hingga kedalaman 30 m. Kemudian di titik pengukuran 40-50 m, 70-90 m, 100-110 m 130-140 m dan 160-170 m berupa bijih besi masif pada kedalaman 15 hingga 30 m yang diperkirakan berupa radial dike, dan di titik pengukuran 10-30 m berupa kaolinit dan tuf pada kedalaman 5 hingga 15 m. Lintasan A_10 dengan panjang lintasan 200 m, didominasi oleh boulder-boulder bijih besi dengan kedalaman bervariasi mulai dari permukaan hingga kedalaman 30 m. Di titik pengukuran 10-30 m dan 150-175 terdapat kaolin dan tuf dengan kedalaman 5 sampai 20 m, Kemudian di titik pengukuran 40-50 m, 70-80 m, 95-110 m 130-140 m dan 190-200 m berupa bijih besi masif pada kedalaman 15 hingga 30 m yang diperkirakan berupa radial dike. Lintasan A_11 dengan panjang lintasan 130 m, didominasi oleh boulder-boulder bijih besi dengan kedalaman bervariasi mulai dari permukaan hingga kedalaman 30 m. Di titik pengukuran 10-50 m terdapat kaolin dan tuf dengan kedalaman 5 sampai 20 m, Kemudian di titik pengukuran 55-75 m, 80-100 m, 95-110 m dan 120-130 m berupa bijih besi masif pada kedalaman 15 hingga 30 m yang diperkirakan berupa radial dike. KESIMPULAN dan A_10. Pada kedalaman ± 15 m (N2) terlihat boulder-boulder bijih besi semakin banyak dan menyebar hampir di semua lintasan, tetapi di lintasan A_4, A_5, A_6 dan A_7 terlihat masih adanya lapisan tuf dan kaolin yang semakin kedalam semakin menipis. Di tengah lintasan A_8 (jarak 60-80 meter) diperkirakan terdapat bijih besi masif yang terlihat mulai membuka, dan di kedalaman ± 20 (N3) terlihat semakin menyebar dan membuka ke arah timur pada lintasan A_9, A_10 sampai ke lintasan A_11. Ke arah barat mulai dari lintasan A_7 sampai A_2 terdapat boulderboulder bijih besi dan di lintasan A_1 kembali terdapat bijih besi masif. Pada kedalaman ± 25-30 m (N4) terlihat boulder-boulder bijih besi semakin menipis dan terkonsentrasi di lintasan A_4 dan A_5. Sedangkan bijih besi masif terlihat mulai mendominasi di hampir semua lintasan (A_1 ~ A_3 dan A_6 ~ A_12). Berdasarkan hasil pengukuran geomagnet juga ditemukan anomali pada lintasan A_4 ~ A_10 yang merupakan hasil efek magnetic batuan yang bersifat diamagnetic. Pada lintasan A_6 dan A_7 terlihat anomali magnet dengan harga tinggi (high magnetic) yang menyebar. Hal ini menandakan bentuk batuan (bijih besi) berupa tubuh atau intrusive. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa di lokasi tersebut terdapat source bijih besi berupa tubuh batuan yang berbentuk terobosan (dike). Penyebaran bijih besi hampir merata pada semua lintasan di kedalaman 20-30 m dan batuan kaolin yang terdapat di lokasi hanya mengisi kekar-kekar hasil intrusi. Pada peta anomali tahanan jenis terlihat bahwa di permukaan didominasi oleh kaolin dan tuf (kedalaman < 10 meter). Di beberapa lintasan pada kedalaman ± 10 m (N1) terdapat boulder-boulder bijih besi seperti di lintasan A_0, A_1, A_6, A_8 85

Eksplorasi bijih besi dengan metode dipole-dipole dengan geomagnet di wilayah Gantung, Kab. Blitung Timur, Provinsi Blitung (Andi Agus Noor) DAFTAR PUSTAKA Baharuddin; Sidarto, 1995, Peta Geologi Lembar Belitung, Sumatra, Skala 1:250.000, Departemen Pertambangan dan Energi, Direktorat Geologi dan Sumberdaya Mineral, Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, Bandung. Dobrin, M.B., 1976, Introduction To Geophysical Prospecting, Third Edition, Houston. Hansen, D.A., 1996, Exploration Case History Of A Disseminated Copper Deposit, Society of Exploration Geophysicts, Mining Geophysics, Case Histories, Vol. 1, California. Leney, G.W., 1966, Field Studies in Iron Ore Geophysics, Houston, Society of Exploration Geophysicts, Mining Geophysics, Case Histories, Vol. 1,. Tulsa, Oklahoma. Leney, G.W., 1969, Field Studies In Iron Geophysics, Texas, Society of Exploration Geophysicts, Mining Geophysics, Case Histories, Vol. 1,. Tulsa, Oklahoma. Loke M.H. and Barker R.D., 1996, Rapid Last-Squares Inversion of Apparent Resistivity Pseudosection by Quasi-Newton Method, Geophysics Prospecting 44, 131-152. Rogers, G.R., 1969, An Evaluation Of The Induced Polarization Method In The Search For Disseminated Sulfides, Arizona. Tabel 1. Kisaran Tahanan Jenis dan korelasi litologinya No. Tahanan Jenis (resistivity) (ohm.meter) Litologi 1. 500 2000 Kaolin/Kaolinit 2. 1000 7500 Tuff 3. 2000 25000 Bijih besi boulder 4. > 7500 Bijih besi masive 86

Gambar 1. Susunan Elektroda Dipole-dipole Resistivity (Roger,G.R.,1966) Gambar 2. Peta topografi eksplorasi bijih besi 87

Gambar 3. Peta Geomorfologi di wilayah lokasi eksplorasi bijih besi Eksplorasi bijih besi dengan metode dipole-dipole dengan geomagnet di wilayah Gantung, Kab. Blitung Timur, Provinsi Blitung (Andi Agus Noor) 88

Gambar 4. Penampang Lintasan A_2 89

Eksplorasi bijih besi dengan metode dipole-dipole dengan geomagnet di wilayah Gantung, Kab. Blitung Timur, Provinsi Blitung (Andi Agus Noor) Gambar 5. Penampang Lintasan A_9 90

Gambar 6. Penampang Lintasan A_10 91

Eksplorasi bijih besi dengan metode dipole-dipole dengan geomagnet di wilayah Gantung, Kab. Blitung Timur, Provinsi Blitung (Andi Agus Noor) Gambar 7. Penampang Lintasan A_11 92

Gambar 8. Peta anomali gaya berat Gambar 9. Peta anomali resistivity untuk N1 s.d. N4 93