2015 ANALISIS TINGKAT PENGEMBALIAN PEMBIAYAAN D ITINJAU D ARI ASPEK KARAKTER NASABAH (STUD I KASUS PAD A BAITUL MAAL TAMWIL D I KOTA BAND UNG)

dokumen-dokumen yang mirip
A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. penting menentukan keberhasilan bisnis ini (Suratman, 2012). Seperti penelitian Mustakim (2013) yang menunjukan bahwa krisis

BAB I PENDAHULUAN. lebih dikenal dengan nama Bank Syariah di Indonesia bukan merupakan hal

BAB I PENDAHULUAN. lembaga keuangan nonbank yang berbentuk koperasi berbasis syariah. BMT

BAB I PENDAHULUAN. fatwa MUI yang mengharamkan bunga bank. 1. nilai-nilai syariah berusaha menciptakan suatu keadilan di bidang ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. memberikan sinyal positif, termasuk Baitul Maal wat Tamwil (BMT) sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Islam, seperti halnya bank konvensional, juga berfungsi sebagai suatu

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta (DIY) 2013 yakni garis kemiskinan pada maret 2013 adalah

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan pesat. Pemerintah mengeluarkan UU No.7 Tahun disebut Bank Syariah, yang diawali dengan berdirinya Bank Muamalat

BAB I PENDAHULUAN. mereka. Lembaga keuangan tersebut diharapkan bisa menyokong seluruh bagian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. debitur. Namun dalam sistem bagi hasil pembayaran tetap selain pokok pinjaman

BAB I PENDAHULUAN. lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Dilihat dari

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu Negara dengan jumlah penduduk muslim

BAB 1 PENDAHULUAN. Undang-Undang No 10 tahun 1998 tentang perubahan Undang-Undang No 7

BAB I PENDAHULUAN. memilih perbankan yang sesuai dengan kebutuhan, baik perseorangan maupun

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Dr. Mulyaningrum Bakrie School of Management Jakarta, Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Makhalul Ilmi, Teori dan Praktek Lembaga Mikro Keuangan Syariah, UII Press, Yogyakarta, 2002, hlm.91. 2

BAB I PENDAHULUAN. mempercepat kemajuan ekonomi masyarakat. yang diharamkan, proyek yang menimbulkan kemudharatan bagi

BAB I PENDAHULUAN. misal; asuransi syari ah, pegadaian syariah, reksadana syari ah, pasar modal

BAB I PENDAHULUAN. atau badan badan hukum koperasi yang memberikan kebebasan masuk

BAB I PENDAHULUAN. beroperasi sesuai dengan nilai-nilai dan Prinsip Ekonomi Islam (Islamic

BAB 1 PENDAHULUAN. perhatian yang cukup serius dari masyarakat. Hal ini dibuktikan dengan semakin

BAB I PENDAHULUAN. Laju perkembangan ekonomi syari ah di Indonesia dari hari ke hari mengalami

BAB I PENDAHULUAN. seperti halnya bank konvensional juga berfungsi sebagai suatu lembaga

BAB I PENDAHULUAN. sekarang ini setiap Usaha Mikro, Kecil dan menengah (UMKM) serta

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sangat menarik untuk disimak, terlebih dengan adanya globalisasi dalam bidang

BAB I PENDAHULUAN. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sejalan dengan permasalahan dan kehidupan dunia yang semakin

BAB I PENDAHULUAN. syariah di Indonesia. Masyarakat mulai mengenal dengan apa yang disebut

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Lembaga keuangan perbankan syariah merupakan salah satu lembaga

BAB II GAMBARAN UMUM BMT SYARIAH TAMBANG KABUPATEN KAMPAR. A. Sejarah singkat BMT Syariah Tambang Kabupaten Kampar

BAB V PEMBAHASAN. dengan bantuan software SPSS 16.,0 for windows, maka akan dibahas tentang

BAB I PENDAHULUAN. hlm. 5

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan lembaga perantara keuangan (financial intermediary) yang

BAB I PENDAHULUAN. Muhamad, Sistem Bagi Hasil dan Pricing Bank Syariah, Yogyakarta: UII Press, 2016, h. 1.

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2011 mengalami tumbuh sebesar

BAB 1 PENDAHULUAN. mamutar dana masyarakat sehingga perekonomian terus berkembang. Dana. jenis-jenis lembaga keuangan bukan bank yaitu koperasi.

Manusia selalu dihadapkan pada masalah ekonomi seperti kesenjangan. ekonomi, kemiskinan, dan masalah-masalah lainnya. Namun banyak masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. dalam kurun waktu akhir-akhir ini banyak bermunculan lembaga keuangan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. keuangan. Intermediasi keuangan merupakan proses penyerapan dari unit surplus

Bab Delapan Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. pentingnya akuntansi dalam pengelolaan keuangan usaha. Mereka hanya

BAB I PENDAHULUAN. yang hanya mengejar target pendapatan masing-masing, sehingga tujuan yang

BAB I PENDAHULUAN. memicu perbankan untuk menjalankan dual banking system yaitu bank. konvensional yang juga menjalankan unit usaha syariah.

BAB I PENDAHULUAN. hal Ahmad Hasan Ridwan, Manajemen Baitul Mal Wa Tamwil, Bandung: Pustaka Setia, 2013,

BAB 1 PENDAHULUAN. kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. 2001, hlm Muhammad Syafi i Antonio, Bank Syariah: dari Teori ke Praktik, Gema Insani, Jakarta,

BAB I PENDAHULUAN. konstan sejak tahun 2007 dan selalu diiringi dengan pertumbuhan pembiayaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dan Menengah Republik Indonesia Nomor 91/Kep/IV/KUKM/IX/2004. tentang Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Usaha Koperasi Jasa Keuangan

BAB I PENDAHULUAN. syariah yang kegiatan utamanya menghimpun dana dan menyalurkannya. Lembaga ini biasa di sebut dengan Koperasi Syariah.

BAB I PENDAHULUAN. Subagyo, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Bagian Penerbitan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN, Yogyakarta, 2002, hlm. 127.

BAB I PENDAHULUAN. melalui aktivitas ekonomi, dan ekonomi yang dikenal dalam Islam adalah

BAB I PENDAHULUAN. solusi kepada masyarakat untuk mencukupi kekurangan keuangan. masyarakat dalam memenuhi kebutuhan hidup, seperti kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. pada masa Orde Baru terjadi kegoncangan ekonomi dan politik. Perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. telah menjadikan manusia dengan berbagai naluri, di antaranya naluri hidup

PENDAHULUAN. 7% dari total UMKM berhasil meningkatkan statusnya, baik dari mikro menjadi

BAB I PENDAHULUAN. atas asas kekeluargaan. (Sholahuddin dan Hakim, 2008: 179) dan simpanan sesuai pola bagi hasil (syariah).

PENGARUH PEMBERIAN KREDIT PEDESAAN TERHADAP PERKEMBANGAN USAHA GOLONGAN EKONOMI MIKRO

BAB I PENDAHULUAN. berlandaskan sistem syari ah di Indonesia. Kini bank syari ah yang tadinya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kekurangan permodalan tidak mudah diperoleh. 1. Mudharabah BMT Bina Umat Sejahtera Semarang (Universitas Negeri Semarang, 2007)

BAB I PENDAHULUAN. Dalam konteks negara berembang, sistim perekonomian negara sering kali

Bab I. Pendahuluan. Syariah (LKMS) yang berbentuk Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS).

BAB I PENDAHULUAN. Namun demikian, upaya tersebut kiranya perlu dibarengi pula dengan upaya

BAB I PENDAHULUAN. 1 Muhammad, Manajemen Dana Bank Syari ah, Depok : Rajagrafindo Persada, 2014, h. 24

BAB I PENDAHULUAN. Syariah (KSPPS), koperasi tersebut kegiatan usahanya bergerak di bidang

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan bank dan lembaga keuangan syariah. Dimana perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perkembangan perbankan syariah sistem pembiayaan mudharabah

BAB I PENDAHULUAN menyebabkan banyak bank yang menjalankan prinsip syariah. Perbankan

BAB I PENDAHULUAN. Lahirnya lembaga keuangan syariah termasuk Koperasi Syariah,

BAB I PENDAHULUAN. makmur yang merata secara material dan spiritual seperti yang tertuang pada

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, karena usaha berskala kecil dinilai mampu bertahan dalam keadaan

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai Lembaga keuangan Mikro Syariah BMT mempunyai dua sisi. membawa misi sosial pada masyarakat, keberadaan BMT ditengah-tengah

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan Syari ah menjelaskan, praktik perbankan syari ah di masa sekarang

BAB I PENDAHULUAN. Koperasi Jasa Keuangan Syari'ah (KJKS) atau yang biasa juga disebut

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan yang berarti di Indonesia maupun dunia. Ekonomi Islam juga

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. keuangan syariah non bank yang banyak ditemui di masyarakat. BMT dalam

BAB I PENDAHULUAN. syariah merupakan implementasi dari pemahaman umat Islam terhadap prinsipprinsip

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat adalah kegiatan pinjam-meminjam. Pinjam-meminjam

BAB I PENDAHULUAN. Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) terdiri dari dua istilah, yaitu bait almaal

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi suatu negara secara keseluruhan tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi Islam saat ini cukup pesat, ditandai dengan berkembangnya

A. Latar Belakang. 1 Peri Umar Farouk, Sejarah Perkembangan Hukum Perbankan Syariah Di Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. mikro sangat penting. Berdirinya bank syari ah yang terus mengalami. cepat, mudah dan sederhana. Tentu saja pola ini tidak

BAB I PENDAHULUAN. dana dari pihak yang berkelebihan untuk kemudian di salurkan kepada pihak yang

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan yang bergerak dalam dunia bisnis terdiri dari beragam

ANALISIS KINERJA KEUANGAN KSPS-BAITUL MAAL WAT TAMWIL (BMT) DINAR BAROKAH JUMAPOLO KARANGANYAR TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. untuk peningkatan ekonomi masyarakat, hal tersebut disebabkan oleh. dapat memberikan manfaat yang besar bagi masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB I PENDAHULUAN. intermediasi yang menghubungkan antara pihak-pihak yang kelebihan (surplus) dana

FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU KONSUMEN DALAM MEMILIH LEMBAGA KEUANGAN SYARI AH (Studi Kasus di BNI Syari ah Surakarta)

BAB IV ANALISIS DATA. A. Analisis Pembagian Sisa Hasil Usaha Di BMT Sidogiri Cabang Sidodadi

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebagian besar masyarakat Indonesia yang dominan beragama Islam sering kali terjebak dilema dalam menentukan pilihan hidup mereka. Satu sisi mereka ingin bangkit dari keterpurukan kemiskinan tanpa harus mengenyampingkan nilainilai agama yang diyakininya namun disisi lain mereka juga bingung karena kondisi yang mendesak untuk bangkit sehingga jalan riba yang ada di diepan mata diambil sebagai alternatif masalah yang dihadapi. Dalam kondisi yang demikianlah BMT sebagai lembaga keuangan mikro berbasis syari ah muncul dan mencoba menawarkan solusi bagi masyarakat kelas bawah.bmt lahir ditengah-tengah masyarakat dengan tujuan memberikan solusi pendanaan yang mudah dan cepat, terhindar dari jerat rentenir dan mengacu pada prinsip syari ah (Sumiyanto, 2008, hlm. 15). BMT Daarut Tauhiid merupakan salah satu lembaga keuangan yang dapat melihat masalah dalam hal penghimpunan dana dari anggota, calon anggota, koperasi lain dan atau anggotanya dalam bentuk simpanan dan simpanan berjangka. Selain itu salah satu aktivitas penting dalam manajemen dana BMT adalah pelemparan dana (lending financing). Istilah ini dalam keuangan konvensional dikenal dengan sebutan kredit dan dalam keuangan syariah sering disebut dengan pembiayaan.pembiayaan sering digunakan untuk menunjukan aktivitas utama BMT karena berhubungan dengan rencana memperoleh pendapatan. Tabel 1.1 Total Penyaluran Pembiayaan BMT Daarut Tauhiid Tahun 2012-2014 Tahun Pembiayaan (Rp) 2012 6.540.829.198 2013 6.057.447.133 2014 7.901.885.119

Sumber : Laporan Penyaluran Pembiayaan BMT Daarut Tauhiid Bandung, 2012-2014

2 Berdasarkan Tabel 1.1 dapat dilihat bahwa penyaluran pembiayaan BMT Daarut Tauhiid mengalami pertumbuhan hal ini menunjukan bahwa BMT Daarut Tauhiid produktif dalam hal menyalurkan pembiayaan setiap tahunnya.berdasarkan informasi dari pihak BMT Daarut Tauhiid meskipun penyaluran pembiayaan selalu mencapai target yang ditentukan, namun peningkatan penyaluran pembiayaan oleh BMT Daarut Tauhiid Bandung juga diikuti oleh peningkatan risiko kerugian yang harus ditanggung BMT berupa ketidakmampuan nasabah untuk mengembalikan pokok pembiayaan yang telah diterima. Untuk melihat keberhasilan pembiayaan bukan hanya dilihat dari besarnya pembiayaan yang disalurkan pada nasabah, namun program pembiayaan tidak akan berarti apabila ternyata pengembaliannya mengalami kemacetan.dengan pengembalian pembiayaan (kredit) yang macet maka akan berpengaruh pada pembiayaan selanjutnya, dan berpengaruh pula pada pendapatan BMT tersebut. Demikian pula yang terjadi pada BMT Daarut Tauhiid Bandung, lembaga keuangan ini mengalami permasalahan mengenai pengembalian pembiayaan (kredit). Tabel 1.2 Total Pembiayaan Tak Tertagih BMT Daarut Tauhiid Periode Tahun 2012-2014 Tahun Pembiayaaan Tak Tertagih 2012 42.033.463 2013 279.125.392 2014 172.151.096 Sumber : Laporan Pembiayaan Tak Tertagih BMT Daarut Tauhiid Bandung, 2012-2014 Berdasarkan Tabel 1.2 dapat dilihat bahwa BMT Daarut Tauhiid mengalami kerugian pembiayaan tak tertagih yang terus meningkat, dan jumlah pembiayaan tak tertagih yang paling besar terjadi pada tahun 2013. Namun memasuki tahun 2014 mengalami kerugian lagi meskipun jumlahnya masih lebih besar dari tahun sebelumnya

3 Berawal dari kondisi itulah penulis ingin melakukan penelitian yang lebih dalam terkait gambaran tingkat pengembalian pembiayaan nasabah berdasarkan indikator usia,tingkat pendidikan, jenis kelamin, jumlah tanggungan keluarga, pemahaman ekonomi syariah, ketaatan beribadah,bidang usaha, omset usaha,pengalaman usaha nasabah, pengawasan pembiayaan, dan pola penagihan pembiayaan yang dilakukan BMT terhadap nasabah. Dalam penelitian ini penulis menjadikan BMT Daarut Tauhiid sebagai gambaran awal sebagai BMT yang mengalami masalah, selanjutnya penulis akan membandingkan dengan BMT lain di Kota Bandung yang mengalami masalah yang sama.sehingga penulis mengambil judul Analisis Tingkat Pengembalian Pembiayaan Ditinjau Dari Aspek Karakter Nasabah (Studi Kasus pada Baitul Mal Wat Tamwil di Kota Bandung). 1.2 Identifikasi dan Rumusan Masalah Mengacu pada latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka dirumuskan permasalahan yang akan diteliti dalam penelitian ini : 1. Bagaimana gambaran tingkat pengembalian pembiayaan berdasarkan karakteristik personal nasabah yang terdiri dari usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan dan tanggungan keluarga nasabah? 2. Bagaimana gambaran tingkat pengembalian pembiayaan berdasarkan ketaatan beribadah nasabah? 3. Bagaimana gambaran tingkat pengembalian pembiayaan berdasarkan pemahaman ekonomi syariah nasabah? 4. Bagaimana gambaran tingkat pengembalian pembiayaan berdasarkan karakteristik usaha nasabah yang terdiri dari bidang usaha, omzet usaha dan pengalaman usaha nasabah? 5. Bagaimana gambaran tingkat pengembalian pembiayaan berdasarkan karakteristik pembiayaan yang terdiri dari pengawasan pembiayaan, dan pola penagihan pembiayaan.

4 1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian Untuk menjawab permasalahan tersebut, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui : 1. Gambaran tingkat pengembalian pembiayaan berdasarkan karakteristik personal nasabah yang terdiri dari usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, tanggungan keluarga nasabah. 2. Gambaran tingkat pengembalian pembiayaan berdasarkan pemahaman ekonomi syariah nasabah. 3. Gambaran tingkat pengembalian pembiayaan berdasarkan ketaatan beribadah nasabah. 4. Gambaran tingkat pengembalian pembiayaan berdasarkan karakteristik usaha nasabah yang terdiri dari bidang usaha, omzet usaha dan pengalaman usaha nasabah. 5. Gambaran tingkat pengembalian pembiayaan berdasarkan karakteristik pembiayaan yang terdiri dari pengawasan pembiayaan, dan pola penagihan pembiayaan. 1.3.2 Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran untuk memperkaya khasanah ilmu ekonomi yang berkaitan dengan perbankan syariah khususnya gambaran mengenai tingkat pengembalian pembiayaan di lembaga keuangan syariah (BMT) berdasrkan indikator usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan,bidang usaha, pengalaman usaha, ketaatan beribadah, omzet usaha, tanggungan keluarga, pemahaman ekonomi syariah, dan pola penagihan dan pengawasan yang dilakukan BMT terhadap nasabah. 2. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan berupa informasi dan mungkin juga saran kepada pihak-pihak yang berkompeten dalam perbankan syariah khususnya pihak lembaga

5 keuangan non bank BMT yang ada di Kota Bandung. Selain itu diharapkan penelitian ini dapat menjadi bahan perbandingan penelitianpenelitan selanjutnya.