BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pembahasan hasil penelitian ini secara umum dibagi menjadi lima bagian yaitu

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

4.3.7 Model G (Balok Lintel) Pengujian dan Perilaku Histeresis

KINERJA DINDING BATA TANPA TULANGAN TERHADAP BEBAN GEMPA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. gedung dalam menahan beban-beban yang bekerja pada struktur tersebut. Dalam. harus diperhitungkan adalah sebagai berikut :

I. PENDAHULUAN. Pekerjaan struktur seringkali ditekankan pada aspek estetika dan kenyamanan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB V. Resume kerusakan benda uji pengujian material dapat dilihat pada Tabel V-1 berikut. Tabel V-1 Resume pola kerusakan benda uji material

Gambar 2.1 Rangka dengan Dinding Pengisi

BAB III UJI LABORATORIUM. Pengujian bahan yang akan diuji merupakan bangunan yang terdiri dari 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembebanan yang berlaku untuk mendapatkan suatu struktur bangunan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Dalam bidang konstruksi, beton dan baja saling bekerja sama dan saling

Desain Struktur Beton Bertulang Tahan Gempa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 5.1 Spesifikasi Benda Uji Benda Uji Tulangan Dimensi Kolom BU 1 D mm x 225 mm Balok BU 1 D mm x 200 mm

BAB 4 PENGUJIAN LABORATORIUM

BAB VII. Dari hasil eksperimen dan analisis yang dilakukan, diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut PBI 1983, pengertian dari beban-beban tersebut adalah seperti yang. yang tak terpisahkan dari gedung,

KERUNTUHAN LENTUR BALOK PADA STRUKTUR JOINT BALOK-KOLOM BETON BERTULANG EKSTERIOR AKIBAT BEBAN SIKLIK

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

KUAT LENTUR PROFIL LIPPED CHANNEL BERPENGAKU DENGAN PENGISI BETON RINGAN BERAGREGAT KASAR AUTOCLAVED AERATED CONCRETE HEBEL

Panjang Penyaluran, Sambungan Lewatan dan Penjangkaran Tulangan

BAB III LANDASAN TEORI

IDENTIFIKASI KEGAGALAN, ALTERNATIF PERBAIKAN DAN PERKUATAN PADA STRUKTUR GEDUNG POLTEKES SITEBA PADANG ABSTRAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 4 PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI. beban hidup dan beban mati pada lantai yang selanjutnya akan disalurkan ke

KAJIAN PERILAKU LENTUR PELAT KERAMIK BETON (KERATON) (064M)

BAB III LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III. Dimensi bata yang biasa ditemui di lapangan dan digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut:

Kinerja Hubungan Pelat-Kolom Struktur Flat Plate Bertulangan Geser Stud Rail dan Sengkang Dalam Menahan Beban Lateral Siklis

MATERI/MODUL MATA PRAKTIKUM

BAB III LANDASAN TEORI. A. Pembebanan Pada Pelat Lantai

PENGARUH VARIASI JARAK SENGKANG KOLOM UNTUK RUMAH SEDERHANA TERHADAP BEBAN GEMPA DI PADANG ABSTRAK

DAFTAR ISI. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Umum Beban Gempa Menurut SNI 1726: Perkuatan Struktur Bresing...

Perencanaan Kolom Beton Bertulang terhadap Kombinasi Lentur dan Beban Aksial. Struktur Beton 1

d b = Diameter nominal batang tulangan, kawat atau strand prategang D = Beban mati atau momen dan gaya dalam yang berhubungan dengan beban mati e = Ek

IDENTIFIKASI KEGAGALAN STRUKTUR DAN ALTERNATIF PERBAIKAN SERTA PERKUATAN GEDUNG BPKP PROVINSI SUMATERA BARAT ABSTRAK

Letak Utilitas. Bukaan Pada Balok. Mengurangi tinggi bersih Lantai 11/7/2013. Metode Perencanaan Strut and Tie Model

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Oleh : MUHAMMAD AMITABH PATTISIA ( )

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERILAKU STRUKTUR BETON BERTULANG AKIBAT PEMBEBANAN SIKLIK

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembangunan prasarana fisik di Indonesia saat ini banyak pekerjaan

STUDI PERILAKU TEKUK TORSI LATERAL PADA BALOK BAJA BANGUNAN GEDUNG DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM ABAQUS 6.7. Oleh : RACHMAWATY ASRI ( )

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. desain untuk pembangunan strukturalnya, terutama bila terletak di wilayah yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang aman. Pengertian beban di sini adalah beban-beban baik secara langsung

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH VARIASI MODEL TERHADAP RESPONS BEBAN DAN LENDUTAN PADA RANGKA KUDA-KUDA BETON KOMPOSIT TULANGAN BAMBU

TINJAUAN KEKUATAN DAN ANALISIS TEORITIS MODEL SAMBUNGAN UNTUK MOMEN DAN GESER PADA BALOK BETON BERTULANG TESIS

PERBANDINGAN KUAT LENTUR DUA ARAH PLAT BETON BERTULANGAN BAMBU RANGKAP LAPIS STYROFOAM

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai inovasi yang ditemukan oleh para ahli membawa proses pembangunan

LENTUR PADA BALOK PERSEGI ANALISIS

BAB IV EVALUASI KINERJA DINDING GESER

PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kombinasi dari beton dan baja dimana baja tulangan memberikan kuat tarik

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH VARIASI BENTUK KOMBINASI SHEAR CONNECTOR TERHADAP PERILAKU LENTUR BALOK KOMPOSIT BETON-KAYU ABSTRAK

STUDI DAKTILITAS DAN KUAT LENTUR BALOK BETON RINGAN DAN BETON MUTU TINGGI BERTULANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

POLA RETAK DAN LEBAR RETAK DINDING PANEL JARING KAWAT BAJA TIGA DIMENSI DENGAN VARIASI RASIO TINGGI DAN LEBAR (Hw/Lw) TERHADAP BEBAN LATERAL STATIK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. geser membentuk struktur kerangka yang disebut juga sistem struktur portal.

PENGARUH TEBAL SELIMUT BETON TERHADAP KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANG

BAB III KAJIAN EKSPERIMENTAL. Berikut ini akan diuraikan kajian dalam perencanaan program eksperimental yang dilaksanakan mencakup :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dengan banyaknya dilakukan penelitian untuk menemukan bahan-bahan baru atau

RESPON DINAMIS STRUKTUR PADA PORTAL TERBUKA, PORTAL DENGAN BRESING V DAN PORTAL DENGAN BRESING DIAGONAL

BAB VI KONSTRUKSI KOLOM

TINJAUAN KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANGAN BAMBU LAMINASI DAN BALOK BETON BERTULANGAN BAJA PADA SIMPLE BEAM. Naskah Publikasi

SLOOF PRACETAK DARI BAMBU KOMPOSIT

Tata Cara Pengujian Beton 1. Pengujian Desak

KAJIAN EKSPERIMENTAL PERILAKU BALOK BETON TULANGAN TUNGGAL BERDASARKAN TIPE KERUNTUHAN BALOK ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Desain struktur merupakan faktor yang sangat menentukan untuk menjamin

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERILAKU LENTUR BETON MUTU TINGGI YANG DIKEKANG DENGAN BAJA MUTU TINGGI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang berlaku untuk mendapatkan suatu struktur bangunan yang aman

PENGARUH PENGGUNAAN PENGEKANG (BRACING) PADA DINDING PASANGAN BATU BATA TERHADAP RESPON GEMPA

III. METODE PENELITIAN

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III PEMODELAN DAN ANALISIS STRUKTUR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pergesekan lempeng tektonik (plate tectonic) bumi yang terjadi di daerah patahan

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

a home base to excellence Mata Kuliah : Struktur Beton Lanjutan Kode : TSP 407 Pondasi Pertemuan - 5

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGARUH VARIASI LUAS PIPA PADA ELEMEN BALOK BETON BERTULANG TERHADAP KUAT LENTUR

BAB I PENDAHULUAN. pozolanik) sebetulnya telah dimulai sejak zaman Yunani, Romawi dan mungkin juga

Transkripsi:

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Bab ini menampilkan hasil pengujian karakteristik material bata dan elemen dinding bata yang dilakukan di Laboratorium Rekayasa Struktur Pusat Rekayasa Industri ITB. 4.1. Uji Karakteristik Material Bata 4.1.1. Kuat Tekan Mortar Tiga buah benda uji dibuat untuk mengetahui kuat tekan mortar pada umur 28 hari. Detail benda uji kuat tekan mortar seperti terlihat pada Tabel 5.1. diuji menurut SNI 3-6825- 22. Tabel 5.1. Detail benda uji kuat tekan mortar Benda Uji Semen : Pasir Kategori Ukuran mortar Berat (mm) (mm) (mm) (gram) 1 1:4 Struktural 5 51 5 262.6 2 1:4 Struktural 5 52 5 267.6 3 1:4 Struktural 5 51 51 268.2 L 1 L 2 L 3 Benda uji mortar dengan bentuk kubus berukuran 5mm 5mm 5mm diberi beban tekan monotonik seperti terlihat pada Gambar 5.1 sampai benda hancur. Kuat tekan mortar dalam satuan N/mm 2 atau MPa diperoleh dari hasil bagi beban tekan maksimum dengan luas penampang kubus. Hasil uji kuat tekan mortar disajikan dalam Tabel 5.2. P Tabel 5.2 Hasil uji kuat tekan mortar Benda Uji Beban Maksimum Kuat Tekan Mortar (kn) (MPa) 1 54.818 21.497 2 58.3658 22.448 3 54.9325 21.542 Rata-rata 56.388 21.8293 Standar deviasi 2.16.537 COV 3.6% 2.5% Gambar 5.1 Setting up uji tekan mortar 19

Beban maksimum rata-rata untuk ke tiga benda uji mortar adalah 56,388 kn dan grafik hubungan beban-perpindahan untuk ketiga benda uji disajikan pada Gambar 5.2. Kuat tekan rata-rata mortar dari ketiga benda uji adalah 21,8293 MPa dengan nilai standar deviasi dan coefficient of variation (COV) masing-masing adalah,537 dan 2,5%. 6 Mortar 1 Mortar 2 Mortar 3 Beban (kn).5 1 1.5 2 Perpindahan (mm) Gambar 5.2. Grafik hubungan beban-perpindahan hasil uji kuat tekan mortar. (b) (a) Gambar 5.3. Benda uji kuat tekan mortar (c) 2

4.1.2. Kuat tarik bata (Modulus of Rupture) Kuat tarik bata ditentukan melalui nilai modulus of rupture yang didapatkan dengan meletakkan bata di atas tumpuan sederhana sendi-rol dan diberikan beban titik di tengahtengah bentang sampai bata hancur/rusak. Detail benda uji tarik bata disajikan pada Tabel 5.3 dan setting up pengujian tarik bata dapat dilihat pada Gambar 5.4. Tabel 5.3. Benda uji kuat tarik bata (modulus of rupture) Benda Uji Ukuran bata L (mm) B (mm) H (mm) 1 2 95 49 2 2 96 5 3 2 95 5 Kuat tarik bata dihitung dengan persamaan : f t M y (5.1) I dengan : f t = kuat tarik bata, N/mm 2 (MPa) M = adalah momen lentur, N-mm 1 M 4 P (5.2) L o y = titik berat penampang bata, mm y 2 1 h (5.3) I = momen inersia penampang bata, mm 4 I (5.4) 1 3 b h 12 Setelah mensubstitusikan persamaan (5.2) sampai dengan persamaan (5.4) ke dalam persamaan (5.1) maka akan di dapat : f t 3 P Lo (5.5) 2 2 b h Hasil uji kuat tarik bata dapat dilihat pada Tabel 5.4. Beban maksimum rata-rata untuk ke tiga benda uji adalah 1,3 kn dan kuat tarik bata rata-rata (modulus of rupture) adalah 1,55 MPa dengan nilai standar deviasi dan COV masing-masing adalah,33 dan 3,1%. 21

P Tabel 5.4. Hasil uji kuat tarik bata Benda Uji Beban Maksimum MoR, f t (kn) (MPa) 1.9728 1.24 2 1.872 1.87 3 1.3 1.41 Rata-rata 1.3 1.55 Standar deviasi.57.33 COV 5.6% 3.1% L o Gambar 5.4. Setting up uji tarik bata. retak retak retak Gambar 5.5. Benda uji kuat tarik bata 4.1.3. Kuat Geser Bata Tujuan dari pengujian ini adalah untuk mengetahui kuat geser maksimum pada lekatan antara mortar dan bata dengan memberikan beban aksial monotonik. Setting up pengujian ini dapat dilihat pada Gambar 5.6. Hasil uji kuat geser bata dapat dilihat pada Tabel 5.6. Beban maksimum rata-rata untuk ke tiga benda uji adalah,9537 kn dan kuat geser bata rata-rata adalah,54 MPa dengan nilai standar deviasi dan COV masing-masing adalah,1 dan 19,3%. 22

Tabel 5.5. Benda uji kuat geser bata Benda Uji Bidang geser bata a (mm) b (mm) 1 1 95 2 1 93 3 1 96 P 1 mm Tabel 5.6. Hasil uji kuat geser bata Benda Uji Beban Maksimum Kuat geser bata, (MPa) (kn) 1.7439.39 2 1.3.55 3 1.872.57 Rata-rata.9537.54 Standar deviasi.184.1 COV 19.3% 19.3% Gambar 5.6. Setting up uji geser bata. 23

4.2. Uji Dinding Bata Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui perilaku dinding bata tanpa tulangan (Unreinforced Masonry, URM) dan dinding bata bertulang (Reinforced Masonry, RM) yang terkena beban berupa beban aksial dan kombinasi antara beban aksial dan beban lateral. Untuk keperluan itu, dibuat enam buah dinding bata dengan ukuran 6mm 6mm 95mm dengan rincian sebagai berikut: a. dua buah benda uji tanpa tulangan (URM) dibebani oleh beban aksial sejajar siar dan tegak lurus siar dan diberi kode URM-A dan URM-B b. dua buah benda uji dengan tulangan (RM) dibebani oleh beban aksial sejajar siar dan tegak lurus siar dan diberi kode RM-A dan RM-B c. satu buah benda uji tanpa tulangan dibebani oleh kombinasi aksial+lateral dengan kode URM-C dan satu buah benda uji dengan tulangan dibebani oleh kombinasi aksial+lateral dengan kode RM-C. Tabel 5.7 Benda uji dinding bata Kelompok I Kelompok II Kelompok III Kode benda uji Ukuran benda uji (B H T) mm Tulangan Beban URM-A 6 6 95 Tidak ada Aksial, tegak lurus siar URM-B 6 6 95 Tidak ada Aksial, sejajar siar RM-A 6 6 95 Ada Aksial, tegak lurus siar RM-B 6 6 95 Ada Aksial, sejajar siar URM-C 6 6 95 Tidak ada Aksial+lateral RM-C 6 6 95 Ada Aksial+lateral 4.2.1 Benda Uji URM-A Pengujian yang dilakukan pada benda uji dinding bata URM-A dan URM-B dilakukan untuk mengetahui kemampuan dinding bata dalam menahan gaya tekan (aksial) yang merupakan pemodelan dari beban gravitasi akibat berat sendiri struktur. Pada benda uji URM-A (Gambar 5.7), beban aksial diberikan tegak lurus siar (sambungan antar bata) dan pada benda uji URM-B (Gambar 5.1) beban aksial diberikan sejajar dengan siar. Beban aksial diberikan perlahan-lahan dan pada saat yang bersamaan diamati besar beban (kn) dan perpindahan yang terjadi (mm) serta kerusakan (retak) yang terjadi. 24

Grafik hubungan beban-perpindahan hasil pengujian benda uji URM-A dapat dilihat pada Gambar 5.8. Beban maksimum hasil pengujian adalah sebesar 285,82 kn dengan besar defleksi 1,47 mm. P P LVDT 22-12- 211 3 (a) Tampak depan (b) Tampak samping Gambar 5.7 Setting up pengujian URM-A Beban (kn) 2 4 6 8 1 12 Perpindahan (mm) Gambar 5.8 Grafik hubungan Beban-Perpindahan benda uji URM-A 25

Pada saat pengujian juga diamati retak yang terjadi dan dicatat besar beban pada saat retak tersebut timbul. Pola retak benda uji URM-A dapat dilihat pada Gambar 5.9. Secara umum pola retak yang terjadi menunjukkan pola kerusakan akibat lentur. Hal ini dimungkinkan karena beban diberikan secara vertikal dari atas. Besar beban pada retak pertama adalah 285 kn, terjadi pada bagian atas dinding bata. Retak ini kemudian diikuti oleh retak memanjang pada bagian tengah benda uji pada saat beban 285 kn. Pada beban yang sama terlihat juga retak memanjang vertikal dari sisi atas sampai bawah pada sisi kiri benda uji. (a) (b) (c) Gambar 5.9. Pola retak dan keruntuhan benda uji URM-A 26

4.2.2. Benda Uji URM-B Prosedur dan tatacara pengujian yang dilakukan pada benda uji URM-B sama persis dengan yang dilakukan terhadap pada benda uji URM-A. Perbedaannya adalah pada arah beban aksial yang diberikan. Pada benda uji URM-B beban aksial diberikan sejajar dengan siar bata. P LVDT Gambar 5.1 Setting up pengujian URM-B Grafik hubungan beban-perpindahan hasil pengujian benda uji URM-B dapat dilihat pada Gambar 5.11. Beban maksimum hasil pengujian adalah sebesar 31,65 kn dengan besar defleksi 13,36 mm. Pola retak/kerusakan benda uji URM-B dapat dilihat pada Gambar 5.12. Retak yang terjadi pada benda uji terjadi pada lapisan siar bata. Hal ini wajar karena berdasarkan hasil pengujian karakteristik material, terlihat bahwa tegangan geser/lekatan bata lebih kecil dari tegangan tekan dan tarik bata. Jika diamati dari grafik pada Gambar 5.11, retak pertama terjadi pada beban 171,3297 kn dan diikuti oleh retak-retak berikutnya pada beban 251,216 kn. Pada akhir pengujian terlihat bahwa semua siar telah lepas akibat tegangan geser yang terjadi sementara batanya sendiri hampir tidak mengalami kerusakan. 27

35 Beban (kn) 2 4 6 8 1 12 14 Perpindahan (mm) Gambar 5.11 Grafik hubungan Beban-Perpindahan benda uji URM-B Gambar 5.12. Pola retak dan keruntuhan benda uji URM-B 28

Jika dilihat hasil perbandingan beban tekan maksimum antara benda uji URM-A dan URM-B pada Tabel 5.8., terlihat bahwa benda uji URM-B dapat menahan beban 1,9 kali lebih besar dari benda uji URM-A. Hal yang sama juga dicatat, bahwa benda uji URM-B hancur pada defleksi yang lebih besar (13,16 mm) sementara benda uji URM-A hancur pada defleksi 1,47 mm. Gambar 5.13 juga memperlihatkan bahwa kekakuan dinding bata URM-B lebih besar dari kekakuan dinding bata URM-A. 35 Beban (kn) URM-A URM-B Tabel 5.8. Beban dan perpindahan maksimum benda uji URM-A dan URM-B Benda Uji Beban Perpin dahan (kn) (mm) URM-A 285,82 1,47 URM-B 31,65 13,36 Rasio 1,9 1,28 2 4 6 8 1 12 14 16 Perpindahan (mm) Gambar 5.13 Grafik perbandingan hubungan Beban-Perpindahan benda uji URM-A dan URM-B 4.2.3. Benda Uji RM-A Pengujian yang dilakukan pada benda uji dinding bata RM-A dan RM-B dilakukan untuk mengetahui kontribusi tulangan dalam kemampuan dinding bata untuk menahan gaya tekan (aksial) yang merupakan pemodelan dari beban gravitasi akibat berat sendiri struktur. Pada benda uji RM-A (Gambar 5.14), beban aksial diberikan tegak lurus siar (sambungan antar bata) dan pada benda uji RM-B (Gambar 5.17) beban aksial diberikan sejajar dengan siar. 29

Beban aksial diberikan perlahan-lahan dan pada saat yang bersamaan diamati besar beban (kn) dan perpindahan yang terjadi (mm) serta kerusakan (retak) yang terjadi. Grafik hubungan beban-perpindahan hasil pengujian benda uji RM-A dapat dilihat pada Gambar 5.15. Beban maksimum hasil pengujian adalah sebesar 248,23 kn dengan besar defleksi 8,91 mm. Pada saat pengujian juga diamati retak yang terjadi dan dicatat besar beban pada saat retak tersebut timbul. Pola retak benda uji RM-A dapat dilihat pada Gambar 5.16. Secara umum pola retak yang terjadi menunjukkan pola kerusakan akibat lentur. Hal ini dimungkinkan karena beban diberikan secara vertikal dari atas. Pada benda uji terjadi kerusakan pada bagian atas dinding bata, di tempat di mana beban aksial bekerja. Akibat penambahan beban berikutnya, retak ini juga memanjang vertikal ke bagian bawah dinding bata diikuti oleh retak kecil pada bagian kiri dinding bata. Pada akir pengujian, terlihat dinding bata pada bagian kanan atas mengelupas dan jika dilihat pada potongannya terjadi patahan memanjang mulai dari atas sampai ke bagian tengah dinding (Gambar 5.16.b). P P LVDT Strain gauge A Strain gauge B LVDT Strain gauge C Gambar 5.14. Setting up pengujian RM-A 3

3 Beban (kn) 3 6 9 Perpindahan (mm) Gambar 5.15. Grafik hubungan Beban-Perpindahan benda uji RM-A (a) (b) Gambar 5.16 Pola retak dan keruntuhan benda uji RM-A 31

4.2.4. Benda Uji RM-B Prosedur pengujian yang sama dengan benda uji RM-A juga dilakukan terhadap benda uji RM-B. Perbedaannya adalah pada arah beban aksial yang diberikan. Pada benda uji RM- B beban aksial diberikan sejajar dengan siar bata (Gambar 5.17). P P LVDT LVDT Strain gauge A Strain gauge B Strain gauge C Gambar 5.17. Setting up pengujian RM-B 35 Beban (kn) 2 4 6 8 1 12 Perpindahan (mm) Gambar 5.18. Grafik hubungan Beban-Perpindahan benda uji RM-B 32

Grafik hubungan beban-perpindahan hasil pengujian benda uji RM-B dapat dilihat pada Gambar 5.18. Beban maksimum hasil pengujian adalah sebesar 333,83 kn dengan besar defleksi 11,7 mm. Pola retak/kerusakan benda uji RM-B dapat dilihat pada Gambar 5.19. Retak yang terjadi pada benda uji terjadi pada lapisan siar bata. Hal ini wajar karena berdasarkan hasil pengujian karakteristik material, terlihat bahwa tegangan geser/lekatan bata lebih kecil dari tegangan tekan dan tarik bata. Jika diamati dari grafik pada Gambar 5.18, retak pertama terjadi pada beban 312,61 kn dan pada tahap pembebanan berikutnya, retak pada tempat yang sama membesar dan tercata pada beban yang lebih rendah 38,797 kn. Pada akhir pengujian terlihat bahwa semua siar telah lepas akibat tegangan geser yang terjadi sementara batanya sendiri hampir tidak mengalami kerusakan. Terlihat juga bahwa tulangan yang terpasang juga mengalami leleh. tulangan bengkok (a) (b) (c) Gambar 5.19 Pola retak dan keruntuhan benda uji RM-B Jika dilihat hasil perbandingan beban tekan maksimum antara benda uji RM-A dan RM-B pada Tabel 5.9., terlihat bahwa benda uji RM-B mampu menahan beban 1,34 kali lebih besar dari benda uji RM-A. Hal yang sama juga dicatat, bahwa benda uji RM-B hancur pada defleksi yang lebih besar (11,7 mm) sementara benda uji RM-A hancur pada defleksi 8,91 mm. Gambar 5.2 juga memperlihatkan bahwa kekakuan dinding bata RM- B lebih besar dari kekakuan dinding bata RM-A. 33

35 Beban (kn) RM-A RM-B Tabel 5.9. Beban dan perpindahan maksimum benda uji RM-A dan RM-B Benda Uji Beban Perpin dahan (kn) (mm) RM-A 248,23 8,91 RM-B 333,83 11,7 Rasio 1,34 1,24 3 6 9 12 Perpindahan (mm) Gambar 5.2 Grafik perbandingan hubungan Beban-Perpindahan benda uji RM-A dan RM-B 4.2.5. Benda Uji URM-C Pengujian yang dilakukan pada kelompok benda uji ke tiga ini dilakukan untuk mengetahui perilaku dan kemampuan dinding bata untuk menahan gaya tekan (aksial) dan gaya lateral. Gaya aksial yang diberikan merupakan pemodelan dari beban gravitasi akibat berat sendiri struktur dan gaya lateral adalah untuk mensimulasikan beban akibat gempa. Ada dua benda uji yang diamati, yaitu URM-C (Gambar 5.21) adalah dinding bata polos tanpa tulangan dan RM-C adalah dinding bata yang diberi tulangan pada setiap lapisan siar. Setting up pengujian dapat dilihat pada Gambar 5.21. Beban aksial tetap 2 ton (2 kn) diberikan sebelum beban lateral bekerja. Beban lateral yang merupakan pemodelan beban gempa diberikan pada sisi atas dinding bata dalam bentuk simpangan (displacement controlled). Model beban lateral yang diberikan dapat dilihat pada Gambar 5.22. 34

P v = 2 ton P h LVDT LVDT LVDT Gambar 5.21. Setting up pengujian URM-C dan RM-C 12 Displacement (mm) -12 Gambar 5.22. Loading history pada pembebanan lateral benda uji URM-C dan RM-C 35

4 Beban (kn) -12-8 -4 4 8 12-4 Perpindahan (mm) Gambar 5.23. Grafik hubungan Beban-Perpindahan akibat beban lateral pada benda uji URM-C Gambar 5.24. Pola retak dan keruntuhan benda uji URM-C 36

4.2.6. Benda uji RM-C 5 4 3 2 1 Beban (kn) -2-15 -1-5 5 1 15 2-1 -2-3 -4-5 Perpindahan (mm) Gambar 5.25. Grafik hubungan Beban-Perpindahan akibat beban lateral pada benda uji RM-C Gambar 5.26. Pola retak dan keruntuhan benda uji RM-C 37

Tabel 5.1. Beban dan perpindahan maksimum benda uji URM-C dan RM-C Beban (kn) 5-2 -15-1 -5 5 1 15 2-5 Perpindahan (mm) URM-C RM-C Gambar 5.27. Grafik perbandingan hubungan Beban-Perpindahan benda uji URM-C dan RM-C URM-C RM-C Beban Perpin dahan Beban Perpin dahan (kn) (mm) (kn) (mm) -43.79-16.8-36.62-12.8-39.44-1.6-37.8-8.6-35.78-8.6-34.49-6.7-3.59-6.3-29.37-4.4-21.36-4.4-19.4-3.3-15.87-3.4-12.97-2.3-1.11-2.3-6.7-1.3-2.59-1.1 3.59 1.3 6.56 1.3 6.22 2.4 9.46 2.4 6.94 3.3 12.21 3.2 1.99 4.4 14.95 4.4 14.23 6.7 19.53 6.5 16.75 8.7 23.58 8.6 14.4 1.6 27.39 1.7 22.2 12.9 22.77 14.8 38