BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 : PENDAHULUAN. Narkoba(Narkotika dan obat/bahan berbahaya) sebagai kelompok obat, bahan, atau zat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Hubungan Self Hypnotherapy pada Persentase Relapse (kekambuhan) Pengguna NAPZA

BAB I PENDAHULUAN. tergolong makanan jika diminum, diisap, dihirup, ditelan, atau disuntikkan,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengguna Narkoba. Pengguna napza atau penyalahguna napza adalah individu yang

BAB 1 PENDAHULUAN. lainnya) bukan merupakan hal yang baru, baik di negara-negara maju maupun di

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 996/MENKES/SK/VIII/2002 TENTANG


BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. merupakan akronim dari NARkotika, psikotropika, dan Bahan Adiktif lainnya.

REHABILITASI PADA LAYANAN PRIMER

DUKUNGAN PSIKOSOSIAL KELUARGA DALAM PENYEMBUHAN PASIEN NAPZA DI RUMAH SAKIT JIWA PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA

BAB I PENDAHULUAN. (NAPZA) atau yang lebih sering dikenal masyarakat dengan NARKOBA

REHABILITASI PADA LAYANAN PRIMER

BAB VI PENUTUP. penulis membuat kesimpulan sebagai jawaban dari rumusan masalah.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 : PENDAHULUAN. sekedar untuk, misalnya bersenang-senang, rileks atau relaksasi dan hidup mereka tidak

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2012 TENTANG

BAB V PENUTUP. yang telah dilakukan oleh peneliti. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masalah penyalahgunaan narkoba, khususnya di Indonesia, saat ini

BAB 1 PENDAHULUAN. mengakibatkan perilaku psikotik, pemikiran konkret, dan kesulitan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Adiktif lainnya. Kata lain yang sering dipakai adalah Narkoba (Narkotika,

BAB I PENDAHULUAN. Masalah penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika dan zat adiksi lainnya

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan penyalahgunaan narkoba di Indonesia akhir-akhir ini

BAB I PENDAHULUAN. pada tahun 80 an telah menjadi jalan bagi Harm Reduction untuk diadopsi oleh

Lampiran 1 KUESIONER PERILAKU PENGGUNA NAPZA SUNTIK DI DALAM MENGIKUTI PROGRAM TERAPI RUMATAN METADON DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN TAHUN 2010

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia. Menurut Undang-Undang nomor 35 tahun 2009 tentang

MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 56 / HUK / 2009 TENTANG

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PELAKSANAAN WAJIB LAPOR PECANDU NARKOTIKA

BAB I PENDAHULUAN. Disisi lain, apabila disalahgunakan narkoba dapat menimbulkan ketergantungan dan

2017, No Mengingat : 1. Undang - Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 77, Tam

2017, No d. bahwa untuk belum adanya keseragaman terhadap penyelenggaraan rehabilitasi, maka perlu adanya pengaturan tentang standar pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. pada pembinaan kesehatan (Shaping the health of the nation), yaitu upaya kesehatan

NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN PENYALAHGUNAAN DAN PEREDARAN GELAP NARKOBA (P4GN) DI KABUPATEN BANYUWANGI

BAB I PENDAHULUAN. mengancam hampir semua sendi kehidupan masyarakat, bangsa dan Negara. Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. mengalami gangguan fungsi mental berupa frustasi, defisit perawatan diri, menarik diri

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. medis merupakan suatu bentuk penyalahgunaan yang dapat berakibat fatal di

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Rencana Kerja dan Sinkronisasi Pusat Daerah Bidang Rehabilitasi BNN. Deputi Rehabilitasi BNN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. maupun elektronik sering menunjukkan adanya kasus penyalahgunaan NAPZA.

MAKALAH. ILMU SOSIAL DAN BUDAYA DASAR (ISBD) Bahaya Narkoba Bagi Remaja. Teknik Komputer Golongan B Muh. An im Fatahna D

REHABILTASI PADA NAPZA

BAB I PENDAHULUAN. coba-coba (bereksperimen) untuk mendapatkan rasa senang. Hal ini terjadi karena

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

TERAPI DAN REHABILITASI NARAPIDANA NARKOTIKA MELALUI METODE CRIMINON DAN KESENIAN

BAB I PENDAHULUAN. (NAPZA) kian mengerikan sekaligus memprihatinkan.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesehatan merupakan suatu indikator yang menggambarkan tingkat

KATA PENGANTAR. Pendahuluan

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG REHABILITASI NARKOTIKA KOMPONEN MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan

BAB 1 PENDAHULUAN. NAPZA (Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lain) adalah bahan/zat/obat

BAB II TINJUAN PUSTAKA

BAB VII ZAT ADIKTIF DAN PSIKOTROPIKA

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penyalahgunaan zat psiko aktif merupakan masalah yang sering terjadi di

PELAKSANAAN TUGAS INSTITUSI PENERIMA WAJIB LAPOR DI PUSKESMAS PERKOTAAN RASIMAH AHMAD BUKITTINGGI

BAB I PENDAHULUAN. oleh pemerintah Indonesia, bahkan negara-negara lainnya. Istilah NARKOBA

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan narkoba menjadi salah satu faktor banyaknya terjadi kasus

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MANTAN PECANDU UNTUK KEMBALI MENYALAHGUNAKAN NARKOBA (RELAPS) TESIS NAMA: NURMIATI HUSIN NPM :

17. Keputusan Menteri...

2011, No sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang- Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang perubahan kedua atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

STUDI KASUS REMAJA GANGGUAN PENYALAHGUNAAN ZAT AMPHETAMINE ABUSE DI JAKARTA

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 25 TAHUN 2012 TENTANG

Bab I. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang. Perancangan Interior Panti Rehabilitasi Penyalahgunaan Narkoba

BAB I PENDAHULUAN. yang luar biasa (Extra Ordinary Crime). Permasalahan ini tidak hanya menjadi

WALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN BADAN NARKOTIKA KOTA TEGAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Sosial tentang S

persepsi atau mengakibatkan halusinasi 1. Penggunaan dalam dosis yang 2

BUPATI JEMBER SALINAN PERATURAN BUPATI JEMBER NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Permasalahan narkotika di Indonesia menunjukkan gejala yang

BAB 1 : PENDAHULUAN. United Nation, New York, telah menerbitkan World Drugs Report 2015 yang

S A L I N A N DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PROBOLINGGO,

BAB I PENDAHULUAN. United Nations Drugs Control Programee (UNDPC), saat ini kurang lebih 200 juta

Oleh : MASYKUR KHAIR. Definisi

2016, No Nomor 116, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4431); 2. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika (Lemb

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PENINGKATAN KEMAMPUAN LEMBAGA

Strategi pemulihan gangguan jiwa berdasar stress vulnerability model

BAB I PENDAHULUAN. Fenomena penyalahgunaan narkotika, psikotropika dan zat adiktif lainnya

BAB 1 PENDAHULUAN. menunjukkan gejala yang semakin memprihatinkan. 1

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

BUPATI BULUNGAN PROPINSI KALIMANTAN UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. sosialisasi, transisi agama, transisi hubungan keluarga dan transisi moralitas.

BAB IV PEMBAHASAN. Berdasarkan uji hasil olah data descriptive tingkat kecemasan di kedua kelompok yakni

PTRM PROGRAM TERAPI RUMATAN METADON PUSKESMAS BANGUNTAPAN II

BAB I PENDAHULUAN. saja fenomena - fenomena yang kita hadapi dalam kehidupan sehari - hari dalam

LEBIH DEKAT & SEHAT DENGAN HYPNOTHERAPY *Oleh : Suci Riadi Prihantanto, CHt (Indigo Hypnosis & Hypnotherapy)

PENYALAHGUNAAN NARKOBA DI KALANGAN REMAJA Oleh: Bintara Sura Priambada, S.Sos, M.H Dosen Fakultas Hukum Universitas Surakarta

SMP kelas 8 - KIMIA BAB 4. ZAT ADIKTIF DAN PSIKOTROPIKALatihan soal 4.4

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dikarenakan berpengaruh langsung pada lingkungan. Kenyataan yang ada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. timbulnya berbagai penyakit. Salah satu penyakit yang dapat terjadi yaitu diabetes

LAPORAN TUGAS AKHIR PANCASILA BAHAYA NARKOBA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Bab ini menguraikan teori teori yang berkaitan dengan pola asuh orang tua, remaja, narkoba, kerangka berpikir dan hipotesis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan pergaulan masyarakat di Indonesia mengalami peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

MENGHILANGKAN RACUN NAPZA DARI TUBUH KLIEN

Transkripsi:

8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Definisi NAPZA NAPZA terdiri dari narkotika, psikotropika dan bahan adiktif lainnya. NAPZA adalah obat, bahan atau zat, bukan makanan, yang jika masuk ke dalam tubuh manusia berpengaruh terutama pada kerja otak atau susunan syaraf pusat (Yuanita, 2007 dalam Hanifah, 2011). Narkotika adalah zat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun semi sintetis yang bisa menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan. Psikotropika adalah sebuah zat baik alamiah maupun sintetis yang selain dari narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku. Bahan adiktif lainnya adalah zat atau bahan lain di luar jenis narkotika dan psiktropika yang berpengaruh pada kerja otak dan dapat menimbulkan adiksi/ ketergantungan. NAPZA diartikan sebagai setiap bahan kimia/ zat yang jika masuk ke dalam tubuh akan mempengaruhi fungsi tubuh secara fisik dan psikologis (UU No.22/ 1997). 8

9 World Health Organization (WHO) Technical Report series, no. 561 sejak tahun 1973 telah membagi zat-zat tersebut dengan istilah dependence producing drugs sebagai berikut: 1. Alcohol-barbiturate type 2. Amphetamine type 3. Cannabis type 4. Cocaine type 5. Hallucinogen type 6. Khat type 7. Opiate type 8. Volatile Solvent type 2. Adiksi dan Penyalahgunaan NAPZA Adiksi berasal dari kata bahasa Inggris addiction yang berarti ketagihan atau kecanduan. Istilah ini sering dicantumkan dalam pustaka kedokteran tetapi tidak dicantumkan sebagai salah satu diagnosis. Adiksi membuat seseorang secara fisik dan psikologis mengurangi kapasitasnya sebagai manusia untuk berfungsi normal dan menyebabkan perubahan perilaku menjadi obsesif kompulsif dalam mengunakan zat dan menyalahgunakannya dengan tidak memaki ketentuan yang seharusnya, sehingga mengganggu hubungannya dengan orang lain. (Husin & Siste, 2013). Seseorang disebut ketergantungan dan mengalami penyalahgunaan

10 NAPZA, bila memenuhi criteria diagnostic tertentu. Menurut PPDGJ-III, gangguan pengunaan NAPZA terdiri atas 2 bentuk: 1. Penyalahgunaan, mempunyai harmful effects terhadap kehidupan orang, menimbulkan problem kerja, menganggu hubungan dengan orang lain (relationship) serta mempunyai aspek legal. 2. Adiksi atau ketergantungan, yaitu yang mengalami toleransi, putus zat, tidak mampu menghentikan kebiasaan menggunakan, menggunakan dosis lebih dari yang diinginkan. Kelanjutan Penggunaan NAPZA : Tidak pernah pakai Coba-coba Bersenang-senang Instrumental Kebiasaan Tergantung (Husin, Siste, 2013). 3. Terapi Pengguna NAPZA Sasaran jangka panjang untuk pasien dengan adiksi NAPZA adalah untuk mengurangin penggunaan dan efek dari penyalahgunaan NAPZA, mencapai kondisi bebas NAPZA (abstinensia) dan mengurangi frekuensi kekambuhan dan rehabilitasi. Tidak semua pasien bisa mencapai kondisi bebas NAPZA dengan mudah, ada yang setelah berkali-kali diterapi dan ada juga yang sudah memperoleh kondisi bebas NAPZA setelah bertahun-tahun ternyata dengan mudahnya kembali relapse (kekambuhan) dan akhirnya menggunakan kembali NAPZA secara rutin. (Husin & Siste, 2013).

11 Menurut Badan Narkotika Nasional (2008) dan Rahmawati (2010), proses terapi adiksi zat bisa dibagi atas beberapa fase: 1. Fase Detoksifikasi Di fase ini akan dilakukan penghentian dari penggunaan zat tersebut secara langsung atau secara perlahan-lahan. 2. Fase Rehabilitasi Di fase ini pasien akan dikembalikan atau dipulihkan pada keadaan semula. Proses ini harus dijalani untuk proses pemulihan total agar tidak terus mengalami ketergantungan pada NAPZA. Nantinya pasien akan dibimbing untuk menjalani hidup yang lebih sehat sehingga pasien bisa berada di tahap pulih atau Abstinensia (kondisi bebas NAPZA) 3. Fase After care (post rehabilitasi) Pasien yang sudah pulih tidak bisa langsung dibiarkan begitu saja, proses after care sangat penting untuk menjauhkan penderita dari tempat-tempat dan habitat yang bisa membuat mereka kembali menggunakan NAPZA atau relapse (kekambuhan). Di fase ini kita bisa memberikan wadah untuk mereka mengasah kemampuan mereka yang nantinya akan menjadi bekal hidup dan tujuan hidup mereka. Tahap ini diantaranya: a. Pelatihan Vokasional Sesuai dengan tujuan program aftercare yaitu reintegrasi sosial dan menjadikannya manusia yang produktif, rehabilitan perlu

12 dipersiapkan untuk menguasai keterampilan mencari nafkah untuk mencapai kemandirian ekonomi. b. Seminar dan Konseling Program after care ini berupa seminar-seminar yang diadakan bekerja sama dengan pihak luar, yang diselenggarakan untuk tambahan pengetahuan para rehabilitan. Masalah yang dibahas seputar NAPZA serta isu-isu sosial yang mempengaruhinya, sedangkan untuk konseling berupa sharing yang dilakukan secara bersama-sama dan didampingi oleh seorang mantan pengguna NAPZA yang ditunjuk sebagai konselor. Diharapkan seorang mantan pengguna NAPZA bisa lebih memahami serta mengerti keadaan para rehabilitan, sehingga diskusi menjadi lebih intim dan akrab serta terdapat rasa saling mengerti antara pengguna (rehabilitan) dengan seseorang yang telah bebas dari NAPZA (konselor). c. Pengembangan Diri Pengembangan diri yang dimaksud disini mencakup proses pengenalan jati diri secara menyeluruh, baik kekuatan, kelebihan atau potensi yang dimiliki maupun keterbatasan, kelemahan dan kekurangan yang bisa menjadi penghambat pencapaian aktualisasi diri.

13 d. Pola Hidup Sehat Informasi yang akurat mengenai kesehatan fisik dan mental sangat diperlukan oleh klien mengingat bahwa kecanduan NAPZA seringkali mempunyai komplikasi medis yang serius seperti HIV/AIDS, hepatitis, sub arteri endocarditis, radang paru-paru dan penyakit serius lainnya. Pengetahuan mengenai etiologi penyakit yang diderita rehabilitan serta pengobatan dan proses pemulihannya sangat membantu rehabilitan tetap termotivasi untuk menjalankan pola hidup sehat (BNN, 2008). Selain melepaskan si-pengguna dari ketergantungan NAPZA, proses pemulihan juga mencegah mereka menggunakan kembali NAPZA. Berikut adalah ciri-ciri ideal dari proses pemulihan : a. Abstinensia b. Menjauhkan diri dari teman, tempat benda dan hal lain yang dapat menimbulkan keinginan menggunakan kembali NAPZA c. Berhenti mempersalahkan diri sendiri d. Berhenti mengendalikan perasaan e. Belajar merubah pola pikir adiktif f. Belajar mengenali permasalahan diri sendiri, orang lain dan sekitarnya (BNN, 2008).

14 4. Terbentuknya Kebiasaan. Filter Pikiran sadar 12% Pikiran Bawah Sadar 88% - Ingatan - Kebiasaan - Kepribadian - Harga diri Gambar 1. Bagan Pikiran Manusia (MacGregor, 2000) Menurut MacGregor, 2000 lingkaran-lingkaran di atas menggambarkan pikiran manusia. Daerah yang di luar terarsir mewakili pikiran sadar (12%) kita, sedangkan yang berwarna putih di dalam mewakili pikiran bawah sadar (88%) kita. Pikiran bawah sadar menyimpan semua ingatan dan kebiasaan, semua kepribadian dan citra seperti sebuah gudang yang sangat besar dan sangat kuat. Di antara pikiran sadar dan bawah sadar ada perbatasan yang membatasinya yang ditunjukan oleh garis putus-putus diatas yang berguna sebagai filter dinamakan Reticular Activating System. Filter ini menjadi suatu pintu untuk keluar masuknya hal-hal dari pikiran sadar ke pikiran bawah sadar juga sebaliknya dan juga sangat bermanfaat untuk melindungi dari informasi yang tidak perlu dan

15 berlebihan serta untuk menyimpan dan menghapus informasi di bawah sadar. Tahun 2014 Elfiky menjabarkan tahap-tahap terbentuknya kebiasaan adalah sebagai berikut : Ber- pikir Perekam an Pengulan gan Penyi mpana n Pengul angan kemba li Kebias aan Memb entuk suatu Keprib adian Gambar 2. Bagan Terbentuknya Kebiasaan 1. Berpikir Tahap ini seseorang memikirkan sesuatu, memberi perhatian dan berkonsentrasi padanya karena dianggap penting dan memiliki nilai lebih. 2. Perekaman Ketika sedang memikirkan sesuatu, otak merekamnya, kemudian membuka file yang sejenis dengan pikiran itu dan menghubungkan dengan pikiran-pikiran yang lain, yang sejenis atau yang dinilai bermanfaat baginya.

16 3. Pengulangan Tahapan ini seseorang memutuskan untuk mengulang perilaku yang sama dengan perasaan yang sama. 4. Penyimpanan Perekaman dilakukan berkali-kali, oleh karena itu pikiran menjadi semakin kuat. Akal menyimpannya dalam file dan akan hadir setiap kali kita menghadapi kondisi serupa. Melepaskan diri dari perilaku semacam itu akan semakin sulit karena pikiran itu sedah tersimpan di dalam file pikiran bawah sadar. 5. Pengulangan Tahapan ini, disadari atau tidak, seseorang mengulang kembali perilaku yang tersimpan kuat di pikiran bawah sadarnya. Hal itu dapat dirasakan atau terjadi begitu saja di luar kemauannya. Setiap kali memori yang tersimpan di pikiran bawah sadar itu diulang, maka akan semakin kuat dan mendalam. 6. Kebiasaan Pengulangan yang berkelanjutan dan tahapan-tahapan di atas yang dilalui membuat akal manusia meyakini bahwa kebiasaan ini merupakan bagian terpenting dari perilaku seseorang. Seseorang memperlakukannya seperti bernapas, makan, minum atau kebiasaan lain yang mengakar kuat. Jika sudah begitu, orang tidak dapat mengubahnya dengan hanya berpikir untuk mengubah, kemauan keras atau dengan sesuatu yang berasal dari dunia luar semata. Ia harus

17 mengubah makna yang terbentuk dalam pikiran dasar, kemudian membentuk program baru untuk dirinya dan mengulang-ulang program itu. Tahapan-tahapan seperti yang sudah dilalui dalam membentuk kebiasaan negatif, kemudian terganti dengan kebiasaan positif. Kumpulan kebiasaan ini nantinya akan membentuk suatu kepribadian pada seseorang. 5. Definisi Relapse Relapse, dalam kaitannya dengan penyalahgunaan NAPZA, adalah melanjutkan penggunaan NAPZA setelah satu atau lebih periode abstinence (Van den Oever, dkk, 2010). Sebuah aspek penting dari penggunaan NAPZA adalah kecenderungan untuk penggunaan berulang dan ketergantungan. Ketergantungan obat dapat menyebabkan peningkatan toleransi terhadap substansi yang bersangkutan, ngidam (craving dan penarikan (withdrawal) apabila penggunaan NAPZA berhenti (Nutt, dkk, 2007). Relapse sangat dipengaruhi oleh sejumlah factor salah satunya adalah lingkungan dari pengguna NAPZA itu sendiri. Pemakaian kembali setelah masa abstinence dipicu oleh salah satu atau kombinasi dari 3 pemicu utama: stres, terkena ulang dengan zat tersebut dan lingkungan. Faktor-faktor ini dapat menyebabkan respon neurokimia yang nantinya akan memicu kekambuhan (Murnane, Howell, 2011).

18 6. Self Hypnoterapy Hypnotherapy, merupakan terapi yang menggunakan hipnosis sebagai sarana untuk menjangkau pikiran bawah sadar, merupakan salah satu cara yang sangat mudah, cepat, efektif dan efisien dalam melakukan re edukasi dan menyembuhkan pikiran yang sakit (Gunawan, 2006). Hypnotherapy bisa dilakukan oleh masing-masing individu tanpa harus dengan menggunakan seorang terapis, hypnotherapy yang seperti itu disebut dengan sebutan self hypnotherapy. Istilah self hypnotherapy sama dengan neuro-linguistic programming (NLP), suatu model komunikasi interpersonal yang digunakan untuk meningkatkan peoples live dan suatu sistem terapi yang bisa digunakan untuk merubah pola mental, emosional dan perilaku (Savardelavar & Bagheri, 2012). Berikut merupakan tahapantahapan menurut MacGregor, 2000 yang harus dilalui untuk melakukan self hypnotherapy : 1. Pertama anda harus berada di posisi yang dirasakan paling nyaman, bisa duduk atau berdiri. 2. Tarik napas dalam. 3. Masuk ke dalam gelombang alfa dengan membayangkan diri mereka pergi ke tempat kedamaian masing-masing. Agar self hypnotheraphy bisa dilakukan, seseorang terlebih dahulu harus masuk dalam gelombang α (alfa). Kondisi seseorang merasa lebih nyaman, karena disaat memasuki gelombang alfa, seseorang bisa membuka jalan untuk menuju pikiran bawah sadar. Kondisi ini, seseorang bisa merubah citra

19 diri, merubah kebiasaan, menanamkan pikiran tertentu dan menetapkan tujuan. Keadaan alfa konsentrasi seseorang akan terpusat karena hanya bisa berpikir tentang satu hal pada satu saat. Gelombang alfa adalah gelombang berirama yang timbul pada frekuensi antara 8 dan 13 siklus per detik dan dijumpai di hampir semua rekaman elektro ensefalo grafi orang dewasa normal sewaktu bangun dan keadaan tenang, yaitu istirahat berpikir. Saat seseorang ada pada gelombang alfa maka pembatas/ filter yang menutup antara pikiran sadar dan pikiran bawah sadar akan terbuka sebagian. Hal-hal yang terdapat di dalam pikiran sadar dapat melewati filter tersebut dan tersimpan di pikiran bawah sadar. Tahap ini, langkah awal yang harus dilakukan adalah menarik napas panjang, rileks dan senyum. 4. Mengatakan dalam hati tujuan anda (afirmasi/ self talk), dengan hukum (3P) : a. Pribadi : saya, aku, dll. b. Present : gunakan kata-kata dengan keterangan waktu sekarang. Hindari kata ingin, akan, mau, harus. Contoh: saya sehat / saya mengerjakan ujian dengan mudah dan lancar c. Positif, gunakan kata-kata yang bermakna positif, hindari kata jangan atau kata negatif lainnya. Pikiran bawah sadar manusia hanya bisa memprogram kata-kata positive.

20 5. Bayangkan atau visualisasikan dalam pikiran anda bahwa anda sudah berhasil mencapai tujuan tersebut dan rasakan getaran rasa bahagia yang terasa di hati anda. 6. Gunakanlah jangkar emosi, untuk membangkitkan kembali aliran perasaan menyenangkan yang terasa. Tahap ini dilakukan untuk menstimulasi tubuh agar memproduksi neurotransmitter yang diinginkan, persis seperti perasaan seseorang pada saat berhasil atau selesai melakukan hal yang telah diafirmasi visualisasikan. 7. Pengulangan, apa yang diafirmasikan dan divisualisasikan diulangulang secara persisten (MacGregor, 2000). Proses afirmasi dengan pengucapan kata-kata ini diproses oleh otak kiri yang akan mengendalikan tubuh bagian kanan, sedangkan visualisasi dengan cara membayangkan diproses oleh otak kanan yang akan mengendalikan tubuh bagian kiri, sehingga ketika keduanya dilakukan maka tubuh akan mendapatkan pesan yang kuat seolah-seolah tergerak untuk mencapai apa yang menjadi tujuan (MacGregor, 2000).

21 B. Kerangka Konsep Pecandu NAPZA Menyebabkan efek diantaranya: Gangguan Fungsi Otak Gangguan Kepribadian Gangguan Kesehatan Gangguan Mental Addiksi Relaps Detoksifikasi After Care Rehabilitasi Intervensi dengan menambahkan tekhnik Self Hypnotherapy Dibagi menjadi 2 kategori Sering jarang Relaps/ Tidak Relaps/ Tidak

22 C. Hipotesis Ada hubungan antara Self Hypnotherapy dengan persentase relapse (kekambuhan) pada pengguna NAPZA.