ANALISA PENERAPAN TEKNOLOGI UMTS UNTUK MENGATASI PERMASALAHAN KAPASITAS PADA JARINGAN 2G (GSM) STUDI KASUS DI PT. INDOSAT.

dokumen-dokumen yang mirip
Keyword : GSM,UMTS, MLSLOT Allocation blocking,capacity

Agus Setiadi BAB II DASAR TEORI

ANALISIS PENGARUH HALF RATE DAN FULL RATE TERHADAP SPEECH QUALITY INDICATOR DAN TRAFFIC CHANNEL PADA JARINGAN GSM

Teknologi Seluler. Pertemuan XIV

ANALISIS PERBANDINGAN THROUGHPUT PADA GENERAL PACKET RADIO SERVICE (GPRS) DAN ENHANCED DATA RATE FOR GSM EVOLUTION (EDGE)

ANALISIS INTERFERENSI PADA

1.2 Tujuan dan Manfaat Tujuan tugas akhir ini adalah: 1. Melakukan upgrading jaringan 2G/3G menuju jaringan Long Term Evolution (LTE) dengan terlebih

SISTEM KOMUNIKASI BEGERAK WHAT TECHNOLOGY ABOUT THIS???

TUGAS AKHIR ANALISA KEY PERFORMANCE INDICATOR (KPI) 3RD CARRIER CELL PADA JARINGAN 3G

Universal Mobile Telecommunication System

ANALISIS PERFORMANSI PADA JARINGAN GSM 900/1800 DI AREA PURWOKERTO

ANALISA PERFORMANSI JARINGAN BERDASARKAN PARAMETER KEY PERFORMANCE INDIKATOR 3RD CARRIER CELL PADA JARINGAN 3G. Dian Widi Astuti 1, Dyan Tri Utomo 2

BAB II TEORI DASAR. Public Switched Telephone Network (PSTN). Untuk menambah kapasitas daerah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. teknologi 3G yang menawarkan kecepatan data lebih cepat dibanding GSM.

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB II LANDASAN TEORI

ANALISIS AVAILABILITY DAN RSSI TERHADAP TINGGINYA DROP RATE DI JARINGAN 3G UMTS (STUDI KASUS PT.XL Axiata Jakarta)

Teknik Multiple Akses FDMA, TDMA, CDMA

ANALISIS PENGARUH HALF RATE DAN FULL RATE TERHADAP TRAFFIC CHANNEL DAN SPEECH QUALITY INDICATOR PADA JARINGAN GSM PT.

Analisis Pengaruh Penggunaan Physical Cell Identity (PCI) Pada Perancangan Jaringan 4G LTE

BAB II LANDASAN TEORI

ANALISA PERFORMANSI LIVE STREAMING DENGAN MENGGUNAKAN JARINGAN HSDPA. Oleh : NRP

Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Udayana Abstrak

WIRELESS & MOBILE COMMUNICATION ARSITEKTUR JARINGAN SELULER

TEKNOLOGI SELULER ( GSM )

DAFTAR ISI. LEMBAR PENGESAHAN SURAT PERNYATAAN ABSTRAK. i ABSTRACT.. ii KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI.. v DAFTAR TABEL.. viii DAFTAR GAMBAR...

PENANGANAN BLOCK CALL DAN DROP CALL PADA JARINGAN UMTS BERDASARKAN PENGUKURAN PARAMETER ACCESSIBILITY, COVERAGE AND QUALITY

Pengertian dan Macam Sinyal Internet

BAB II JARINGAN GSM. telekomunikasi selular untuk seluruh Eropa oleh ETSI (European

SISTEM SELULAR. Pertemuan XIV

Analisis Kualitas Jaringan 2G Pada Frekuensi 900MHz Dan 1800MHz Di Area Purwokerto

Evolusi Teknologi Wireless Seluler menuju HSDPA

I. PENDAHULUAN. telekomunikasi berkisar 300 KHz 30 GHz. Alokasi rentang frekuensi ini disebut


PENANGANAN INTERFERENSI PADA JARINGAN SELULER 2G PT. INDOSAT UNTUK AREA BANDUNG

Studi Perencanaan Jaringan Long Term Evolution (LTE) Pada Spektrum 1800 MHz Area Kota Bandung Menggunakan Teknik FDD, Studi Kasus PT.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB II DASAR TEORI. menjadi pilihan adalah teknologi GSM (Global System for Mobile

ANALISIS KUALITAS JARINGAN AKSES TEMBAGA TERHADAP LAYANAN SPEEDY STUDI KASUS DI PT.TELKOM,Tbk DIVISI ACCESS SITE OPERATION PURWOKERTO

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi telekomunikasi yang semakin pesat dan kebutuhan akses data melahirkan salah satu jenis

ANALISIS DAN IMPLEMENTASI ALGORITMA ROUND ROBIN DAN BEST CQI PADA PENJADWALAN DOWNLINK LTE

HALAMAN PERNYATAAN. : Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Multiple Access. Downlink. Handoff. Uplink. Mobile Station Distributed transceivers Cells Different Frequencies or Codes

ANDRIAN SULISTYONO LONG TERM EVOLUTION (LTE) MENUJU 4G. Penerbit Telekomunikasikoe

TUGAS AKHIR OPTIMASI KINERJA SINGLE SITE VERIFICATION (SSV) NODE B PADA JARINGAN 3G

Wireless Communication Systems Modul 9 Manajemen Interferensi Seluler Faculty of Electrical Engineering Bandung 2015

Evaluasi Performansi Jaringan UMTS di Kota Semarang menggunakan Metode Drive Test

I. PENDAHULUAN. terutama di bidang sistem komunikasi nirkabel (wireless). Sistem wireless

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PROTOKOL KOMUNIKASI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II SISTEM TELEKOMUNIKASI SELULAR UTRA-TDD

Analisis Peningkatan Kualitas dan Kapasitas Jaringan Seluler PT. XL Axiata pada Area Jawa Tengah bagian Utara melalui Proyek Swap dan Modernisasi

PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA

BAB II ADAPTIVE MULTI-RATE (AMR)

ANALISIS LAYANAN DATA PADA JARINGAN CDMA EVDO Rev.A.

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

TUGAS AKHIR ANALISA OPTIMASI COVERAGE AREA NODE B CIANGSANA BOJONG DI TELKOMSEL

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 3 REBALANCING GPRS TIME SLOT (GTS) TRAFFIC DATA GSM 900 MHZ

Handbook Edisi Bahasa Indonesia

PERANCANGAN CAKUPAN AREA LONG TERM EVOLUTION (LTE) DI DAERAH BANYUMAS

ANALISIS UNJUK KERJA MULTI BAND CELL PADA GSM DUAL BAND

BAB I PENDAHULUAN. meningkat ke layanan Fourth Generation dengan teknologi Long Term Evolution

Perkembangan Teknolgi Wireless: Teknologi AMPS Teknologi GSM Teknologi CDMA Teknologi GPRS Teknologi EDGE Teknologi 3G, 3.5G Teknologi HSDPA, HSUPA

BAB IV. Kinerja Varian TCP Dalam Jaringan UMTS

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

OPTIMALISASI KAPASITAS TRAFIK DENGAN TRANSCEIVER GROUP SYNCHRONIZATION DI PT XL AXIATA Tbk PURWOKERTO ABSTRAK ABSTRACT

ANALISIS MEKANISME REHOMING DAN REPARENTING PADA JARINGAN KOMUNIKASI SELULER GSM

PERENCANAAN JARINGAN LONG TERM EVOLUTION (LTE) 1800 MHz DI WILAYAH MAGELANG MENGGUNAKAN BTS EXISTING OPERATOR XYZ

BAB II DASAR TEORI. Awal penggunaan dari sistem komunikasi bergerak dimulai pada awal tahun 1970-an.

1 BAB I PENDAHULUAN. Long Term Evolution (LTE) menjadi fokus utama pengembangan dalam bidang

Cell boundaries (seven cell repeating pattern)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

JURNAL TEKNOLOGI INFORMASI & PENDIDIKAN ISSN : VOL. 6 NO. 1 Maret 2013

Analisis Performa Jaringan 3G Pada Saat Cuaca Bagus dan Cuaca Buruk Menggunakan OPNET

BAB II LANDASAN TEORI

ANALISIS LAYANAN VOICE CALL DAN DATA PACKET PADA OPERATOR TELEPON SELULER DI WILAYAH BALI INNER CITY

ANALISIS KUALITAS LAYANAN PANGGILAN PADA TELEKOMUNIKASI BERGERAK 3G

Teknologi Komunikasi Data Seluler. Adri Priadana ilkomadri.com

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

ANALISIS PERMASALAHAN OPTIMALISASI VOICE CDMA X UNTUK MENGURANGI KEGAGALAN KONEKSI STUDI KASUS DIVISI TELKOM FLEXI SEMARANG

Kondisi Fisik Congestion Jaringan Telekomunikasi Bergerak Seluler pada Wilayah Non- Rural

ANALISIS PERBANDINGAN QoS VoIP PADA PROTOKOL IPv4 DAN IPv6 ( STUDI KASUS : LABORATORIUM KOMPUTER UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO SEMARANG )

MENGATASI KONGESTI JARINGAN 3G

ANALISIS DROP CALL PADA JARINGAN 3G PADA BEBERAPA BASE STATION DI KOTA MEDAN

ANALISA PERFORMANSI INTERNET BROADBAND LONG TERM EVOLUTION INNER CITY DAN RURAL DI KOTA PALEMBANG (STUDY KASUS : PT. TELKOMSEL)

Wireless Technology atau teknologi nirkabel, atau lebih sering disingkat wireless adalah teknologi elektronika yang beroperasi tanpa kabel.

10/13/2016. Komunikasi Bergerak

Abstract A. PENDAHULUAN. Sistem komunikasi semakin berkembang dengan tingginya kontinuitas

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

OPTIMASI KAPASITAS JARINGAN 2G, 3G, DAN LTE DENGAN TEKNIK JOINT BASE STATION

ANALISIS KUALITAS RF PADA JARINGAN SELULER 2G & 3G DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TUGAS AKHIR

BAB 2 TEKNOLOGI DAN TREN PERTUMBUHAN WCDMA/HSPA

BAB 1 I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ANALISIS PENGARUH KAPASITAS LOCATION AREA CODE TERHADAP PERFORMANSI PADA JARINGAN 3G Cornelis Yulius Ganwarin, [1] Rendy Munadi [2], Asep Mulyana [3]

PERENCANAAN JARINGAN LONG TERM EVOLUTION (LTE)1800 Mhz DI WILAYAH MAGELANG MENGGUNAKAN BTS EXISTING OPERATOR XYZ

OPTIMASI JARINGAN DAN INVESTIGASI SITE WCDMA 3G MENGGUNAKAN PROGRAM MAP INFO PROFFESIONAL 8.5 DAN TEMS DATA COLLECTION 8.1

Transkripsi:

ANALISA PENERAPAN TEKNOLOGI UMTS UNTUK MENGATASI PERMASALAHAN KAPASITAS PADA JARINGAN 2G (GSM) STUDI KASUS DI PT. INDOSAT. Tbk PURWOKERTO Alfin Hikmaturokhman 1, Wahyu Pamungkas. 2, Luthfiana 1 Program D3 Teknik Telekomunikasi Akademi Teknik Telekomunikasi Sandhy Putra Purwokerto Email : luthfi.bjl@gmail.com ABSTRAK Kebutuhan layanan data yang tinggi dan kapasitas jaringan yang lebih besar menjadi masalah yang sangat penting pada jaringan GSM. Salah satu parameter ukuran acuan baik buruknya kulitas jaringan GSM dapat dilihat pada parameter performansi MLSLOT Allocation Blocking. Nilai standar untuk parameter MLSLOT Allocation Blocking yaitu 40 % agar jaringan tersebut dinyatakan baik. Untuk mengatasi permasalahan tersebut maka diterapkan teknologi UMTS. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana performansi jaringan 2G PT INDOSAT. Tbk Purwokerto sebelum dan setelah penerapan teknologi UMTS serta bagaimana perbandingan performansi jaringan seluler PT INDOSAT Tbk Purwokerto sebelum dan setelah implementasi jaringan UMTS. Dalam melakukan penelitian ini penulis melakukan pengumpulan data-data yang diperlukan dan melakukan wawancara apabila tidak tahu kepada pembimbing. Dari penelitian diperoleh rata-rata nilai MLSlot Allocation Bocking mengalami penurunan, untuk sektor 1 mengalami penurunan rata-rata uplink 0,70 % menjadi 0,17 % turun 0,53 %, rata-rata downlink 26,49 % menjadi 14,98 % turun 11,51 %. Sektor 2 rata-rata uplink 0,24% menjadi 0,00% turun 0,24%, rata-rata downlink 5,16 % menjadi 0,04% turun 5,12 %, Sektor 3 Rata-rata uplink 0,6% menjadi 0,21% turun 0,39 %, rata-rata downlink 23,99 % menjadi 14,98% turun 9,01%. Kata kunci: GSM, UMTS, MLSLOT Allocation Blocking, kapasitas ABSTRACT A high necesarry data service and bigger network capacity becomes a critical issue in the GSM network. One of the good and bad size parameter reference-quality GSM network can be viewed on the performance parameters MLSLOT Allocation Blocking. The default value for parameter MLSLOT Allocation Blocking are 40 % that the network is otherwise well. To overcome these problems it is applied to UMTS technology. The study was conducted to determine how the performance of the 2G PT Indosat Tbk. Before and after the application of technology and how it compares to the performance of UMTS cellular network PT Indosat Tbk. before and after implementation of a UMTS network. In conducting this study the authors to collect the necessary data and did the interview if the supervisor does not know From the research the average value MLSlot Bocking Allocation has decreased, for the first sector decreased on average uplink 0.70% to 0.17% down 0.53%.The average downlink 26.49% to 14.98% down 11.51%. Sector 2 uplink average 0.24% to 0.00% down 0.24%, the average downlink 5.16% to 0.04% down 5.12%, Sector 3 uplink average 0.6% to 0.21% down 0.39%, the average downlink 23.99% to14.98% down 9.01%. Keyword : GSM,UMTS, MLSLOT Allocation blocking,capacity 1. PENDAHULUAN GSM (Global System for Mobile Communication) atau (2G) saat ini sudah tidak mampu melayani secara baik, karena terjadi peningkatan jumlah pelanggan yang cukup signifikan sehingga terjadi blocking yang tinggi. Untuk mengatasi permasalahan yang terjadi pada jaringan GSM, PT INDOSAT Tbk Purwokerto menerapkkan teknologi UMTS (Universal Mobile Telecommunications System) untuk mengatasi permasalahan kapasitas pada jaringan 2G khususnya akses komunikasi data. Untuk Mengetahui performansi pada jaringan GSM 900/1800 di PT INDOSAT Tbk area Purwokerto terhadap kesuksesan akses internet digunakan parameter EGPRS Payload Data (Kb), MLSLOT Allocation Blocking (%), EGPRS RLC throughput (kbps), EGPRS erlang. Adapun parameter MLSlot Allocation 35

blocking yang ditentukan oleh PT INDOSAT Tbk adalah 0% - 40%, nilai tersebut yang digunakan sebagai ukuran kualitas koneksi data suatu jaringan GSM. 2. DASAR TEORI A. GSM (Global System for Mobile Communication) 1 Konfigurasi Jaringan GSM [5] kanal sebanyak 375 kanal. 3 Enhuanced Data rates for GSM Evolution (EDGE) [1] arsitektur jaringannya pada dasarnya sama dengan GPRS. termasuk antar mukanya, protocol dan prosedur aksesnya. Tujuan EDGE adalah menawarkan efisiensi lebar pita yang lebih tinggi lagi, sehingga lebih banyak pengguna dkomunikasi data dapat ditangani pada pita selebar 200 khz itu. mbar 1. Konfigurasi GSM Ga Secara umum jaringan GSM dapat dibagi menjadi tiga bagian utama yaitu : a. Mobile Station (MS) Gambar 2. Konfigurasi EDGE b. Base Station Subsystem (BSS) B. UMTS (Universal c. Network Subsystem. Telecomunications System ) [1] Mobile 1 Arsitektur jaringan UMTS [5] 2 Alokasi Frekuensi GSM [4] Arsitektur jaringan UMTS dapat Di Eropa, pada awalnya GSM dilihat pada gambar 3. didesain untuk beroperasi pada band frekuensi 900 MHz,dengan bandwidth sebesar 25 MHz yang digunakan ini (915-890 = 960-935 = 25 MHz), dan lebar kanal sebesar 200 KHz, maka akan didapat 125 kanal, dimana 124 kanal digunakan untuk voice dan 1 kanal untuk signaling. Pada GSM 1800 tersedia Gambar 3. Arsitektur UMTS bandwidth sebesar 73 MHz (1880-1805 = 1785-1710). Dengan lebar kanal tetap Jaringan arsitektur UMTS sama seperti GSM 900 yaitu 200 KHz, digambarkan seperti gambar, dimana maka pada GSM 1800 akan tersedia menggunakan air interface WCDMA dan 36

merupakan evolusi atau perkembangan dari jaringan inti GSM, terdiri atas 3 daerah yang saling berinteraksi, yaitu : a. Core Network (CN) b. UMTS Terrestrial Radio Access Network (UTRAN) c. User Equipment (UE) atau Mobile Station (MS). C. GSM VERSUS WCDMA [6] Tabel 1. Perbandingan antara sistem WCDMA dan GSM [6] 3. METODOLOGI PENELITIAN Proses perancangan dan pengambilan data untuk menunjang analisa pada penelitian, data-data yang akan diambil adalah data berupa parameter - parameter Performansi, yaitu [7] : 1) EGPRS UL Payload Data (Kb) adalah mengetahui jumlah kapasitas pengguna dalam melakukan upload data sebuah cell yang dapat dipergunakan oleh beberapa 2) EGPRS DL Payload Data (Kb) adalah mengetahui jumlah kapasitas pengguna dalam melakukan download data sebuah cell yang dapat dipergunakan oleh beberapa 3) UL MLSLOT Allocation Blocking adalah parameter yang dipergunakan untuk mengetahui jumlah blocking pengguna dalam melakukan upload data sebuah cell yang dapat dipergunakan oleh beberapa 4) DL MLSLOT Allocation Blocking adalah parameter yang dipergunakan untuk mengetahui jumlah blocking pengguna dalam melakukan download data sebuah cell yang dapat dipergunakan oleh beberapa 5) DL EGPRS RLC throughput adalah mengetahui jumlah paket data download EGPRS yang berhasil disampaikan sebuah cell yang dapat dipergunakan oleh beberapa user dalam interval satuan detik pada 6) UL EGPRS RLC throughput adalah mengetahui jumlah paket data upload EGPRS yang berhasil disampaikan sebuah cell yang dapat dipergunakan 37

oleh beberapa user dalam interval satuan detik pada 7) DL EGPRS ERLANG adalah parameter yang dipergunakan untuk mengetahui jumlah trafik data Download EGPRS dalam interval satuan jam. 8) UL EGPRS ERLANG adalah parameter yang dipergunakan untuk mengetahui jumlah trafik data Upload EGPRS dalam interval satuan jam. pemakaian jaringan untuk uplink sektor 2 meningkat dari 114.188,29 kbyte menjadi 128.749,72 kbyte dan untuk downlink menurun dari 582.959,37 kbyte menjadi 581.593,91 kbyte.untuk sektor 3 arah uplink turun dari 293.178,95 kbyte menjadi 268.311,48 kbyte. Dan untuk downlink turun dari 1.273.346,41 kbyte menjadi 1.152.327,02 kbyte. Tabel 2. standarisasi MLSLOT Allocation Blocking PT INDOSAT 4. ANALISA IMPLEMENTASI a. Analisa Pemakaian jaringan 2G Berdasarkan pengamatan yang dilakukan mulai tanggal 26 Desember 2011 sampai 4 Januari 2012 untuk sebelum implementasi, dan tanggal 5 sampai dengan 14 Januari 2012 untuk setelah implementasi UMTS diperoleh data pemakaian jaringan yang ditampilkan pada gambar 4. Dari gambar 4 dapat diketahui ratarata total pemakaian jaringan 2G sektor 1 untuk uplink mengalami peningkatan dari 229.572,94 kbyte menjadi 230967,7 kbyte. Untuk arah downlink mengalami peningkatan dari 954.827,7 kbyte menjadi 1.003.954,31 kbyte. Untuk sebelum dan setelah penerapan teknologi 3G rata-rata Gambar 4. Grafik Pemakaian jaringan 2G sebelum dan setelah implementasi 3G b. Analisa MLSlot Allocation Blocking Untuk data rata-rata ML SLOT Allocation Blocking yang terjadi mulai tanggal 26 Desember 2011 sampai 4 Januari 2012 untuk sebelum implementasi, dan tanggal 5 sampai dengan 14 Januari 2012 untuk setelah implementasi UMTS dapat dilihat pada gambar 5. Dari gambar 4, untuk sektor 1 terlihat uplink mengalami penurunan dari 0,7 % menjadi 0,17 % dan untuk downlink mengalami penurunan dari 26,49 % menjadi 14,92 %. Pengamatan yang dilakukan pada sektor 2 pada sisi MLSlot Allocation Blocking jaringan, terdapat penurunan yang cukup signifikan pada sisi koneksi downlink dan uplink setelah dilakukan penerapan 38

teknologi 3G. Dari tabel 4.10 terlihat ratarata blocking untuk uplink turun dari 0,24 % menjadi 0,00 % sedangkan untuk downlink turun dari 5,16 % menjadi 0,00 %. Dan untuk pengamatan yang dilakukan pada sektor 3 pada sisi ML Slot Allocation Blocking jaringan, terdapat penurunan yang cukup signifikan pada sisi koneksi downlink dan uplink setelah dilakukan penerapan teknologi 3G. Blocking untuk uplink turun dari 0,60 % menjadi 0,00 % sedangkan untuk downlink turun dari 23,99 % menjadi 14,98 %. Berdasarkan gambar 6 dapat diketahui bahwa rata-rata throughput sektor 1 tidak mengalami perubahan berarti. Untuk uplink rata-rata throughput turun dari 21,12 kbps menjadi 20,96 kbps dan untuk downlink throughput mengalami kenaikan dari 22,41 kbps menjadi 25,85 kbps. Untuk pengamatan yang dilakukan pada sektor 2 pada sisi troughput terjadi peningkatan pada sisi koneksi downlink dan uplink setelah dilakukan penerapan teknologi UMTS. Dari gambar 6 terlihat throughput untuk uplink 21,10 kbps meningkat dari 21,39 kbps sedangkan untuk downlink turun dari 26,92 kbps menjadi 26,45 kbps. Gambar 5. Grafik Nilai MLSlot Allocation Blocking sebelum dan setelah implementasi 3G c. Analisa Throughput Dari pengamatan yang penulis lakukan mulai tanggal 26 Desember 2011 sampai dengan 4 Januari untuk sebelum implementasi UMTS dan 5 sampai 14 Januari 2012 untuk setelah implementasi UMTS. Data throughput jaringan, dapat diperoleh data nilai throughput yang ditampilkan pada gambar 6. Gambar 6. Grafik Nilai throughput untuk sebelum dan sesudah implementasi 3G Sedangkan untuk pengamatan yang dilakukan pada sektor 3 pada sisi troughput tidak terjadi pengaruh yang signifikan pada sisi koneksi downlink dan uplink setelah dilakukan penerapan teknologi UMTS. Untuk uplink mengalami penurunan dari 21,05 kbps menjadi 20,92 kbps dan untuk downlink mengalami penurunan dari 26,42 kbps menjadi 25,99 kbps 39

d. Analisa Trafik Rata-rata nilai trafik yang diperoleh dari pengamatan yag penulis lakukan mulai tanggal 26 Desember 2011 sampai dengan 4 Januari untuk sebelum implementasi UMTS dan 5 sampai 14 Januari 2012 untuk setelah implementasi UMTS diperoleh data trafik jaringan yang ditampilkan pada gambar 7. Bedasarkan gambar 7 terlihat rata-rata trafik sektor 1 untuk uplink meningkat dari 2,84 Erlang menjadi 3,01 Erlang. Dan untuk downlink turun dari 4,67 Erlang menjadi 4,47 Erlang.Salah satu faktor yang menentukan peningkatan trafik yaitu karena penggunaan teknologi 3G, karena pelanggan tidak perlu berebut jaringan. Sehingga tingkat blocking menurun dan trafik menjadi meningkat. Untuk penelitian di sektor 2, nilai trafik yang dipakai cukup stabil yaitu untuk uplink dari 1,861 Erlang turun menjadi 1,769 Erlang dan untuk downlink nilai trafik turun dari 2,834 Erlang menjadi 2,549 Erlang Pada sektor 3 terjadi penurunan rata-rata trafik jaringan baik untuk sisi uplink, nilai uplink turun dari 3,68 Erlang menjadi 3,53 Erlang. Sedangkan untuk downlink meningkat darri 5,07 Erlang menjadi 5,09 Erlang Gambar 7. Grafik data trafik jaringan sebelum dan setelah implementasi 3G 5. KESIMPULAN Berdasarkan hasil analisa yang telah dilakukan maka terdapat beberapa kesimpulan seperti berikut ini : 1. Pada saat sebelum penerapan teknologi 3G performansi jaringan 2G untuk site Pasar wage purwokerto terjadi tingkat ML Slot Allocation blocking yang cukup tinggi untuk seluruh sektor : Sektor 1 Rata-rata uplink 0,70 % Rata-rata downlink 26,49 % Sektor 2 Rata-rata uplink 0,24% Rata-rata downlink 5,16 % Sektor 3 Rata-rata uplink 0,6% Rata-rata downlink 23,99 % 2. Untuk keadaan setelah penerapan teknologi 3G, performansi jaringan untuk keseluruhan sektor telah mengalami peningkatan. Peningkatan performansi ini dapat dilihat dari penurunan tingkat ML Slot Allocation blocking yang cukup signifikan untuk semua sektor. Sektor 1 Rata-rata uplink 0,17 % Rata-rata downlink 14,98 % Sektor 2 Rata-rata uplink 0,00% Rata-rata downlink 0,04% Sektor 3 Rata-rata uplink 0,21% Rata-rata downlink 14,98% 3. Perbandingan 40

Sektor 1 Rata-rata uplink 0,70 % menjadi 0,17 % turun 0,53 %. Rata-rata downlink 26,49 % menjadi 14,98 % turun 11,51 % Sektor 2 Rata-rata uplink 0,24% menjadi 0,00% turun 0,24%. Rata-rata downlink 5,16 % menjadi 0,04% turun 5,12 % Sektor 3 Rata-rata uplink 0,6% menjadi 0,21% turun 0,39 % Rata-rata downlink 23,99 % menjadi 14,98% turun 9,01% 4. Pengaruh hari kerja (antara hari Senin sampai Jumat) sangat besar terhadap jaringan, pada hari-hari ini pemakaian jaringan akan banyak sekali terjadi blocking, sehingga perlu diterapkan teknologi 3G. 5. Setelah dilakukan penerapan teknologi 3G terjadi peningkatan jumlah pemakaian jaringan untuk seluruh jaringan baik untuk jaringan 2G maupun untuk jaringan 3G. 6. Berdasarkan pengamatan yang penulis laksakan dapat diketahui bahwa penerapan teknologi 3G telah mampu menangani permasalahan kapasitas yang terjadi untuk site pasar wage. 2. Wardana, Lingga dan Naraksa Makodin,2010. Teknologi Wireless Communication dan Wireless Broadband.Andi. Yogyakarta 3. Wibisono, Gunawan dan Gunadi Dwi Hantoro. 2008.Mobile Broadband Trend Teknologi Wireless Saat ini dan Masa Datang. Informatika. Bandung 4. Dewi, Riana Puspita T.2011. Analisis Optimalisasi Kapasitas Trafik Dengan Multiband Cell (MBC) Pada Jarinagan GSM Di PT. XL AXIATA, Tbk Purwokerto: Akademi Teknik Telekomunikasi Purwokerto 5. Rahmawati, Iradona T.2009. Analisis Drop Call Akibat Inter Access Technology (I-RAT) Handover Dari Jaringan 3G (UMTS) Ke Jaringan 2G (GSM) : Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto. 6. Wardana, Lingga. 2011. 2G/3G RF Planning and Optimization for Consultant. www.nulisbuku.com.jakarta 7. http://10.20.23.100:43231/ned/ned? service=library&library=s10_5ed2 DAFTAR PUSTAKA 1. Sunomo.2004. Pengantar Sistem Komunikasi Nirkabel. PT Gramedia Widiasarana Indonesia. Jakarta. 41