BAB I PENDAHULUAN. Hasil belajar peserta didik berdasarkan dimensi pembelajaran IPS terdiri

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

ABSTRAK 33 ISSN X

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indrie Noor Aini, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada hakikatnya merupakan proses pembebasan peserta didik

BAB III METODE PENELITIAN. Pada bab III ini akan dibagi menjadi enam sub bab, yaitu desain penelitian,

BAB I PENDAHULUAN. Perguruan Tinggi adalah mahasiswa yang rata-rata masuk perguruan tinggi pada

I. PENDAHULUAN. timbul pada diri manusia. Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 Bab 1 Pasal 1

BAB I PENDAHULUAN. ada harus dapat mengoptimalkan fungsi mereka sebagai agen of change. sekaligus pembimbing bagi pendidikan moral peserta didiknya.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Grenita, 2013

I. PENDAHULUAN. positif dan negatif pada suatu negara. Orang-orang dari berbagai negara

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa secara utuh. Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat (1) yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia efektif adalah akibatnya atau pengaruhnya.

BAB I PENDAHULUAN. Masa akhir anak-anak berlangsung dari usia enam tahun sampai tiba

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan bagi bangsa Indonesia merupakan kebutuhan mutlak yang harus

BAB I PENDAHULUAN. Menengah Pertama Melalui Pembelajaran dengan Pendekatan Metaphorical Thinking. (repository.upi.edu, 2013), 3.

A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. Istilah pembelajaran dalam dunia pendidikan merupakan salah satu aspek

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dan tidak dapat

KURIKULUM PROGRAM PASCASARJANA PENDIDIKAN IPS (S2) BERBASIS KKNI 2014

BAB I PENDAHULUAN. Proses pembelajaran IPS yang selama ini berkembang lebih bersifat

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan proses pembangunan suatu negara ditentukan oleh banyak

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu komponen utama kebutuhan manusia. Melalui

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pasal 3 Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

I. PENDAHULUAN. dengan pendidikan. Oleh karena itu, pendidikan merupakan salah satu sasaran

III. METODE PENELITIAN. empat komponen, yaitu perencanaan (plan), tindakan (action), observasi, terkait. Siklus PTK dapat digambarkan sebagai berikut;

BAB I PENDAHULUAN. dan memajukan daya pikir manusia. Perkembangan pesat di bidang teknologi

NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi

I. PENDAHULUAN. suatu wadah yang disebut sebagai lenbaga pendidikan. Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di SMP dan MTs

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan pondasi utama dalam upaya memajukan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. sikap mental siswa (Wiyanarti, 2010: 2). Kesadaran sejarah berkaitan dengan upaya

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). Pendidikan berkembang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan proses panjang dan berkelanjutan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Abad XXI dikenal sebagai abad globalisasi dan abad teknologi informasi.

BAB I PENDAHULUAN. Global Monitoring report, (2012) yang dikeluarkan UNESCO menyatakan bahwa

I. PENDAHULUAN. sangat berperan adalah lembaga pendidikan. Dalam mencapai tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan diartikan sebagai usaha atau kegiatan untuk mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dianggap belum mampu bersaing dengan dunia luar. hal yang memang seharusnya terjadi sejalan dengan perubahan budaya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Riva Lesta Ariany, 2014

BAB II KAJIAN PUSTAKA. keterampilan intelektual. Karena itu pengorganisasian materi pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan aspek penting yang menjadi salah satu prioritas utama

BAB III METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. tercantum dalam UU Sisdiknas No. 20 (2003:4): Bahwa Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

MENGATASI KESULITAN BELAJAR SISWA PADA MATERI SISTEM KOORDINAT DENGAN METODE DISKUSI KELOMPOK DI KELAS VIII-B SMP NEGERI 3 SUBANG

I. PENDAHULUAN. masa masa berikutnya. Sedangkan pendidikan pada usia dini akan bermanfaat

NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi

BAB I PENDAHULUAN. merupakan integrasi dari berbagai cabang Ilmu Sosial. Supardi (2011: 183)

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan yang penting dalam mempersiapkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial

I. PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan cara mencari

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 2003 Bab I Pasal I Ayat 1 menjelaskan bahwa pendidikan adalah usaha

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran matematika, kemampuan berpikir sangat penting sebagai modal. utama untuk meningkatkan hasil belajar matematika.

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menyebabkan kurikulum

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia. Pendidikan dijadikan sebagai dasar manusia untuk. yang timbul dalam diri manusia. Pembelajaran matematika

A. LATAR BELAKANG MASALAH

ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS)

BAB I PENDAHULUAN. teknologi dan seni (Ipteks) yang berlandaskan nilai-nilai keagamaan, nilai-nilai

PROSES BERPIKIR SISWA KELAS VII E DALAM MEMECAHKAN MASALAH MATEMATIKA PADA MATERI PECAHAN DITINJAU DARI KECERDASAN LOGIS-MATEMATIS ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan suatu negara. Tanpa pendidikan suatu negara akan tertinggal jauh

ABSTRAK. i Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. pelajaran sains yang kurang diminati dan membosankan. Banyak siswa yang

BAB I PENDAHULUAN. Matematika mempunyai peran yang sangat besar baik dalam kehidupan

Oleh: Maelah SMP Negeri 1 Pogalan Kabupaten Trenggalek

BAB I PENDAHULUAN. Oleh karena itu, perlu adanya peningkatan mutu pendidikan di Indonesia. Berdasarkan Undang-undang No. 20 pasal ke-3 (2003)

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. umum dapat digambarkan bahwa proses pembelajaran menggunakan model

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan diberikannya mata pelajaran matematika untuk siswa

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. untuk dipertimbangkan dalam pengembangan kurikulum. Menurut Hamid

Prosiding Seminar Nasional Biotik 2015 ISBN:

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) SD. social studies, seperti di Amerika. Sardjiyo (repository. upi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pengembangan sumber daya manusia merupakan faktor kunci

I. PENDAHULUAN. Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 1

Umi Rochayati (Dosen Jurusan Pendidikan Teknik Elektronika FT-UNY)

BAB I PENDAHULUAN A Latar Belakang Masalah La Moma, 2014

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE PAIR CHECK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERTANYA PRODUKTIF MAHASISWA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN TEORITIS TENTANG HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN BILANGAN BULAT

BAB I PENDAHULUAN. tinggi dalam belajar, seseorang harus memiliki Intelligence Quotient (IQ) yang

BAB I PENDAHULUAN. Bab pendahuluan ini membahas masalah yang berhubungan dengan penelitian

TINJAUAN MATA KULIAH...

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. dapat dikatakan sebagai sentral pembelajaran. Guru juga sebagai pengatur dan

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas agar kualitas

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam kehidupan sehari- hari maupun dalam ilmu pengetahuan.

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan sumber daya manusia yang berkualitas dan bermoral. Untuk

I. PENDAHULUAN. Matematika berperan sebagai induk dari semua mata pelajaran dan merupakan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hasil belajar peserta didik berdasarkan dimensi pembelajaran IPS terdiri dari empat kategori, diantaranya adalah knowledge, skills, behavior dan action, namun hal itu tidak terjadi pada pembelajaran IPS di lapangan. Kenyataannya, pembelajaran IPS di Indonesia pada umumnya dan di Kabupaten Bangkalan pada khususnya mengedepankan hasil belajar yang berorientasi pada aspek kognitif tingkat rendah, sedangkan muatan materi evaluasi ternyata lebih banyak menekankan aspek pengetahuan (knowledge) daripada aspek sikap, keterampilan serta nilai dan moral. Seperti data yang menunjukkan orientasi hasil belajar dalam pembelajaran IPS di Kabupaten Bangkalan hanya berorientasi pada satu aspek belaka yaitu knowledge, sedangkan aspek lainnya hampir terabaikan. Tabel 1.1 Hasil Belajar IPS Peserta Didik MTs. Kabupaten Bangkalan Dimensi Hasil Belajar IPS JML Knowledge Skills Attitude/Value Action TAPEL 2005/2006 56% 17% 16% 11% 100% TAPEL 2006/2007 58% 15% 18% 9% 100% TAPEL 2007/2008 60% 16% 16% 8% 100% TAPEL 2008/2009 64% 14% 9% 13% 100% Sumber: Data Tim MGMP IPS MTs. Kabupaten Bangkalan, 2010 1

2 Dari tabel 1.11 diketahui bahwa selama empat tahun terakhir, hasil belajar IPS lebih berorientasi pada dimensi knowledge, sedangkan dimensi lainnya tidak lebih dari 20%, bahkan dimensi attitude/value yang merupakan tujuan utama pembelajaran IPS hanya memperoleh bagian 9% pada tahun pelajaran 2008/2009. Berdasarkan orientasi kecerdasan yang merujuk pada teori Gardner (2005: 12) dimana hasil belajar harus berorientasi pada pengembangan potensi kecerdasan peserta didik bukan semata-mata pada satu jenis kecerdasan saja, sedangkan hasil belajar peserta didik dalam pembelajaran IPS di Kabupaten Bangkalan lebih berorientasi pada kecerdasan matematis-logis (38%) dan lingustik (18%), sedangkan kecerdasan interpersonal, intrapersonal dan eksistensial yang menurut kajian terhadap tujuan pembelajaran IPS merupakan kecerdasan yang paling diharapkan untuk meningkat hanya berkisar antara 3% hingga 15%, seperti tertera pada diagram 1.1 berikut. Diagram 1.1. Orientasi Hasil Belajar IPS di Kabupaten Bangkalan Tahun Pelajaran 2009/2010 Eksistensial Intrapersonal 3% 8% Interpersonal 15% Kecerdasan Lainnya )* 4% Lingustik 18% Visual/Spacial 14% Matematis-Logis 38% Sumber: Data Tim MGMP IPS MTs. Kabupaten Bangkalan, 20100

3 Kondisi ini menyebabkan munculnya permasalahan dalam pembelajaran dan pendidikan IPS khususnya pada bagian hasil belajar. Jika ditinjau dari segi kecerdasan, kenyataannya saat ini pembelajaran IPS lebih menekankan pada kecerdasan matematis logis sedangkan kecerdasan lain diabaikan. Inteligensi pada awalnya dianggap sebagai suatu kesatuan (menyeluruh) konsep, yang dapat ditangkap oleh satu nomor, segera muncul perdebatan tentang apakah konsep tersebut dapat pecah menjadi komponen-komponen. Seperti peneliti LL Thurstone dan JP Guilford berpendapat bahwa kecerdasan adalah lebih baik dipahami sebagai serangkaian kemungkinan faktor independen. Dalam beberapa tahun terakhir, didukung oleh temuan-temuan dari bidang yang berbeda seperti kecerdasan buatan, psikologi perkembangan, dan neurologi, sejumlah peneliti telah mengemukakan pandangan bahwa pikiran terdiri dari beberapa modul independen atau "kecerdasan." (Howard Gardner, 2005: 5). Dalam penelitiannya, Gardner menemukan bahwa meskipun peserta didik hanya menonjol pada beberapa inteligensi, mereka dapat dibantu lewat pendidikan dan bantuan guru untuk mengembangkan inteligensi yang lain, sehingga dapat digunakan dalam mengembangkan hidup yang lebih menyeluruh. Bagi Gardner, inteligensi seseorang dapat dikembangkan lewat pendidikan. Inteligensi bukanlah sesuatu yang sudah mati dan tidak dapat dikembangkan lagi, seperti sering dikatakan mengenai IQ seseorang. Dalam standar isi pendidikan IPS, mata pelajaran IPS disusun secara sistematis, komprehensif, dan terpadu dalam proses pembelajaran menuju kedewasaan dan keberhasilan dalam kehidupan di masyarakat, sehingga tujuan pembelajaran IPS yang diungkapkan melalui standar isi tersebut adalah untuk

4 mengembangkan pengetahuan, keterampilan, sikap dan tindakan, sedangkan salah satu prinsip pengembangan kurikulum IPS berdasarkan prinsip berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan lingkungannya. Sehingga dianggap penting untuk menerapkan pembelajaran IPS berorientasi pada ketiga kecerdasan yang menjadi potensi kecerdasan peserta didik. Seperti yang diungkapkan oleh Newmann (dalam Sapriya, 2009:71) memperkenalkan higher-order thinking yang memfokuskan pada ide untuk memecahkan masalah yang bersifat incidental melalui interpretasi, analisis dan manipulasi informasi, hal ini dapat dicapai dengan mengembangkan potensi kecerdasan intrapersonal, interpersonal dan eksistensial pada diri peserta didik. Melalui pengembangan potensi kecerdasan peserta didik dalam pembelajaran IPS, maka akan dapat menumbuhkan keterampilan berfikir kritis yang terdapat dalam standar isi pendidikan IPS. Analisis aspek sosial budaya dalam pembelajaran IPS dewasa ini mengungkapkan bahwa unsur budaya foedalistik dan paternalistik yang masih ada dalam masyarakat (Al Muchtar. 2009: 75), membawa implikasi terhadap tumbuhnya budaya belajar menghapal dalam IPS, belajar terbatas pada saat tatap muka dalam kelas, belum tumbuh budaya belajar untuk memperdalam dan memperluas wawasan dan penguassan materi pelajaran secara mandiri. Merujuk pada Saylor dan Alexander (Supriatna, 2007: 19) bahwa pembelajaran yang dianggap sebagai implementasi kurikulum yang melibatkan guru dan peserta didik dalam poses interaksi tidak dapat dilepaskan dalam konteks

5 sosial budaya masyarakat, terutama menyangkut masalah komunikasi antara pihak-pihak terkait dalam proses pembelajaran. Cara guru mengembangkan materi pembelajaran menggambarkan karakteristik budaya bangsa. Guru-guru yang berbudaya egaliter pada masyarakat industri menggunakan sebagian waktu mengisi kelas dengan mendengarkan para peserta didiknya berbicara menyampaikan gagasan, atau berdiskusi. Bagi mereka, berkomunikasi di kelas merupakan sebuah proses demokratis yang menempatkan semua pihak dalam posisi equal (sederajat). Dalam posisi yang demikian, ilmu pengetahuan dapat dikonstruksi melalui proses dialog semua pihak yang terkait sehingga materi pembelajaran dapat terus berkembang. Peserta didik dipandang bukan sebagai objek melainkan subjek yang otonom, mandiri, serta memiliki pengetahuan yang dibawanya dari pengalaman terdahulu atau lingkungan sekitar (Supriatna, 2007: 20-21). Dalam kaitannya dengan kultur masyarakat Madura, terdapat hidden curriculum dalam fenomena migrasi masyarakat Madura untuk memperoleh penghidupan yang lebih layak di daerah lain. Kecerdasan masyarakat Madura ini juga dapat ditumbuh-kembangkan dalam pemikiran peserta didik sehingga mereka dapat mengembangkan potensi kecerdasannya sesuai dengan yang dimiliki masing-masing peserta didik. Kecerdasan memanfaatkan peluang yang dimiliki masyarakat Madura juga dapat ditingkatkan melalui pembelajaran berorientasikan potensi kecerdasan peserta didik, sehingga kecerdasan memanfaatkan peluang yang telah mengakar dalam jiwa peserta didik melalui orang tua mereka dapat dioptimalkan pada saat

6 peserta didik menjadi anggota masyarakata secara utuh. Dibalik semua itu, menurut ilmu Antropologi yang berkembang bahwa masyarakat Madura kurang mampu memposisikan dirinya dalam masyarakat baru sehingga muncul ketidak harmonisan hidup bermasyarakat seperti yang terjadi di Kalimantan juga dapat diminimalisir ketika mereka memiliki kecerdasan interpersonal yang salah satunya adalah kemampuan untuk menciptakan perdamaian, keharmonisan, kerjasama dan tidak menyukai konfrontasi. Khusus yang terjadi di kabupaten Bangkalan, semakin meluas pandangan bahwa IPS dianggap sebagai bidang studi yang menjemukan, dan lebih parah lagi bahwa hasil pembelajaran IPS di Kabupaten Bangkalan hanya merupakan kompetensi tingkat rendah, hal ini dapat ditunjukkan secara empiris melalui pengamatan peneliti terhadap hasil belajar dan proses pembelajaran IPS yang telah dirumuskan oleh kelompok MGPM IPS Kabupaten Bangkalan yang lebih mengedepankan pengembangan kecerdasan matematis-logis yang tertuang secara aplikatif kepada penilaian terhadap kompetensi kognitif dalam pembelajaran IPS. IPS sebagai bidang pendidikan, tidak hanya membekali peserta didik dengan pengetahuan sosial, melainkan lebih jauh daripada itu berupaya membina dan mengembangkan mereka menjadi SDM Indonesia yang berketerampilan sosial dan intelektual sebagai warga negara yang memiliki perhatian serta kepedulian sosial yang bertanggung jawab merealisasikan tujuan nasional. Kehidupan di masyarakat dan bermasyarakat yang terus berkembang, menjadi landasan bagi pengembangan IPS sebagai bidang pendidikan sesuai dengan tuntutan perubahan serta kemajuan kehidupan tersebut.

7 Oleh sebab itu pengembangan multiple intelligences yang dimiliki peserta didik khususnya kecerdasan intrapersonal, interpersonal dan eksistensial memiliki kesamaan dengan salah satu tujuan pembelajaran IPS, yaitu menciptakan sumber daya manusia yang berketerampilan sosial, sehingga hasil belajar dalam pembelajaran IPS yang saat ini masih berdasarkan pada kecerdasasn Matematis logis saja akan dilihat kontribusi kecerdasan intrapersonal, interpersonal dan eksistensial terhadap hasil belajar sehingga terjadi kesamaan visi antara tujuan pembelajaran IPS dengan hasil belajar IPS. Dari latar belakang inilah, maka peneliti mengangkat judul Kontribusi Kecerdasan Intrapersonal, Interpersonal dan Eksistensial terhadap Hasil Belajar Peserta didik dalam Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial pada Madrasah Tsanawiyah Di Kabupaten Bangkalan sebagai tema yang akan diteliti. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka penulis merumuskan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut : Bagaimanakah kontribusi kecerdasan intrapersonal, interpersonal dan eksistensial terhadap hasil belajar peserta didik dalam pembelajaran IPS pada Madrasah Tsanawiyah di Kabupaten Bangkalan?. Masalah ini dirinci kedalam pertanyaan penelitian. 1. Seberapa besar kontribusi kecerdasan intrapersonal terhadap hasil belajar peserta didik dalam pembelajaran IPS pada MTs. di Kabupaten Bangkalan? 2. Seberapa besar kontribusi kecerdasan interpersonal terhadap hasil belajar peserta didik dalam pembelajaran IPS pada MTs. di Kabupaten Bangkalan?

8 3. Seberapa besar kontribusi kecerdasan eksistensial terhadap hasil belajar peserta didik dalam pembelajaran IPS pada MTs. di Kabupaten Bangkalan? 4. Seberapa besar kontribusi kecerdasan intrapersonal, interpersonal dan eksistensial secara bersama terhadap hasil belajar peserta didik dalam pembelajaran IPS pada MTs. di Kabupaten Bangkalan? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang ada, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1. Kontribusi kecerdasan intrapersonal terhadap hasil belajar peserta didik dalam pembelajaran IPS Madrasah Tsanawiyah di Kabupaten Bangkalan. 2. Kontribusi kecerdasan interpersonal terhadap hasil belajar peserta didik dalam pembelajaran IPS Madrasah Tsanawiyah di Kabupaten Bangkalan. 3. Kontribusi kecerdasan eksistensial terhadap hasil belajar peserta didik dalam pembelajaran IPS Madrasah Tsanawiyah di Kabupaten Bangkalan. 4. Kontribusi kecerdasan intrapersonal, interpersonal dan eksistensial secara bersama-sama terhadap hasil belajar peserta didik dalam pembelajaran IPS Madrasah Tsanawiyah di Kabupaten Bangkalan. D. Kegunaan Penelitian Adapun hasil penelitian ini diharapkan nanti dapat dipergunakan dalam beberapa hal, yaitu : 1. Teoritis Pengembangan multiple intelligences peserta didik dapat bermanfaat dalam meningkatkan kompetensi akademik peserta didik, serta memberikan sumbangan

9 pemikiran tentang kajian multiple intelligences dengan memberikan bukti-bukti empirik dalam perspektif ilmiah. 2. Praktis a. Bagi Pihak Sekolah Pihak sekolah dapat mengambil kebijakan yang berhubungan dengan metode pembelajaran di sekolah yang dapat bermanfaat bagi kepentingan peserta didik dan pihak sekolah dengan merancang dan mengolah metode pembelajaran yang tepat dan berhasil. b. Bagi Peneliti Sebagai media untuk mengaplikasikan kemampuan dan keterampilan peneliti selama mengikuti perkuliahan, serta wahana untuk meningkatkan pengetahuan yang berkenaan dengan penelitian khususnya dalam bidang pendidikan. E. Asumsi Asumsi penelitian adalah anggapan dasar tentang suatu hal yang dijadikan landasan berpikir dan bertindak dalam melaksanakan penelitian (Endang Syaifuddin, 1987 : 66). Dalam penelitian ini ada beberapa asumsi, antara lain : 1. Setiap anak dapat dididik dan diarahkan untuk meningkatkan hasil belajarnya. 2. Sampel penelitian diasumsikan dapat mewakili seluruh populasi penelitian melalui analisa kuantitatif. 3. Sampel penelitian diasumsikan mempunyai karakteristik yang heterogen. 4. Hasil belajar diasumsikan sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor. 5. Kecerdasan intrapersonal dalam penelitian ini dapat diukur dengan indikator: kemampuan memahami potensi dan hasrat diri sendiri; kemampuan memahami

10 situasi yang sedang dihadapi dirinya sendiri; kemampuan mengendalikan diri serta kemampuan mengarahkan diri. 6. Kecerdasan interpersonal dalam penelitian ini dapat diukur dengan indikator: social sensitivity; social insight dan social communication. 7. Kecerdasan eksistensial dalam penelitian ini dapat diukur dengan indikator: kemampuan bertanya tentang eksistensi diri; kemampuan mensintesis ide-ide berdasarkan pembelajaran mereka dan kemampuan untuk merenungkan pertanyaan filosofis 8. Hasil belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah hasil belajar peserta didik MTs. se Kab. Bangkalan pada mata pelajaran IPS semester 1 dan 2 tahun pelajaran 2010/2011. F. Penjelasan Istilah Untuk lebih menajamkan penelitian ini, maka penulis merumuskan beberapa penjelasan istilah yang berhubungan dengan penelitian yang akan dilaksanakan: 1. Kontribusi adalah dampak yang ditimbulkan oleh suatu variabel bebas terhadap variabel terikat yang ditunjukkan dengan ukuran kuantitatif melalui analisa statistik. 2. Kecerdasan intrapersonal adalah kemampuan untuk mengenali dan memahami diri sendiri dengan memiliki konsep diri yang jelas serta citra diri yang positif (Howard Garner, 2000:38).

11 3. Kecerdasan interpersonal adalah kemampuan dan keterampilan individu dalam menciptakan, membangun dan mempertahankan relasi dengan orang lain (Howard Garner, 2000:42). 4. Kecerdasan eksistensial adalah kecerdasan yang menaruh perhatian pada masalah hidup paling utama dan peka terhadap makna kehidupan yang lebih mendalam (Howard Garner, 2000:45). 5. Hasil belajar IPS adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran IPS (Hildreth, 1979: 36). 6. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) adalah suatu penyederhanaan disiplin ilmu-ilmu sosial, ideologi negara dan disiplin ilmu lainnya serta masalah-masalah sosial terkait, yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan psikologis untuk tujuan pendidikan pada tingkat pendidikan dasar dan menengah (Soemantri, 2001: 74). G. Metode Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kontribusi ketiga variabel independen (kecerdasan intrapersonal, interpersonal dan eksistensial) terhadap hasil belajar peserta didik Madrasah Tsanawiyah dalam pembelajaran IPS, sehingga dari variabel yang telah ditentukan sebelumnya, metode penelitian ini adalah penelitian kuantitatif (quantitative research) dengan menggunakan desain penelitian berupa penelitian survey. Dalam penelitian ini penulis menggunakan dua variabel, yaitu : 1. Variabel Independen, yang terdiri dari variabel kecerdasan intrapersonal (X1), kecerdasan interpersonal (X2) dan kecerdasan eksistensial (X3).

12 2. Variabel Dependen : Hasil Belajar Peserta didik MTs. Kabupaten Bangkalan dalam pembelajaran IPS (Y). Kecerdasan Intrapersonal (X1) Kecerdasan Interpersonal (X2) Hasil Belajar (Y) Kecerdasan Eksistensial (X3) Gambar 1.2 Paradigma Penelitian Untuk memperoleh data maka dibutuhkan beberapa macam metode atau teknik pengumpulan data agar bukti-bukti atau fakta yang diperoleh berfungsi sebagai data yang objektif dan valid. Karena itu dalam pengumpulan data ini, penulis menggunakan instrumen penelitian yang dalam penelitian ini dikembangkan berdasarkan kisi-kisi yang berlandaskan teori tentang kecerdasan intrapersonal, kecerdasan interpersonla dan kecerdasan eksistensial serta hasil belajar. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah dalam bentuk angket, yang terdiri dari tiga macam angket, yaitu angket untuk mengetahui kecerdasan intrapersonal yang dimiliki peserta didik (X1) yang berjumlah 12 item pertanyaan, angket yang kedua adalah untuk mengetahui kecerdasan interpersonal yang dimiliki peserta didik (X2) yang berjumlah 12 item pertanyaan, serta kecerdasan eksistensial yang dimiliki peserta didik (X3) yang berjumlah 12 item

13 pertanyaan. Instumen angket ini peneliti peroleh dari Thomas Amstrong seorang konsultan pendidikan yang intens melakukan penelitian terhadap multiple intelligences serta beberapa item yang diperoleh dari Walter McKenzie. Untuk mengetahui hasil belajar peserta didik (Y) digunakan nilai rapor mata pelajaran IPS semester 1 dan 2 tahun pelajaran 2010/2011. H. Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian 1. Lokasi Penelitian Daerah atau tempat yang dikatakan daerah penelitian atau subjek penelitian adalah Kabupaten Bangkalan yang letaknya berada di ujung barat pulau Madura. Lokasi penelitian ini dipilih, disebabkan Kabupaten Bangkalan merupakan daerah tempat peneliti berkarya dan bekerja, selain itu perkembangan pendidikan kabupaten Bangkalan yang mengalami perkembangan pesat pasca berdirinya Jembatan Surabaya-Madura (SURAMADU). Khusus tentang pembelajaran IPS, di Kabupaten Bangkalan masih terdapat satu Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) IPS, sehingga dirasakan perlu untuk lebih memperhatikan mata pelajaran IPS sehingga lebih bermakna dan pada akhirnya dapat meningkatkan kualitas pembelajaran IPS itu sendiri. 2. Populasi Penelitian Sebagai populasi dalam penelitian ini adalah seluruh peserta didik Madrasah Tsanawiyah di Kabupaten Bangkalan kelas VII yang jumlahnya mencapai 3485 peserta didik (Data MAPENDA Departeman Agama Kabupaten Bangkalan tahun pelajaran 2010/2011), hal ini disebabkan karena peserta didik kelas VII merupakan peserta didik peralihan dari Sekolah Dasar menuju Sekolah Menengah (SMP) serta

14 kelas VII pada MTs. di Kabupaten Bangkalan sebelum memasuki madrasah terlebih dahulu telah mendapat selsksi yang berhubungan dengan potensi kecerdasan yang dimiliki peserta didik melalui seleksi penerimaan peserta didik baru, sehingga hal ini ada keterkaitan dengan penelitian ini. 3. Sampel Penelitian Madrasah yang dipilih dalam penelitian ini menggunakan metode cluster sampling, yaitu dibagi-bagi secara merata dari 18 Kecamatan yang ada di Kabupaten Bangkalan baik dari daerah bagian utara, selatan, barat dan timur, sedangkan peserta didik yang menjadi sampel ditentukan melalui Purposive Sampling. Teknik ini dilakukan secara untuk mengetahui potensi kecerdasan yang dimiliki oleh peserta didik ketika memasuki Madrasah serta hal ini bertujuan untuk menentukan kebijakan guru serta madrasah yang menjadi sampel penelitian dalam rangka penerapan metode dan strategi belajar mengajar yang akan diterapkan disesuaikan dengan potensi kecerdasan peserta didik (kesepakatan peneliti dengan pimpinan madrasah yang menjadi sampel penelitian), sehingga diputuskan sampel penelitian yang digunakan adalah seluruh peserta didik kelas VII di Madrasah Tsanawiyah yang menjadi sampel penelitian, dari 3485 orang peserta didik kelas VII di Kabupaten Bangkalan, diambil 1167 orang dari Madrasah sampel. I. Sitematika Penulisan Tesis ini tersusun dari lima bab dengan rincian sebagai berikut:: Bab I adalah bab pendahuluan, yang akan mengurai secara umum tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian,

15 asumsi, penjelasan istilah, prosedur dan metode penelitian, serta sistematika pembahasan. Bab II berisi kajian teoritis yang memuat pengertian dan konsep dasar multiple itelligences yang terdiri dari kajian tentang kecerdasan intrapersonla, interpersonal dan kecerdasan eksistensial serta kajian tentang hasil belajar peserta didik. Pada bab ini juga disampaikan mengenai bukti-bukti empirik yang berhubungan dengan konsep multiple inteligences dan hasil belajar yang telah beredar. Bab III merupakan metodologi penelitian yang mencakup desain penelitian, definisi konseptual dan operasional, instrumen penelitian, proses pengembangan instrument, teknik pengumpulan data serta prosedur dan tahapan penelitian. Bab IV membahas laporan hasil penelitian yang meliputi pengolahan atau analisis data untuk menghasilkan temuan dan pembahasan atau analisis temuan. Bab V sebagai bagian terakhir dalam penulisan tesis ini mengurai tentang penutup yang mencakup kesimpulan dan implikasi terhadap proses pembelajaran, serta saran-saran untuk perbaikan proses pembelajaran IPS.