Jenis-Jenis Burung Air Di Hutan Mangrove Kecamatan Paloh Kabupaten Sambas

dokumen-dokumen yang mirip
V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hutan mangrove desa Margasari memiliki luas 700 ha dengan ketebalan hutan

3. METODOLOGI PENELITIAN. Rajawali Kecamatan Bandar Surabaya Kabupaten Lampung Tengah.

ABSTRAK. Kata kunci : kuntul kecil, pulau serangan, aktivitas harian, habitat, Bali

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di kawasan hutan mangrove Desa Margasari

Tugas Akhir. Kajian Bioekologi Famili Ardeidae di Wonorejo, Surabaya. Anindyah Tri A /

9-075 KEANEKARAGAMAN JENIS BURUNG DI KAWASAN MANGROVE GILI SULAT LOMBOK TIMUR. Diversity of Birds Species in Mangrove Area Gili Sulat East Lombok

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Maret 2012 di Rawa Bujung Raman

3. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus 2015 di Hutan Mangrove KPHL Gunung

I. PENDAHULUAN. Kawasan lahan basah Bujung Raman yang terletak di Kampung Bujung Dewa

ANALISIS KEANEKARAGAMAN JENIS BURUNG AIR DI DIVISI I DAN DIVISI II PT. GUNUNG MADU PLANTATIONS KABUPATEN LAMPUNG TENGAH PROVINSI LAMPUNG

IDENTIFIKASI JENIS-JENIS BURUNG PANTAI YANG BERMIGRASI DI TANJUNG BUNGA KECAMATAN TELUK PAKEDAI KABUPATEN KUBU RAYA

I. PENDAHULUAN. Seluruh jenis rangkong (Bucerotidae) di Indonesia merupakan satwa yang

Jurnal Sylva Lestari ISSN Vol. 5 No.1, Januari 2017 (35 46)

IDENTIFIKASI JENIS-JENIS BURUNG AIR DI KAWASAN MANGROVE DESA TANJUNG SALEH KECAMATAN KAKAP KABUPATEN KUBU RAYA

BAB III. METODE PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA. Satwa burung (avifauna) merupakan salah satu satwa yang mudah. jenis memiliki nilai keindahan tersendiri. Burung memerlukan syarat

I. PENDAHULUAN. Burung merupakan salah satu jenis satwa liar yang banyak dimanfaatkan oleh

III. METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. dijadikan sebagai salah satu habitat alami bagi satwa liar. Habitat alami di

KEANEKARAGAMAN JENIS BURUNG DI LAMPUNG MANGROVE CENTER DESA MARGASARI KECAMATAN LABUHAN MARINGGAI KABUPATEN LAMPUNG TIMUR

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

KAJIAN TENTANG KEANEKARAGAMAN SPESIES BURUNG DI HUTAN MANGROVE ACEH BESAR PASCA TSUNAMI 2004

Kata kunci : Burung, Pulau Serangan, habitat

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Lampiran 1 Foto Dokumentasi Penelitian Keaneakaragaman Jenis Burung

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan September 2014 di Kawasan Budidaya

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yaitu mendapatkan makanan, suhu yang tepat untuk hidup, atau mendapatkan

BAB I PENDAHULUAN. wilayah perbatasan antara daratan dan laut, oleh karena itu wilayah ini

Jurnal Sylva Lestari ISSN Vol. 4 No. 2, April 2016 ( )

TINJAUAN PUSTAKA. Langkat. Pulau Sembilan ini memiliki luas ± 15,65 km 2 atau ± 9,67% dari total

KEPADATAN DAN FREKUENSI JENIS BURUNG PEMANGSA DI HUTAN GUNUNG EMPUNG, TOMOHON, SULAWESI UTARA

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. (Sujatnika, Joseph, Soehartono, Crosby, dan Mardiastuti, 1995). Kekayaan jenis

1. PENDAHULUAN. Indonesia (Sujatnika, Jepson, Soeharto, Crosby, dan Mardiastuti, 1995). terluas di Asia (Howe, Claridge, Hughes, dan Zuwendra, 1991).

Media Konservasi Vol. IV (1), Oktober 1992 : 39-46

BAB I PENDAHULUAN. ekologis yaitu untuk melakukan pemijahan (spawning ground), pengasuhan (nursery

DAFTAR ISI. BAB III. LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS A. Landasan Teori B. Hipotesis... 18

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Spesies Burung di Repong Damar Pekon Pahmungan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Trisik adalah kawasan yang masih menyimpan sisa keanekaragaman

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah pesisir Indonesia memiliki luas dan potensi ekosistem mangrove

BAB I PENDAHULUAN. dijumpai disetiap tempat dan mempunyai posisi penting sebagai salah satu

MORFOMETRI BURUNG DIURNAL DI KAWASAN HUTAN LINDUNG DESA SEKENDAL KECAMATAN AIR BESAR KABUPATEN LANDAK KALIMANTAN BARAT

I. PENDAHULUAN. paling tinggi di dunia. Menurut World Wildlife Fund (2007), keanekaragaman

III. METODE PENELITIAN

V PEMBAHASAN UMUM Kesesuaian Habitat Burung Air

BAB I PENDAHULUAN. fauna yang hidup di habitat darat dan air laut, antara batas air pasang dan surut.

BAB III METODE PENELITIAN. Jawa Timur, dilaksanakan pada bulan November sampai dengan bulan Desember

Keragaman Jenis Burung Air di Kawasan Selat Sebuku Kotabaru, Kalimantan Selatan

III. METODE PENELITIAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Kerusakan hutan mangrove di Indonesia, kini semakin merata ke berbagai

Keanekaragaman Burung Ordo Ciconiiformes di Kawasan Konservasi Mangrove Tambaksari Desa Bedono Kecamatan Sayung Demak

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia merupakan salah satu negara yang mempunyai

KEANEKARAGAMAN JENIS BURUNG DIURNAL PADA KAWASAN HUTAN LINDUNG MANGROVE TELUK BESAR PARIT KELABU KABUPATEN KUBU RAYA KALIMANTAN BARAT

IDENTIFIKASI KEANEKARAGAMAN JENIS BURUNG DAN KEARIFAN TRADISIONAL MASYARAKAT DALAM UPAYA KONSERVASI DI PULAU RAMBUT KEPULAUAN SERIBU

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tumbuhan yang hidup di lingkungan yang khas seperti daerah pesisir.

Laporan Kegiatan Pengendali Ekosistem Hutan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian telah dilaksanakan pada bulan April 2014 di Desa Kibang Pacing. Kecamatan Menggala Timur Kabupaten Tulang Bawang.

BAB I PENDAHULUAN. atas pulau, dengan garis pantai sepanjang km. Luas laut Indonesia

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. keanekaragaman hayati hidupan liar lainnya (Ayat, 2011). Indonesia merupakan

3 METODE Jalur Interpretasi

III. METODE PENELITIAN

BIRD PREFERENCE HABITATS AROUND SERAYU DAM BANYUMAS CENTRAL JAVA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah negara kepulauan yang mencapai sekitar pulau. Perbedaan karakteristik antar pulau

BAB I PENDAHULUAN. batas pasang surut air disebut tumbuhan mangrove.

BAB III METODE PENELITIAN

2. TINJAUAN PUSTAKA. kompleks-kompleks ekologi yang merupakan bagian dari keanekaragamannya,

PENUNTUN PRAKTIKUM ORNITHOLOGI DISUSUN OLEH: DR. ERNI JUMILAWATY, M.SI

KEANEKARAGAMAN SPESIES BURUNG DI REPONG DAMAR PEKON PAHMUNGAN KECAMATAN PESISIR TENGAH KRUI KABUPATEN LAMPUNG BARAT

II. TINJAUAN PUSTAKA. Burung merupakan satwa yang mempunyai arti penting bagi suatu ekosistem

BAB III METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Menurut Tomlinson(1986), mangrove merupakan sebutan umum yang digunakan

BAB I PENDAHULUAN. karena merupakan gabungan dari ciri-ciri tumbuhan yang hidup di darat dan di

Peranan Jenis-Jenis Tumbuhan Mangrove Terhadap Keberadaan Jenis-Jenis Burung Air di Suaka Margasatwa Pulau Rambut, Jakarta

I. PENDAHULUAN. Salah satu primata arboreal pemakan daun yang di temukan di Sumatera adalah

II.TINJAUAN PUSTAKA. Mamalia lebih dikenal dari pada burung (Whitten et al, 1999). Walaupun

BAB I PENDAHULUAN. tertentu dan luasan yang terbatas, 2) Peranan ekologis dari ekosistem hutan

KEANEKARAGAMAN BURUNG DI KAWASAN LAHAN BASAH KOTA BATAM DIVERSITY OF BIRDS AT BATAM WETLAND AREA

Disusun oleh Malang Eyes Lapwing, Jurusan Biologi FMIPA Universitas Negeri Malang

PENDAHULUAN. Indonesia memiliki hutan mangrove yang terluas di dunia. Hutan

STUDI KEANEKARAGAMAN JENIS KANTONG SEMAR

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara kepulauan dengan garis pantai sepanjang

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Ekosistem mangrove adalah suatu sistem yang terdiri atas berbagai

keadaan seimbang (Soerianegara dan Indrawan, 1998).

I. PENDAHULUAN. rawa, hutan rawa, danau, dan sungai, serta berbagai ekosistem pesisir seperti hutan

BAB I PENDAHULUAN. bantu yang mampu merangsang pembelajaran secara efektif dan efisien.

BAB I PENDAHULUAN. Hutan mangrove adalah komunitas vegetasi pantai tropis, yang didominasi

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus-September 2012, di Kampus. Universitas Lampung (Unila) Bandar Lampung (Gambar 3).

I. PENDAHULUAN. Semua lahan basah diperkirakan menutupi lebih dari 20% luas daratan Indonesia

JURNALILMIAH BIDANG KONSERVASI SUMBERDAYA ALAM HAYATI DAN LINGKUNGAN. Volume 16/Nomor 3, Desember 2011

KAJIAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN EKOSISTEM MANGROVE DI TELUK YOUTEFA KOTA JAYAPURA ABSTRAK

Transkripsi:

Jenis-Jenis Burung Air Di Hutan Mangrove Kecamatan Paloh Kabupaten Sambas Muhammad Suriansyah 1, Tri Rima Setyawati 1, Ari Hepi Yanti 1 1 Program Studi Biologi, Fakultas MIPA, Universitas Tanjungpura, Jl. Prof. Dr. H. Hadari Nawawi, Pontianak Email korespondensi: suriansyah.m08@gmail.com The reduced in the area of mangrove forests are feared will cause a decrease of wildlife that exists, one of which is a water birds. This research aims to find out the species of water birds in mangrove forest Mutusan River, Subdistrict of Paloh. This research was carried out during the three months from February to April 2015. The data species of water birds are collected using IPA (Index Point of Abundance) method. The number of water birds species found throughout the research area as many as 19 species in 8 families. We are found a high species are found in family Ardeidae i.e Ardeola bacchus, Butorides striatus, Egretta alba, E. garzetta, E. sacra. Keywords: water birds, mangrove forest, Mutusan River, Subdistrict Paloh PENDAHULUAN Burung air adalah jenis burung yang seluruh aktifitas hidupnya berkaitan dengan daerah perairan. Burung air secara ekologis bergantung pada lahan basah yang mencakup lahan basah alami maupun lahan basah buatan, seperti hutan mangrove, rawa dataran berlumpur, tambak, sawah, dan lain-lain. Sebagian besar burung air merupakan penghuni tetap daerah lahan basah dan menjadikan lahan basah tersebut sebagai habitatnya (Hadinoto et al., 2012). Kehadiran burung air dapat dijadikan indikator hayati pada kawasan hutan mangrove dan mempengaruhi keberadaan atau persebaran jenis tumbuhan yang ada. Hal ini juga berkaitan dengan fungsi daerah tersebut sebagai penunjang aktifitas hidup burung air, yaitu menyediakan tempat berlindung, berkembang biak (bersarang), dan mencari makan. Menurut Hadinoto et al. (2012) penyebaran burung air dipengaruhi oleh keadaan habitat dan tersedianya pakan yang tersedia di habitatnya. Salah satu alasan terjadinya migrasi pada burung karena tidak memiliki tempat aman untuk berlindung dari predator akibat rusaknya vegetasi. Burung-burung yang tidak mampu bertahan dengan kondisi lingkungan akan pergi mencari tempat yang mendukung kehidupannya (Ruskhanidar & Hambal, 2007). Wilayah pesisir Sambas di Kecamatan Paloh memiliki ekosistem mangrove yang cukup baik. Berkurangnya kawasan hutan mangrove dikhawatirkan akan menyebabkan berkurangnya kehidupan satwa liar yang ada, salah satunya adalah burung air. Informasi mengenai keberadaan burung-burung air sangat penting, namun di hutan mangrove Kecamatan Paloh sampai saat ini informasi tersebut belum ada. Oleh karena itu penelitian mengenai jenis-jenis burung air di Kecamatan Paloh perlu dilakukan. BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan selama 3 bulan yaitu dari bulan Pebruari-April 2015. Penelitian dilakukan di hutan mangrove Sungai Mutusan Desa Sebubus Kecamatan Paloh Kabupaten Sambas dan proses identifikasi burung langsung dilakukan di lapangan. Tabel 1. Deskripsi Masing-masing Stasiun Pengamatan Burung Air Stasiun Titik Koordinat Rona Lingkungan I N 1 0 48 29.99 Hutan mangrove yang E 109 0 20 15.13 berada di antara Sungai Mutusan dan Sungai Tanjung Belimbing dengan vegetasi yang cukup rapat dan terdapat beberapa hamparan II N 1 0 50 22.70 E 109 0 20 33.53 III N 1 0 51 56.53 E 109 0 20 28.40 lumpur Hutan mangrove yang berada di tengah Sungai Mutusan dengan vegetasi yang rapat, banyak anak sungai dan sedikit hamparan lumpur Hutan mangrove yang berada di muara Sungai Mutusan yang berbatasan dengan pesisir pantai dan banyak hamparan lumpur 77

Deskripsi Lokasi Penelitian Secara geografis Kecamatan Paloh terletak diantara 1º35 35 N serta 2º05 43 N dan 109º38 56 E serta 109º28 27 E. Kecamatan Paloh terletak di utara Kabupaten Sambas yang berbatasan langsung dengan Negeri Sarawak Malaysia bagian timur. Kecamatan ini merupakan kawasan pesisir yang mempunyai garis pantai terpanjang di Kabupaten Sambas. Kecamatan Paloh memiliki luas areal hutan mangrove ± 5.138 Ha. Peralatan dan Bahan Penelitian Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah, alat perekam, buku catatan lapangan, buku panduan lapangan Burung-burung di Sumatera, Jawa, Bali dan Kalimantan (MacKinnon et al., 2010), GPS (Garmin Approach G5), kamera DSLR Canon 7D+Lensa 70-300mm, perahu, dan teropong binokuler. Prosedur Kerja Penentuan Lokasi Sampling Lokasi sampling penelitian ditentukan berdasarkan pada perbedaan rona lingkungan. Stasiun pengambilan sampel terdiri atas 3 stasiun sampling (Gambar 1). Setiap stasiun dibagi menjadi sepuluh titik pengamatan. Adapun deskripsi lokasi pengamatan burung air disajikan pada Tabel 1. Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian dan Stasiun Sampling Pengumpulan Data Jenis Burung dan Kondisi Habitat Burung Air Pengumpulan data jumlah jenis-jenis burung air dihitung berdasarkan metode IPA (Index Point of Abundance) atau point count (Bibby et al., 2000). Jumlah titik pada setiap stasiun pengamatan sebanyak sepuluh titik, dengan jarak antar titik 200 m (Gambar 2). pengamatan pada setiap stasiun penelitian dilakukan dengan metode yang sama. Pengamatan dilakukan pada pagi hari (pukul 06.00-08.00 WIB) dan sore hari (pukul 15.30-17.30 WIB) untuk setiap jalur pengamatan. Lama waktu pengamatan pada setiap titik adalah 15 menit dan apabila waktu telah selesai maka penelitian akan dilanjutkan pada hari berikutnya dengan batas waktu yang sama selama 6 hari (Hardinoto et al., 2012). Gambar 2. Model titik pengamatan dengan menggunakan metode IPA (Index Point of Abundance) (Firmansyah, 2007) Pengamatan burung dilakukan dengan menggunakan teropong binokuler untuk melihat obyek yang berada pada jarak yang jauh. Burung yang terlihat diidentifikasi menggunakan buku 78

panduan Identifikasi di Lapangan Burung-burung di Sumatera, Jawa, Bali dan Kalimantan (MacKinnon et al., 2010). Apabila ada burungburung yang belum dapat diidentifikasi di lapangan, maka dicatat karakter-karakter yang dimiliki burung tersebut dan dibuat sketsa karakternya di dalam buku catatan. Pengamatan meliputi ciri morfologi (bentuk dan warna tubuh, paruh, kaki, dan bulu) burung yang diamati. Burung air yang ditemukan dicatat kondisi habitatnya, jenis pohon saat burung ditemukan, aktifitas burung, dan waktu burung ditemukan. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Jumlah jenis burung air yang dijumpai di seluruh stasiun penelitian sebanyak 19 jenis dari 8 famili. Stasiun yang memiliki jumlah jenis tertinggi adalah stasiun 3 (12 jenis), sedangkan stasiun yang memiliki jumlah jenis terendah terdapat pada stasiun 2 (9 jenis). Jenis burung yang dijumpai di seluruh stasiun pengamatan yaitu Egretta alba, E. garzetta, Hirundo tahitica, dan Calidris temminckii. Burungburung yang hanya dijumpai pada satu stasiun saja diantaranya Haliaeetus leucogaster, Pelargopsis capensis, Ardeola bacchus, E. sacra, Merops philippinus, Amaurornis phoenicurus, Tringa hypoleucos, Chlidonias leucopterus, Sterna albifrons, dan S. sumatrana (Tabel 2). Tabel 2. Jenis-jenis Burung Air di Hutan Mangrove Kecamatan Paloh Jenis-jenis Burung Air Famili Nama Nasional/Nama Aktivitas Burung Status Perlindungan Nama Ilmiah Lokal Accipitridae Haliaeetus leucogaster Elang laut perut putih Terbang berputar di atas mangrove AB Haliastur Indus Elang bondol Terbang berputar di atas mangrove AB Alcedinidae Halcyon coromanda Cekakak merah/kake Bertengger di pohon Bruguiera sp. AB Pelargopsis capensis Pekaka emas/kake Bertengger di pohon mati AB Todirhamphus chloris Cekakak sungai (kake) Bertengger di pohon Bruguiera sp. AB Ardeidae Ardeola bacchus Belokok cina/ujuk ume Bertengger di tanaman Avicennia sp. B Butorides striatus Kokokan laut/ujuk laut Bertengger di pohon mati Tidak ada Egretta alba Kuntul besar/apuk Mencari pakan di lumpur AB E. garzetta Kuntul kecil/apuk Mencari pakan di lumpur AB E. sacra Kuntul karang/apuk Bertengger di batu karang AB Hirundinidae Hirundo tahitica Laying-layang batu Bertengger di pohon mati Tidak ada Meropidae Merops philippinus Kirik-kirik laut Bertengger di pohon mati Tidak ada Rallidae Amaurornis phoenicurus Kareo padi/keroak Lari ke semak-semak Tidak ada Scolopacidae Calidris temminckii Kedidi temminck Mencari pakan di lumpur Tidak ada Tringa hypoleucos Trinil pantai Mencari pakan di lumpur Tidak ada T. ochropus Trinil hijau Mencari pakan di lumpur Tidak ada Sternidae Chlidonias leucopterus Dara laut sayap putih Bertengger di pohon mati AB Sterna albifrons Dara laut kecil Terbang ke arah laut AB S. sumatrana Dara laut tengkuk hitam Terbang ke arah laut AB Ket: status perlindungan dalam peraturan Republik Indonesia (Sukmantoro et al., 2007) A :UU No.5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya B :PP No.7 tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa, PP No.8 tahun 1999 Pemanfaatan Jenis Tumbuhan dan Satwa Liar Pembahasan Burung air yang ditemukan di kawasan Hutan Mangrove Kecamatan Paloh sebanyak 19 jenis yang termasuk dalam 8 famili (Tabel 2), dan 12 diantaranya termasuk jenis burung yang dilindungi. Burung air yang dapat dijumpai di setiap stasiun penelitian yaitu Egretta alba, E. garzetta, Hirundo tahitica, dan Calidris temminckii. Jenis-jenis burung air tersebut mudah ditemukan di tepi Sungai Mutusan, karena aktifitasnya dalam mencari makan dilakukan di tepi sungai, dikarenakan jenis-jenis burung ini memang dikenal menyukai habitat di tepian sungai atau yang berhubungan dengan air secara langsung (MacKinnon et al., 1991). Berdasarkan aktifitasnya jenis burung E. alba, dan E. garzetta mencari makan dalam kelompok kecil di paparan lumpur dengan cara menusukkan paruhnya 79

yang panjang ke dalam lumpur di tepi sungai. Aktifitas burung H. tahitica terlihat sedang mencari makan dengan cara menyambar serangga air. Biasanya jenis ini dijumpai dalam kelompok kecil, sedangkan jenis Calidris temminckii dijumpai mencari Gastropoda dan Crustacea di tepi sungai. Jenis burung ini biasa mencari makan sendiri ataupun berkelompok. Halcyon coromanda, Pelargopsis capensis, Todirhamphus chloris, Ardeola bacchus, dan Butorides striatus merupakan jenis burung air yang dapat dijumpai di hutan mangrove dengan komposisi tajuk yang rapat dengan banyak dahan dan akar-akar pohon. Aktifitas jenis-jenis burung ini biasa bertengger di dahan atau akar pohon untuk mengamati mangsanya. Hal ini sesuai dengan pernyataan Elfidasari & Junardi (2006) bahwa, H. coromanda, P. capensis, T. chloris, A.bacchus, dan B. striatus biasa terbang di atas mangsa atau bertengger mengamati mangsa dari atas dahan atau akar-akar pohon, kemudian akan menukik masuk ke dalam air untuk menangkap mangsa. Amaurornis phoenicurus menjadi salah satu jenis burung dari famili Rallidae yang hanya ditemukan di stasiun 1. Di lokasi penelitian tersebut, burung ini dijumpai sedang mencari makan di bawah akar-akar pohon. Menurut Ruskhanidar & Hambal (2007), jenis burung A. phoenicurus memiliki kebiasaaan menyendiri atau berpasangan, pada daerah hutan mangrove yang bervegetasi lebat untuk bersembunyi. Jumlah spesies individu burung air yang didapat di stasiun 1 sebanyak 11 spesies. Jenis burung air yang sering dijumpai di stasiun 1 adalah jenis.jenis E. garzetta, jenis ini memiliki kebiasaan hidup berkelompok, sehingga ketika ditemukan jenis E. garzetta sedang mencari makan dengan kelompok besar di hamparan lumpur. Sebaliknya jenis burung yang jarang di jumpai di stasiun 1 adalah jenis Pelargopsis capensis, Butorides striatus, dan Tringa ochropus karena jenis-jenis burung air ini memiliki kebiasaan hidup soliter dan biasa dijumpai berlindung pada tajuk dan semak belukar hutan mangrove (Ruskhanidar & Hambal, 2007) sehingga sulit dijumpai ketika pengamatan. Burung air yang ditemukan di stasiun 2 sebanyak 9 jenis termasuk dalam 6 famili. Hutan mangrove di lokasi ini sangat rapat sehingga banyak ditemukan jenis burung air seperti Halcyon coromanda, Todirhamphus chloris, dan Butorides striatus. Menurut Mustari (1992), jenis-jenis burung ini biasa dijumpai pada tajuk dan akar-akar pohon mangrove untuk mengintai mangsanya berupa ikanikan kecil, udang dan kepiting. Jenis burung yang paling sering dijumpai di stasiun 2 adalah jenis burung Calidris temminckii, jenis ini dijumpai dalam kelompok kecil bertengger di ranting kayu mati, dan mencari makan di tepi sungai. Menurut Mackinnon et al. (2010) jenis burung ini memiliki kebiasaan mencari makan di gosong lumpur, daerah payau, air tawar dan mengunjungi anak sungai di daerah pasang surut. Jumlah jenis burung air pada stasiun 3 lebih tinggi dari stasiun lain yaitu sebanyak 12 jenis burung termasuk dalam 6 famili, karena stasiun 3 berada di Muara Sungai Mutusan yang dekat dengan laut dan pesisir pantai, sehingga mudah dijumpai jenis-jenis seperti Merops philippinus, Chlidonias leucopterus, Sterna albifrons, dan S. sumatrana menurut MacKinnon et al. (2010) jenis-jenis burung tersebut sering ditemukan di pesisir pantai hutan mangrove. Berkumpul dalam kelompok besar yang berputarputar di tempat yang banyak ikannya. Kondisi habitat di stasiun 3 berupa hutan mangrove yang berada di muara sungai dan dekat dengan pesisir pantai. Oleh karena itu, jenis-jenis burung Merops philippinus, Chlidonias leucopterus, Sterna albifrons, dan S. sumatrana hanya ditemukan di stasiun 3 karena beraktivitas mencari pakan di muara sungai atau di laut. Chlidonias leucopterus, Sterna albifrons, dan S. sumatrana memiliki kebiasaan mencari makan dengan cara terbang rendah di permukaan laut dan menggunakan hutan mangrove sebagai tempat beristirahat. Jenis lain yang dijumpai di stasiun 3 adalah E. sacra di pesisir pantai dekat muara sungai sedang mencari makan dengan cara berdiri diam untuk memangsa ikan kecil. Jenis burung yang jarang dijumpai di stasiun 3 adalah Haliaeetus leucogaster dan Haliastur indus. Burung ini dijumpai sedang terbang berputar di atas hutan mangrove. Perilaku tersebut menunjukkan bahwa burung tersebut sedang mengamati mangsanya. Menurut Mac Kinnon et al. (2010) burung tersebut memiliki kebiasaan berputar-putar sendirian atau berkelompok di atas perairan atau diatas hutan mangrove mengamati mangsanya dan biasa mengunjungi pesisir, sungai, atau rawa-rawa. Penemuan jenis burung pemangsa (raptor) seperti Haliaeetus leucogaster dan Haliastur indus menunjukan bahwa lokasi tersebut masih tergolong 80

baik, burung pemangsa merupakan penyeimbang ekosistem, sehingga bila jenis burung ini terganggu maka ekosistem juga akan teranggu (Prawiradilaga et al., 2003). Kelimpahan burung yang ditemukan pada stasiun 1 dan 3 masuk katagori tinggi, sedangkan stasiun 2 masuk katagori sedang. Hal ini menunjukan bahwa burung air di hutan mangrove Kecamatan Paloh masih sangat melimpah, karena didukung oleh habitat yang memiliki kelimpahan sumberdaya seperti tersedianya sumber makanan dan tempat berlindung bagi kelangsungan hidup burung air. Menurut Elfidasari & Junardi (2006), salah satu penyebab kelimpahan burung pada suatu lokasi adalah ketersediaan bahan makanan. Kondisi hutan mangrove di lokasi penelitian masih cukup rapat yang ditumbuhi jenis Bruguiera sp., Rhizophora sp., Avicennia sp., dan Sonneratia sp., sehingga kondisi tersebut yang menjadikan hutan mangrove di lokasi penelitian cocok untuk keberadaan burung air. MacKinnon, J, Phillipps, K, & B, van Balen, 2010, Burung-burung di Sumatera, Jawa, Bali dan Kalimantan, Bogor: Birdlife dan Puslitbang Biologi LIPI Mustari, AH, 1992, Jenis-jenis Burung Air di Hutan Mangrove Delta Sungai Cimanuk Indramayu - Jawa Barat, Jurnal Media Konservasi, vol. IV, no. 1, hal. 39-46 Prawiradilaga, DMT, Murate, A, Muzakir, T, Inoue, Kuswandono, AA, Supriatna, D, Ekawati, MY, Afianto, Hapsono, T, Ozawa & N, Sakaguchi, 2003, Panduan Survei Lapangan dan Pemantauan Burung-burung Pemangsa, BCP-JICA, Jakarta Ruskhanidar & Hambal, M, 2007, Kajian Tentang Keanekaragaman Spesies Burung di Hutan Mangrove Aceh Besar Pasca Tsunami 2004, Jurnal Kedokteran Hewan, vol. 1, no. 2, hal. 76-84 Sukmantoro, W, M, Irham, W, Novarino, F, Hasudungun, N, Kemp & M, Muchtar, 2007 Daftar Burung Indonesia No. 2, Indonesia Ornithologists Union, Bogor, ISBN 978-979- 3143-27-9 UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terima kasih kepada Aris Susilo, Andi Ristanto, Abu Khoir Ridwan dan Rino Saputra, yang telah membantu dalam proses pengambilan sampel. DAFTAR PUSTAKA Bibby, C, Jones M, Marsden S, 2000, Teknik-teknik Ekspedisi Lapangan Survei Burung, Bogor, Birdlife International-Indonesia Programme Elfidasari, D, & Junardi, 2006, Keragaman Burung Air di Kawasan Hutan Mangrove Peniti, Kabupaten Pontianak, Jurnal Biodiversitas, vol. 7, no. 1, hal. 63-66 Firmansyah, 2007, Penyebaran dan Keanekaragaman Burung Air pada Berbagai Tipe Habitat di Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Tesis, Departemen, Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor Hadinoto, Mulyadi, A, & Siregar, YI, 2012, Keanekaragaman Jenis Burung di Hutan Kota Pekanbaru, Jurnal Lingkungan Hidup, vol. 6, no.1, hal. 25-42 MacKinnon, J, 1991, Panduan Lapangan Pengenalan Burung-burung di Jawa dan Bali, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta 81