PROVINSI PAPUA BUPATI JAYAPURA PERATURAN DAERAH KABUPATEN JAYAPURA NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN RUMAH SEWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JAYAPURA, Menimbang : a. bahwa Kabupaten Jayapura mengalami perkembangan yang sangat pesat dari tahun ke tahun seiring dengan perkembangan aktivitas pemerintahan dan perekonomian serta tersedianya berbagai macam fasilitas dibidang pendidikan, kesehatan, perdagangan, jasa serta fasilitas lainnya, sehingga menjadi daya tarik bagi masyarakat untuk datang dan bertempat tinggal, baik untuk sementara waktu maupun untuk menetap dalam kurun waktu tertentu dengan menggunakan rumah kos atau pondokan disamping hotel dan penginapan; Mengingat : 1. b. bahwa rumah sewa telah tumbuh dan berkembang serta berada dan berintegrasi langsung dengan masyarakat sekitarnya, maka untuk menjaga ketertiban dan keamanan atau menghindari implikasi negatif yang ditimbulkannya seperti; perbuatan asusila, narkotika, serta perbuatan lainnya yang melanggar hukum dan norma agama, susila, dan budaya lainnya, maka perlu adanya pengaturan tentang pengelolaan rumah sewa di Kabupaten Jayapura. c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, dipandang perlu menetapkan Peraturan Daerah Kabupaten Jayapura tentang Pengelolaan rumah sewa; Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945; 2. Undang-Undang Nomor 12Tahun 1969 tentang Pembentukan Propinsi Otonom Irian Barat dan Kabupatenkabupaten Otonom di PropinsiIrian Barat (Lembaran Negara Republik Indonesia, Tahun 1969 Nomor 47, 1
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2907); 3. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3209); 4. Undang-Undang Nomor 21Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus Bagi Provinsi Papua (Lembaran Negara Republik Indonesia, Tahun 2001 Nomor 135, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4151), sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 35 tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia, Tahun 2008 Nomor 57, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4842); 5. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung (Lembaran Negara Republik Indonesia Thaun 2002 Nomor 134, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4247); 6. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan (LembaranNegara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 124, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4674); 8. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725); 9. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 11, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4966); 10. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 130, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5049); 11. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5059); 12. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 7, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234); 2
13. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4457); 14. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1996 tentang Pelaksanaan Hak dan Kewajiban, serta bentuk dan Tata Cara Peran serta Masyarakat dalam Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1996 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3660); 15. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5285); 16. Peraturan Daerah Nomor 10 Tahun 2012 tentang Retribusi Perizinan Tertentu (Lembaran Daerah Kabupaten Jayapura Tahun 2012 Nomor 10); Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN JAYAPURA dan BUPATI JAYAPURA MEMUTUSKAN: Menetapkan: PERATURAN DAERAH TENTANG PENGELOLAAN RUMAH SEWA. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan: 1. Daerah adalah Kabupaten Jayapura. 2. Bupati adalah Bupati Jayapura. 3. Pemerintah Daerah adalah Bupati sebagai unsure penyelenggara Pemerintahan Daerah yang memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah otonom. 4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disingkat DPRD adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Jayapura. 3
5. Badan Pelayanan Perizinan Terpadu danpenanaman Modal yang selanjutnya disingkat BPPTPM adalah Badan Pelayanan Perizinan Terpadu dan Penanaman Modal Kabupaten Jayapura. 6. Kepala Distrik adalah Kepala Distrik di KabupatenJayapura. 7. Lurah adalah lurah di KabupatenJayapura. 8. Kepala Kampung adalah Kepala Kampung di Kabupaten Jayapura. 9. Rukun Warga yang selanjutnya disingkat RW adalah rukun warga disetiap kelurahan. 10. Rukun Tetangga yang selanjutnya disingkat RT adalah rukun tetangga yang berada disetiap rukun warga. 11. Rumah Sewa adalah rumah yang dimiliki/dikuasai baik secara perorangan dan/atau badan untuk suatu usaha penyewaan kamar yang disediakan untuk tempat menginap dengan menarik pembayaran atas rumah atau kamar tersebut. 12. Kamar adalah kamar yang disewakan untuk tempat hunian baik dalam satu rumah dan/atau di luar rumah pemilik rumah sewa. 13. Pengelolaan rumah sewa adalah kegiatan atau usaha menyediakan fasilitas Rumah Kos dengan jumlah kamar paling sedikit 2 (dua) kamar untuk disewakan kepada penghuni dalam jangka waktu minimal 1 (satu) bulan. 14. Pengelola Rumah Sewa adalah pemilik atau orang yang ditunjuk untuk bertanggungjawab atas pengelolaan rumah sewa. 15. Badan adalah sekumpulan orang atau modal yang melakukan usaha yang meliputi Perseroan Terbatas, Perseroan Komanditer, Perseroan lainnya, Badan Usaha Milik Negara atau Badan Usaha Milik Daerah dengan nama dan dalam bentuk apapun, Firma, Kongsi, Koperasi, Dana Pensiun, Persekutuan, Perkumpulan, Yayasan atau organisasi lainnya, Lembaga dan bentuk Badan lainnya yang termasuk kontrak investasi kolektif dan bentuk usaha tetap. 16. Penghuni adalah seseorang atau beberapa orang yang menghuni rumah sewa dengan sistem pembayaran bulanan atau tahunan. BAB II RUANG LINGKUP Pasal 2 Ruang lingkup pengaturan pengelolaan rumah sewa dalam Peraturan Daerah ini meliputi izin pengelolaan rumah sewa, tata tertib pengelolaan rumah sewa, pengelolaan rumah sewa, peran serta masyarakat, pengawasan, sanksi administrasi dan ketentuan pidana. 4
BAB III AZAS DAN TUJUAN Pasal 3 Pengelolaan rumah sewa diselenggarakan berazaskan pada : 1. Keefisienan dan kemanfaatan; 2. Kemandirian dan bersamaan; 3. Keterpaduan; 4. Kesehatan; 5. Keamanan; 6. Ketertiban, dan keteraturan;serta 7. Kearifan lokal yang berpedoman pada norma-norma hukum, agama, kesusilaan dan adat istiadat yang berkembang dan berlaku ditengahtengah masyarakat setempat. Pasal 4 PengaturanPengelolaan rumah sewa dilaksanakan dengan tujuan: 1. Memberikan kepastian hukum; 2. Mewujudkan Rumah sewa yang layak, sehat, aman dan nyaman sesuai dengan fungsinya; 3. Mencitrakan Kabupaten Jayapura sebagai kota pendidikan, budaya, jasa dan niaga berorientasi global yang menjunjung tinggi nilai-nilai budaya dan norma-norma kesusilaan; 4. Penataan administrasi kependudukan; 5. Menunjang pembangunan berkelanjutan di bidang ekonomi, sosial dan budaya; 6. Melindungi kepentingan semua pihak, menciptakan rasa aman dan ketertiban dalam lingkungan masyarakat. BAB IV HAK DAN KEWAJIBAN Pasal 5 (1) Setiap orang atau badan berhak untuk menyelenggarakan usaha rumah sewa. 5
(2) Setiap orang atau badan yang telah memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan berhak mendapatkan izin pengelolaan rumah sewa. Pasal 6 (1) Setiap pengelola Rumah sewa wajib: a. memiliki izin Pengelolaan rumah sewa; b. bertanggungjawab sacara keseluruhan atas segala aktivitas yang terjadi didalam rumah Kos, khususnya dalam hal keamanan dan ketertiban, kebersihan dan kesehatan dilingkungan rumah Kos; c. menyediakan ruang tamu yang terpisah dengan kamar Kos; d. menyediakan minimal 1 (satu) kamar mandi/wc untuk setiap 3 (tiga) kamar Kos; e. menyediakan tempat pembuangan sampah; f. membuat tata tertib dan jadwal bertamu rumah Kos; g. menyediakan buku register penghuni dan buku tamu; h. membuat perjanjian tertulis antara Pengelola Rumah Kos dengan Penyewa; i. setiap 3 (tiga) bulan melaporkan secara tertulis mengenai jumlah dan identitas penghuni kepada Kepala Distrik melalui Lurah/Kepala Kampung setempat yang diketahui Ketua RT/RW setempat. j. melaporkan kepada Ketua RT/RW setempat apabila ada tamu yang menginap dikamar Kos; k. memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penghuni untuk dapat berperan aktif dalam kegiatan kemasyarakatan dan pembangunan dilingkungan setempat; l. mencegah Rumah Kos digunakan sebagai tempat melakukan perbuatan-perbuatan yang bertentangan dengan hukum dan normanorma agama, adat istiadat dan budaya setempat serta kesusilaan. m. mentaati segala ketentuan sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku. (2) Pengelola rumah Kos yang bertempat tinggal diluar kelurahan/kampung lokasi tempat rumah Kos, wajib melimpahkan tanggungjawabnya kepada seseorang dengan syarat sebagai berikut: a. orang yang diberi tanggungjawab harus bertempat tinggal disekitar rumah sewa dan memiliki kartu tanda penduduk setempat; b. pelimpahan tanggungjawab sebagaimana dimaksud huruf a dibuat secara tertulis dan diketahui Ketua RT/RW, Lurah atau Kepala Kampung setempat. 6
Penghuni Rumah sewa berkewajiban: Pasal 7 1. Memiliki identitas yang lengkap dan masih berlaku dari daerah asal; 2. Mentaati ketentuan-ketentuan yang berkaitan dengan administrasi kependudukan; 3. Melapor paling lama 1 x 24 jam kepada ketua RT/RW dengan didampingi oleh Pengelola Rumah sewa; 4. Melapor paling lama 1 x 24 jam kepada ketua RT/RW jika ada tamu yang menginap dengan didampingi oleh pengelola rumah sewa; 5. Menjaga dan menjalankan tata tertib yang berlaku dalam rumah sewa; 6. Ikut serta dalam kegiatan kemasyarakatan dan menjaga kebersihan dan kesehatan lingkungan sekitarnya; 7. Menjaga keamanan, ketertiban dan ketentraman serta menghormati adat istiadat yang ada dalam masyarakat di sekitarnya; 8. Mematuhi segala peraturan yang berlaku dilingkungan rumah sewa. BAB V IZIN PENGELOLAAN RUMAH SEWA Pasal 8 (1) Setiap orang atau badan yang memiliki rumah dengan fasilitas 2 (dua) kamar atau lebih yang diperuntukkan sebagai rumah sewa, dihuni minimal 3 (tiga) orang penghuni, wajib memiliki izin pengelolaan rumah sewa; (2) Izin Pengelolaan rumah sewa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan oleh Bupati. (3) Bupati melimpahkan kewenangan penerbitan Izin sebagaimana dimaksud pada ayat (2) kepada BPPTPM. Pasal 9 (1) Setiap rumah sewa wajib memiliki nama yang terpasang dan mudah terlihat dengan jelas oleh umum. (2) Dalam hal terjadi perubahan nama, ganti pemilik dan perubahan jumlah kamar, pengelola rumah sewa wajib mengajukan permohonan izin baru. Pasal 10 (1) Untuk memperoleh izin pengelolaan rumah sewa, pengelola rumah sewa harus mengajukan permohonan kepada Bupati dengan persyaratan sebagai berikut: 7
a. memiliki izin mendirikan bangunan (IMB); b. memiliki izin atau persetujuan tetangga terdekat; c. memiliki izin RT/RW dan Kelurahan/Kepala Kampung; d. memiliki izin gangguan (HO); dan e. memiliki Surat Izin Tempat Usaha (SITU). (2) Izin pengelolaan rumah sewa berlaku selama pengelola rumah sewa menjalankan usahanya. (3) Izin sebagaimana dimaksud pada ayat (2) untuk kepentingan pembinaan dan pengendalian Pengelolaan rumah sewa wajib mendaftar ulang setiap 5 (lima) tahun sekali. (4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara permohonan dan pendaftaran ulang izin pengelolaan rumah sewa diatur dengan Peraturan Bupati. BAB VI LARANGAN Pasal 11 (1) Setiap pengelola rumah sewa dilarang: a. menempatkan penghuni laki-laki dan perempuan dalam satu kamar kecuali penghuni yang terikat perkawinan sah; b. membiarkan rumah sewa sebagai tempat kegiatan judi, prostitusi dan jenis perbuatan asusila serta tindak pidana lainnya; c. menjadikan atau membiarkan rumah sewa sebagai tempat pengajaran atau penyebaran paham, keyakinan yang bertentangan dengan peraturan perundang-undangan d. menyewakan rumah sewa kurang dari 1 (satu) bulan. (2) Setiap penghuni rumah sewa dilarang: a. menerima tamu yang berbeda jenis kelamin didalam kamar, kecuali tamu tersebut adalah suami, istri yang dibuktikan dengan surat nikah atau memiliki hubungan keluarga penghuni; b. menggunakan atau mengedarkan narkotika, psikotoprika, zat adiktif lainnya (NAPZA) dan minuman beralkohol (MIRAS); c. mengajarkan atau menyebarkan paham, keyakinan yang bertentangan dengan peraturan perundang-undangan; d. melakukan penjudian, tindakan asusila dan tindakan lainnya yang bertentangan dengan norma-norma agama dan adat istiadat setempat. 8
BAB VII PEMBINAAN DAN PENGENDALIAN Pasal 12 (1) Pemerintah Daerah berwenang melakukan pembinaan dan pengendalian terhadap pengelolaan rumah sewa. (2) Dalam melaksanakan pembinaan dan pengendalian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Bupati dapat menugaskan SKPDteknis sesuai dengan tugas dan fungsinya masing-masing. (3) Untuk efektifnya pelaksanaan pembinaan dan pengendalian sebagaimana dimaksud pada ayat (1), maka lurah atau kepala Kampung dibantu oleh ketua RT/RW berkewajiban melaksanakan pembinaan dan pengendalian terhadap penghuni Rumah Sewa di wilayahnya masingmasing dan melaporkan setiap terjadinya pelanggaran terhadap Peraturan Daerah ini kepada Bupati dengan tembusan disampaikan kepada instansi terkait. Pasal 13 Dalam melaksanakan pembinaan dan pengendalian terhadap Pengelolaan rumah sewa, Bupati dapat membentuk Tim Koordinasi yang beranggotakan dari instansi terkait. BAB VIII SANKSI ADMINISTRATIF Pasal 14 (1) Dalam rangka pelaksanaan pembinaan dan pengendalian Pengelolaan rumah sewa, Bupati dapat mengenakan sanksi administratif. (2) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa : a.peringatan tertulis; b.pencabutan izin pengelolaan rumah sewa. Pasal 15 (1) Pegelola Rumah Sewa yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6, Pasal 7 dan Pasal 9 dikenakan sanksi administratif berupa peringatan tertulis dari Bupati. (2) Peringatan tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan paling banyak 3 (tiga) kali dengan tenggang waktu masing-masing 7 ( tujuh ) hari kalender. 9
(3) Pengelola Rumah Sewa yang tidak mengindahkan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dikenakan sanksi administratif berupa pencabutan izin pengelolaan rumah sewa. (4) Apabila pengelola rumah sewa tidak mengindahkan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (3), dalam jangka waktu 7 ( tujuh ) hari sejak tanggal pembekuan izin dikenakan sanksi administratif berupa pencabutan izin pengelolaan rumah sewa. BAB VIII PERAN SERTA MASYARAKAT Pasal 16 (1) Masyarakat dapat berperan serta secara aktif dalam rangka pengawasan terhadap ketentraman dan ketertiban penyelenggaraan rumah sewa dilingkungan masing-masing melalui Pemerintah Kelurahan atau Kampung di bawah koordinasi Ketua RT/RW setempat. (2) Teknis pelaksanaan peran serta masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) akan diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati. BAB IX PENYIDIKAN Pasal 17 1) Selain penyidik umum, penyidikan atas Peraturan Daerah ini dilakukan oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) dilingkungan pemerintah daerah; 2) Dalam melaksanakan tugas penyelidikan, Penyidik Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Daerah ini berwenang: a. menerima, mencari, mengumpulkan dan meneliti keterangan atau laporan berkenaan dengan tindak pidana; b. meneliti, mencari dan mengumpulkan keterangan mengenai orang pribadi atau badan usaha tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan tindak pidana; c. meminta keterangan dan barang bukti dari orang pribadi atau badan usaha sehubungan dengan tindak pidana; d. memeriksa buku-buku, catatan-catatan dan dokumen lain berkenaan dengan tindak pidana; e. melakukan penggeledahan untuk mendapatkan barang bukti pembukuan, pencatatan dan dokumen lain, serta melakukan penyitaan terhadap barang bukti tersebut; 10
f. meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana; g. menyuruh berhenti, melarang seseorang meninggalkan ruangan atau tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa identitas orang dan atau dokumen yang dibawa sebagaimana dimaksud pada huruf e; h. mengambil sidik jari dan memotret seseorang berkaitan dengan tindak pidana; i. memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi; j. menghentikan penyelidikan setelah mendapat petunjuk dari penyidik POLRI bahwa tidak terdapat cukup bukti atau peristiwa tersebut bukan merupakan tindak pidana dan selanjutnya melalui penyidik POLRI memberitahukan hal tersebut kepada penuntut umum, tersangka dan keluarganya; k. melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan tindak pidana menurut hukum yang dapat dipertanggungjawabkan. BAB X KETENTUAN PIDANA Pasal 18 (1) Setiap orang atau Badan Usaha yang melanggar ketentuan sebagaimana diatur dalam Pasal 8 ayat (1), Pasal11, diancam pidana kurungan paling lama 3 (tiga) bulan atau denda paling banyak Rp.50.000.000 (lima puluh juta rupiah); (2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1), adalah pelanggaran. BAB XI KETENTUAN PERALIHAN Pasal 19 Pengelola rumah sewa yang sudah mengelola rumah sewa sebelum Peraturan Daerah ini berlaku, diwajibkan untuk menyesuaikan dengan ketentuan dalamperaturan Daerah ini paling lambat 1 (satu) tahun setelah Peraturan Daerah ini diundangkan. 11
BAB XII PENUTUP Pasal 20 Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini, sepanjang mengenai pelaksanaannya akan diatur lebih dengan Peraturan Bupati. Pasal 21 Peraturan Daerah ini berlaku mulai pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Jayapura. Diundangkan di Sentani Pada tanggal 20 April 2015 SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN JAYAPURA ttd Drs. YERRY FERDINAND DIEN PEMBINA UTAMA MADYA NIP 195901141984101002 Ditetapkan di Sentani Pada tanggal 20 April 2015 BUPATI JAYAPURA, ttd MATHIUS AWOITAUW, SE., M.Si LEMBARAN DAERAH KABUPATEN JAYAPURA TAHUN 2015 NOMOR 10 Salinan sesuai dengan aslinya, a.n. SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN JAYAPURA KEPALA BAGIAN HUKUM DAN PERUNDANG-UNDANGAN MURSALIM, SH PEMBINA Tk.I NIP. 19580825 199202 1 001 NOREG PERATURAN DAERAH KABUPATEN JAYAPURA, PROVINSI PAPUA: 10/2015 12
PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN JAYAPURA NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN RUMAH SEWA I. UMUM Pasal 28 H ayat ( 1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 memberikan hak kepada setiap orang untuk hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan. Amanat Undang-Undang Dasar ini memberikan konsekuensi bahwa pemerintah termasuk pemerintah daerah wajib memberikan pelayanan publik dalam penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman agar masyarakat mampu bertempat tinggal serta menghuni rumah yang layak dan terjangkau di dalam perumahan yang sehat, aman, harmonis, dan berkelanjutan di seluruh wilayah Indonesia. Hal ini membawa konsekuensi hukum bahwa pemerintah termasuk pemerintah daerah merupakan pihak yang berwenang dan bertanggungjawab di bidang penyelenggaraan perumahan. Dalam rangka menyelenggarakan pengelolaan rumah sewa secara terpadu, pemenuhan hak dan kewajiban masyarakat, serta tugas dan wewenang pemerintahan daerah untuk melaksanakan pelayanan publik, diperlukan payung hukum dalam bentuk peraturan daerah. Pengaturan hukum pengelolaan rumah sewa dalam Peraturan Daerah ini berdasarkan asas tanggungjawab, asas manfaat, asas keadilan, asas kesadaran, asas kebersamaaan, asas keselamatan, asas keamanan, asas nilai ekonomi dan asas kearifan lokal. Berdasarkan pemikiran sebagaimana diatas, pembentukan Peraturan Daerah tentang Pengelolaan rumah sewa ini diperlukan dalam rangka kepastian hukum bagi rakyat untuk mendapatkan pelayanan pengelolaan rumah sewa yang baik dan berwawasan lingkungan, dan juga untuk mencegah resiko penyalahgunaan Rumah Sewa untuk kegiatan yang dapat mengganggu keamanan dan stabilitas wilayah Kabupaten Jayapura. II.PASAL DEMI PASAL Pasal 1 13
Pasal 2 Huruf a Yang dimaksud dengan asas kepastian hukum adalah bahwa pengelolaan rumah sewa harus memberikan jaminan kepastian hukum dalam pelaksanaan pembinaan, pengawasan dan pengelolaan rumah sewa. Huruf b Yang dimaksud dengan asas kesejahteraan adalah memberikan landasan agar kebutuhanakan Rumah Sewa yang layak bagi masyarakat dapat terpenuhi sehingga masyarakat mampu mengembangkan diri dan beradab, serta dapat melaksanakan fungsi sosialnya. Huruf c Yang dimaksud dengan asas kebhineka tunggalikaan adalah bahwa pengaturan Rumah Sewa memperhatikan keragaman penduduk, agama, suku dan golongan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Huruf d Yang dimaksud dengan asas keadilan dan pemerataan adalah memberikan kesempatan usaha kepada masyarakat perorangan dalam pemberdayaan masyarakat secara proporsional dan merata. Huruf e Yang dimaksud dengan asas keefisienan dan kemanfaatan landasan agar penyelenggaraan pengelolaan rumah sewa dilakukan dengan memaksimalkan potensi yang dimiliki berupa sumber daya tanah, teknologi rancang bangun, dan industri bahan bangunan yang sehat untuk memberikan keuntungan dan manfaat sebesarbesarnya bagi kesejahteraan rakyat. Huruf f Yang dimaksud dengan asas kemandirian dan kebersamaan adalah memberikan landasan agar pengelolaan rumah sewa bertumpu pada prakarsa, swadaya, dan peran masyarakat untuk turut serta mengupayakan pengadaan tempat hunian sehingga mampu membangkitkan kepercayaan, kemampuan, dan kekuatan sendiri, serta terciptanya kerjasama antara pemangku kepentingan. 14
Huruf g Yang dimaksud dengan asas keterpaduan adalah memberikan landasan agar penyelenggaraan Rumah Sewa dilaksanakan dengan memadukan kebijakan dalam perencanaan, pelaksanaan, pemanfaatan, dan pengendalian, baik intra maupun antar instansi serta sektor terkait dalam kesatuan yang bulat dan utuh, saling menunjang, dan saling mengisi. Huruf h Yang dimaksud dengan asas kesehatan adalah memberikan landasan agar pembangunan Rumah Sewa memenuhi standar rumah sehat, syarat kesehatan lingkungan, dan perilaku hidup sehat. Huruf i Yang dimaksud dengan keselamatan, keamanan, ketertiban, dan keteraturan adalah memberikan landasan agar penyelenggaraan rumah sewa memperhatikan masalah keselamatan dan keamanan bangunan beserta infrastrukturnya, keselamatan dan keamanan lingkungan dari berbagai ancaman yang membahayakan penghuninya, ketertiban administrasi, dan keteraturan dalam pemanfaatan perumahan dan kawasan permukiman. Huruf j Yang dimaksud dengan kearifan lokal adalah dalam pelaksanaan pengelolaan rumah sewa harus memperhatikan kondisi khusus daerah serta nilai-nilai luhur yang berlaku dalam tata kehidupan masyarakat setempat. Pasal 3 Cukupjelas Pasal 4 Pasal 5 Pasal 6 Pasal 7 15
Pasal 8 Pasal 9 Pasal 10 Pasal 11 Pasal 12 Pasal 13 Pasal 14 Pasal 15 Pasal 16 Pasal 17 Pasal 18 Pasal 19 Pasal 20 Pasal 21 TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN JAYAPURA NOMOR 26 16