WORK FAMILY CONFLICT PADA SINGLE MOTHER YANG BERCERAI: Interpretative Phenomenological Analysis

dokumen-dokumen yang mirip
PERSEPSI ANAK TERHADAP ORANGTUA YANG BEKERJA PENUH WAKTU DI LUAR RUMAH: Studi Kualitatif dengan Pendekatan Fenomenologis

Fitriana Rahayu Pratiwi, Dian Ratna Sawitri. Fakultas Psikologi, Universitas Diponegoro Jl. Prof. Soedarto SH Tembalang Semarang 50275

MAKNA KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA BAGI ISTRI: SEBUAH STUDI INTERPRETATIVE PHENOMENOLOGICAL ANALYSIS. Afifah Atsari, Y.F.

THE MEANING OF WORK TOWARDS MOTHER WHO HAS AUTISTIC CHILD (PHENOMENOLOGICAL STUDY) ANOLDY AGUS SAPUTRA Faculty of Psychology University of Diponegoro

PENGALAMAN PROSES KREATIF SENIMAN: SEBUAH PENDEKATAN INTERPRETATIVE PHENOMENOLOGICAL ANALYSIS

BAB I PENDAHULUAN. Masa dewasa awal merupakan periode penyesuaian diri terhadap pola-pola kehidupan

MAKNA YOGA: STUDI INTERPRETATIVE PHENOMENOLOGICAL ANALYSIS PADA YOGI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dewasa dikatakan waktu yang paling tepat untuk melangsungkan pernikahan. Hal

KECERDASAN EMOSI DAN KONFLIK PERAN GANDA PADA DOSEN WANITA DI UNIVERSITAS DIPONEGORO

BAB I PENDAHULUAN. bertindak sebagai penopang ekonomi keluarga terpaksa menganggur. Oleh

SM, 2015 PROFIL PENERIMAAN DIRI PADA REMAJA YANG TINGGAL DENGAN ORANG TUA TUNGGAL BESERTA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHINYA

HUBUNGAN ANTARA KONFLIK PERAN GANDA DENGAN STRES KERJA PADA GURU WANITA SEKOLAH DASAR DI KECAMATAN KEBONARUM KLATEN

HUBUNGAN ANTARA PERCEIVED ORGANIZATIONAL SUPPORT DENGAN WORK-FAMILY CONFLICT PADA KARYAWATI PT. PLN (PERSERO) DISTRIBUSI JAWA TENGAH DAN DIY

BAB I PENDAHULUAN. area, seperti di area pekerjaan dan keluarga. Demikian juga dengan para pegawai

PERSEPSI TERHADAP PERILAKU SENIOR SELAMA KADERISASI DAN KOHESIVITAS KELOMPOK MAHASISWA TAHUN PERTAMA

BAB I PENDAHULUAN. pasangan (suami) dan menjalankan tanggungjawabnya seperti untuk melindungi,

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DAN SIKAP TERHADAP KARAKTERISTIK PEKERJAAN DENGAN KETAKUTAN AKAN SUKSES PADA WANITA KARIR SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. memiliki berbagai keinginan yang diharapkan dapat diwujudkan bersama-sama,

GAYA HIDUP ANGGOTA KOMUNITAS DAN KLUB MOTOR KOTA SEMARANG PADA USIA DEWASA AWAL

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hubungan Antara Persepsi Terhadap Pola Kelekatan Orangtua Tunggal Dengan Konsep Diri Remaja Di Kota Bandung

Hubungan Antara Dukungan Sosial Dengan Konflik Peran Ganda Pada Wanita Bekerja Yang Menyusui. Rizky Wijayanti

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sebagai kepala rumah tangga dan pencari nafkah membuat sebagian besar wanita ikut

BAB I PENDAHULUAN. yang masih lengkap keduanya sedangkan keluarga tidak utuh atau yang sering

HUBUNGAN ANTARA KONFLIK PERAN GANDA DENGAN KEPUASAN PERNIKAHAN PADA WANITA YANG BEKERJA SEBAGAI PENYULUH DI KABUPATEN PURBALINGGA

BAB I PENDAHULUAN. individu yang belajar di Perguruan Tinggi. Setelah menyelesaikan studinya di

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan kemajuan jaman, saat ini banyak wanita yang mengenyam

PENYESUAIAN DIRI MENJADI SINGLE PARENT. Studi Kasus: Terhadap Janda di Nagari Abai Siat Kecamatan Koto Besar Kabupaten Dharmasraya ARTIKEL E JURNAL

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan jumlah tenaga kerja hampir terjadi di seluruh kota kota besar di

HIDUP DENGAN PERILAKU SEKS BEBAS PADA INDIVIDU DEWASA AWAL SEBUAH INTERPRETATIVE PHENOMENOLOGICAL ANALYSIS

2016 WORK FAMILY CONFLICT - KONFLIK PERAN GANDA PADA PRAMUDI BIS WANITA

DARI TA ARUF HINGGA MENIKAH: EKSPLORASI PENGALAMAN PENEMUAN MAKNA CINTA DENGAN INTERPRETATIVE PHENOMENOLOGICAL ANALYSIS

MAKNA MENJADI MUSLIM PADA SUKU ANAK DALAM DI TAMAN NASIONAL BUKIT DUA BELAS KABUPATEN SAROLANGUN, PROVINSI JAMBI

BAB I PENDAHULUAN. pengertian antara suami dan istri, sikap saling percaya-mempercayai dan sikap saling

RELIGIUSITAS PADA DEWASA AWAL YANG MEMILIKI ORANGTUA BERBEDA AGAMA: Interpretative Phenomenological Analysis (IPA)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. keluarga itu adalah yang terdiri dari orang tua (suami-istri) dan anak. Hubungan

BAB I PENDAHULUAN. individu. Keluarga merupakan pondasi terbentuknya pribadi yang sehat baik secara

PENGALAMAN TERINFEKSI HIV PADA PRIA HOMOSEKSUAL: SEBUAH STUDI DENGAN PENDEKATAN INTERPRETATIVE PHENOMENOLOGICAL ANALYSIS

BAB I PENDAHULUAN. pekerjaan berdasarkan jenis kelamin yang sangat luas di semua Negara (Anker,

BAB I PENDAHULUAN. merupakan perjanjian yang sakral (mitsaqan ghalidha) antara suami dan istri.

PENGALAMAN KOMUNIKASI REMAJA YANG DIASUH OLEH ORANGTUA TUNGGAL

BAB I PENDAHULUAN. bekerja. Tanggapan individu terhadap pekerjaan berbeda-beda dengan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak pernah terlepas dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Keluarga memiliki tanggung jawab terbesar dalam pengaturan fungsi

STRATEGI COPING DALAM MENGHADAPI PERMASALAHAN AKADEMIK PADA REMAJA YANG ORANG TUANYA MENGALAMI PERCERAIAN NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada dasarnya setiap manusia diciptakan secara berpasang-pasangan. Hal

BAB I PENDAHULUAN. A. Konteks Penelitian (Latar Belakang Masalah) Perkawinan merupakan salah satu titik permulaan dari misteri

JARAK SEBAGAI UJIAN CINTA: EKSPLORASI PENGALAMAN ISTRI YANG MENJALANI COMMUTER MARRIAGE DENGAN INTERPRETATIVE PHENOMENOLOGICAL ANALYSIS

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan suatu hal yang penting dalam kehidupan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. wanita yang ikut dalam aktifitas bekerja. Wanita sudah mempunyai hak dan

PERBEDAAN PENERIMAAN TEMAN SEBAYA DITINJAU DARI TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DAN INTROVERT

HUBUNGAN KEIKUTSERTAAN ORGANISASI DENGAN REGULASI DIRI PADA REMAJA : STUDI KASUS DI SMA N 2 NGAWI

BAB I PENDAHULUAN. mengikuti mereka. Biasanya, pasangan yang bertahan lama dalam masa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkawinan merupakan bersatunya seorang laki-laki dengan seorang

BAB V FAKTOR PEMICU KONFLIK PEKERJAAN-KELUARGA

BAB I PENDAHULUAN. wanita dari masyarakat dan pengusaha pun semakin tinggi. Di Amerika Serikat,

HUBUNGAN KEMAMPUAN PROBLEM SOLVING DENGAN KONFLIK PERAN GANDA PADA SINGLE MOTHER SHANIA BELDA Program Sarjana, Universitas Gunadarma ABSTRAKSI Single

GAMBARAN KECEMASAN ORANG TUA TERHADAP ORIENTASI MASA DEPAN ANAK TUNARUNGU DITINJAU DARI TUGAS PERKEMBANGAN MASA DEWASA AWAL

Hubungan Kesejahteraan Psikologis Dengan Self Esteem Pada Wanita Rawan Sosial Ekonomi (WRSE) di Wilayah Kecamatan Tebet

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Fenomena orangtua tunggal beberapa dekade terakhir ini marak terjadi di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kemasyarakatan di Bali mewajibkan kepada seseorang yang telah berumah tangga dan

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1. Hasil Presentase Pernikahan Dini di Pedesaan dan Perkotaan. Angka Pernikahan di Indonesia BKKBN (2012)

MAKNA HIDUP PADA ORANG DENGAN EPILEPSI (ODE)

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Duvall & Miller (1985) pernikahan bukan semata-mata legalisasi,

BAB I PENDAHULUAN. rumah tangga dan anak-anaknya saja, kini mempunyai peran kedua yaitu

BAB I PENDAHULUAN. 104).Secara historis keluarga terbentuk paling tidak dari satuan yang merupakan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kelompok yang disebut keluarga (Turner & Helmes dalam Sarwono & Weinarno,

BAB VI DAMPAK DARI WORK FAMILY CONFLICT. bekerja. Dampak dari masalah work family conflict yang berasa dari faktor

BAB I PENDAHULUAN. ini, hal ini dapat kita temui di berbagai negara. Dari negara maju seperti Amerika

2016 HUBUNGAN ANTARA WORK-FAMILY CONFLICT DENGAN KEPUASAN HIDUP PADA PERAWAT PEREMPUAN BAGIAN RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT UMUM (RSU) A KOTA CIMAHI

5. KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN

2015 KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS PEREMPUAN KORBAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan

PENGALAMAN HIDUP LANSIA YANG MENGASUH CUCU: Studi Kualitatif Fenomenologis dengan Interpretative Phenomenological Analysis

Yunita Laras Pradipta, Dinie Ratri Desinigrum

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dianggap sebagai masa topan badai dan stres, karena remaja telah memiliki

PERAN PSYCHOLOGICAL CAPITAL TERHADAP KONFLIK PERAN GANDA PADA WANITA BEKERJA DI KANTOR PUSAT PT SEMEN INDONESIA (PERSERO), Tbk

RELASI AYAH-ANAK PADA AYAH DENGAN ANAK SKIZOFRENIA: Studi Fenomenologis dengan Interpretative Phenomenological Analysis

BAB I PENDAHULUAN. sosial yang disebut keluarga. Dalam keluarga yang baru terbentuk inilah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang dapat dicapai oleh individu. Psychological well-being adalah konsep keberfungsian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Setiap pasangan yang telah menikah tentu saja tidak ingin terpisahkan baik

PENYESUAIAN DIRI ATLET TENIS MEJA PPLP (Pusat Pembinaan dan Latihan Olahraga Pelajar) JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. dalam menemukan makna hidupnya. Sedangkan berkeluarga adalah ikatan perkawinan untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

KECEMASAN PADA WANITA YANG HENDAK MENIKAH KEMBALI

KEBAHAGIAAN PADA SINGLE MOTHER. Disusun oleh: Ratih Permata Putri Fakultas Psikologi 2016 Pembimbing: Warda Lisa, M.Psi., Psi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karena adanya hubungan darah, perkawinan atau adopsi dan saling berinteraksi satu sama

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan merupakan sarana untuk belajar bagi setiap individu dengan mengembangkan dan mengasah keterampilan

PENERIMAAN DIRI PADA WANITA BEKERJA USIA DEWASA DINI DITINJAU DARI STATUS PERNIKAHAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. langgeng hingga akhir hayat mereka. Namun, dalam kenyataannya harapan

BAB I PENDAHULUAN. keluarga juga tempat dimana anak diajarkan paling awal untuk bergaul dengan orang lain.

DAPATKAH AKU BERHENTI BERJUDI? (STUDI FENOMENOLOGIS PROFIL PENJUDI BOLA YANG MEMASUKI MASA DEWASA AWAL)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan sesuatu yang sangat berharga bagi setiap manusia.

BAB I PENDAHULUAN. kemandirian sehingga dapat diterima dan diakui sebagai orang dewasa. Remaja

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian tersebut maka digunakan metodologi penelitian sebagai berikut:

HIDUP TERUS BERLANJUT: PERGULATAN EMOSI PADA WANITA KARIR YANG DITINGGAL MATI SUAMI

GAMBARAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL REMAJA DENGAN ORANGTUA TUNGGALNYA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan dan pertumbuhan ekonomi yang sangat pesat membuat

Transkripsi:

WORK FAMILY CONFLICT PADA SINGLE MOTHER YANG BERCERAI: Interpretative Phenomenological Analysis Dewi Safarina Maulida 1, Yohanis Franz La Kahija 2 1,2 Fakultas Psikologi, Universitas Diponegoro Jl. Prof. Soedarto SH Tembalang Semarang 50275 dewisafarina@rocketmail.com Abstrak Tujuan dari penelitian dengan studi fenomenologis ini adalah untuk dapat memahami work family conflict pada single mother yang bercerai. Subjek penelitian ini adalah dua orang wanita yang sudah bercerai, memiliki anak dan bekerja. Penemuan subjek dilakukan dengan menggunakan teknik purposif sampling. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini ada metode Interpretative Phenomenological Analysis (IPA). Metode IPA menggunakan prosedur yang rinci dalam menganalisis data, sehingga menghasilkan kedalaman makna terhadap berbagai latar belakang, pengalaman, peristiwa unik, serta pemikiran yang di rasakan subjek yang di dapat melalui proses wawancara. Hasil penelitian ini membahas tentang tuntutan menjadi single mother, dampak negatif pekerjaan pada keluarga hingga timbulnya upaya pengelolaan waktu. Peneliti menemukan setiap subjek hampir memiliki kesamaan dalam pemaknaan pada work family conflict. Pengelolaan waktu untuk meyeimbangkan kedua peran merupakan perjalanan puncak dari work family conflict pada single mother. pengalaman tersebut telah menjadi suatu kesatuan sebagai upaya memahami work family conflict pada single mother yang bercerai Kata kunci: work family conflict, single mother Abstract The purpose of this phenomenological research study is to understand the work family conflict on a single mother who divorced. The subjects were two women who are divorced, have children and work. The discovery of the subject is done by using purposive sampling technique. Analysis of the data used in this study there is a method Interpretative Phenomenological Analysis (IPA). IPA method using the procedure detailed in analyzing the data, resulting in a depth of meaning to a variety of backgrounds, experiences, unique events, as well as thoughts on the subject that can be felt through the interview process. The results of this study discusses the demands of becoming a single mother, a negative impact on the work of the family until the onset time management efforts. Researchers find each subject almost similar in meaning to the work family conflict. Time management to balance these two roles is the culmination of a journey work family conflict on a single mother. The experience has become an entity in an effort to understand the work family conflict on a single mother who divorced. Keyword: work family conflict, single mother 62

PENDAHULUAN Menurut data Sakernas, jumlah penduduk wanita yang bekerja sebagai buruh/karyawan/pegawai di Indonesia selama tiga tahun (2010-2012) cenderung terus meningkat. Rini (2002) mengatakan bahwa wanita bekerja yang mengalami peran ganda ingin dapat memainkan peran mereka sebaik mungkin secara proporsional dan seimbang. Wanita bekerja harus bisa menjadi ibu yang sabar dan bijaksana, istri yang baik serta ibu rumah tangga yang bertanggung jawab atas keperluan dan urusan rumah tangga. Di tempat kerja, wanita bekerja mempunyai komitmen dan tanggung jawab untuk menunjukkan prestasi kerja yang baik Papalia (2008) berpendapat bahwa single mother adalah wanita yang ditinggalkan oleh suami atau pasangan hidupnya baik karena terpisah, bercerai atau meninggal dunia untuk kemudian memutuskan untuk tidak menikah melainkan membesarkan anak-anaknya seorang diri. Pada single mother masalah yang muncul antara lain masalah emosi seperti marah, kecewa dan sedih. Bila ibu tidak mampu mengelola emosi negatifnya dengan baik maka akan berimbas pada anak. Peran seorang wanita sangatlah penting dalam sebuah keluarga. Pada single mother masalah yang muncul antara lain masalah emosi seperti marah, kecewa dan sedih. Walaupun wanita (single mother) memiliki kekurangan dalam mengontrol emosi, namun hal itu bisa diatasi dengan belajar dan pengalaman. Menurut Santrock (2007) ibu sebagai orangtua tunggal harus menggantikan peran ayah sebagai kepala keluarga, pengambil keputusan, pencari nafkah, disamping perannnya mengurus rumah tangga, membesarkan, membimbing, dan memenuhi kebutuhan psikis anak. Single mother banyak dihadapkan pada berbagai permasalahan yang begitu kompleks. Permasalahan ini dapat dibagi menjadi tiga segi, yaitu segi sosial, segi ekonomi, dan segi psikologis. Permasalahan yang muncul dari segi sosial biasanya berkaitan anggapan masyarakat yang negatif terhadap kehidupan single mother sehingga membuat single mother enggan untuk keluar rumah karena takut diperbincangkan. Selain itu, permasalahan dari segi ekonomis yaitu single mother harus memenuhi tuntutan kebutuhan hidup rumah tangga Sedangkan permasalahan yang muncul dari segi psikologi yaitu bagaimana menciptakan figur pengganti dari pasangannya. Proses menjadi single parent berkaitan dengan kehilangan pasangan karena kematian atau perceraian. Proses ini tentu tidak mudah dan terasa berat (Mahmudah, 1999). Tugas sebagai orangtua terlebih bagi seorang ibu, akan bertambah berat jika menjadi orangtua tunggal (single parent). Setiap orang, terlebih bagi wanita tentunya tidak pernah berharap menjadi single parent, keluarga lengkap pastilah idaman setiap orang, namun ada kalanya nasib berkehendak lain. Kenyataannya, kondisi ideal tersebut tidak selamanya dapat dipertahankan atau diwujudkan, banyak dari orangtua yang karena kondisi tertentu mengasuh, membesarkan dan mendidik anak dilakukan sendiri atau menjadi single parent (Hurlock, 2004). Fenomena yang terjadi diatas melatarbelakangi ketertarikan peneliti untuk mengetahui bagaimana work family conflict pada single mother yang bercerai karena sebagai single mother harus dapat mengatur kehidupan keluarga setelah bercerai. 63

METODE Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif fenomenologi. Analisis data yang digunakan adalah Interpretative Phenomenological Analysis (IPA) yang dikembangkan oleh Smith (dalam Smith, Flowers & Larkin, 2009). IPA merupakan suatu metode sistematis yang menggunakan pendekatan fenomenologi untuk memahami makna dari pengalaman individu dalam sebuah konteks secara lebih mendalam, tujuan dari IPA adalah untuk melakukan investigasi mengenai bagaimana seseorang memahami pengalamannya, yang berarti subjek secara aktif terikat dengan interpretasi terhadap peristiwa, objek, orang lain di kehidupannya. Untuk memahami hal tersebut IPA menggunakan prinsip-prinsip fenomenologi, hermeneutik, dan idiografi (Taylor dalam Pietkiewicz & Smith, 2012). Subjek pada penelitian ini dipilih melalui teknik puposive pada dua orang individu, dengan karakteristik seorang waita yang bercerai, memiliki anak dan bekerja. Hal ini dipilih sebagai upaya dalam memenuhi tujuan dari IPA yang mengedepankan kedalaman data daripada keluasannya (Smith, 2004), selain untuk memenuhi syarat homogenitas sampel, dimana dalam IPA kesamaan dan perbedaan psikologis dianalisa dalam kelompok (within group) sebagai kesamaan dalam mencapai variabel-variabel penting (Pietkiewicz & Smith, 2012). HASIL DAN PEMBAHASAN Pada tabel 1, dapat diamati karakteristik subjek penelitian berdasarkan usia, jenis kelamin, agama, jumlah anak, alasan bercerai, dan jenis pekerjaannya. Peneliti melakukan wawancara mendalam terhadap kedua subjek (Eka dan Nita) Tabel 1 Karakteristik subjek penelitian (N=2) Karakteristik Subjek #1 Subjek #2 Nama Eka Nita Jenis kelamin Perempuan Perempuan Agama Islam Islam Usia 43 tahun 41 tahun Jumlah anak 1 1 Alasan becerai Tidak memenuhi hak dan Adanya perselingkuhan yang kewajiban sehingga timbul dilakukan suami ketidakcocokkan Pekerjaan Karyawati Pedagang batik Dalam menjawab pertanyaan penelitian mengenai Bagaimana work family conflict pada single mother yang bercerai karena sebagai single mother harus dapat mengatur kehidupan keluarga setelah bercerai?, kedua subjek dituntut untuk menjalankan peran ganda sebagai ibu dan ayah. Saya punya pekerjaan yang lain saya jualan burger ke sekolah-sekolah ya untuk bisa menambah kelangsungan ekonomi (Eka, 233-235) 64

Disaat anak sekolah kan anter jemput gitu, kadang sakit, kita harus sendiri. Terus nganter les atau kegiatan sekolah lainnya. (Nita, 25-26) Tampaknya keduanya mengalami kelelahan dalam menjalankan peran ganda sebagai single mother, seperti berikut ini: Banget, capek fisik capek fikiran ya ( Eka, 321). Selama ini capek sih Mbak, tapi mau gimana lagi (Nita, 102) Kedua subjek menunjukkan bahwa mereka mengalami kelelahan menjalankan kedua peran. Bahkan Eka mengalami kebingungan saat anak sakit dan harus bekerja. Pernyataan ini sejalan dengan Greenhaus dan Beuttel (1985) ketegangan yang diakibatkan dari menjalankan peran yang satu, mempengaruhi performa individu di perannya yang lain. Peran-peran tersebut menjadi bertentangan karena ketegangan akibat peran yang satu membuat individu lebih sulit memenuhi tuntutan perannya yang lain. Kok lama sekali sih. Kok mama kerjane kok lama sekali sih? (Nita, 79-80) Pulang sih ma aku takut bobo sendiri (Eka, 249) Kedua subjek menerima keluhan dari anak terhadap pekerjaan yang dijalankan. Anak merasa kurang diperhatikan oleh subjek sehingga memberikan kritik pada pekerjaan subjek. Salah satu indikator work family conflict (Boles, Howard, & Donofrio, 2001) adalah tekana kerja. Keluhan dari anak terhadap pekerjaan dapat menjadi tekanan pada subjek dalam bekerja. Hal ini dapat mengganggu subjek dan memberikan pengaruh performansi pekerjaan. Ya sesuai kepentingan kalo di kantor ada yang penting ya saya hadir saya tetap harus menyelesaikan tanggung jawab saya dikantor harus seimbang kan kehidupan itu harus seimbang (Eka, 316-318) Selalu tak bagi waktunya kerja kapan, sama anak kapan. (Nita, 111-112) Peneliti menemukan bahwa kedua subjek tetap berusaha untuk mengatur waktu bekerja dan keluarga sehingga bisa bertanggung jawab serta tidak mengganggu satu sama lain. Kedua subjek juga selalu berusaha untuk mempunyai waktu luang bersama anak. Hal ini dilakukan agar anak tidak jenuh dengan rutinitas. Skema 1 Representasi tema-tema superordinat dan tema induk: Tema Induk Fokus pada tuntutan menjadi single mother Fokus pada dampak negatif pekerjaan bagi keluarga Fokus pada pengelolaan waktu Tema Super-ordinat Tugas sebagai ibu Anak sebagai fokus utama Penyesuaian diri sebagai single mother Tanggung jawab single mother Stres berperan ganda Konflik bekerja Kesulitan mengatur waktu Upaya mengatur waktu 65

Kedua subjek mengungkapkan bahwa mereka juga menerapkan kemandirian pada anak agar anak tidak manja dan tidak bergantung pada ibu. Eka mempersiapkan segala keperluan anak sebelum berangkat kerja dan berpesan pada anak agar dapat mandiri saat ditinggal sendiri di rumah. Sedangkan Nita mengajak anak ikut serta saat berjualan agar anak memahami pekerjaan ibunya sehingga anak tidak manja. Pernyataan Eka sejalan dengan pendapat Santrock (2007) bahwa salah satu peran orangtua dalam pengasuhan yaitu menguatkan kemampuan anak untuk memantau perilakunya sendiri. Eka mempersiapkan segala keperluan anak sebelum pergi bekerja agar melatih kemandirian pada anak saat ditinggal sendiri di rumah. Hal ini dilakukan untuk melatih keterampilan anak agar bertanggung jawab atas perilakunya sendiri. Sedangkan pernyataan Nita sesuai dengan pendapat Santrock (2007) bahwa peran lain dari orangtua dalam pengasuhan yaitu menggunakan waktu secara efektif ketika mereka memiliki kontak langsung dengan anak. Nita lebih memilih untuk mengajak anak saat bekerja agar anak dapat memahami pekerjaannya. Eka menjelaskan bahwa keputusan bercerai diambil demi kepentingan anak. Eka sangat memfokuskan anak sebagai pertimbangan saat mengambil keputusan bercerai. Anak merupakan bagian penting dalam keluarga. Pengambilan keputusan memiliki tujuan dan makna yang berbeda-beda terhadap keputusan yang diambil. Ada orang yang memilih berdasarkan pertimbangan ekonomi, pertimbangan kekerabatan, kedekatan, pertimbangan rasional, mengikuti orang lain, dan sebagainya (Sarwono, 2011). Banyak perubahan yang terjadi pada kehidupan subjek pascaperceraian. Perubahan yang terjadi dalam kehidupan kedua subjek dapat dikatakan hampir sama. Dalam hal ini pasangan suami istri yang telah bercerai akan memerlukan proses readjustment atau penyesuaian kembali. Perceraian menimbulkan perubahan-perubahan, baik perubahan dalam peran masing-masing pasangan antara ketika sebelum dan sesudah bercerai, maupun perubahan dalam hubungan sosial mereka. Peneliti menemukan pada kedua subjek bahwa setelah perceraian mantan suami tidak menafkahi lagi sehingga kedua subjek mengalami kesulitan ekonomi. Kedua subjek dituntut untuk dapat menafkahi keluarganya sendiri sehingga tidak bergantung pada mantan suami. Kedua subjek menerima keluhan dari anak terhadap pekerjaan yang dijalankan. Anak merasa kurang diperhatikan oleh subjek sehingga memberikan kritik pada pekerjaan subjek. Salah satu indikator work family conflict (Boles, Howard, & Donofrio, 2001) adalah tekana kerja. Keluhan dari anak terhadap pekerjaan dapat menjadi tekanan pada subjek dalam bekerja. Hal ini dapat mengganggu subjek dan memberikan pengaruh performansi pekerjaan. Peneliti menemukan kesulitan mengatur waktu pada kedua subjek. Hal ini dikarenakan kedua subjek harus melakukan segalanya sendiri sebagai single mother. Kesulitan mengatur waktu dirasakan subjek karena harus bekerja dan mengurus anak. Pernyataan kedua subjek sesuai dengan pendapat Greenhaus dan Beutell (1985) dalam salah satu dimensi work family conflict yaitu time based conflict. Konflik ini terjadi karena waktu yang digunakan untuk memenuhi satu peran tidak dapat digunakan untuk memenuhi peran lainnya, artinya pada saat bersamaan seorang yang mengalami konflik peran ganda tidak akan bisa melakukan dua lebih peran sekaligus. Kedua subjek juga selalu berusaha untuk mempunyai waktu luang bersama anak. Hal ini dilakukan agar anak tidak jenuh dengan rutinitas. Pengelolaan waktu yang baik 66

sangat bermanfaat. Ojo dan Olaniyan (2008) mengatakan bahwa manajemen waktu bukan tentang melakukan banyak hal dalam satu hari. Ini adalah tentang melakukan halhal yang paling penting. Manajemen waktu adalah kemampuan untuk memutuskan apa yang paling penting dalam kehidupan baik di tempat kerja, di rumah dan bahkan dari waktu luang yang tersedia. KESIMPULAN Berdasarkan pembahasan-pembahasan mengenai work family conflict yang telah dijelaskan, kedua subjek memiliki tuntutan yang sama saat menjadi single mother. Tuntutan ini diantaranya menjalankan tugas sebagai ibu, menjadikan anak sebagai sentralitas, menyesuaikan diri menjadi single mother dan bertanggung jawab. Kedua subjek dituntut untuk bekerja karena menggantikan peran suami setelah bercerai. Hal ini dapat membawa dampak negatif pada keluarga karena pembagian peran. Setelah setiap subjek mengalami work family conflict maka subjek ingin berupaya menyeimbangkan kedua peran yaitu bekerja dan mengurus keluarga. Subjek berusaha dengan belajar mengelola waktu kedua peran agar tidak saling menganggu. Tuntutan sebagai single mother pada kedua subjek membuat subjek tidak ingin bergantung pada orang lain. Work family conflict yang dialami Eka memberi kekuatan untuk terus menjalankan hidup walaupun harus berjuang sendiri karena bagi Eka anak adalah penyemangat dalam menjalankan hidup sehingga Eka terus berjuang demi memenuhi kebutuhan anak. Sementara bagi Nita, work family conflict yang ia alami mengajarkan untuk dapat mengelola perasaan emosi sehingga tidak mencampur adukkan masalah pekerjaan dan keluarga. Akhirnya dapat disimpulkan bahwa work family conflict pada single mother yang bercerai berawal dari tuntutan menjadi single mother, dampak negative pekerjaan pada keluarga hingga timbulnya upaya pengelolaan waktu merupakan satu-kesatuan yang tidak bisa dipisahkan. Tema-tema tersebut telah menjadi satu kesatuan sebagai upaya memahami work family conflict secara utuh. DAFTAR PUSTAKA Boles, J. S. Howard, W. G & Donofrio, H. H. (2001). An investigation into the interrelationships of work family conflict, family work conflict and job satisfaction. Journal of Managerial Issues, 13(3). Greenhaus, J., & Beutell, N. (1985). Sources of conflict between work and family roles. Academy of Management Review, 10. Hurlock, E. B. 2004. Psikologi perkembangan: Suatu pendekatan sepanjang rentan kehidupan. Jakarta: Erlangga. 67

Mahmudah, E. D. (1999). Karakteristik sosial ekonomi dan strategi kelangsungan hidup single parent. Surabaya: Pusat Penelitian Kependudukan dan Pembangunan Universitas Airlangga Surabaya. Ojo, L. B., & Olaniyan, D. A. (2008). Effective time management in organization panacea or placebo. Euro Journals Publishing, 24, 127-133. Papalia, D. I. 2008. Psikologi berkembangan. Jakarta: Kencana Prenada Media. Pietkiewicz, I. & Smith, J. A. (2012). A practical guide using interpretative phenomenological analysis in qualitative research psychology. Psychological Journal (Czasapismo Psychologyczne), 18(2), 361-369 Rini, J. F. (2002). Wanita bekerja. Diakses dari http://www.e-psikologi.com. Santrock, J. W. (2007). Perkembangan anak (edisi kesebelas). Jakarta: Erlangga. Sarwono. S. (2011). Psikologi remaja. Jakarta: Rajawali Pers. Smith, J. A. (2004). Reflecting on development of interpretative phenomenological analysis and its contribution to qualitative research in psychology. Qualitative Research in Psychology, 1, 39-54. Smith, J. A., Flowers, P., & Larkin, M. (2009). Interpretative phenomenological analysis-theory, method, and research. London: Sage Publications. 68