Pengaruh senam Prolanis terhadap penyandang hipertensi

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1


BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus (DM) merupakan sekelompok kelainan heterogen yang

BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG


BAB 1 PENDAHULUAN. insulin atau keduanya (American Diabetes Association [ADA] 2004, dalam

BAB I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. terbesar dari jumlah penderita diabetes melitus yang selanjutnya disingkat

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan untuk dapatbertahan hidup. (Nugroho,2008). struktur dan jumlah penduduk lanjut usia setelah RRC, India, dan Amerika

BAB 1 PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO) memperkirakan jumlah penderita hipertensi akan terus meningkat seiring

PENGARUH AKTIVITAS FISIK SENAM AEROBIK LOW IMPACT TERHADAP TEKANAN DARAH PADA LANSIA HIPERTENSI DI LINGKUNGAN KELURAHAN TONJA

BAB I PENDAHULUAN UKDW. insulin dan kerja dari insulin tidak optimal (WHO, 2006).

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan metode pre and post

SKRIPSI. Oleh: Yuni Novianti Marin Marpaung NIM KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PROGRAM STUDI FISIOTERAPI FAKULTAS KEDOKTERAN

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit metabolik dengan

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan usia harapan hidup dan penurunan angka fertilitas. mengakibatkan populasi penduduk lanjut usia meningkat.

BAB I PENDAHULUAN. pembunuh diam diam karena penderita hipertensi sering tidak. menampakan gejala ( Brunner dan Suddarth, 2002 ).

BAB I PENDAHULUAN. hiperglikemi yang berkaitan dengan ketidakseimbangan metabolisme

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi dan malnutrisi, pada saat ini didominasi oleh

BAB I PENDAHULUAN. lansia meningkat secara konsisten dari waktu ke waktu (Dinkes, 2011).

EFEKTIFITAS SENAM LANSIA TERHADAP PERUBAHAN TEKANAN DARAH PADA LANSIA YANG MENDERITA HIPERTENSI DI PSTW BUDHI LUHUR YOGYAKARTA

PENGARUH SENAM BUGAR LANSIA TERHADAP TEKANAN DARAH PENDERITA HIPERTENSI DI BPLU SENJA CERAH PANIKI BAWAH

I. PENDAHULUAN. sekaligus sebagai upaya memelihara kesehatan dan kebugaran. Latihan

BAB I PENDAHULUAN. negara berkembang lebih dari delapan dekade terakhir. Hipertensi merupakan

PERBEDAAN NORMALITAS TEKANAN DARAH PADA WANITA MIDDLE AGE YANG MENGIKUTI SENAM DAN TIDAK SENAM DI KELURAHAN BANDUNGREJOSARI MALANG ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. commit to user

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh PTM terjadi sebelum usia 60 tahun, dan 90% dari kematian sebelum

I. PENDAHULUAN. masalah utama dalam dunia kesehatan di Indonesia. Menurut American. Diabetes Association (ADA) 2010, diabetes melitus merupakan suatu

ABSTRAK. EFEK EKSTRAK ETANOL SELEDRI (Apium graveolens L.) TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA PRIA DEWASA

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes mellitus (DM) adalah sekelompok gangguan metabolik. dari metabolisme karbohidrat dimana glukosa overproduksi dan kurang

ABSTRAK. EFEK DAUN TEMPUYUNG (Sonchus arvensis L.) TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PRIA DEWASA

PENGARUH RELAKSASI BENSON TERHADAP TEKANAN DARAH PADA PASIEN HIPERTENSI DI PUSKESMAS DENPASAR TIMUR II TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. menurun sedikit pada kelompok umur 75 tahun (Riskesdas, 2013). Menurut

ABSTRAK PENGARUH BERMAIN FUTSAL TERHADAP TEKANAN DARAH NORMAL PADA PRIA DEWASA YANG RUTIN BEROLAHRAGA DAN YANG TIDAK RUTIN BEROLAHRAGA

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan penduduk serta meningkatkan umur harapan hidup manusia.

BAB I PENDAHULUAN. atau suatu aktivitas yang dilakukan berulang-ulang dalam jangka waktu yang lama

BAB I PENDAHULUAN. Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure (JNC VII) tahun

BAB.I PENDAHULUAN. biologis, fisiologis, psikososial, dan aspek rohani dari penuaan. Penuaan

ABSTRAK. EFEK LABU SIAM (Sechium edule Swartz) TERHADAP TEKANAN DARAH PEREMPUAN DEWASA


EFEKTIFITAS SENAM LANSIA TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA LANSIA HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BULU KABUPATEN SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. diastolik diatas 90 mmhg (Depkes, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. berbagai negara mengingat beban biaya serta morbiditas dan mortalitas yang

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan Usia Harapan Hidup penduduk dunia dan semakin meningkatnya

PENGARUH SENAM ERGONOMIK TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA LANSIA YANG MENGALAMI HIPERTENSI DI UPT PANTI SOSIAL PENYANTUN BUDI AGUNG KOTA KUPANG

BAB I PENDAHULUAN. dari masyarakat agraris menjadi masyarakat industri. Indonesia saat ini juga

BAB I PENDAHULUAN. terjadi peningkatan secara cepat pada abad ke-21 ini, yang merupakan

Prosiding Farmasi ISSN:

ABSTRAK. EFEK TERAPI AJUVAN EKSTRAK DAUN SELEDRI (Apium graveolens L.) TERHADAP PENDERITA HIPERTENSI

BAB 1 PENDAHULUAN. kematian berasal dari PTM dengan perbandingan satu dari dua orang. dewasa mempunyai satu jenis PTM, sedangkan di Indonesia PTM

PENGARUH SENAM BUGAR LANJUT USIA TERHADAP KADAR KOLESTEROL

PENGARUH BERMAIN FUTSAL TERHADAP TEKANAN DARAH NORMAL PADA PRIA DEWASA YANG RUTIN BEROLAHRAGA DAN YANG TIDAK RUTIN BEROLAHRAGA

BAB I PENDAHULUAN. darah, hal ini dapat terjadi akibat jantung kekurangan darah atau adanya

BAB 1 PENDAHULUAN. yang sangat serius saat ini adalah hipertensi yang disebut sebagai the silent killer.

PENGARUH SENAM HIPERTENSI LANSIA TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH LANSIA DENGAN HIPERTENSI DI PANTI WREDA DARMA BHAKTI KELURAHAN PAJANG SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan penyakit yang menyerang

BAB 1 PENDAHULUAN. penurunan sekresi insulin yang progresif dilatar belakangi oleh resistensi insulin.

PERBEDAAN PENGARUH SENAM LANSIA DAN SENAM AEROBIC LOW IMPACT TERHADAP TEKANAN DARAH PADA LANSIA DI POSYANDU LANSIA SEHAT NASKAH PUBLIKASI

ABSTRAK. EFEK PISANG RAJA (Musa paradisiaca L.) TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA PRIA DEWASA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGARUH JALAN PAGI TERHADAP PERUBAHAN TEKANAN DARAH PADA LANJUT USIA DENGAN HIPERTENSI DI DESA KALIANGET TIMUR KECAMATAN KALIANGET KABUPATEN SUMENEP

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan kejadian yang tidak asing bagi masyarakat Indonesia karena

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat (Rahayu, 2000). Berdasarkan data American. hipertensi mengalami peningkatan sebesar 46%.

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Departemen kesehatan RI menyatakan bahwa setiap tahunnya lebih

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS AISYIYAH YOGYAKARTA 2016

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan penyakit non infeksi (penyakit tidak menular) justru semakin

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi bergeser ke penyakit non-infeksi/penyakit tidak

Kata kunci : Tekanan darah, Terapi rendam kaki air hangat, Lansia.

PENGARUH STATUS GIZI DAN FREKUENSI SENAM DIABETES TERHADAP PROFIL LIPID PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE 2 TESIS

PENGARUH POSISI TIDUR MIRING TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA LANSIA HIPERTENSI DI POSYANDU LANSIA PERMADI KELURAHAN TLOGOMAS MALANG ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang terdiri dari orang laki-laki dan orang perempuan.

BAB I PENDAHULUAN. insulin yang tidak efektif. Hal ini ditandai dengan tingginya kadar gula dalam

PENGARUH TERAPI RENDAM KAKI DENGAN AIR HANGAT TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA PASIEN DENGAN HIPERTENSI DI PUSKESMAS BAHU MANADO

BAB I PENDAHULUAN. kardiovaskular (World Health Organization, 2010). Menurut AHA (American

KADAR HBA1C PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI PUSKESMAS BAHU KECAMATAN MALALAYANG KOTA MANADO

BAB I PENDAHULUAN orang dari 1 juta penduduk menderita PJK. 2 Hal ini diperkuat oleh hasil

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit tidak menular banyak ditemukan pada usia lanjut (Bustan, 1997).

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes mellitus (DM) adalah salah satu penyakit. degenerative, akibat fungsi dan struktur jaringan ataupun organ

HUBUNGAN OLAHRAGA TERHADAP TEKANAN DARAH PENDERITA HIPERTENSI RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. menular (PTM) yang meliputi penyakit degeneratif dan man made diseases.

BAB I PENDAHULUAN. (Armilawati, 2007). Hipertensi merupakan salah satu penyakit degeneratif

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner, stroke), kanker, penyakit pernafasan kronis (asma dan. penyakit paru obstruksi kronis), dan diabetes.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pola penyakit saat ini telah mengalami perubahan yaitu adanya transisi

BAB I PENDAHULUAN. ditularkan dari orang ke orang. Mereka memiliki durasi panjang dan umumnya

BAB I PENDAHULUAN. morbiditas dan mortalitas. Menurut The Seventh Report of The Joint National

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. dengan jumlah penderita 7,3 juta jiwa (International Diabetes Federation

BAB I PENDAHULUAN. yang mendadak dapat mengakibatkan kematian, kecacatan fisik dan mental

A.A Sagung Ika Nuriska 1, Made Ratna Saraswati 2

SKRIPSI SENAM JANTUNG SEHAT DAPAT MENURUNKAN PERSENTASE LEMAK TUBUH PADA MAHASISWI PROGRAM STUDI FISIOTERAPI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

Perbandingan pengaruh promosi kesehatan menggunakan media audio dengan media audio-visual terhadap perilaku kesehatan gigi dan mulut siswa SD

BAB I PENDAHULUAN. ini, penyakit ini banyak berhubungan dengan penyakit-penyakit kronis di dunia

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit arteri koroner (CAD = coronary arteridesease) masih merupakan

Hasil Guna Edukasi Diabetes Menggunakan Telemedicine terhadap Kepatuhan Minum Obat Diabetisi Tipe 2

Transkripsi:

Jurnal e-biomedik (ebm), Volume 4, Nomor 1, Januari-Juni 2016 Pengaruh senam Prolanis terhadap penyandang hipertensi 1 Deiby O. Lumempouw 2 Herlina I. S. Wungouw 3 Hedison Polii 1 Kandidat Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado 2 Bagian Fisiologi Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado Email: deibyolivia@gmail.com Abstract: Hypertension is one of the degenerative diseases commonly found in Indoensia. It is characterized by an increase of blood pressure above its normal level and is caused by various factors. This study aimed to obtain the influence of Prolanis exercise on hypertensive patients. This was an experimental field study with a pre-post test one group design conducted for 4 weeks. There were 25 respondents in this study obtained by using purposive sampling. Data were analyzed with the paired t-test.the results showed that there were significant differences between before and after two-times-per-week Prolanis exercise in systolic blood pressure ( p = 0,003 < α =0,001) and in diastolic blood pressure ( p = 0,002 < α =0,001). There were significant differences before and after three- times-per-week Prolanis exercise in systolic blood pressure (p = 0,000 < α = 0,01) and in diastolic blood pressure (p = 0,000 < α = 0,01). There were changes in mean blood pressure before and after Prolanis exercise two times per week and there times perweek. Conclusion: In the two groups, there were significant decreases of systolic and diastolic blood pressures after Prolanis exercise for 4 weeks consecutively. Keywords: senam Prolanis, hypertension Abstrak: Hipertensi merupakan salah satu penyakit degenerative yang banyak ditemukan di Indonesia, ditandai oleh kenaikan tekanan darah diatas nilai normal yang dapat diakibatkan oleh berbagai macam faktor. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh senam Prolanis terhadap penderita hipertensi. Jenis penelitian ini ialah ekperimental lapangan dengan pre-post test one group design. Sampel penelitian berjumlah 25 orang lansia yang diperoleh melalui purposive sampling. Senam Prolanis dilakukan selama 4 minggu. Analisis data menggunakan uji t berpasangan. Hasil penelitian memperlihatkan terdapat perbedaan bermakna antara tekanan darah sistolik awal dan akhir pada latihan 2 kali/minggu (p = 0,003 <α =0,001); antara tekanan darah diastolik awal dan akhir pada latihan 2 kali/minggu (p = 0,002 <α =0,001); antara tekanan darah sistolik awal dan akhir pada latihan 3 kali/minggu (p = 0,000 <α = 0,01); dan antara tekanan darah diastolik awal dan akhir pada latihan 3 kali/minggu (p = 0,000 <α = 0,01). Terdapat perubahan rerata tekanan darah sebelum dan sesudah latihan senam baik pada latihan 2 kali/minggu maupun 3 kali/minggu. Simpulan: Pada kedua kelompok latihan terdapat penurunan bermakna tekanan darah sistolik dan diastolik setelah senam Prolanis selama 4 minggu berturut-turut. Kata kunci: senam prolanis, hipertensi Hipertensi merupakan gangguan sistem peredaran darah yang menyebabkan kenaikan tekanan darah diatas nilai normal, yaitu melebihi 140/90 mmhg. Hipertensi dapat menimbulkan kerusakan organ tubuh, baik secara langsung maupun tidak langsung. Kerusakan organ target yang umum ditemui pada pasien hipertensi

Lumempouw, Wungouw, Polii: Pengaruh senam prolanis... adalah penyakit ginjal kronis, jantung, otak, penyakit arteri perifer, dan retinopati. 1 Menurut American Heart Association (AHA), hipertensi adalah penyakit dimana terjadi peningkatan tekanan darah sistolik >140 mmhg atau tekanan darah diastolik >90 mmhg. Secara umum penyebab hipertensi ialah umur, jenis kelamin, perilaku, aktivitas fisik, tingginya kadar kolesterol darah serta diabetes melitus. Di Amerika menurut National Health and Nutrition Examination Survey (NHNES III) paling sedikit 30% pasien hipertensi tidak menyadari kondisi mereka, dan hanya 31% pasien yang diobati mencapai target tekanan darah yang diinginkan di bawah 140/90 mmhg. Pada penelitian di Amerika oleh American Hypertension Association (2006) ditemukan hanya 68% penderita hipertensi yang mengetahui penyakit tersebut, sisanya sama sekali tidak mengetahui penyakit tersebut, dan diperkirakan 30% penduduknya (kurang lebih 50 juta jiwa), menderita tekanan darah tinggi dengan persentase biaya kesehatan cukup besar setiap tahunnya. Sekitar 80% kenaikan kasus hipertensi terjadi terutama di negara-negara berkembang. 2,3 Prevalensi hipertensi di Indonesia mencapai 31,7% dari populasi usia 18 tahun ke atas, dimana jumlah itu 60% penderita mengalami penyakit jantung, gagal ginjal, pada semua umur di Indonesia (Riskesdas, 2010) sampai dengan umur 55 tahun laki-laki lebih banyak menderita hipertensi dibandingkan dengan perempuan, dari umur 55 tahun sampai dengan 74 tahun, sedikit lebih banyak perempuan dibanding laki-laki yang menderita hipertensi. Pada populasi lansia (umur 60 tahun), prevalensi untuk hipertensi sebesar 65,4%. 4 Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Nasional tahun 2007 menunjukkan prevalensi hipertensi berdasarkan pengukuran termasuk kasus yang sedang minum obat, secara nasional sebesar 28,3 %. 5 Menurut WHO, batas tekanan darah masih dianggap normal ialah <130/85 mmhg, sedangkan bila >140/90 mmhg dinyatakan sebagai hipertensi. Tekanan darah tinggi adalah suatu peningkatan tekanan darah didalam arteri. Hipertensi ini sering ditemukan pada usia lanjut. Tekanan sistolik terus meningkat sampai usia 55-60 tahun, kemudian berkurang secara perlahan dan menurun drastis. 6 Hipertensi pada dasarnya memiliki sifat yang cenderung tidak stabil dan sulit dikontrol. Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah diatas normal yang mengakibatkan peningkatan angka kesakitan (morbiditas) dan angka kematian (mortalitas). 7 Olahraga menyebabkan perubahan besar pada sistem sirkulasi dan pernapasan dimana keduanya berlangsung bersamaan sebagai respon homeostatik. Latihan olahraga yang sering digunakan pada penderita hipertensi adalah olahrga aerobik. Banyak bentuk olahraga aerobik yang dapat ditempuh oleh pasien hipertensi antara lain jogging dan senam aerobic. Olahraga teratur dapat menurunkan tekanan sistolik maupun diastolik pada orang dengan hipertensi tingkat ringan. 8,9 Latihan fisik sangat berpengaruh bagi penyandang hipertensi dalam meningkatkan imunitas tubuh setelah latihan teratur, mengatur kadar glukosa darah, mencegah kegemukan, meningkatkan sensitivitas reseptor insulin, menormalkan tekanan darah serta meningkatkan kemampuan kerja. Senam aerobik dapat membantu memperbaiki profil lemak darah, menurunkan kolesterol total, Low Density Lipoprotein (LDL), trigliserida dan menaikkan High Density Lipoprotein (HDL) serta memperbaiki sistem hemostatis dan tekanan darah. 10,11 Salah satu program pemerintah yaitu senam Prolanis (Program Pengelolahan Penyakit Kronis) merupakan bentuk latihan jasmani aerobik. Senam ini juga termasuk program pemerintah yang dijalankan oleh Badan Penyelengaraan Jaminan Sosial (BPJS). Prolanis adalah suatu sistem pelayanan kesehatan dan pendekatan proaktif yang dilaksanakan secara terinte-

Jurnal e-biomedik (ebm), Volume 4, Nomor 1, Januari-Juni 2016 grasi yang melibatkan peserta, fasilitas kesehatan dan BPJS (Badan Penyelenggaraan Jaminan Sosial) Kesehatan dalam rangka pemeliharan kesehatan bagi peserta yang menyandang penyakit kronis untuk mencapai kualitas hidup yang optimal dengan biaya pelayanan kesehatan yang efektif dan efisien. 12 Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh program Prolanis yang dijalankan oleh BPJS khususnya Senam Prolanis terhadap penyandang hipertensi. METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini ialah eksperimental lapangan dengan pre-post group design. Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2015 - Desember 2015 di Klinik Husada Sario Manado. Pengambilan sampel dilakukan dengan purposive sampling pada lansia yang didiagnosis hipertensi di Klinik Husada. Kriteria inkulsi penelitian ini ialah pasien berumur 40 tahun ke atas penyandang hipertensi yang bersedia ikut dalam penelitian serta menandatangani informed conset. Responden yang memenuhi kriteria inklusi, dikumpulkan untuk diberikan penjelasan tentang Senam Prolanis. Sebelum latihan senam dilakukan pemeriksaan tekanan darah. Responden dibagi dua kelompok yaitu 2 kali/seminggu dan 3 kali/seminggu selama 4 minggu melakukan latihan senam dalam waktu 30 menit. Setelah diberikan latihan selama 4 minggu, tekanan darah responden diperiksa lagi. Data dianalisis dengan uji t berpasangan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan pengamatan. Uji statistik dijalankan dengan menggunakan perangkat lunak SPSS (Statistical Program For Social Science) versi 22,0 HASIL PENELITIAN Pada penelitian ini diperoleh responden 25 orang penyandang hipertensi yang telah memenuhi kriteria inklusi (Tabel 1). Jumlah responden perempuan (76%) lebih bantak dari laki-laki (24%). Tabel 1. Distribusi frekuensi berdasarkan Jenis kelamin Jenis Kelamin Jumlah (%) Perempuan 19 76 Laki-laki 6 24 Total 25 100 Pada Tabel 2 dapat dilihat bahwa jumlah responden yang terbanyak ialah berumur 66-80 tahun (40%) dan yang paling sedikit ialah berumur 45-58 tahun (28%). Tabel 2. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Umur Umur (tahun) Jumlah (%) 45 58 60 65 66 80 7 8 10 28 32 40 Total 25 100 Pada Tabel 3 dapat dilihat berdasarkan jenis kelamin frekuensi latihan 3 kali/minggu dalam penelitian menunjukan yang berjenis kelamin perempuan (68,75%) lebih banyak daripada yang berjenis kelamin laki-laki (31,25%). Tabel 3. Distribusi Frekuensi latihan 3 kali/minggu penelitian berdasarkan jenis kelamin Jenis Kelamin Jumlah (%) P 11 68,75 L 5 31,25 Total 16 100 Pada Tabel 4 dapat dilihat berdasarkan jenis kelamin frekuensi latihan 2 kali/minggu dalam penelitian menunjukan yang berjenis kelamin perempuan (33,3%) lebih sedikit daripada yang berjenis kelamin laki-laki (66,7%). Tabel 5 memperlihatkan bahwa pada kelompok latihan 3 kali/minggu kebanyakan responden berumur 66-70 tahun (37,5%). Tabel 6 memperlihatkan bahwa pada kelompok latihan 2 kali/minggu kebanyakan responden berumur 58-68 tahun (88,88%).

Lumempouw, Wungouw, Polii: Pengaruh senam prolanis... Tabel 4. Distribusi Frekuensi latihan 2 kali/mingu penelitian berdasarkan jenis kelamin Jenis Kelamin Jumlah (%) P 3 33,3 L 6 66,7 Total 9 100 Tabel 5. Distribusi Frekuensi latihan 3 kali/minggu penelitian berdasarkan umur Umur Jumlah (%) (tahun) 45-56 5 31,25 56-66 5 31,25 66-70 6 37,5 Total 16 100 Tabel 6. Distribusi Frekuensi latihan 2 kali/minggu penelitian berdasarkan umur Umur Jumlah (%) 58-68 8 88,88 69-79 1 11,12 Total 9 100 Tabel 7 memperlihatkan pada kelompok latihan 2 kali/minggu dengan tekanan darah sistolik sebelum latihan 142 mmhg terjadi penurunan sesudah latihan menjadi 132 mmhg; dan tekanan darah diastolik sebelum latihan yaitu 87 mmhg mengalami juga penurunan sesudah latihan menjadi 81 mmhg. Tabel 7. Kelompok Latihan 2 kali/minggu ( Sistolik dan Diastolik Sebelum dan Sesudah Latihan ) Sistolik (mmhg) Diastolik (mmhg) Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah 142 132 87 81 Tabel 8 memperlihatkan bahwa pada kelompok latihan 3 kali/minggu dengan tekanan darah sistolik sebelum latihan yaitu 146 mmhg terjadi penurunan sesudah latihan menjadi 123 mmhg; dan tekanan darah diastolik sebelum latihan yaitu 88 mmhg mengalami juga penurunan sesudah latihan menjadi 81 mmhg. Tabel 8. Kelompok Latihan 3 kali/minggu ( Sistolik dan Diastolik Sebelum dan Sesudah Latihan ) Sistolik (mmhg) Diastolik (mmhg) Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah 146 123 88 81 Hasil uji statistik pada kedua kelompok latihan yaitu kelompok latihan 2 kali/minggu dan 3 kali/minggu untuk perbandingan rerata tekanan darah sistolik awal dan akhir serta tekanan darah diastolik awal dan akhir maka perlu dilakukan pengujian kenormalan data dengan hasil uji tidak menyebar normal (Sig <0,05); oleh sebab itu dilakukan uji perbedaan yaitu uji Wilcoxon signed ranks pada masingmasing kelompok latihan (Tabel 9 dan Tabel 10). Tabel 9. Hasil uji kelompok latihan 2 kali/minggu Sistolik akhir - Sistolik awal Diastolik akhir - Diastolik awal Z Asymp Sig. (1-tailed) -2.762 b.003-2.887 b.002 Tabel 10. Hasil uji kelompok latihan 3 kali/minggu Sistolik akhir - Sistolik awal Diastolik akhir- Diastolik awal Z Asymp Sig. (1-tailed) -3.585 b.000-3.416 b..000 Tabel 9 dan Tabel 10 memperlihatkan

Jurnal e-biomedik (ebm), Volume 4, Nomor 1, Januari-Juni 2016 terdapat perbedaan bermakna antara tekanan darah sistolik awal dan akhir pada latihan 2 kali/minggu (p = 0,003 < α = 0,001); terdapat perbedaan bermakna antara tekanan darah diastolik awal dan akhir pada latihan 2 kali/minggu (p = 0,002 <α = 0,001); terdapat perbedaan bermakna antara tekanan darah sistolik awal dan akhir pada latihan 3 kali/minggu (p = 0,000 <α = 0,001); dan terdapat perbedaan bermakna antara tekanan darah diastolik awal dan akhir (p = 0,000 <α = 0,001) BAHASAN Penelitian dilakukan terhadap 25 orang pasien hipertensi di Klinik Husada Sario Manado yang mengikuti senam Prolanis yang dibagi 2 kelompok yaitu latihan 2 kali/minggu dan 3 kali/minggu. Perlakuan berupa senam Prolanis selama 60 menit. Responden didominasi oleh jenis kelamin perempuan (76%) (Tabel 1). Umur responden berkisar 45-80 tahun terbanyak pada kisaran 66 80 tahun (40%) (Tabel 2). Tabel 7 dan Tabel 8 memperlihatkan bahwa pada kelompok latihan 2 kali/minggu dan 3 kali/minggu didapatkan penurunan baik tekanan darah sistolik maupun tekanan darah diastolik setelah latihan. Hasil penelitian ini serupa dengan penelitian oleh Rismayanthi 13 yang mendapatkan perbedaan bermakna tekanan darah diastolik pada penderita hipertensi stadium sedang sebelum dan sesudah melakukan senam aerobic. Rerata yang diperoleh tekanan darah diastolik sebelum perlakuan sebesar 103,733 dan rerata tekanan darah diastolik sesudah perlakuan sebesar 99,300. Dengan demikian dapat dikatakan, bahwa terjadi penurunan bermakna dari tekanan darah sesudah perlakuan senam aerobic low impact pada penderita hipertensi stadium sedang. Hasil uji statistik pada kedua kelompok latihan yaitu latihan kelompok 2 kali/minggu dan 3 kali/minggu untuk perbandingan rerata tekanan darah sistolik awal dan akhir latihan serta tekanan darah diastolik awal dan akhir latihan perlu dilakukan pengujian kenormalan. Oleh karena hasil uji tidak menyebar normal, maka dilakukan uji perbedaan Wilcoxon signed ranks pada masing-masing kelompok latihan (Tabel 9 dan Tabel 10). Berdasarkan Tabel 9 pada kelompok latihan 2 kali/minggu terdapat perbedaan bermakna antara tekanan darah sistolik awal dan akhir latihan (p = 0,003 < α = 0,001) dan terdapat perbedaan bermakna antara tekanan darah diastolik awal dan akhir latihan (p = 0,002 <α = 0,001). Berdasarkan Tabel 10 pada kelompok latihan 3 kali/minggu terdapat perbedaan bermakna antara tekanan darah sistolik awal dan akhir latihan (p = 0,000 <α = 0,001) dan terdapat perbedaan bermakna antara tekanan darah diastolik awal dan akhir latihan (p = 0,000 <α = 0,001). Hal ini menunjukkan bahwa pada kedua kelompok latihan terdapat perbedaan bermakna tekanan darah sistolik dan diastolik antara sebelum dan sesudah latihan. Dengan demikian senam Prolanis terbukti lebih efektif pada kelompok latihan 3 kali/minggu. Latihan olahraga yang dilakukan agar dapat berpengaruh terhadap efisiensi kerja jantung. Sebaiknya latihan berada pada intensitas sedang yaitu denyut jantung 150-170/menit. Intesitas sedang 70-80% dari kapasitas aerobik maksimal. Intesitas latihan adalah lamanya yang dilakukan, khususnya latihan yang bersifat aerobik dan intesitas latihan yang paling penting harus dipenuhi. Frekuensi latihannya 3-5 kali seminggu dengan lama latihan 20-60 menit sekali latihan. Latihan olahraga dapat menyebabkan dilatasi pembuluh-pembuluh darah sehingga tekanan darah menurun. Orang yang melakukan latihan 3 kali seminggu akan mengalami peningkatan daya tahan kardiorespirasi dan latihan olahraga secara teratur bisa menurunkan resiko penyakit jantung. 13,14 Rismayanthi 13 mendapatkan bahwa olahraga aerobik terutama bermanfaat untuk meningkatkan dan mempertahankan kesehatan dan daya tahan jantung, paru, peredaran darah, otot-otot, dan sendi-sendi. Senam aerobic low impact mempunyai pengaruh besar terhadap tubuh, khususnya terhadap daya tahan paru dan jantung.

Lumempouw, Wungouw, Polii: Pengaruh senam prolanis... Latihan fisik sangat berpengaruh bagi penderita hipertensi untuk meningkatkan imunitas dalam tubuh setelah latihan teratur, meregulasi kadar glukosa darah, mencegah kegemukan, meningkatkan sensitivitas reseptor insulin, menormalkan tekanan darah serta meningkatkan kemampuan kerja. Senam aerobik dapat membantu memperbaiki profil lemak darah, menurunkan kolesterol total, Low Density Lipoprotein (LDL), trigliserida dan menaikan High Density Lipoprotein (HDL) serta memperbaiki sistem hemostatis dan tekanan darah. 11,14,15 SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian pada 25 subyek yang diberi perlakuan senam Prolanis dapat disimpulkan bahwa pada kedua kelompok latihan terdapat penurunan bermakna tekanan darah sistolik dan diastolik setelah senam Prolanis selama 4 minggu berturut-turut. DAFTAR PUSTAKA 1. Armilawaty, Amalia H, Amirudin R. Hipertensi dan Faktor Resikonya dalam kajian Epidemiologi. Makassar: Bagian Epidemiologi FKM UNHAS, 2007. 2. American Hypertension Association. Alternative Treatments Hypertension. Available form: http:// healthlibrary. epnet. com/print. 2006 3. Barnason. S, Zimmerman, Nieveen J. Effectiveness of Community Health Workers in the Care of People with Hypertension. Am J Prev Med. 2007 4. Riskesdas. Laporan Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI, 2010 5. Riskesdas. Laporan Riset Kesehatan Dasar Tahun. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI, 2007 6. World Health Organization. Global Recommendations on Physical Activity for Health. Switzerland, 2010. 7. Kamus Kedokteran Dorland (31st ed). Jakarta: EGC, 2010. 8. Ridjab DA. Pengaruh Aktifitas fisik terhadap. Jurnal Kedokteran Atmajaya. 2005;4(2):73 9. Puji I. Heru S, Agus S. Pengaruh Senam aerobik. Media Ners. 2007;1(2):49-99. 10. Caspersen C, Powell K, Christenson G. Physical activity, exercise, and physical fitness: Definitions and distinctions for health-related research. Public Health Rep. 1985; 100:126-31. 11. Diabetes Melitus Tipe 2 dan Hipertensi (diakses 5 Oktober 2015) 12. Rismayanthi C. Pengaruh Latihan Senam Jantung Indonesia Terhadap Penurunan pada Penderita Hipertensi [Tesis]. Yogyakarta: Pps IK UNY, 2009. 13. Kusmana D. Olahraga Untuk Orang Sehat dan Penderita Penyakit Jantung. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006. 14. Kusmana D. Olahraga Bagi Kesehatan Jantung. Jakarta: Fakultas Kedokteraan Universitas Indonesia, 2002.