Bab I PENDAHULUAN. Konsep corporate governance telah menjadi topik pembicaraan dan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Setelah Indonesia dan negara-negara di Asia Timur lainnya mengalami krisis

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan dipandang sebagai sekumpulan kontrak antara manajer perusahaan dan

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan dengan negara-negara lain, baik di dunia, dikawasan Asia,

1 Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN UKDW. maka para investor atau pemilik perusahaan menyerahkan pengelolaan

BAB 1 PENDAHULUAN. Adanya pemisahaan antara fungsi kepemilikan (ownership) dan fungsi

BAB 1 PENDAHULUAN. diterapkannya good corporate governance di Indonesia merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. (Jensen dan Mekling, 1976). Asumsi dasar dalam teori keagenan (agency

BAB I PENDAHULUAN. melimpahkan kepada pihak lain yaitu manajer sehingga menyebabkan

PENDAHULUAN. perusahaan yang ditransaksikan di bursa untuk perusahaan yang sudah go public. Dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kondisi perusahaan dicerminkan dari Laporan Keuangan yang telah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Menurut teori keagenan (agency theory), adanya pemisahan antara

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Manajer diharapkan menggunakan resources yang ada sematamata

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan dari suatu perusahaan adalah mensejahterahkan kepentingan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam teori keagenan (agency theory), hubungan agensi muncul ketika

BAB I PENDAHULUAN. Pengaruh family..., Maydeliana Ayub..., FE UI, 2008

BAB I PENDAHULUAN. yaitu mengenai struktur kepemilikan, struktur modal, corporate

PENGARUH MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP AGENCY COST PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. kepemilikan yang berbeda dengan perusahaan-perusahaan di Eropa atau

BAB I PENDAHULUAN. persaingan bisnis yang semakin ketat. Kinerja perusahaan, terutama perusahaan yang

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perusahaan bertujuan untuk memaksimalkan kesejahteraan pemilik

BAB I. Pendahuluan. perusahaan Indonesia mulai menunjukkan perbaikan dilihat dari nilai indek

BAB I PENDAHULUAN. pemegang saham. Manajer mempunyai kewajiban untuk memaksimumkan. kepentingan untuk memaksimumkan kesejahteraan mereka.

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan tekanan persaingan di antara pemain pasar yang ada dan new entrants,

I. PENDAHULUAN. Tata kelola suatu perusahaan atau yang dikenal dengan istilah corporate

BAB І PENDAHULUAN. Pengelolaan Perusahaan lazimnya bertujuan untuk memakmurkan pemiliknya

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan melalui implementasi keputusan keuangan yang terdiri dari

BAB I PENDAHULUAN. saham, dengan pembagian dividen atau perolehan capital gain (Mahfoedz. dan Naim, 1996 dalam Purbandari, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masalah keuangan merupakan salah satu masalah yang sangat vital bagi

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Perusahaan yang pada awalnya dikelola langsung oleh pemiliknya,

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. (pemilik modal) dan agen (pihak yang mengelola perusahaan) dalam bentuk

BAB I PENDAHULUAN. semakin maju membuat para pelaku ekonomi semakin mudah dalam mendapatkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indikator penting dalam menilai kemajuan perekonomian suatu negara adalah

BAB I PENDAHULUAN. dimana satu atau lebih orang (prinsipal) memerintah orang lain (agen) untuk. agen membuat keputusan yang terbaik bagi prinsipal.

BAB 1 PENDAHULUAN. kredibilitas yang dijunjung tinggi, mempunyai kualitas bagus dan harus bisa

BAB I PENDAHULUAN. Corporate governance merupakan suatu sistem yang mengatur dan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. memiliki sebuah perusahaan go public. Semakin tinggi nilai perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. yang popular. Alasan Corporate Governancemenjadi topik yang popular adalah,

BAB I PENDAHULUAN UKDW. perusahaan. Dalam perusahaan sering kita dengar istilah principle dan agency.

BAB I PENDAHULUAN. struktur kepemilikan dan control contestability pada perusahaan non-keuangan di

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah agensi timbul dari adanya pemisahan antara kepemilikan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. seharusnya dicapai perusahaan yang akan tercermin dari harga pasar sahamnya

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Tujuan perusahaan dalam jangka panjang adalah memaksimalkan nilai

BAB I PENDAHULUAN. Tatakelola Perusahaan ( Corporate Governance) memilki peran yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan penting pendirian suatu perusahaan adalah untuk. meningkatkan kesejahteraan pemiliknya atau pemegang saham, atau

BAB I PENDAHULUAN. yang dianggap wajar apabila ditinjau dari segi kebutuhan manusia dan

BAB I PENDAHULUAN. return atas investasinya dengan benar. Corporate governance dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. Corporate Governance mulai menjadi isu yang hangat dibicarakan sejak terbukanya

Penelitian mengenai perusahaan keluarga telah beberapa dilakukan di Amerika Serikat. Dalam (Anderson dan Reeb, 2004), perusahaan keluarga mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. yang akan dilakukan, terutama dalam memilih sumber dana yang akan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama perusahaan yang telah go public adalah meningkatkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Penelitian terkait hubungan antara struktur kepemilikan dengan kinerja

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Tujuan utama sebuah perusahaan adalah untuk mendapatkan laba yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kelola perusahaan yang baik (good corporate governance) dalam perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Corporate Governance diperkenalkan oleh Cadbury Committee tahun

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini semakin banyaknya perusahaan-perusahaan besar yang

Perusahaan dalam membiayai kegiatan operasional dan berbagai. perencanaan usaha tentu akan memerlukan dana yang relatif besar.

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan membuat persaingan di dunia usaha semakin ketat. Pada era

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. keberlangsungan kegiatan operasionalnya Astuti (2014). sendiri. Banyak perusahaan yang sukses dan berkembang akibat dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah keuangan perusahaan dapat terjadi dengan berbagai penyebab,

BAB 1 PENDAHULUAN. keputusan oleh para investor dan kreditor (Haruman, 2008). Brigham dan Borolla (2011) dalam Bernandhi (2013).

BAB I PENDAHULUAN. Djemat, dan Soembodo (2003) juga menemukan bahwa rata-rata sebanyak

BAB I PENDAHULUAN. saham (Brigham dan Gapenski 1996). Semakin tinggi nilai perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi persepsi investor terhadap perusahaan. Adanya. menarik lebih banyak investor asing maupun investor dalam negeri.

BAB 1 PENDAHULUAN. mencapai angka tetinggi yaitu 70,8% (Kompas, 21 Desember 1998).

BAB I PENDAHULUAN. Pemegang saham perusahaan dan manajemen merupakan pihak-pihak yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. (principal) dan manajemen (agent). Kondisi ini menimbulkan potensi terjadinya

BAB I PENDAHULUAN. Tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate Governance, GCG) telah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Struktur modal yang optimal merupakan keputusan keuangan yang penting karena mempengaruhi kinerja dan nilai

BAB 1 PENDAHULUAN. antara manajer ( agent) sebagai pengelola dengan pemegang saham ( principal)

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dalam jangka panjang adalah mengoptimalkan nilai perusahaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Adanya penelitian yang telah dilakukan sebelum penelitian ini dibahas,

BAB 1 PENDAHULUAN. yang bekerja untuk mencapai tujuan. Tujuan utama perusahaan adalah

BAB I PENDAHULUAN. tidak. Bagi perusahaan yang terdaftar di pemerintah, mereka mempunyai badan usaha

BAB I PENDAHULUAN. Kinerja perusahaan merupakan suatu gambaran tentang kondisi keuangan suatu

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama dari setiap perusahaan adalah meningkatkan nilai perusahaannya

BAB I PENDAHULUAN. salah satu faktor yang menentukan nilai perusahaan. Sejak Modigliani dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. pemberian wewenang oleh pemegang saham kepada manajer untuk bekerja demi

BAB I PENDAHULUAN. dipicu oleh fenomena gagal bayar subprime mortgage bertransformasi menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu indikator yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja

BAB I PENDAHULUAN. tuntutan terhadap good corporate governance semakin meningkat. Banyak. dikarenakan lemahnya corporate governance (Wardhani, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan penting dalam pendirian perusahaan adalah untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. ini dikarenakan dengan Gross Domestic Product (GDP) Indonesia yang terus

BAB I PENDAHULUAN. itulah, pemerintah maupun investor memberikan perhatian yang lebih dalam

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, kesadaran dunia internasional mengenai dampak berbahaya

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi kapitalis mendominasi iklim perekonomian di berbagai belahan dunia, baik

BAB 1 PENDAHULUAN. Krisis moneter yang terjadi di Indonesia pada tahun membuat

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan, karena Corporate Governance merupakan tata kelola. Minow, 2001). Isu mengenai CG ini mulai mengemuka, khususnya di

BAB I PENDAHULUAN. Menghadapi persaingan bisnis yang kompetitif, perusahaan berusaha memperbaiki kinerja

Transkripsi:

Bab I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konsep corporate governance telah menjadi topik pembicaraan dan penelitian yang menarik sejak studi mengenai pengaruh struktur kepemilikan dalam pengendalian kinerja perusahaan dilakukan oleh Berle dan Means (1932) dalam Chaganti dan Damanpour (1991). Menurut Berghe dan Ridder (1999), menghubungkan kinerja perusahaan dengan corporate governance tidak mudah dilakukan. Pengaruh corporate governance terhadap kinerja perusahaan telah banyak diteliti dengan hasil yang berbeda-beda. Beberapa penelitian menunjukkan tidak ada hubungan antara corporate governance dengan kinerja perusahaan, misalnya penelitian Daily et al. (1998) dan hasil survey CBI, Deloitte serta Touche (1996) dalam Deni Darmawati (2004). Young (2003) menganalisis beberapa penelitian yang menghubungkan corporate governance dengan kinerja perusahaan, juga tidak menemukan hubungan corporate governance dengan kinerja perusahaan. Dilain pihak, Berghe dan Ridder menyatakan bahwa perusahaan yang mempunyai poor performance disebabkan poor governance. Pernyataan ini didukung oleh penelitian Gompers et al.(2003) yang menemukan hubungan positif antara indeks corporate governance dengan kinerja perusahaan jangka panjang. Menurut Kakabadse et al. (2001) perbedaan hasil penelitian tersebut disebabkan oleh beberapa hal, yaitu : 1) perspektif teoritis yang diterapkan, 2) metodologi penelitian, 3) pengukuran kinerja dan 4) perbedaan pandangan atas 1

keterlibatan dewan direksi dalam pengambilan keputusan. Walaupun penelitianpenelitian tentang hubungan corporate governance dengan kinerja perusahaan menunjukkan hasil yang berbeda, namun semuanya menyatakan bahwa corporate governance memiliki pengaruh tidak langsung terhadap kinerja perusahaan. Corporate governance merupakan serangkaian mekanisme yang dapat melindungi pihak-pihak minoritas (outsider investor/minority shareholders) dari ekspropriasi yang dilakukan oleh para manajer dan pemegang saham pengendali (insider) dengan penekanan pada mekanisme legal (Shleiver dan Vishny, 1997). Pendekatan legal dari corporate governance memiliki arti bahwa mekanisme kunci dari corporate governance adalah proteksi investor eksternal (outsider investor), baik pemegang saham maupun kreditor, melalui sistem legal, yang dapat diartikan dengan hukum dan pelaksanaannya. Lemahnya corporate governance sering disebut sebagai salah satu penyebab krisis keuangan di negara-negara di Asia (Mitton,2002 dan Johnson et al,2000). Ciri utama dari lemahnya corporate governance adalah adanya tindakan mementingkan diri sendiri di pihak para manajer perusahaan. Jika para manajer perusahaan melakukan tindakan-tindakan yang mementingkan diri sendiri dengan mengabaikan kepentingan investor, maka akan menyebabkan jatuhnya harapan para investor tentang pengembalian (return) atas investasi yang telah mereka investasikan. Beberapa penelitian juga menunjukkan bahwa penerapan corporate governance bervariasi antar satu negara dengan negara lain. Black (2001) berargumen bahwa pengaruh praktik corporate governance terhadap nilai 2

perusahaan akan lebih kuat di negara berkembang dibandingkan di negara maju. Hal tersebut dikarenakan oleh lebih bervariasinya praktik corporate governance di negara berkembang dibandingkan negara maju, yang salah satunya diakibatkan lemahnya sistem hukum yang berlaku di negara berkembang. Perekonomian modern menekankan pemisahan kepemilikan perusahaan dari manajemen dan pengelolaan perusahaan. Pemisahaan ini sejalan dengan teori keagenan (agency teori) yang menekankan pentingnya pemilik perusahaan (principal) menyerahkan pengelolahan perusahaan kepada tenaga-tenagat professional (agents) yang lebih mengerti dalam menjalankan bisnis sehari-hari. Dari berbagai riset tentang corporate governance yang dilakukan, para peneliti membedakan antara manajer-pemilik dan manajer-pengelolah serta mengkaitkan proporsi kepemilikan tersebut dengan performa perusahaan (Herman,1982; Larner,1971). Selain itu para peneliti juga meneliti efek dari proporsi kepemilikan dalam struktur, strategi dan kemampuan manajerial manajemen tingkat atas yang mengendalikan perusahaan. (Geeraets,1982; Palmer et al.,1987). Dalam penelitian yang telah dilakukan berkali-kali tentang efek dari kepemilikan secara institusional dalam struktur modal dan kinerja perusahaan, diasumsikan bahwa kepemilikan institusional secara individu maupun kelompok atau keluarga, tidak akan menggunakan kekuatan mereka dalam struktur kepemilikan tersebut untuk mencampuri keputusan manejerial perusahaan. Karena itu sangat potensial memicu terjadinya konflik kepentingan (agency problem). Penelitian mengenai corporate governance dan kinerja perusahaan telah banyak dilakukan tetapi pada umumnya penelitian itu lebih terfokus kepada 3

pengaruh corporate governance terhadap Managerial Ownership dan kinerja perusaahaan dibandingkan dengan pengaruh corporate governance terhadap capital structure dan kinerja perusahaan. Sedangkan perhatian terhadap pengaruh corporate governance terhadap capital structure berawal dari penelitian yang dilakukan Modigliani dan Miller (1958) yang mengatakan bahwa nilai perusahaan tidak dipengaruhi oleh tipe atau jenis pendanaan tertentu. Namun penelitian ini menggunakan asumsi perfect market sehingga banyak mendapat bantahan, diantaranya teori keagenan (Jensen dan Meckling, 1976), dan teori pecking order (Myers, 1984), yang membuktikan bahwa pemilihan jenis dana dengan proporsi tertentu akan mempengaruhi nilai perusahaan. Menariknya, banyak penelitian mengenai struktur modal atau struktur pendanaan difokuskan pada perusahaan swasta go public tanpa memisahkan antara family-owned dan non family-owned business. Pada umumnya penelitianpenelitian terdahulu lebih membedakan sample perusahaan berdasarkan bidang usaha perusahaan tersebut, seperti : manufakturing, perbankan, retail, jasa dll. Dalam hal ini, masih sedikit penelitian yang melihat secara detail struktur pendanaan pada perusahaan keluarga (family-owned business/fob). Berdasarkan penelitian terdahulu diyakini bahwa FOB memiliki pola pendanaan yang unik jika dibandingkan dengan perusahaan lain yang non family-owned Teori keagenan (Jensen dan Meckling, 1976) dan teori pecking order (Myers,1984) merupakan petunjuk berharga mengenai karekteristik pendanaan FOB karena beberapa penelitian menemukan keselarasan antara kedua teori tersebut dengan pola pendanaan FOB. 4

Teori keagenan mengatakan bahwa pendanaan perusahaan merupakan hasil tarik ulur dengan kepentingan berbagai pihak, seperti : pemilik, manajer, kreditur, pemasok dan stakeholder. Struktur kepemilikan yang tidak memisahkan antara pemilik dan manajer (owner-manager), mengakibatkan FOB dapat meminimalisasi agency cost dan lebih sepakat dalam pengambilan keputusan pendanaan (Sato,2001). Teori keagenan ini diperkuat penelitian Harris dan Raviv (1988) yang menemukan bahwa pendanaan FOB dengan hutang akan lebih berpengaruh signifikan terhadap kinerja perusahaan karena terciptanya pemusatan kontrol (concentrating control), dibandingkan apabila pendanaan didominasi pemegang saham yang mengakibatkan mekanisme kontrol menjadi tersebar (dispersed control). Sedangkan menurut Chaganti dan Damanpour (1991), struktur modal dan struktur pendanaan bersumber dari lembaga kepemilikan saham yang disebut Institutional Investor. Institutional Investor terdiri dari insider Institutional (seperti : family owners, corporate excetuive) dan outsider institutional (seperti: creditors atau investor lain yang berniat menginvestasikan dananya di perusahaan tersebut). Managerial ownership atau sering disebut outsider investor merupakan pemegang saham yang berasal dai dalam perusahaan seperti manajer atau owner. Harris dan Raviv (1998) menemukan bahwa dalam Family Business Owned lebih dominan terjadi concentrating control daripada dispersed control, sehingga dalam perusahaan keluarga keberadaan Managerial Ownership dibutuhkan sebagai mekanisme kontrol penerapan Good Corporate Governance. Dalam 5

penelitian ini Managerial Ownership dirumuskan sebagai variabel pemoderasi mekanisme corporate governance tersebut. Meskipun demikian, penerapan teori pecking order menjadi dianggap lebih intens pada pola pendanaan FOB karena perusahaan memiliki urutan (order) dan preferensi tertentu terhadap sumber dan jenis dana, dimana perusahaan memiliki preferensi lebih terhadap pendanaan internal dibandingkan dengan pendanaan eksternal (misalnya : hutang dan saham). Namun pilihan berdasarkan (order) tersebut bukan didasarkan kepada target rasio debt-equity tertentu, melainkan lebih disebabkan pada tingkat kebutuhan terhadap pendanaan eksternal dan minimalisasi biaya modal. Studi ini dilakukan untuk melihat pengaruh corporate governance terhadap struktur modal dan nilai perusahaan yang tercermin dari kinerja perusahaan tersebut pada perusahaan familiy business group di Indonesia. Studi ini menggunakan model yang sama dengan Chaganti dan Damanpour (1991). Menurut (Mustika,2004), salah satu penyebab bangkrutnya kebanyakan perusahaan-perusahaan di Indonesia adalah perusahaan-perusahaan tersebut dimiliki dan dikontrol oleh kepemilikan keluarga atau konglomerasi yang kurang melindungi hak-hak investor lain. Iskandar et al. (1999) menyatakan bahwa 10 besar keluarga di Indonesia memiliki lebih dari setengah kapitalisasi pasar tahun 1997 sedangkan world bank mensinyalir bahwa keluarga tersebut menguasi 67,3% perusahaan terbuka. Kepemilikan saham yang terbatas ini menjadi masalah karena menurut pengamatan La Porta et al perusahaan yang tidak peduli dengan 6

perlindungan investor adalah perusahaan yang kebanyakan menerapkan 'family control Masih sedikitnya penelitian pengaruh corporate governance terhadap capital structure dan kinerja perusahaan dibanding pengaruh corporate governance terhadap Managerial Ownership dan kinerja perusaahaan membuat peneliti tertarik untuk meneliti pengaruh corporate governance terhadap capital structure dan kinerja perusahaan dengan sample perusahaan family owned busines yang listing di BEJ. Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti mengambil judul penelitian ini dan akan menguji secara empiris PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP STRUKTUR MODAL DAN KINERJA PERUSAHAAN : STUDI EMPIRIS PADA FAMILY BUSINESS GROUP YANG TERDAFTAR DI BEJ. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka masalah yang akan diteliti dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Apakah Institusional Ownership berpengaruh terhadap struktur modal dan kinerja perusahaan? 2. Apakah Managerial Ownership berpengaruh terhadap struktur modal dan kinerja perusahaan? 3. Apakah Managerial Ownership memoderasi hubungan antara Institusional Ownership dengan struktur modal dan kinerja perusahaan? 7

1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah diatas, maka secara khusus penelitian ini bertujuan untuk : 1. Mengetahui apakah Institusional Ownership berpengaruh terhadap struktur modal dan kinerja perusahaan. 2. Mengetahui apakah Mangerial Ownership berpengaruh terhadap struktur modal dan kinerja perusahaan. 3. Mengetahui Managerial Ownership memoderasi hubungan antara Institusional Ownership dengan struktur modal dan kinerja perusahaan. 1.4 Kontribusi Penelitian Hasil dari penelitian ini diharapkan memberi manfaat bagi para pelaku pasar modal, calon investor, peneliti bidang manajemen keuangan, perusahaan dan pihak lainnya. Manfaat penelitian ini bagi masing-masing pihak, antara lain; 1. Penelitian ini diharapkan dapat membantu memahami lebih baik mengenai PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP STRUKTUR MODAL DAN KINERJA PERUSAHAAN PADA FAMILY BUSINESS GROUP YANG TERDAFTAR DI BEJ. Oleh karena itu penelitian ini menggunakan pendekatan Chaganti dan Damanpour (1991). Pendekatan ini digunakan dengan tujuan untuk mengetahui apakah argumen mereka dapat diterapkan di kondisi yang berbeda dari suatu negara, khususnya Indonesia yang memiliki karakteristik pertumbuhan dan perkembangan ekonomi yang cukup rendah. Disamping itu, dalam hal 8

penerapan corporate governance, layaknya negara berkembang, penerapan corporate governance di Indonesia lebih beragam dibanding negara maju. Berdasarkan kondisi tersebut apakah argumen tersebut dapat digunakan di Indonesia yang memiliki karakteristik yang berbeda dengan negara maju. 2. Perbedaan penelitian ini dengan Chaganti dan Damanpour (1991) adalah dalam penelitian ini peneliti mengambil sample perusahaan yang berbeda dengan Chaganti dan Damanpour (1991), dimana peneliti mengambil sampel perusahaan family owned business karena pada umumnya pada penelitian sebelumnya pemilihan sampel perusahaan lebih pada karekteristik bidang usaha perusahaan bersangkutan. Disamping itu, pola pendanaan pada family owned business diyakini lebih unik dari yang non family owned business. Perbedaan lain penelitian ini dengan Chaganti dan Damanpour (1991) adalah pada penelitian ini, peneliti lebih memilih Managerial Ownership sebagai variabel moderasi antara pengaruh corporate governance terhadap struktur modal dan kinerja perusahaan. 1.5 Batasan Penelitian Agar pembahasan terhadap objek yang akan diteliti tidak terlalu luas, maka perlu adanya fokus peneletian sehingga menjadi lebih terarah terhadap permasalahan yang ada, maka peneliti membatasi penelitian ini pada: 1. Penelitian dilakukan pada perusahaan yang listing di BEJ tahun 1998-2005. 9

2. Kategori perusahaan yang termasuk family business group berdasarkan kategorisasi family business owned yang terdapat (Sato,2001) 3. Institutional Ownership dan Managerial Ownership berdasarkan jumlah saham yang dimiliki investor. 10