Perancangan Rangkaian Pengasutan Soft Starting Pada Motor Induksi 3 Fasa Berbasis Arduino Nano

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Perancangan dan Analisis Back to Back Thyristor Untuk Regulasi Tegangan AC Satu Fasa

Perancangan Soft Starter Motor Induksi Satu Fasa dengan Metode Closed Loop Menggunakan Mikrokontroler Arduino

ANALISIS PERBANDINGAN TORSI START

DESAIN SENSORLESS (MINIMUM SENSOR) KONTROL MOTOR INDUKSI 1 FASA PADA MESIN PERONTOK PADI. Toni Putra Agus Setiawan, Hari Putranto

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. relevan dengan perangkat yang akan dirancang bangun yaitu trainer Variable Speed

Desain Sistem Kontrol Sudut Penyalaan Thyristor Komutasi Jaringan Berbasis Mikrokontroler PIC 16F877

SISTEM PENGENDALIAN MOTOR SINKRON SATU FASA BERBASIS MIKROKONTROLER

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Politeknik Negeri Sriwijaya BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SOFT STARTING DAN DYNAMIC BRAKING PADA MOTOR INDUKSI TIGA FASA MENGGUNAKAN MIKROKONTROLER AT89S51

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA PHASA

BAB II MESIN INDUKSI TIGA FASA. 2. Generator Induksi 3 fasa, yang pada umumnya disebut alternator.

ANALISIS PENGARUH JATUH TEGANGAN TERHADAP KINERJA MOTOR INDUKSI TIGA FASA ROTOR BELITAN (Aplikasi pada Laboratorium Konversi Energi Listrik FT-USU)

Gambar 1 Motor Induksi. 2 Karakteristik Arus Starting pada Motor Induksi

SINGUDA ENSIKOM VOL. 7 NO. 2/Mei 2014

BAB II DASAR TEORI. Motor asinkron atau motor induksi biasanya dikenal sebagai motor induksi

STUDI PENGARUH PERUBAHAN TEGANGAN INPUT TERHADAP KAPASITAS ANGKAT MOTOR HOISTING ( Aplikasi pada Workshop PT. Inalum )

Gambar 3.1 Wiring Diagram Direct On Line Starter (DOL)

PENGEREMAN DINAMIK PADA MOTOR INDUKSI TIGA FASA

BAB III PENGASUTAN MOTOR INDUKSI

Mekatronika Modul 7 Aktuator

Proteksi Motor Menggunakan Rele Thermal dengan Mempertimbangkan Metode Starting

PENGUJIAN PERFORMANCE MOTOR LISTRIK AC 3 FASA DENGAN DAYA 3 HP MENGGUNAKAN PEMBEBANAN GENERATOR LISTRIK

MODUL 10 DASAR KONVERSI ENERGI LISTRIK. Motor induksi

MOTOR LISTRIK 1 & 3 FASA

BAB III PERANCANGAN SISTEM

PERBANDINGAN PENGARUH TAHANAN ROTOR TIDAK SEIMBANG DAN SATU FASA ROTOR TERBUKA : SUATU ANALISIS TERHADAP EFISIENSI MOTOR INDUKSI TIGA FASA

Teknik Tenaga Listrik(FTG2J2)

Mesin AC. Motor Induksi. Dian Retno Sawitri

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Tujuan

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA PHASA

Analisis Pengaruh Perubahan Tegangan Terhadap Torsi Motor Induksi Tiga Fasa Menggunakan Simulasi Matlab

BAB II MOTOR INDUKSI 3 Ø

PRINSIP KERJA MOTOR. Motor Listrik

Generator listrik adalah sebuah alat yang memproduksi energi listrik dari sumber energi mekanik, biasanya dengan menggunakan induksi elektromagnetik.

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISA PENGARUH SATU FASA ROTOR TERBUKA TERHADAP TORSI AWAL, TORSI MAKSIMUM, DAN EFISIENSI MOTOR INDUKSI TIGA FASA

Perancangan Modul Soft Starting Motor Induksi 3 Fasa dengan Atmega 8535

BAB III PENDAHULUAN 3.1. LATAR BELAKANG

Perancangan Prototype Generator Magnet Permanen 1 Fasa Jenis Fluks Aksial pada Putaran Rendah

Pengereman Dinamik Motor Induksi 3 Fase 220V/380V

JOB SHEET MESIN LISTRIK 2. Percobaan Medan Putar dan Arah Putaran

BAB II MOTOR INDUKSI SATU PHASA. Motor induksi adalah motor listrik arus bolak-balik (ac) yang putaran

UNIT I MOTOR ARUS SEARAH MEDAN TERPISAH. I-1. JUDUL PERCOBAAN : Pengujian Berbeban Motor Searah Medan Terpisah a. N = N (Ia) Pada U = k If = k

SYNCHRONOUS GENERATOR. Teknik Elektro Universitas Indonesia Depok 2010

M O T O R D C. Motor arus searah (motor dc) telah ada selama lebih dari seabad. Keberadaan motor dc telah membawa perubahan besar sejak dikenalkan

PEMBUATAN TRAINER INSTALASI MOTOR 3 PHASE

BAB II LANDASAN TEORI

PERANCANGAN DYNAMIC BRAKING PADA MOTOR INDUKSI TIGA FASA BERBASIS MIKROKONTROLER ATMEGA16

BAB II LANDASAN TEORI. mobil seperti motor stater, lampu-lampu, wiper dan komponen lainnya yang

BAB II MOTOR KAPASITOR START DAN MOTOR KAPASITOR RUN. Motor induksi adalah motor listrik arus bolak-balik (ac) yang putaran rotornya

Mesin Arus Bolak Balik

Momentum, Vol. 10, No. 2, Oktober 2014, Hal ISSN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 2.1 Penampang kumparan rotor dari atas.[4] permukaan rotor, seperti pada gambar 2.2, saat berada di daerah kutub dan

BAB IV PENGUJIAN, ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB II MOTOR INDUKSI 3 FASA

Protech Vol. 6 No. 1 April Tahun

4.3 Sistem Pengendalian Motor

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA FASA

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT

Dampak Perubahan Putaran Terhadap Unjuk Kerja Motor Induksi 3 Phasa Jenis Rotor Sangkar

MODIFIKASI ALTERNATOR MOBIL MENJADI GENERATOR SINKRON 3 FASA PENGUAT LUAR 220V/380V, 50Hz. M. Rodhi Faiz, Hafit Afandi

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA PHASA

RANCANG BANGUN SOFT STARTER UNTUK MOTOR INDUKSI 3 220/380 VOLT 1KW BERBASIS MIKROKONTROLER ATMEGA 16

BAB 2II DASAR TEORI. Motor sinkron tiga fasa adalah motor listrik arus bolak-balik (AC) yang

BAB II MOTOR SINKRON. 2.1 Prinsip Kerja Motor Sinkron

Dasar Teori Generator Sinkron Tiga Fasa

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA FASA. biasanya adalah tipe tiga phasa. Motor induksi tiga phasa banyak digunakan di

MODUL 3 TEKNIK TENAGA LISTRIK PRODUKSI ENERGI LISTRIK (1)

ANALISIS MOTOR INDUKSI SATU FASA DENGAN METODE CYCLOCONVERTER BERBASIS MIKROKONTROLER AT89C51

BAB III 3 METODE PENELITIAN. Peralatan yang digunakan selama penelitian sebagai berikut : 1. Generator Sinkron tiga fasa Tipe 72SA

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT Flow Chart Perancangan dan Pembuatan Alat. Mulai. Tinjauan pustaka

PERANCANGAN PENGASUTAN BINTANG SEGITIGA DAN PENGEREMAN DINAMIK PADA MOTOR INDUKSI 3 FASA DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAMMABLE LOGIC CONTROLLER ( PLC )

Pemodelan Dinamik dan Simulasi dari Motor Induksi Tiga Fasa Berdaya Kecil

PEMODELAN STATIS DAN DINAMIS PADA MOTOR STARTING UNTUK ANALISIS STABILITAS TRANSIEN DENGAN MENGGUNAKAN SOFTWARE ETAP 7.

MESIN SINKRON ( MESIN SEREMPAK )

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

MAKALAH ANALISIS SISTEM KENDALI INDUSTRI Synchronous Motor Derives. Oleh PUSPITA AYU ARMI

BAB II DASAR TEORI. Iwan Setiawan, Wagiman, Supardi dalam tulisannya Penentuan Perpindahan

Transformator (trafo)

KATA PENGANTAR. Bandung, 9 Oktober Penulis

Pengendali Kecepatan Motor Induksi 3-Phase pada Aplikasi Industri Plastik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

STUDI PENGATURAN KECEPATAN MOTOR DC SHUNT DENGAN METODE WARD LEONARD (Aplikasi pada Laboratorium Konversi Energi Listrik FT-USU)

Pemanfaatan energi yang terbuang dari pengayuhan sepeda sebagai sumber energi untuk charger HP

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

MOTOR LISTRIK 1 FASA


BAB II MOTOR INDUKSI SATU FASA. Motor induksi adalah adalah motor listrik bolak-balik (ac) yang putaran

MODUL III SCD U-Telkom. Generator DC & AC


BAB II LANDASAN TEORI

RANGKAIAN OPTIMAL UNTUK MOTOR INDUKSI 1 FASE BERBASIS MIKROKONTROLER AT89S51 PADA APLIKASI POMPA AIR

MODUL I TRANSFORMATOR SATU FASA

PENGATURAN KECEPATAN DAN POSISI MOTOR AC 3 PHASA MENGGUNAKAN DT AVR LOW COST MICRO SYSTEM

9/10/2015. Motor Induksi

Rancang Bangun Generator Portable Fluks Aksial Magnet Permanen Jenis Neodymium (NdFeB)

BAB II MOTOR INDUKSI SEBAGAI GENERATOR (MISG)

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

Perancangan Rangkaian Pengasutan Soft Starting Pada Motor Induksi 3 Fasa Berbasis Arduino Nano Agus Saputra #1, Syukriyadin *2, Mahdi Syukri #3 # Teknik Elektro dan Komputer, Universitas Syiah Kuala Jl. Tgk Syech Abdurrauf No. 7, Banda Aceh 23111, Indonesia 1 agusputra010895@gmail.com 2 syukri_2504@unsyiah.net 3 mahdisyukri@yahoo.co.id Abstrak Motor induksi dewasa ini semakin banyak digunakan mulai dari aplikasi di rumah tangga ataupun di dunia industri. Hal ini disebabkan karena motor induksi memiliki berbagai keunggulan, diantaranya dari segi harga yang ekonomis serta konstruksinya yang sederhana. Motor induksi memiliki arus awal (Start) yang besar sekitar 5 hingga 7 kali dari arus nominal beban penuh ketika dihidupkan secara langsung [1]. Untuk mengatasi permasalahan arus awal yang besar tersebut pada penelitian ini akan dibuat rangkaian pengasutan soft starting motor induksi 3 fasa. Rangkaian soft starting ini merupakan suatu metode pengasutan dengan cara mengatur nilai tegangan yang masuk pada motor induksi dengan memanfaatkan komponen elektronika daya yaitu thyristor, dengan peyalaannya dikontrol oleh mikrokontroller Arduino Nano. Hasil dari perancangan rangkaian soft starting ini sudah mampu menurunkan arus start dari metode DOL yaitu sebesar 1.45 A saat motor tanpa beban dan 2.64 A saat motor berbeban menjadi 0,77 A saat tanpa beban dan 1.75 saat berbeban. Kata Kunci Motor Induksi, Arus Start, Soft Starting, Thyristor, Arduino Nano. I. PENDAHULUAN Pemanfaatan motor induksi saat ini semakin banyak digunakan mulai dari aplikasi di rumah tangga maupun di dunia industri. Hal ini disebabkan karena motor induksi memiliki beberapa keunggulan, diantaranya dari segi harga yang ekonomis serta konstruksinya yang sederhana. Dibalik keunggulannya motor induksi memiliki kekurangan yaitu pada arus awal (Start) yang besar sekitar 5 hingga 7 kali dari arus nominal beban penuh ketika dihidupkan secara langsung atau lebih dikenal dengan metode pengasutan Direct On Line (DOL) [1]. Arus awal (Start) yang besar dari motor induksi dapat mengakibatkan penurunan (drop) tegangan, hal ini tidak diharapkan terutama dengan motor berkapasitas besar yang terdapat di industri. Pada motor dengan daya diatas 30 kw arus awal yang besar tersebut dapat mengakibatkan penurunan tegangan pada saluran, sehingga dapat mengganggu sistem kerja dari peralatan lain dalam saluran yang sama. Dalam mengurangi arus awal yang besar dari motor induksi diperlukan suatu metode pengasutan seperti pengasutan wye-delta, auto trafo, primary resistor dan Soft Starting [1]. Soft starting merupakan suatu metode pengasutan dengan cara mengatur nilai tegangan yang masuk pada motor induksi. Pengaturan tegangan dilakukan dengan memanfaatkan komponen elektronika daya yaitu thyristor yang pengontrolannya dilakukan oleh mikrokontroller Arduino Nano [2]. Penelitian yang telah dilakukan sebelumnya yaitu perancangan soft start untuk pengasutan motor induksi 1 fasa, hasilnya mampu menurunkan arus pengasutan hingga 2 kali arus nominal saat tanpa beban dan 3 kali untuk pengasutan dengan beban generator sinkron. Torsi pengasutan yang dihasilkan oleh soft start sebesar 0,023 Nm untuk pengasutan tak berbeban dan 0,43 Nm untuk pengasutan dengan beban generator sinkron [3]. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Motor Induksi 3 Fasa Motor induksi merupakan mesin listrik yang dapat merubah energi listrik menjadi energi mekanik dengan memanfaatkan listrik arus bolak-balik (AC) sebagai sumbernya. Motor induksi tiga fasa memiliki dua komponen dasar yaitu stator dan rotor, bagian rotor dipisahkan dengan bagian stator oleh celah udara (air gap) [4]. Bentuk secara umum dari motor induksi dapat dilihat pada gambar 1. Gambar 1 Bentuk umum motor induksi [5] Tipe dari motor induksi berdasarkan pada jenis rotor dibagi menjadi dua macam yaitu Wound rotor (tipe motor yang memiliki rotor terbuat dari lilitan) dan Squirrel-cage rotor yaitu konstruksi rotor disusun oleh beberapa batangan logam yang dimasukkan melewati slot-slot yang ada pada rotor motor induksi, kemudian pada setiap bagian disatukan oleh cincin yang membuat batangan logam dihubung singkat Vol.2 No.4 2017 45 @2017 kitektro

dengan batangan logam yang lain. Motor ini bekerja berdasarkan induksi elektromagnetik dari stator ke rotor, dimana arus pada rotor yaitu merupakan arus yang terinduksi akibat adanya perbedaan relatif antara putaran rotor dengan medan putar (Rotating Magneting Field) yang dihasilkan oleh arus stator [4]. Motor induksi juga disebut motor tak serempak (a synchronous) dikarenakan putaran rotor tidak sama dengan putaran medan fluks magnet pada stator, dengan kata lain putaran rotor dengan putaran fluks magnet terdapat selisih putaran yang disebut slip [1]. Prinsip kerja motor induksi 3 fasa apabila sumber tegangan 3 fasa dialirkan pada kumparan stator, maka akan timbul medan putar dengan kecepatan tertentu. Besarnya kecepatan tersebut dapat dihitung menggunakan persamaan 1 berikut: n s = 120f P (1) B. Soft Starting Soft starting merupakan salah satu metode pengasutan pada motor induksi 3 fasa, dengan memanfaatkan komponen elektronika daya thyristor yang dipasang secara anti parallel untuk mengatur besarnya tegangan yang masuk pada motor. Prisip kerja metode ini pertama-tama motor diberikan tegangan yang rendah sehingga arus dan torsipun juga rendah. Pada level ini motor hanya sekedar berputar perlahan dan tidak menimbulkan kejutan. Selanjutnya tegangan akan dinaikan secara bertahap sampai pada tegangan nominal dan motor juga akan berputar dengan kecepatan nominalnya [3]. Metode ini menjadi solusi tingginya nilai arus saat pengasutan motor induksi dan merupakan metode dengan nilai arus pengasutan yang rendah [6]. Berikut dapat dilihat bentuk fisik soft starting dan single line diagram rangkaian Soft Starting motor induksi 3 fasa pada gambar 2. Dimana : n s = Kecepatan sinkron (rpm) f = Frekuensi sumber (Hz) P = Jumlah kutub Medan putar pada stator akan memotong batang konduktor pada rotor sehingga pada kumparan rotor timbul tegangan induksi (GGL Induksi). Karena kumparan rotor merupakan rangkaian tertutup, maka akan mengalir arus (I). Kawat penghantar (kumparan rotor) yang dialiri arus yang berada dalam medan magnet akan menimbulkan gaya (F) pada rotor. Bila kopel mula yang dihasilkan oleh gaya (F) pada rotor cukup besar untuk memikul kopel beban, maka rotor akan berputar searah dengan medan putar stator. Tegangan induksi akan timbul karena terpotongnya batang konduktor (rotor) oleh medan putar stator. Artinya agar tegangan terinduksi diperlukan adanya perbedaan relatif antara kecepatan medan putar stator (n s) dan kecepatan putar rotor (n r) [3]. Perbedaan kecepatan antara n r dan n s disebut slip (S) dinyatakan dengan persamaan berikut: S = n s n r n s 100% (2) Dimana: S = Slip n s = Kecepatan medan putar stator = Kecepatan putar rotor n r Gambar 2 Bentuk fisik dan single line diagram rangkaian Soft Starting [7] C. Thyristor Thyristor merupakan komponen elektronika daya yang terdiri dari empat lapisan semikonduktor pnpn (yaitu sambungan 3 p-n). Komponen ini memiliki tiga kaki terminal, yaitu anoda (A), katoda (K) dan 1 terminal sebagai pengendali yang disebut Gate (G). Thyristor biasanya difungsikan sebagai switch atau pengendali pada rangkaian elektronika daya yang menggunakan tegangan dan arus menengah sampai tinggi. Kemampuan dalam mengalirkan arus yang tinggi tersebut hanya membutuhkan mili Ampere sinyal picu untuk pengoperasian. Beberapa aplikasi thyristor di rangkaian elektronika yaitu pada rangkaian lampu dimmer, rangkaian logika, rangkaian osilator, rangkaian chopper, rangkaian pengendali kecepatan motor, rangkaian Inverter, rangkaian timer dan masih banyak penggunaan pada rangkaian lainnya [8]. Struktur serta simbol thyristor dapat dilihat pada gambar 3. Vol.2 No.4 2017 46 @2017 kitektro

3 Phase AC Thyristor MI 3 Fasa Zero Crossing Detector Arduino Trigger Thyristor Gambar 3 Struktur dan simbol thyristor [10] D. Arduino Nano Arduino Nano adalah papan pengembangan (development board) mikrokontroler yang berbasis chip ATmega328P dengan bentuk yang sangat mungil. Secara fungsi tidak ada bedanya dengan Arduino Uno. Perbedaan utama terletak pada ketiadaan jack power DC dan penggunaan konektor Mini-B USB. Disebut sebagai papan pengembangan karena board ini memang berfungsi sebagai arena prototyping sirkuit mikrokontroller. Dengan menggunakan papan pengembangan, anda akan lebih mudah merangkai rangkaian elektronika mikrokontroller dibanding jika anda memulai merakit ATMega328 dari awal di breadboard [9]. Berikut dapat dilihat bentuk Arduino Nano pada gambar 4. Gambar 5 Blok diagram rangkaian soft starting A. Rangkaian Zero Crossing Detector Rangkaian zero crossing detector (ZCD) merupakan rangkaian pendektesi titik nol yang berfungsi sebagai acuan dari pemberian sinyal pada gate thyristor. pada penelitian ini sumber yang digunakan adalah tegangan 3 fasa sehingga dirancang 3 unit rangkaian yaitu untuk mendeteksi titik nol ditiap fasa. Berikut dapat dilihat rangkaian ZCD pada gambar 6. Gambar 4 Modul Arduino Nano [9] III. METODE PENELITIAN Perancangan keseluruhan sistem soft starting dibagi menjadi 4 bagian, yaitu perancangan rangkaian daya, perancangan rangkaian zero crossing detector, perancangan pembangkit sinyal penyalaan thyristor, serta perancangan software pada Arduino Nano. Adapun blok diagram rangkaian keseluruhan soft starting dapat dilihat pada gambar 5. Gambar 6 Rangkaian zero crossing detector B. Perancangan Rangkaian Daya Rangkaian daya dirancang untuk menjalankan motor induksi 3 fasa dalam keadaan terhubung dengan thyristor. Pada saat proses pengasutan sudah mencapai tegangan minimum maka koneksi dari sumber ke thyristor diputuskan dan tegangan akan masuk ke motor melalui kontaktor. Rangkaian daya soft starting dapat dilihat pada gambar 7. Vol.2 No.4 2017 47 @2017 kitektro

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan dibahas mengenai hasil pengujian atas perancangan rangkaian soft starting yang telah dibuat. Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui apakah alat yang dibuat sudah berjalan dengan baik seperti yang direncanakan ataupun belum. Kesesuaian sistem dengan perencanaan dapat dilihat dari hasil-hasil yang dicapai pada pengujian sistem. Pengujian juga bertujuan untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan dari sistem yang telah dibuat. Bentuk fisik rangkaian soft starting yang telah dibuat dapat dilihat pada gambar 9. Gambar 7 Rangkaian daya motor induksi 3 fasa C. Perancangan Rangkaian Trigger Thyristor Dalam perancangan ini, Arduino Nano digunakan sebagai sumber dan pengontrol sinyal yang berfungsi sebagai trigger pada thyristor. Sebanyak 3 buah Arduino Nano digunakan pada penelitian ini dengan masing-masing arduino sebagai pengontrol sinyal trigger ditiap fasa. Besarnya sudut penyalaan pada thyristor diatur menggunakan potensiometer. Bentuk rangkaiannya dapat dilihat pada gambar 8. Gambar 9 Bentuk fisik soft starting A. Pengujian Zero Crossing Detector Sinyal keluaran yang dihasilkan dari rangkaian zero crossing detector (ZCD) merupakan pulsa periodik yang aktif setiap 10 ms. Tujuan pengujian rangkaian ini adalah untuk mengetahui/melihat sinyal gelombang keluaran dari rangkaian zero crossing detector yang akan digunakan sebagai input pada mikrokontroller sebagai referensi/acuan untuk memulai proses awal pemberian arus gate pada thyristor. Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan aplikasi Proteus 8.6. Berikut hasil pengujian rangkaian ZCD dapat dilihat pada gambar 10. Gambar 8 Rangkaian sinyal trigger pada thyristor (a) Fasa R Vol.2 No.4 2017 48 @2017 kitektro

(d) Delay = 0 ms (b) Fasa S Gambar 11 Bentuk gelombang tegangan output rangkaian daya soft starting Dari gambar 11a-11d dapat dilihat bahwa gelombang tegangan output yang dihasilkan dari rangkaian daya pada penelitian ini sudah seperti yang diharapkan, yaitu terlihat dari bentuk gelombang yang dapat dikontrol saat variasi delay waktu penyalaan thyristor dilakukan. Pengujian yang dilakukan dengan motor induksi ini bentuk gelombangnya tidak sepenuhnya sinusiodal. Meskipun demikian hal tersebut tidak begitu berpengaruh dari tujuan penelitian, yaitu rangkaian ini masih dapat mengontrol tegangan input 3 fasa. Selain melihat bentuk gelombang, pada pengujian ini juga dilakukan pengukuran tegangan dan arus dari output rangkaian daya soft starting. Hasil pengujian yang dilakukan pada motor induksi saat motor dalam kondisi tanpa beban dan berbeban dapat dilihat pada tabel 1 dan 2. TABEL I PENGUKURAN TEGANGAN DAN ARUS PADA MOTOR TANPA BEBAN (c) Fasa T Gambar 10 Hasil pengujian rangkaian ZCD B. Pengujian Pada Motor Induksi 3 fasa Pengujian terakhir pada rangkaian soft starting ini dilakukan dengan menghubungkan rangkaian pada motor induksi 3 fasa. Pada pengujian ini akan dilihat bentuk gelombang, nilai tegangan dan nilai arus yang diperoleh dari pengontrolan tegangan pada rangkaian soft starting. Hasil pengujian rangkaian daya dapat dilihat pada gambar 11. No Waktu Operasi (s) Delay (ms) Tegangan (V) RS ST TR Arus Fasa R (A) 1 1 8 29 32,3 29,6 0,15 2 2 8 29 32,2 29,6 0,16 3 3 6 172 175 174 0,38 4 4 6 172 175 174 0,58 5 5 4 327 328,5 325,5 0,77 6 6 4 327 328,5 325,5 0.63 7 7 2 372 364 368,9 0.32 8 8 2 372 364 368,9 0,30 9 9 0 342 358 356 0,36 10 10 0 342 358 356 0,33 11 11-395 397,3 386,5 0.21 (a) Delay = 8 ms (b) Delay = 6 ms (c) Delay = 4 ms (d) Delay = 2 ms Vol.2 No.4 2017 49 @2017 kitektro

TABEL II PENGUKURAN TEGANGAN DAN ARUS PADA MOTOR BERBEBAN No Waktu Operasi (s) Delay (ms) Tegangan (V) RS ST TR Arus Fasa R (A) 1 1 8 24 28 24,9 0,17 2 2 8 24 28 24,9 0,30 3 3 6 143 139 138,2 0,48 4 4 6 143 139 138,2 1,08 5 5 4 306,1 306,1 304,4 1,34 6 6 4 306,1 306,1 304,4 1,75 7 7 2 370,5 370,5 368,3 0.51 8 8 2 370,5 370,5 368,3 0,34 9 9 0 346 356 367,3 0,41 10 10 0 346 356 367,3 0,36 11 11-395 397,3 386,5 0.27 (b) Arus Gambar 12 Grafik tegangan dan arus pada motor tanpa beban Data hasil pengujian yang telah diperoleh dari pengukuran arus serta tegangan yang terdapat pada tabel 1 dan 2 dapat dilihat nilai tegangan dan arus pada saat motor tanpa beban dan berbeban. Delay penyalaan thyristor diberikan dari 8 kemudian diturunkan menjadi delay 6, delay 4, delay 2 dan delay 0 dalam rentang waktu penurunan tiap delay adalah 2 detik sehingga untuk proses keseluruhan pengujian rangkaian daya soft starting yaitu selama 10 detik. Setelah 10 detik waktu pengoperasian menggunakan rangkaian soft starting pada waktu operasi 11 detik motor sudah terhubung langsung dengan sumber tegangan 3 fasa, sehingga motor saat tersebut sudah bekerja dengan arus nominalnya. Lonjakan arus tertinggi pada pengujian rangkaian soft starting ini adalah 0,77 A saat motor tanpa beban dan 1,74 A saat motor berbeban, kemudian saat dibandingkan dengan pengoperasian dengan metode DOL, maka diperoleh arus sebesar 1.45 A saat motor tanpa beban dan 2,64 A saat motor berbeban. Dari perbandingan tersebut dapat disimpulkan bahwa rangkaian soft starting ini sudah mampu untuk menurunkan arus pengasutan motor induksi 3 fasa. Dari data hasil pengukuran pada tabel 1 dan 2 maka untuk mempermudah perbandingan antara pengukuran yang telah dilakukan dapat dilihat grafik pada gambar 12 saat motor tanpa beban dan pada gambar 13 saat motor berbeban. (a) Tegangan (a) Tegangan (b) Arus Gambar 13 Grafik tegangan dan arus pada motor berbeban Setelah melakukan pengujian rangkaian daya ini dapat dilihat bahwa rangkaian soft starting yang telah dibuat ini sudah mampu mengontrol tegangan yang masuk pada motor induksi 3 fasa secara bertahap sehingga arus start yang dihasilkan menjadi kecil. V. KESIMPULAN Hasil pengujian dari rangkaian soft starting yang telah dibuat ini sudah berhasil untuk mengontrol tegangan sumber 3 fasa, dengan pengujian yang telah dilakukan pada motor induksi 3 fasa. Tujuan rangkaian soft starting untuk memperkecil arus pengasutan pada motor induksi 3 fasa sudah berhasil Vol.2 No.4 2017 50 @2017 kitektro

dilakukan, yaitu diperoleh lonjakan arus tertinggi saat starting pada motor tanpa beban sebesar 0.77 A, adapun saat motor berbeban sebesar 1.75 A, dengan membandingkan saat motor dioperasikan secara langsung (DOL) maka nilai arusnya adalah 1.45 A saat tanpa beban dan 2.64 A saat berbeban. REFERENSI [1] F. Rozi., Pengujian Karateristik Pengasutan Motor Induksi 3 Fasa Rotor Sangkar enggunakan Metode Soft Starting, Skripsi, Universitas Bengkulu, Bengkulu, indonesia, 2014. [2] A. Sugiharto, Soft Starting dan Dynamic Braking Pada Motor Induksi Tiga Fasa Menggunakan Mikrokontroler AT89S51, Skripsi, Universitas Bengkulu, Bengkulu, Indonesia, 2014. [3] A. Primatama., Perancangan Soft Starter Motor Induksi Satu Fasa dengan Metode Closed Loop Menggunakan Mikrokontroler Arduino, Jurnal Mahasiswa TEUB, Vol 1, No. 2, pp. 1 3, 2013. [4] Y.R. Fauzi, Perancangan Soft Starting Pada Motor Induksi 3 Fasa Menggunakan Mikrokontroler ATmega328, Skripsi, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya, Indonesia, 2017. [5] M.M. Abboud, Simulation of 3ph induction motor in Matlab with Direct and Soft starting methods, Linnaeus University, Växjö, Swedia, 2015. [6] R. Ardiansyah, Perancangan Soft Starting Pada Motor Induksi Tiga Phase Menggunakan Mikrokontroller ATMEGA328, Jurnal Dielektrika, Vol. 2, No. 2, pp. 91-96, Agustus 2015 [7] Softstarter Handbook 1SFC132060M0201, ABB, 2010. [8] Zuhal, Dasar Tenaga Listrik dan Elektronika Daya, Gramedia, 1995. [9] (2017)The Ecadio website.[online]. Available: http://ecadio.com/mengenal-dan-belajararduino-nano. [10] M.H. Rashid, Power Electronics Circuits, Devices, And Applications, Third Edition, Pearson Education International, 2004. Vol.2 No.4 2017 51 @2017 kitektro