III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Bahan Penelitian 3.1.1 Ternak Penelitian Ternak yang dijadikan objek percobaan adalah puyuh betina yang berumur 2 minggu. Puyuh diberi 5 perlakuan dan 5 ulangan dengan 4 ekor puyuh setiap perlakuan dengan bobot badan relatif sama dengan koefisien variasi 8,8%. Total puyuh yang dipelihara sebanyak 100 ekor. Masa adaptasi puyuh selama 1 minggu, dan selanjutnya diberi perlakuan selama 40 hari. 3.1.2 Timbal Timbal yang digunakan untuk penelitian yaitu Pb-asetat yang dicampurkan ke dalam air minum dengan konsentrasi yang ditetapkan yaitu 100 ppm diberikan secara ad-libitum. 3.1.3 Kitosan Kitosan merupakan produk deasetilasi kitin melalui reaksi kimia ataupun biokimia. Kitosan yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu berupa kitosan dari BATAN. Perlakuan yang diberikan dengan cara sebagai berikut : P0 : Tanpa Pemberian Kitosan P1 : Pemberian Kitosan dengan konsentrasi 50 ppm dalam ransum P2 : Pemberian Kitosan dengan konsentrasi 100 ppm dalam ransum P3 : Pemberian Kitosan dengan konsentrasi 150 ppm dalam ransum P4 : Pemberian Kitosan dengan konsentrasi 200 ppm dalam ransum
32 3.1.4 Bahan yang Digunakan dalam Penelitian Bahan analisis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu : 1. Ginjal puyuh 2. Daging puyuh 3. Pb-Asetat 4. Kitosan 5. Asam nitrat 6. Asam sulfat 7. Asam klorida 3.1.5 Kandang dan Perlengkapan Kandang yang digunakan dalam penelitian ini yaitu jenis kandang koloni atau cages. Kerangka terbuat dari kayu, dan dinding nya terbuat dari ram kawat (bagian alas, sisi dan penyekat). Ukuran kandang yaitu 55cmx40cmx50cm, dengan papan kayu di bagian bawahnya untuk tempat penampung kotoran puyuh. Setiap kandang diberikan nomor sesuai dengan perlakuan tujuannya agar memudahkan dalam pencatatan dan penelitian. 3.1.6 Peralatan yang Digunakan Peralatan peralatan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu : 1. Plastik penutup kandang 2. Tempat pakan dan minum 3. Wing Tag untuk menandai setiap ternak percobaan 4. Label untuk menandai setiap kandang percobaan 5. Enlenmeyer untuk pencampuran kitosan
33 6. Gelas ukur untuk mengukur kitosan 7. Termometer mix max untuk mengukur suhu di dalam kandang 8. Pengukur kelembaban untuk mengontrol kelembaban di dalam kandang 9. Pipet tetes sebagai media pengambilan kitosan dari dalam botol 10. Lampu sebagai penghangat kandang 11. Pisau 12. Gunting 13. Cawan 14. Hot plate 15. Penjepit besi 16. Vial 17. Satu unit Atomic Absorption Spechtrophometry (AAS) 18. Oven 3.1.7 Ransum Penelitian Ransum yang akan diberikan pada puyuh betina fase grower berbentuk crumble yang dibeli dari PT. Charoen Pokphand Indonesia Tbk, dengan komposisi bahan pakan tersebut terdiri dari jagung, dedak, bungkil kedelai, bungkil kelapa, tepung daging, tepung tulang, pecahan gandum, canola, calsium, phosphorus, vitamin, trace mineral, dan anti oksidan. Adapun Komposisi kandungan energi metabolisme dan zat zat makanan dapat dilihat pada Tabel 1.
34 Tabel 1. Kandungan Zat makanan Dalam Ransum Penelitian dan Kebutuhan Puyuh Nutrien Kandungan Ransum Penelitian * Kebutuhan Puyuh (Fase Grower) ** Kadar air Max 13 % Protein 21,5-23,8 % Min 17 Lemak Min 5,0 % Maks 7,0 % Serat Abu Max 5,0 % Max 7,0 % Maks 7,0 % Calsium Min 0,9 % 0,9-1,2 Phosfor Min 0,6 % 0,6-1 M. E 3025-3125 Kcal/kg Sumber : * PT Pokphand ** BSN (2006) SNI 01-3906-2006 Min. 2600 3.2 Metode Penelitian 3.2.1 Prosedur Kerja 1. Persiapan kandang dimulai dengan kegiatan sanitasi dan fumigasi kandang, seperti : pembersihan kandang, pengapuran dinding dan lantai, penyemprotan desinfektan. Untuk mempermudah penelitian, kandang diberi sekat sesuai dengan perlakuan. 2. Persiapan puyuh : puyuh betina yang berumur 2 minggu dimasukan kedalam kandang yang telah dipersiapkan. Puyuh fase grower yang baru datang langsung diberikan minuman mengandung vitamin untuk mengembalikan energi yang hilang selama perjalanan dan untuk mencegah stres, pemberian vitamin dilakukan selama 4 hari sebelum perlakuan.
35 3. Pemberian ransum : ransum diberikan sebanyak 2 kali dalam sehari, yaitu pagi pada pukul 07.00 dan sore pukul 15.00 WIB. 4. Tahap penelitian : ternak penelitian yang digunakan yaitu puyuh betina fase grower yang berumur 2 minggu, yang diberikan Pb asetat dalam air minum dengan konsentrasi 100 ppm, dan diberikan kitosan dengan konsentrasi yang telah disesuaikan berdasarkan rancangan perlakuan dan dilakukan selama 40 hari. 5. Tahapan pengambilan sampel : puyuh yang telah diberi perlakuan berbeda-beda sesuai dengan konsentrasi yang telah ditetapkan selama 40 hari, kemudian puyuh disembelih dan dibedah untuk mengambil organ ginjal, dan sampel daging, yang selanjutnya akan dianalisis konsentrasi Ca di dalamnya. 6. Tahap analisis dilakukan sesuai dengan peubah yang diukur dilakukan di Laboratorium Nutrisi Ternak Perah Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. 3.2.2 Peubah yang Diamati Peubah yang diamati dalam penelitian ini yaitu kadar kalsium pada ginjal dan daging puyuh. Mekanisme pengamatan yang dilakukan sebagai berikut: 1. Konsentrasi kadar Ca dalam Ginjal puyuh yang terpapar Pb (ppm). Mekanisme yang dilakukan yaitu pemotongan puyuh dan pengambilan ginjal puyuh. Kemudian sampel ginjal dikeringkan menggunakan oven untuk mengetahui kadar airnya. Sampel yang sudah menjadi bahan kering diambil sebanyak 1 g, kemudian didestruksi dengan menggunakan sistem pengabuhan basah (wet ashing). Kemudian filtrat yang dihasilkan disaring menggunakan
36 kertas saring dan kemudian disimpan dalam vial selanjutnya sampel dibaca dengan menggunakan Atomic Absorption Spetophometry (AAS) untuk mengetahui kadar Ca di dalam ginjal yang telah terpapar Pb. 2. Konsentrasi kadar Ca dalam daging puyuh yang terpapar Pb (ppm). Mekanisme yang dilakukan yaitu pengambilan sampel daging puyuh, sampel dikeringkan menggunakan oven untuk mengetahui kadar air dalam daging. Sampel yang telah diketahui bahan keringnya diambil sebanyak 1 g, kemudian didestruksi dengan menggunakan sistem pengabuan basah (wet ashing). Kemudian filtrat yang dihasilkan disaring menggunakan kertas saring dan kemudian disimpan dalam vial selanjutnya sampel dibaca dengan menggunakan Atomic Absorption Spchetophometry (AAS) untuk mengetahui kadar Ca di dalam daging yang telah terpapar Pb. 3.2.3 Rancangan Penelitian dan Analisis Statistik Penelitian ini dilakukan berdasarkan metode eksperimental, menggunakan rancangan lingkungan rancangan acak lengkap (RAL), dengan 5 macam perlakuan, setiap perlakuan diulang sebanyak 5 kali. Setiap unit percobaan terdiri atas 4 ekor puyuh. Pengaruh perlakuan akan diuji menggunakan analisis ragam polinomial orthogonal dilanjutkan dengan uji Contrast orthogonal dengan menggunakan SPSS. Perlakuan terdiri : P0 = (tidak diberikan kitosan) P1 = Ransum mengandung 50 ppm kitosan P2 = Ransum mengandung 100 ppm kitosan P3 = Ransum mengandung 150 ppm kitosan
37 P4 = Ransum mengandung 200 ppm kitosan Hipotesis yang diuji: H 0 : P0 = P1 = P2 = P3 = P4 artinya tidak berbeda nyata. H 1 : P0 P1 P2 P3 P4 paling sedikit ada sepasang perlakuan yang berbeda. Kaidah keputusan: 1. Jika F hitung F tabel 0,05 artinya perlakuan tidak berpengaruh nyata (non significant), terima H 0 dan tolak H 1. 2. Jika F hitung > F tabel 0,05 artinya perlakuan berpengaruh nyata (significant), tolak H 0 dan terima H 1. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan metode ortogonal polinomial. Suatu derajat polynomial ke-n digunakan untuk mengetahui hubungan antara peubah respon Y dan peubah prediktor X diujikan sebagai berikut : Y = α + β 1 X + β 2 X 2 +. + β n X n Perhitungan untuk mendapatkan koefisien orthogonal polynomial untuk derajat polynomial pertama (linier), derajat polynomial kedua (kuadratik) dan derajat polynomial ketiga (kubik), sebagai berikut : L = a + X 1 2 Q 1 = b + cx 1 + X i 2 3 C 1 = d + ex 1 + f X 1 + X 1
38 Tabel 2. Analisis Ragam Sesuai dengan Perbandingan Polynomial Orthogonal Sumber Keragaman Derajat Bebas (db) Jumlah Kuadrat (JK) Kuadrat Tengah (KT) Statistik Uji F Perlakuan t 1 JKP KTP F Linier 1 JKP 1 KTP 1 F 1 Kuadratik 1 JKP 2 KTP 2 F 2 Kubik 1 JKP 3 KTP 3 F 3 Kuartik 1 JKP 4 KTP 4 F 4 Galat Percobaan Sisa JKG KTG Total n - 1 JKT Pengambilan keputusan dapat dilihat dari hasil pembandingan nilai statistik uji F yang telah dihitung dengan nilai kritis. Penentuan derajat polinomial didasarkan pada kontras-kontras ortogonal yang nyata, sehingga akan didapatkan hubungan fungsi respon antar perlakuan sesuai dengan derajat polinomial yang signifikan.