Antara Harapan dan Kecemasan Menyusup di Celah Sempit Pemilu 2004

dokumen-dokumen yang mirip
Antara Harapan dan Kecemasan Menyusup di Celah Sempit Pemilu 2004

Antara Harapan dan Kecemasan Menyusup di Celah Sempit Pemilu 2004

APA DAN BAGAIMANA PEMILU 2004?

BAB IV KESIMPULAN. diharapkan untuk meningkatkan kualitas politik dan kehidupan demokrasi bangsa Indonesia.

RANCANGAN PERATURAN KPU TENTANG SOSIALISASI, PENDIDIKAN PEMILIH, DAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENYELENGGARAAN PEMILIHAN UMUM

UNDANG-UNDANG NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG PEMILIHAN UMUM DPR, DPD DAN DPRD. Komisi Pemilihan umum

Pemilu 2009, Menjanjikan tetapi Mencemaskan

BAB I PENDAHULUAN. jumlah suara yang sebanyak-banyaknya, memikat hati kalangan pemilih maupun

Kronologi perubahan sistem suara terbanyak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mungkin belum sepenuhnya dimengerti dan dihayati sehingga perbincangan

SEKILAS PEMILU PARTAI POLITIK PESERTA PEMILU

I. PENDAHULUAN. Pemilihan umum (Pemilu) adalah proses pemilihan orang-orang untuk mengisi

MEKANISME DAN MASALAH-MASALAH KRUSIAL YANG DIHADAPI DALAM PEMILIHAN KEPALA DAERAH SECARA LANGSUNG. Oleh : Nurul Huda, SH Mhum

Oleh Dra. Hj. Siti Masrifah, MA (Ketua Umum DPP Perempuan Bangsa) Anggota Komisi IX DPR RI Fraksi PKB 1

DARI PABRIK KE PARLEMEN: GERAKAN BURUH INDONESIA PASCA- REFORMASI

Pemilih Pemuda, Sudah Cerdas?

BAB I PENDAHULUAN. dengan kebebasan berpendapat dan kebebasan berserikat, dianggap

Electoral Law. Electoral Process. Electoral Governance

PILEG 2014 PARTAI POLITIK PESERTA PEMILIHAN UMUM TAHUN 2014

BAB I Pastikan Pilihan Anda Adalah Peserta Pemilu dan Calon Yang Memiliki Rekam Jejak Yang Baik

MEKANISME PENYELENGGARAAN PEMILIHAN GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR JATENG DAN BUPATI DAN WAKIL BUPATI KUDUS TAHUN 2018

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB 14 PERWUJUDAN LEMBAGA DEMOKRASI YANG MAKIN KUKUH

ADVOKASI UNTUK PEMBAHASAN RUU PEMILU

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA

BAB VII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Kesimpulan. 1. Persepsi Mahasiswa Penyandang Disabilitas Tentang Aksesibilitas Pemilu

Pembaruan Parpol Lewat UU

Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di

PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. ini merupakan penjelmaan dari seluruh rakyat Indonesia. DPR dan DPRD dipilih oleh rakyat serta utusan daerah dan golongan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Penutup. Lampiran : Semua formulir di TPS dan cara pengisian Contoh sosialisasi Suara Sah Model C

DISAMPAIKAN OLEH : YUDA IRLANG, KORDINATOR ANSIPOL, ( ALIANSI MASYARAKAT SIPIL UNTUK PEREMPUAN POLITIK)

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA

Perempuan dan Pembangunan Berkelanjutan

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2018, No Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2014 tentang P

I. PENDAHULUAN. Pemilihan umum (selanjutnya disebut Pemilu) adalah sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat yang

RDPU Baleg DPR RI. 14 Juli 2010

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA

PEMANDANGAN UMUM FRAKSI KEBANGKITAN BANGSA DPR RI TERHADAP KETERANGAN PEMERINTAH TENTANG RUU PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DPR/DPRD DAN DPD

Pokok-pokok Pikiran RUU Kebudayaan, Negara dan Rakyat 1 [sebuah catatan awam] 2. Oleh Dadang Juliantara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pemuda sebagai generasi penerus bangsa idealnya mempunyai peran

URGENSI MENYEGERAKAN PEMBAHASAN RUU KITAB HUKUM PEMILU Oleh: Achmadudin Rajab * Naskah diterima: 17 Juli 2016; disetujui: 15 September 2016

BAB I PENDAHULUAN. Keterlibatan perempuan di panggung politik merupakan isu yang

Pengantar Ketua KPU. Assalamu alaikum Warahmatullah Wabarakatuh.

KOMISI PEMILIHAN UMUM,

SIARAN PERS LENGKAP Jadikan 2014 sebagai Pemilu Nasional [Untuk Memilih Presiden dan Wakil Presiden, DPR dan DPD Secara Serentak]

PEMUTAKHIRAN DATA PEMILIH UNTUK MEWUJUDKAN PEMILU 2019 YANG ADIL DAN BERINTEGRITAS

Kartu Pemantauan Legislasi Harian

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

Dibacakan oleh: Dr. Ir. Hj. Andi Yuliani Paris, M.Sc. Nomor Anggota : A-183 FRAKSI PARTAI AMANAT NASIONAL DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di

Cara Menghitung Perolehan Kursi Parpol dan. Penetapan Caleg Terpilih (3)

PERATURAN KPU TENTANG SOSIALISASI DAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMILIHAN GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR, BUPATI DAN WAKIL BUPATI, DAN/ATAU WALIKOTA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG

BAB V PENUTUP. dipilih melalui pemilihan umum. DPR memegang kekuasaan membentuk. undang-undang. Setiap rancangan undang-undang dibahas oleh DPR dan

Pemilu Serentak 2019 dan Penguatan Demokrasi Presidensial di Indonesia. Oleh Syamsuddin Haris

BAB I PENDAHULUAN. kedaulatan rakyat ini juga dicantumkan di dalam Pasal 1 butir (1) Undang-Undang

Menuju Pemilu Demokratis yang Partisipatif, Adil, dan Setara. Pusat Kajian Politik (Puskapol) FISIP Universitas Indonesia Jakarta, 16 Desember 2015

PENTINGNYA KETERWAKILAN PEREMPUAN DI LEMBAGA PENYELENGGARA PEMILU

PENGELOLAAN PARTAI POLITIK MENUJU PARTAI POLITIK YANG MODERN DAN PROFESIONAL. Muryanto Amin 1

Editor. Buku Panduan Pemantau Pemilu Buku Panduan Pemantau Pemilu 2004

-3- MEMUTUSKAN : Menetapkan: PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM TENTANG PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENYELENGGARAAN PEMILIHAN UMUM. BAB I KETENTUAN UMUM

USULAN ASOSIASI ILMU POLITIK INDONESIA (AIPI) TERHADAP RUU PEMILIHAN PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN 1

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan menurut UUD. Dalam perubahan tersebut bermakna bahwa

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

URGENSI UNDANG-UNDANG PEMILU DAN PEMANTAPAN STABILITAS POLITIK 2014

BAB II PELAKSANA PENGAWASAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG

Kajian Pelaporan Awal Dana Kampanye Partai Politik Pemilu 2014: KPU Perlu Tegas Atas Buruk Laporan Dana Kampanye Partai Politik

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 89/PUU-XIV/2016 Bilangan Pembagi Pemilihan

DAFTAR INFORMASI PUBLIK KOMISI INDEPENDEN PEMILIHAN KOTA BANDA ACEH

Kartu Pemantauan Legislasi Harian

I. PENDAHULUAN. memberikan kebebasan kepada masyarakat untuk menyatakan pendapat

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT,

Penanggung Jawab Pembuatan atau Penerbitan informasi

BAB I PENDAHULUAN. sistem politik-demokratik modern. Pemilu bahkan telah menjadi salah satu

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dengan Persetujuan Bersama

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan Indonesia dari sentralistik menjadi desentralistik sesuai dengan

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor 130/PUU-VII/2009 Tentang UU Pemilu Anggota DPR, DPD & DPRD Tata cara penetapan kursi DPRD Provinsi

DEMOKRASI INDONESIA (Pemilu Sebagai Wujud Demokrasi Indonesia)

I. PENDAHULUAN. Pemilihan umum adalah suatu sarana demokrasi yang digunakan untuk memilih

PEMILIHAN UMUM. R. Herlambang Perdana Wiratraman, SH., MA. Departemen Hukum Tata Negara Fakultas Hukum Universitas Airlangga Surabaya, 6 Juni 2008

C. Tujuan Penulisan. Berikut adalah tujuan penulisan makalah pemilukada (Pemilihan Umum Kepala. Daerah).

1. Sistem Pemilu Anggota legislatif dengan sistem proporsional terbuka (vide Pasal 5 ayat (1) UU Nomor 10 Tahun 2008) tidak konsisten dengan penetapan

No. Pasal Kualifikasi Delik Unsur Tindak Pidana Sanksi Setiap orang. kehilangan hak Menyebabkan orang lain

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM,

Cara Menghitung Perolehan Kursi Parpol dan. Penetapan Caleg Terpilih (1)

BAB I PENDAHULUAN. Pilgub Jabar telah dilaksanakan pada tanggal 24 Pebruari 2013, yang

BAB III PEMBANGUNAN BIDANG POLITIK

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 35/PUU-XII/2014 Sistem Proporsional Terbuka

Memutuskan : Menetapkan : PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM MAHASISWA TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PEMILIHAN UMUM MAHASISWA. BAB I KETENTUAN UMUM

TAHAPAN PROGRAM DAN JADWAL PENYELENGGARAAN PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH KABUPATEN TUBAN TAHUN 2011 PUTARAN PERTAMA JADWAL

2012, No Mengingat membentuk Undang-Undang tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan

Transkripsi:

Antara Harapan dan Kecemasan Menyusup di Celah Sempit Pemilu 2004 Paparan untuk Sidang Para Uskup Konferensi Waligereja Indonesia Jakarta, 4 November 2003 Yanuar Nugroho yanuar-n@unisosdem.org n@unisosdem.org

Antara Harapan dan Kecemasan Menyusup di Celah Sempit Pemilu 2004 1. Pendahuluan Prolog 2. Latar Belakang Persoalan Politik 3. Pemilu 2004 : Berbagai Masalah Potensial 4. Menyusup ke Celah Sempit : Apa yang bisa dikerjakan? 5. Gereja : mengambil inisiatif? 6. Catatan akhir - Epilog

Prolog Pemilih (kebanyakan Ibu-ibu rumah tangga dengan tingkat pendidikan dan sosial rendah) belum begitu paham mengenai teknis pelaksanaan n Pemilu karena masih banyak Pemilih yang hanya mencoblos Gambar Partai saja s (walaupun masih sah), bahkan ada yang hanya mencoblos nama anggota partai saja (ini lumayan banyak, sehingga banyak yang tidak sah). Walaupun di depan TPS-TPS tersebut sudah dipasang papan pengumuman tentang cara-cara mencoblos, tetapi sepertinya mereka masih kurang mengerti (mingkin masih banyak yang buta huruf). Jadi sosialisasi i tentang teknis pelaksanaan pencoblosan masih sangat diperlukan dan sebaiknya, sebelum pelaksanaan pencoblosan tersebut dimulai, para petugas KPPS K perlu memberikan briefing sebentar sebelumnya (Cuplikan email rkristiawan@yahoo.com berisi laporan pengamatan langsung atas kegiatan Simulasi Pemilu yang diadakan oleh CETRO di Cengkareng, Minggu, 12 Oktober 2003).

Latar Belakang Politis Menurut Anda saat ini partai manakah yang paling memperdulikan kepentingan rakyat? (Diagram 13. Kepedulian Partai Politik Terhadap Kepentingan Rakyat LP3ES, pertanyaan No. 13)

Latar Belakang Politis Seandainya pemilu dilaksanakan besok, partai manakah yang akan Anda pilih? Apakah.. (Diagram 16. Perkiraan Pilihan Partai dalam Pemilu yang Akan Datang, LP3ES, pertanyaan No. 16)

Latar Belakang Politis Demokrasi dalam satu paket (1) hak rakyat untuk tahu, (2) peran pers yang bebas, (3) adanya oposisi, (4) pembuatan Undang-Undang secara terbuka, (5) pengadilan yang independen, (6) pembatasan kekuasaan presiden, (7) perlindungan atas hak minoritas dan kaum marjinal, (8) pemerintahan berdasar konstitusi, (9) pemilu yang demokratis (free and fair), (10) adanya pembagian kekuasaan, dan (11) kontrol sipil atas militer. Arti penting Pemilu 2004: satu dari sekian banyak faktor penentu masa depan hidup-bersama dalam entitas bernama Indonesia. Pemilu 1999 dipandang sebagai pemilu paling demokratis sejak kemerdekaan Indonesia. Namun prosedur demokratis ini gagal melahirkan substansi demokrasi di pemerintahan, parlemen dan berbagai peran badan publik di Indonesia.

Latar Belakang Politis Pemilu di masa Transisi: seharusnya diprioritas rioritaskan untuk memungkinkan terjadinya sirkulasi politik dengan memberi ruang politik (political( space) ) bagi kelompok-kelompok yang pada masa pemerintahan otoriter tidak memperoleh kesempatan untuk berpartisipasi penuh dalam sistim politik. Sistem proporsional terbuka (districting( districting): berpotensi merugikan kelompok masyarakat tertentu (misal. kelompok minoritas dan masyarakat terpencil yang jauh dari akses transportasi & komunikasi). UU Pemilu yang sangat kompromistis: ajang dagang sapi parpol besar untuk pemilihan presiden.

Masalah dalam Pemilu 2004 UU Pemilu gagal menjadi basis kebijakan berjalannya Pemilu yang free dan fair kerugian bagi proses partisipasi politik rakyat dan memungkinkan terjadinya berbagai manuver politik parpol, termasuk manipulasi dan money politics. Masalah substansial Pemilu 2004: reduksi Pemilu menjadi arena kompromi perebutan kekuasaan politik oleh berbagai kekuatan lama. Masalah teknikal Pemilu: dua soal mendasar, (1) UU Pemilu yang tidak fair (2) Teknis pemungutan suara yang tidak mudah bagi masyarakat awam.

Masalah dalam Pemilu 2004 UU Pemilu mengancam prinsip one person one vote one value. UU Pemilu mengurangi proporsionalitas (parpol( menengah, kecil, caleg dari kelompok minoritas dan caleg perempuan) jumlah kursi yang diperebutkan (3-12) membuka peluang bagi terbentuknya daerah pemilihan dengan kursi berjumlah kecil. Penentuan BPP UU Pemilu diskriminatif pada parpol menengah, kecil, caleg minoritas dan caleg perempuan akan lebih banyak calon pilihan parpol, bukan pilihan masyarakat. UU Pemilu melarang membagi wilayah administratif adanya daerah pemilihan yang terlalu besar utk jumlah kursi yang diperebutkan (lebih dari 12) sehingga nilai suara pemilih di daerah pemilihan tersebut lebih rendah daripada di daerah pemilihan lain.

Masalah dalam Pemilu 2004 Teknis pemungutan suara : masyarakat akan kesulitan menentukan siapa yang harus dipilih, bukan saja karena persoalan substansial, melainkan karena persoalan teknis sulitnya membaca dan memahami kertas suara. Pemantauan pemilu juga diduga akan menghadapi kendala karena ketidaksiapan teknis. Berbagai kesulitan teknis justru menjadi peluang bagi para para parpol untuk mengambil keuntungan. Problem paling menonjol adalah kampanye keliru daripada keliru dan repot mencoblos nama orang dan gambar partai, coblos saja gambar partainya.

Menyusup ke Celah Sempit Pertama, pemilihan langsung dilaksanakan dalam bentuk keterlibatan rakyat untuk melakukan pemilihan (a) Presiden dan Wakil Presiden, (b) Dewan Perwakilan Daerah, (c) Calon- calon bermutu dari partai-partai besar yang ada saat ini, dan (d) Calon-calon bermutu dari partai-partai baru peserta Pemilu 2004. Kedua, untuk pemilihan anggota DPR dan DPRD, ajak rakyat untuk mencoblos nama orang dan gambar partainya coblosan hanya pada gambar partai, meski sah, akan memperkecil peluang orang yang baik terpilih. Sementara, mencoblos hanya gambar orang akan dianggap tidak sah.

Menyusup ke Celah Sempit Ketiga, untuk pemilihan DPD, hal yang serupa juga perlu disosialisasikan. Anggota DPD ini, bila terpilih, tidak bisa direcall karena mereka tidak bertanggung jawab kepada partai, melainkan langsung kepada rakyat. Keempat, untuk pemilihan langsung Presiden dan Wapres, hal serupa dengan pemilihan DPD juga menjadi celah atau peluang bagi rakyat untuk memilih secara langsung calon yang dikehendaki. Karenanya juga perlu dilakukan sosialisasi oleh berbagai kelompok pendamping basis untuk memberikan masukan pada masyarakat secara langsung siapa pasangan capres/cawapres yang layak dipilih dan sebaliknya.

Menyusup ke Celah Sempit Implikasinya: rakyat harus tahu siapa calon dari daerahnya yang pantas untuk dipilih perlu kerjasama antar organisasi masyarakat sipil di Dati II (kabupaten/kotamadya) untuk memberitahukan kepada rakyat siapa-siapa yang sebaiknya dipilih (white( list), atau persis sebaliknya, siapa-siapa yang sebaiknya tidak dipilih (black( list) baik calon untuk duduk di DPRD II, DPRD I maupun DPR Pusat. Demikian juga untuk calon DPD dan jika perlu calon Presiden/Wapres Dengan segala niat baik, Pemilu 2004 bisa dimanfaatkan menjadi sarana pendidikan politik basis/rakyat. Secara kreatif, Pemilu 2004 adalah momentum untuk mengukur seberapa dalam dan seberapa jauh masyarakat basis sudah didampingi

Apa Inisiatif Kita? 1. Pendidikan politik bagi masyarakat luas, dengan fokus pada voter education untuk Pemilu 2004 ini. 2. Voter education diarahkan pada pemberdayaan masyarakat basis agar mampu menggunakan hak pilihnya secara kritis termasuk jika pilihan untuk tidak memilih diambil. 3. Voter education harus memampukan masyarakat basis, untuk memilih calon yang dikenal pemilih atau setidaknya, direkomendasikan oleh para pendamping basis. 4. Lakukan Politician Tracking secara aktif dengan menyebarluaskan daftar calon legislatif bermasalah (DPR Pusat, DPRD I, DPRD II, DPD) kepada masyarakat agar masyarakat tidak memilih mereka.

Apa Inisiatif Kita? 5. Mendorong (misal: terlibat, ikut memikirkan, hadir secara aktif dalam pertemuan) terjadinya aliansi partai-partai bermutu, khususnya partai-partai kecil namun bermutu baik, untuk terjadinya koalisi dengan kontrak sosial yang jelas kepada rakyat dan konstituen yang memberikan suaranya untuk koalisi partai ini. 6. Membuat komunitas-komunitas baru atau manfaatkan komunitas/kelompok yang sudah ada dalam masyarakat yang memiliki konsep-konsep riil membangun daerah dan memajukan masyarakat lokal, lintas bidang garap. 7. Terutama jika pemilu 2004 ini gagal, ajak rakyat meletakkan impian dan cita-cita baru negeri ini untuk ditindaklanjuti pada proses pemilu 2009, namun dimulai dari sekarang.

Bagaimana Memulai? 1. Reformulasi berbagai persoalan dalam bahasa yang mudah, sederhana dan dapat dimengerti kepada berbagai kelompok, khususnya pendamping masyarakat basis yang mampu menjangkau banyak orang dan menekankan pentingnya Pemilu 2004 dan implikasinya untuk hidup bersama kita. 2. Menggagas dan menjajagi berbagai kemungkinan untuk melakukan diseminasi mengenai pentingnya Pemilu 2004 untuk masa depan Indonesia dengan jalan secara aktif menyiapkan rakyat, khususnya kaum muda (termasuk pemilih pemula) dan masyarakat basis di akar-rumput rumput untuk berpartisipasi secara kritis dalam pemilu.

Bagaimana Memulai? 3. Menjalin kerja bersama (kolaborasi, ko-operasi) operasi) secara kreatif dengan berbagai kelompok yang memfokuskan diri pada isu Pemilu 2004 dengan arah membentuk, memperluas dan mengintensifkan berbagai upaya untuk memonitor pelaksanaan Pemilu 2004. 4. Menempatkan Pemilu 2004 ini dalam konteks globalisasi, otonomi daerah dan gerakan sosial. Fokusnya adalah bagaimana Pemilu 2004 mampu menjaring wakil-wakil rakyat yang duduk di berbagai badan publik untuk memperjuangkan kepentingan nasional dalam tarik-ulur berbagai kepentingan ekonomi-politik global yang digerakkan oleh motivasi pemupukan laba semata dengan mengorbankan lingkungan dan hak hidup bersama.

Epilog Bagi siapapun yang masih mempunyai harapan akan masa depan Indonesia baru yang lebih baik, dan juga ingin mengalami anak-anak yang dididik dengan benar, memiliki hutan yang kembali hijau, dan hidup damai yang penuh harapan (Manifesto Masyarakat Merdeka, Maret 2003)