DHARMMOTTAMA SATYA PRAJA PEMERINTAH KABUPATEN SEMARANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG RETRIBUSI TEMPAT KHUSUS PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEMARANG, Menimbang : a. bahwa Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Semarang Nomor 14 Tahun 1998 tentang Retribusi Tempat Khusus Parkir dipandang tidak sesuai dengan perkembangan keadaan, maka perlu ditinjau kembali; b. bahwa dalam upaya peningkatan pelayanan kepada masyarakat dibidang perparkiran serta untuk mewujudkan ketertiban, keamanan, keselamatan dan kelancaran lalu lintas, maka perlu pengaturan lebih lanjut ; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, maka dipandang perlu diatur dan ditetapkan dalam Peraturan Daerah Kabupaten Semarang tentang Retribusi Tempat Khusus Parkir; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-daerah Kabupaten Dalam Lingkungan Propinsi Jawa Tengah; 2. Undang-Undang Nomor 67 Tahun 1958 tentang Perubahan Batas-batas Wilayah Kotapraja Salatiga Dan Daerah Swatantra Tingkat II Semarang (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1958 Nomor 118, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1652); 3. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3209); 4. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1992 tentang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3480); 5. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3685) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 Tentang Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 246, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4048); 6. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3699) ; 7. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 2, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4168) ; 8. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286); 9. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355); 10. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389) ; 11. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4400); 12. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2005 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah Menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4548) ; 13. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat Dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438) ; 14. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 132, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4444) ; 15. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725) ; 16. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1976 tentang Perluasan Kotamadya Daerah Tingkat II Semarang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1976 Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3079); 17. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 1990 tentang Penyerahan Sebagian Urusan Pemerintah Dalam Bidang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan Kepada Daerah Tingkat I Dan Daerah Tingkat II (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 1990 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3410); 18. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1992 tentang Perubahan Batas Wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Salatiga Dan Kabupaten Daerah Tingkat II Semarang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 114, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3500); 19. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 1993 tentang Prasarana Dan Lalu Lintas jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1993 Nomor 63, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3529); 20. Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 119, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4139); 21. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578); 22. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi Dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/ Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737); 23. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 89, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4741); 24. Peraturan Presiden Nomor 1 Tahun 2007 tentang Pengesahan, Pengundangan Dan Penyebarluasan Peraturan Perundangundangan ; 25. Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Semarang Nomor 10 Tahun 1988 tentang Penyidik Pegawai Negeri Sipil Di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Daerah Tingkat II Semarang (Lembaran Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Semarang Tahun 1988 Nomor 17 Seri D Nomor 11); Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN SEMARANG dan BUPATI SEMARANG MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG TENTANG RETRIBUSI TEMPAT KHUSUS PARKIR. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Kabupaten Semarang. 2. Pemerintahan Daerah adalah Penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh Pemerintah Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. 3. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan Perangkat Daerah sebagai unsur
penyelenggara Pemerintahan Daerah. 4. Bupati Semarang yang selanjutnya disebut Bupati adalah Kepala Daerah Kabupaten Semarang. 5. Pejabat adalah pegawai yang diberi tugas tertentu dibidang Retribusi Daerah sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku. 6. Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disingkat SKPD adalah Perangkat Daerah pada Pemerintah Daerah selaku pengguna anggaran/ pengguna barang yang mengelola bidang perparkiran. 7. Kas Umum Daerah adalah tempat penyimpanan uang daerah yang ditentukan oleh Bupati untuk menampung seluruh penerimaan daerah dan membayar seluruh pengeluaran daerah. 8. Retribusi Jasa Usaha adalah Retribusi atas jasa yang disediakan oleh Pemerintah Daerah dengan menganut prinsip komersial karena pada dasarnya dapat pula disediakan oleh sektor swasta. 9. Retribusi Tempat Khusus Parkir yang selanjutnya disebut Retribusi adalah Retribusi atas jasa pelayanan penyediaan tempat parkir yang khusus disediakan dan dikelola oleh Pemerintah Daerah, tidak termasuk yang disediakan oleh pihak swasta. 10. Tempat Khusus Parkir adalah tempat yang secara khusus disediakan dan dikelola oleh Pemerintah Daerah yang meliputi pelataran atau lingkungan parkir, gedung parkir dan terdiri dari : a. tempat khusus parkir untuk kendaraan roda 2 (dua) ; b. tempat khusus parkir untuk kendaraan roda 4 (empat) ; c. tempat khusus parkir untuk kendaraan roda 6 (enam) ; d. tempat khusus parkir untuk kendaraan lebih dari roda 6 (enam). 11. Wajib Retribusi adalah orang pribadi atau badan yang menurut peraturan perundang-undangan Retribusi diwajibkan untuk melakukan pembayaran Retribusi, termasuk pemungut atau pemotong Retribusi tertentu. 12. Masa Retribusi adalah suatu jangka waktu tertentu yang merupakan batas waktu bagi Wajib Retribusi untuk memanfaatkan jasa dan perizinan tertentu dari Pemerintah Daerah yang bersangkutan. 13. Surat Ketetapan Retribusi Daerah yang selanjutnya disingkat SKRD adalah Surat Ketetapan Retribusi yang menentukan besarnya pokok retribusi. 14. Surat Setoran Retribusi Daerah yang selanjutnya disingkat dengan SSRD adalah Surat yang oleh Wajib Retribusi digunakan untuk melakukan pembayaran atau penyetoran retribusi yang terutang ke Kas Umum Daerah atau ke tempat pembayaran lain yang ditetapkan oleh Bupati. 15. Surat Tagihan Retribusi Daerah yang selanjutnya disingkat dengan STRD adalah Surat untuk melakukan tagihan Retribusi dan / atau sanksi administrasi berupa bunga dan / atau denda. 16. Penyidikan tindak pidana di bidang Retribusi Daerah adalah serangkaian tindakan yang dilakukan oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil, yang selanjutnya disebut Penyidik, untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tindak pidana di bidang retribusi daerah yang terjadi serta menemukan tersangkanya. 17. Penyidik adalah Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia atau Pejabat Pegawai
Negeri Sipil tertentu yang diberi wewenang khusus oleh Undang-Undang untuk melakukan penyidikan. 18. Penyidik Pegawai Negeri Sipil Daerah yang selanjutnya disingkat PPNS Daerah, adalah Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di Lingkungan Pemerintah Daerah yang diberi wewenang khusus oleh Undang-Undang untuk melakukan penyidikan atas pelanggaran Peraturan Daerah. BAB II NAMA, OBYEK DAN SUBYEK RETRIBUSI Pasal 2 Dengan nama Retribusi Tempat Khusus Parkir dipungut Retribusi atas jasa pelayanan tempat khusus parkir. Pasal 3 (1) Obyek Retribusi adalah kegiatan pemberian jasa pelayanan tempat khusus parkir yang disediakan dan dikelola oleh Pemerintah Daerah dan menganut prinsip komersial. (2) Jasa pelayanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi : a. penyediaan fasilitas tempat khusus parkir ; b. penempatan dan penataan atas kendaraan yang parkir di tempat khusus parkir ; c. penjagaan keamanan dan ketertiban tempat khusus parkir. Pasal 4 Subyek Retribusi adalah orang pribadi atau badan yang menggunakan dan / atau menikmati jasa pelayanan tempat khusus parkir. BAB III GOLONGAN RETRIBUSI Pasal 5 Retribusi Tempat Khusus Parkir digolongkan Retribusi Jasa Usaha. BAB IV
CARA MENGUKUR TINGKAT PENGGUNAAN JASA Pasal 6 Cara mengukur tingkat penggunaan jasa pelayanan tempat khusus parkir dihitung berdasarkan jenis kendaraan yang menggunakan tempat khusus parkir. BAB V PRINSIP DAN SASARAN DALAM PENETAPAN STRUKTUR DAN BESARNYA TARIF Pasal 7 Prinsip dan sasaran dalam menetapkan struktur dan besarnya tarif retribusi tempat khusus parkir adalah berdasarkan pada tujuan untuk memperoleh keuntungan yang layak. BAB VI STRUKTUR DAN BESARNYA TARIF RETRIBUSI Pasal 8 Struktur dan besarnya tarif retribusi tempat khusus parkir ditetapkan sebagai berikut : a. untuk kendaraan roda 2 (dua) sebesar Rp. 500,- (lima ratus rupiah); b. untuk kendaraan roda 4 (empat) sebesar Rp. 1.000,- (seribu rupiah); c. untuk kendaraan roda 6 (enam) sebesar Rp. 1.500,- (seribu lima ratus rupiah); d. untuk kendaraan roda lebih dari 6 (enam) sebesar Rp. 2.000,- (dua ribu rupiah). BAB VII WILAYAH PEMUNGUTAN Pasal 9 Retribusi Tempat Khusus Parkir dipungut di Wilayah Daerah. BAB VIII SAAT RETRIBUSI TERUTANG
Pasal 10 Retribusi terutang dalam masa retribusi terjadi pada saat diterbitkannya SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan. BAB IX TATA CARA PEMUNGUTAN Pasal 11 (1) Pemungutan Retribusi tidak dapat diborongkan. (2) Retribusi dipungut dengan menggunakan SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan. BAB X SANKSI ADMINISTRASI Pasal 12 (1) Dalam hal wajib retribusi tidak membayar tepat pada waktunya atau kurang membayar, dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2 % (dua persen) setiap bulan dari besarnya retribusi yang terutang yang tidak atau kurang bayar dan ditagih dengan menggunakan STRD. (2) Dalam hal sanksi administrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak dilaksanakan 2 (dua) bulan berturut-turut maka dicabut surat tugasnya sebagai wajib retribusi. BAB XI TATA CARA PEMBAYARAN Pasal 13 (1) Pembayaran retribusi wajib dilakukan secara tunai. (2) Hasil penerimaan retribusi harus disetorkan ke Kas Umum Daerah atau tempat lain yang ditunjuk oleh Bupati. (3) Apabila pembayaran retribusi dilakukan di tempat lain yang ditunjuk sebagaimana dimaksud pada ayat (2), maka hasil penerimaan Retribusi harus disetor ke Kas Umum Daerah paling lambat 1 x 24 jam.
(4) Setiap pembayaran Retribusi dicatat dalam buku penerimaan. (5) Bentuk, isi dan buku penerimaan ditetapkan oleh Bupati. BAB XII TATA CARA PENAGIHAN RETRIBUSI Pasal 14 (1) Surat teguran atau surat peringatan sebagai awal tindakan pelaksanaan penagihan Retribusi dikeluarkan 7 (tujuh) hari sejak jatuh tempo pembayaran. (2) Dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari setelah tanggal surat teguran atau surat peringatan, Wajib retribusi harus melunasi Retribusi terutang. (3) Surat teguran atau surat peringatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikeluarkan oleh pejabat yang ditunjuk. Pasal 15 Bentuk-bentuk formulir yang digunakan untuk pelaksanaan penagihan retribusi ditetapkan oleh Bupati. BAB XIII PELAKSANA DAN PENGAWASAN Pasal 16 (1) Pelaksana dari Peraturan Daerah ini dilakukan oleh SKPD. (2) Pengawasan atas pelaksanan Peraturan Daerah ini dilakukan oleh Tim yang dibentuk dengan Keputusan Bupati. BAB XIV KETENTUAN PENYIDIKAN Pasal 17 (1) Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan Pemerintah Daerah diberi wewenang khusus sebagai Penyidik untuk melakukan penyidikan tindak pidana
dibidang Retribusi Daerah, sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Hukum Acara Pidana yang berlaku. (2) Wewenang Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah: a. menerima, mencari, mengumpulkan, dan meneliti keterangan atau laporan berkenaan dengan tindak pidana dibidang Retribusi Daerah agar keterangan atau laporan tersebut menjadi lebih lengkap dan jelas ; b. meneliti, mencari dan mengumpulkan keterangan mengenai orang pribadi atau badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan tindak pidana Retribusi Daerah ; c. meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atau badan sehubungan dengan tindak pidana dibidang Retribusi Daerah ; d. memeriksa buku-buku, catatan-catatan, dan dokumen-dokumen lain berkenaan dengan tindak pidana di bidang Retribusi Daerah ; e. melakukan penggeledahan untuk mendapatkan bahan bukti pembukuan, pencatatan dan dokumen-dokumen lain serta melakukan penyitaan terhadap bahan bukti tersebut ; f. meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana dibidang Retribusi Daerah ; g. menyuruh berhenti dan / atau melarang seseorang meninggalkan ruangan atau tempat pada saat pemeriksaan berlangsung dan memeriksa identitas orang dan / atau dokumen yang dibawa sebagaimana dimaksud pada huruf e ; h. memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana Retribusi Daerah ; i. memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi ; j. menghentikan penyidikan ; k. melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan tindak pidana dibidang Retribusi Daerah menurut hukum yang bertanggung jawab. (3) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memberitahukan dimulainya penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikannya kepada Penuntut Umum melalui Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia, sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-undang Hukum Acara Pidana yang berlaku. BAB XV KETENTUAN PIDANA Pasal 18 (1) Wajib retribusi yang tidak melaksanakan kewajibannya, sehingga merugikan keuangan daerah diancam pidana kurungan paling lama 3 (tiga) bulan atau denda paling banyak 4 (empat) kali jumlah retribusi yang terutang. (2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah pelanggaran.
(3) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) juga berlaku bagi pemalsuan karcis retribusi parkir atau karcis yang tidak di porporasi. BAB XVI KETENTUAN PENUTUP Pasal 19 Hal-hal yang belum cukup diatur dalam Peraturan Daerah ini sepanjang mengenai teknis pelaksanaannya diatur lebih lanjut oleh Bupati. Pasal 20 Pada saat Peraturan Daerah ini mulai berlaku, maka Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Semarang Nomor 14 Tahun 1998 tentang Retribusi Tempat Khusus Parkir (Lembaran Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Semarang Tahun 1999 Nomor 15 Seri B Nomor 10) dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. Pasal 21 Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Semarang. Ditetapkan di Ungaran pada tanggal WAKIL BUPATI SEMARANG, SITI AMBAR FATHONAH
Diundangkan di Ungaran pada tanggal 14-08 2009 SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN SEMARANG WARNADI BERITA DAERAH KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2009 NOMOR 67.
PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG RETRIBUSI TEMPAT KHUSUS PARKIR I. UMUM Bahwa dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 Tentang Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah dan Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah, maka dipandang perlu mengatur Retribusi Tempat Khusus Parkir yang ditetapkan dalam Peraturan Daerah Kabupaten Semarang. Bahwa dalam Pasal 3 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah ditegaskan bahwa Retribusi Tempat Khusus Parkir merupakan jenis Retribusi Jasa Usaha. Bahwa sehubungan dengan perkembangan, situasi dan kondisi yang ada serta tingkat pelayanan tempat khusus parkir, maka dipandang perlu meninjau kembali Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Semarang Nomor 14 Tahun 1998 Tentang Retribusi Tempat Khusus Parkir dengan Peraturan Daerah Kabupaten Semarang. II. PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Angka 1 Angka 2 Angka 3
Angka 4 Angka 5 Angka 6 Angka 7 Angka 8 Angka 9 Lokasi atau titik tempat khusus parkir, yaitu di tempat yang khusus dimanfaatkan untuk parkir dan dikelola oleh Pemerintah Daerah, antara lain di RSUD, Puskesmas, Terminal, Pasar baik Pasar Kota (misalnya Pasar Karangjati), Pasar Wilayah, Pasar Lingkungan maupun Pasar Desa, Kantor Kecamatan, Bank, PLN, Kantor Pos dan tempat khusus parkir truk Tegalpanas. Angka 10 Angka 11 Angka 12 Angka 13
Angka 14 Angka 15 Angka 16 Angka 17 Angka 18 Pasal 2 Pasal 3 Pasal 4 Cukup jelas. Pasal 5 Cukup jelas. Pasal 6 Pasal 7 Cukup jelas.
Pasal 8 Dasar perhitungan tarif retribusi diuraikan sebagai berikut : a. berdasarkan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2997 tentang Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 Tentang Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah dan Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah ; b. Pasal ini mempunyai prinsip dan sasaran dalam penetapan tarif retribusi dengan ketentuan sebagai berikut : 1. Untuk retribusi jasa usaha ditetapkan berdasarkan tujuan untuk memperoleh keuntungan yang layak. 2. Memperhatikan ketentuan tersebut di atas, telah ditentukan rumus penentuan tarif sebagai berikut : Digunakan untuk perhitungan tarif parkir pada lokasi baru yang membutuhkan investasi atau penanaman modal sebelumnya. Misal apabila akan membangun lokasi lahan parkir baru, maka perhitungan tarifnya dengan menggunakan faktor investasi dibagi dengan umur ekonomis, rumusannya sebagai berikut : Investasi ------------------------ + Biaya Operasional + Biaya Pemeliharaan Umur Ekonomis = -------------------------------------------------------------------------------------- Keterangan : Volume Pelayanan a) Investasi merupakan besaran modal yang kita keluarkan untuk pembuatan lokasi parkir tersebut. b) Umur Ekonomis merupakan masa waktu yang memberikan harga ekonomis sampai dengan titik impas. Untuk lahan parkir tidak termasuk tanah, hanya perkerasan permukaan dan bangunannya saja. c) Biaya Operasional merupakan biaya yang dikeluarkan dalam pelaksanaan pengoperasian lahan parkir dalam satu tahun pada
semua lokasi parkir. Biaya Operasional dikeluarkan antara lain untuk : 1) membayar gaji karyawan dalam hal ini Juru Parkir ; 2) membayar gaji pengepul parkir ; 3) membayar gaji staf administrasi ; 4) membayar biaya kebersihan lokasi parkir. d) Biaya Pemeliharaan merupakan biaya yang dikeluarkan untuk melakukan pemeliharaan fasilitas parkir dalam satu tahun pada semua lokasi parkir. Biaya Pemeliharaan meliputi : 1) biaya pemeliharaan fasilitas parkir antara lain untuk pengadaan rambu dan marka parkir ; 2) biaya pemeliharaan landasan parkir antara lain untuk menambal landasan parkir yang sudah rusak dan melakukan pemotongan rumput yang sudah tinggi. e) Volume Pelayanan merupakan jumlah kendaraan yang dapat dilayani oleh suatu lahan parkir dalam satu tahun. Dengan demikian, rumusan perhitungan tarif retribusi tempat khusus parkir adalah sebagai berikut : Investasi ------------------------ + Biaya Operasional + Biaya Pemeliharaan Umur Ekonomis = -------------------------------------------------------------------------------------- Volume Pelayanan 1) kendaraan Roda 2 (dua) : a) Investasi = Rp. 420.500.000,- b) Umur Ekonomis = 5 (lima) tahun c) Biaya Operasional = Rp. 22.000.000,- / tahun d) Biaya Pemeliharaan = Rp. 18.000.000,- / tahun e) Volume Pelayanan = 250.218 (dua ratus lima puluh ribu dua ratus delapan belas) kendaraan / tahun Jadi Tarif Retribusi Tempat Khusus Parkir Roda 2 adalah : 420.500.000,- ------------------ + 22.000.000,- + 18.000.000,-
5 ------------------------------------------------------------ = Rp. 495,96 dibulatkan 250.218,- menjadi Rp. 500,- 2) kendaraan Roda 4 (empat) : a) Investasi = Rp. 200.500.000,- b) Umur Ekonomis = 5 (lima) tahun c) Biaya Operasional = Rp. 17.000.000,- / tahun d) Biaya Pemeliharaan = Rp. 18.000.000,- / tahun e) Volume Pelayanan = 80.160 (delapan puluh ribu seratus enam puluh) Kendaraan / tahun Jadi Tarif Retribusi Tempat Khusus Parkir Roda 4 adalah : 200.500.000,- ------------------ + 17.000.000,- + 18.000.000,- 5 ----------------------------------------------------------- = Rp. 936,88 dibulatkan 80.160,- menjadi Rp. 1.000,- 3) kendaraan Roda 6 (enam) : a) Investasi = Rp. 300.000.000,- b) Umur Ekonomis = 5 (lima) tahun c) Biaya Operasional = Rp. 20.000.000,- / tahun d) Biaya Pemeliharaan = Rp. 23.000.000,- / tahun e) Volume Pelayanan = 70.219 (tujuh puluh ribu dua ratus sembilan belas) Kendaraan / tahun Jadi Tarif Retribusi Tempat Khusus Parkir Roda 6 adalah : 300.000.000,- ------------------ + 20.000.000,- + 23.000.000,- 5 ----------------------------------------------------------- = Rp. 1.466,84 dibulatkan 70.219,- menjadi Rp. 1.500,- 4) kendaraan Roda lebih dari 6 (enam) :
a) Investasi = Rp. 350.000.000,- b) Umur Ekonomis = 5 (lima) tahun c) Biaya Operasional = Rp. 22.000.000,- / tahun d) Biaya Pemeliharaan = Rp. 25.000.000,- / tahun e) Volume Pelayanan = 59.880 (lima puluh sembilan ribu delapan ratus delapan puluh) Kendaraan / tahun Jadi Tarif Retribusi Tempat Khusus Parkir Roda lebih dari 6 (enam) adalah : 350.000.000,- ------------------ + 22.000.000,- + 25.000.000,- 5 ---------------------------------------------------------- = Rp. 1.953,9 dibulatkan 59.880,- menjadi Rp. 2.000,- Pasal 9 Pasal 10 Pasal 11 Pasal 12 Pasal 13 Cukup jelas. Yang dimaksud dengan dokumen lain yang dipersamakan adalah berupa karcis. Ayat (1) Yang dimaksud dengan pemungutan Retribusi tidak dapat diborongkan adalah bahwa seluruh proses kegiatan pemungutan retribusi tidak dapat diserahkan kepada Pihak Ketiga. Ayat (2) Yang dikenakan sanksi administrasi disini bukan pengguna tempat khusus parkir, tetapi pemungut retribusinya.
Pasal 14 Pasal 15 Pasal 16 Pasal 17 Pasal 18 Ayat (1) Ayat (2) Ayat (3) Ayat (1) Ayat (2) Ayat (3) Penyidik di bidang Retribusi daerah adalah Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan Pemerintah Daerah yang diangkat oleh pejabat yang berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Penyidikan tindak pidana di bidang retribusi daerah dilaksanakan menurut ketentuan yang diatur dalam Hukum Acara Pidana yang berlaku. Yang dimaksud dengan karcis tidak diporporasi adalah karcis tidak disahkan oleh SKPD yang menangani masalah retribusi.
Selain itu ketentuan ini juga berlaku bagi Petugas Parkir Liar. Pasal 19 Pasal 20 Pasal 21 TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 7