BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA EVALUASI PENANGANAN DARURAT BENCANA RAPAT KERJA NASIONAL BNPB BPBD TAHUN 2018 Yolak Dalimunthe, SE, MM Plt. Deputi Bidang Penanganan Darurat BNPB Nusa Dua - Bali, 22 Februari 2018 1
Suasana Keadaan Darurat (Khususnya Fase Tanggap Darurat) Pemerintah terkesan lambat, bingung, gagap dan putus asa; Para pihak berjalan sendiri-sendiri sesuai dengan yang diinginkan; Komentar dan berita simpang siur tanpa kendali; Masyarakat semakin panik dan pasrah; Saling Menyalahkan dan melempar tanggung jawab.
APA SEBENARNYA MANDAT KITA? SAAT PENANGANAN DARURAT BENCANA Koordinasi Komando Pelaksana Cepat Tepat Efektif Tuntas Nol Kematian Harus bersama-sama
Fakta di Lapangan 1. Kerusakan lingkungan. 2. Kurangnya investasi dalam Penanggulangan Bencana. 3. Kurangnya pemahaman masyarakat tentang kesiapan menghadapi bencana. 4. Kejadian bencana menambah tingkat kemiskinan. 5. Kepercayaan masyarakat kepada BPBD semakin meningkat. 6. Masih banyak BPBD tidak memiliki cadangan dana Penanggulangan Bencana. 7. Penggantian Pimpinan BPBD (secara cepat), masih terjadi. 8. Pengajuan Bantuan Perbaikan Darurat terlambat atau terlalu lama ke BNPB. 9. Pertanggungjawaban DSP yang tidak tepat waktu. 10. Penggunaan DSP yang tidak sesuai RAB atau terjadi perubahan RAB tapi tidak dilaporkan ke BNPB. 11. Laporan kejadian bencana yang tidak atau terlambat dilaporkan ke BNPB.
STATUS KEADAAN DARURAT BENCANA SIAGA DARURAT TANGGAP DARURAT TRANSISI DARURAT KE PEMULIHAN Di lakukan apabila terdapat ancaman yang memerlukan penanganan segera, walaupun akhirnya bencana tidak terjadi. Di lakukan sesaat setelah bencana terjadi sampai dengan kondisi masyarakat berangsur pulih. Di lakukan sejak kondisi masyarakat berangsur pulih terutama perbaikan darurat objek-objek vital yang dapat mengganggu kehidupan masyarakat.
PENETAPAN STATUS/TINGKAT BENCANA USULAN PENETAPAN STATUS/ TINGKAT BENCANA UU No 24 pasal 50 PP No 21 pasal 24 Saat status keadaan darurat bencana ditetapkan, BNPB dan BPBD mempunyai kemudahan akses Bupati/Walikota Gubernur Presiden RI MENETAPKAN STATUS/TINGKAT BENCANA Skala Kabupaten/Kota Skala Provinsi Skala Nasional KA BNPB/KALAKSA BPBD PROV/KAB/KOTA PRES/GUB/BUPATI/WALIKOTA Sesuai Menunjuk kewenangannya Pejabat menunjuk Komandan Penanganan Darurat Bencana
UU No 24 Tahun 2007 BAB I KETENTUAN UMUM butir 10 TANGGAP DARURAT Serangkaian kegiatan yang dilakukan dengan segera pada saat kejadian bencana untuk menangani dampak buruk yang ditimbulkan, yang meliputi : Kegiatan penyelamatan & evakuasi korban, harta benda, pemenuhan kebutuhan dasar, perlindungan, pengurusan pengungsi, penyelamatan, serta pemulihan prasarana & sarana.
KEMUDAHAN AKSES UU No 24 Tahun 2007 pasal 50 PP No 21 Tahun 2008 pasal 24 a. Pengerahan Sumber Daya Manusia b. Pengerahan Peralatan PP No 21 pasal 25-31 c. Pengerahan Logistik d. Imigrasi, Cukai, & Karantina e. Perizinan f. Pengadaan Barang/Jasa g. Pengelolaan & Pertanggungjawaban uang dan/atau barang i. Komando untuk memerintahkan sektor/lembaga h. Penyelamatan PP No 21 pasal 32-36 PP No 21 pasal 38 PP No 21 pasal 39-41 PP No 21 pasal 42-45 PP No 21 pasal 46 PP No 21 pasal 47-50
Permasalahan Menonjol dalam Penanganan Darurat Peningkatan kemampuan personil (Capacity Building) pusat dan daerah; Manajemen penanganan darurat; Sistem komando penanganan darurat/ SKPD (Incident Commander System); Penetapan Status Darurat (Siaga Darurat/Tanggap Darurat/Transisi Darurat ke Pemulihan); Pelayanan, perlindungan, pemenuhan kebutuhan dasar pengungsi dan/atau korban bencana; Usulan dan laporan pertanggungjawaban Dana Siap Pakai (DSP); Koordinasi antar K/L; Tindak lanjut atas temuan dalam penggunaan DSP; Politik local daerah dan mutasi pegawai BPBD
MEKANISME PEMBERIAN BANTUAN DARURAT Dlm hal sumber daya di kab/kota yg terkena bencana tdk tersedia/tdk memadai, dpt meminta bantuan ke kab/kota terdekat dng konsekuensi menanggung biaya pengerahan dan mobilisasinya. Atau dpt meminta bantuan ke provinsi (Pasal 28 PP No.21 Thn 2008) Dlm hal sumber daya di provinsi yg terkena bencana tdk tersedia/tdk memadai, dpt meminta bantuan ke provinsi terdekat dng konsekuensi menanggung biaya pengerahan dan mobilisasinya. Atau dpt meminta bantuan ke pusat (Pasal 29 PP No.21 Thn 2008) Dlm hal keterbatasan sumber daya, BNPB dpt membantu BPBD melalui pola pendampingan atas dasar permintaan BPBD atau atas inisiatif BNPB(Pasal 30 PP No.21 Thn 2008)
Usulan Permohonan Bantuan DSP BNPB 1. Surat permohonan bantuan dari Kepala Daerah kepada Kepala BNPB 2. Rekapitulasi / RAB usulan (sesuai kejadian bencana) 3. SK Kepala Daerah Penetapan Status Keadaan Darurat (Siaga Darurat / Tanggap Darurat / Transisi Darurat ke Pemulihan 4. SK Kepala Daerah Penetapan Pembentukan Pos Komando Penanganan Darurat Bencana 5. Laporan kejadian bencana 6. Dokumentasi kegiatan penanganan darurat 7. Rekomendasi dari Instansi terkait (Siaga Darurat) 8. Kajian teknis dari Instansi / Dinas terkait (perbaikan darurat) 9. Bill of Quantity (volume, harga satuan, jumlah harga) perbaikan darurat 10. Gambar rencana kerja (shop drawing) dan peta lokasi usulan bantuan perbaikan darurat 11. Jadwal pelaksanaan pekerjaan 12. Dokumen lain yang terkait
Verifikasi Perbaikan Darurat Verifikasi Administrasi Tim verifikasi perbaikan darurat memeriksa kelayakan permohonan bantuan perbaikan darurat dari pemerintah daerah atau Pemerintah (Kementerian/lembaga Verifikasi Lapangan Tim verifikasi perbaikan darurat melakukan pengecekan lapangan kelayakan usulan perbaikan darurat
Alur Verifikasi Perbaikan Darurat
Catatan Hasil Monev Bantuan DSP 1. Laporan Pertanggungjawaban DSP lambat disampaikan ke BNPB. 2. Laporan kemajuan pekerjaan fisik dan keuangan tidak dilaporkan secara berkala setiap bulan ke BNPB. 3. Dalam perencanaan (RAB dan gambar) perbaikan darurat tidak melibatkan Dinas PU melalui kajian teknis serta dalam pengawasan. 4. Dalam penggunaan dan pertanggungjawaban DSP tidak didampingi oleh BPKP (DSP lebih dari 1 milyar) atau Inspektorat Daerah (DSP dibawah 1 milyar). 5. Sisa DSP, pajak-pajak dan jasa bank yang tidak disetorkan ke Kas Negara. 6. Perubahan pekerjaan atau RAB tidak dilaporkan ke BNPB untuk mendapat persetujuan. 7. Format Surat Keputusan (SK) penetapan kedaruratan oleh Kepala Daerah tidak sesuai dengan Perka BNPB Nomor 6.A Tahun 2011. 8. Dalam penggunaan DSP dalam status siaga darurat tidak melampirkan rekomendasi atau hasil pemantauan dari instansi yang berwenang sebagai dasar penetapan SK kedaruratan oleh Kepala Daerah. 9. Dalam laporan pertanggungjawaban DSP tidak melampirkan dokumentasi/foto kegiatan petugas Posko Kedaruratan dan foto progres fisik kegiatan perbaikan darurat per prosentase kemajuan. 10. Hasil pekerjaan perbaikan darurat tidak sesuai dengan gambar dan RAB yang disetujui oleh BNPB. 11. Pembayaran per termin kepada penyedia jasa perbaikan darurat dilakukan dengan cash/tunai bukan dengan metode transfer atau cek/giro.
Tantangan 1. Faktor alam / kondisi alam (cuaca, iklim, lingkungan, kejadian bencana yang tidak bisa diprediksi). 2. Faktor manusia (populasi, perilaku, conflict of interest). 3. Pembangunan (berbasis penanggulangan bencana).
Harapan ke Depan Jadikan Institusi BPBD Provinsi/Kabupaten/Kota menjadi Institusi yang Small is Beautifull. Penanggulangan Bencana yang semakin profesional, terukur dan transparan. Kemampuan komunikasi dan Koordinasi Kepala Pelaksana BPBD yang semakin baik, sehingga fungsi komando dapat dijalankan dengan dukungan optimal semua pihak terkait. Peran Sekda sebagai Kepala BPBD Ex Officio semakin ditingkatkan. Peraturan di bidang penanganan darurat di revisi sesuai dengan kondisi di lapangan saat ini. Penanganan Darurat dilakukan dengan cepat, tepat dan optimal serta memperhatikan kearifan lokal (local wisdom). Kegiatan Perbaikan Darurat yang tercantum dengan melibatkan instansi teknis yang berwenang. BNPB dan BPBD semakin dipercaya dan dicintai masyarakat. Pendidikan dan sertifikasi pelaku penanggulangan bencana. Adanya dana cadangan penanggulangan bencana di BPBD.