Yth. 1. Sekretaris Jenderal, Inspektur Jenderal, dan Para Direktur Jenderal; 2. Para Direktur/Inspektur Wilayah/Sekretaris Direktorat Jenderal/ Sekretaris Inspektorat Jenderal/Kepala Biro/Kepala Pusat, dan Ketua Sekolah Tinggi Pertanahan Nasional; dan 3. Para Kepala Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional dan Kepala Kantor Pertanahan, di seluruh Indonesia. SURAT EDARAN NOMOR 10/SE/X/2017 TENTANG PERCEPATAN PELAKSANAAN SERTIPIKASI HAK ATAS TANAH DALAM RANGKA PEMBANGUNAN PERUMAHAN MASYARAKAT BERPENGHASILAN RENDAH 1. Umum Bahwa dalam rangka upaya percepatan penyediaan perumahan bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR), telah ditetapkan Perumahan Masyarakat Berpenghasilan Rendah sebagai aturan pelaksanaan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman. Dalam upaya mewujudkan hal tersebut, perlu kerjasama dan sinergi antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah serta antar instansi Pemerintah khususnya dalam pemberian kemudahan perizinan dan non perizinan pembangunan perumahan MBR, termasuk di dalamnya percepatan proses sertipikasi Hak atas Tanah. 2. Maksud dan Tujuan Maksud dan tujuan dari Surat Edaran ini adalah untuk memberikan kepastian hukum pelaksanaan percepatan penyediaan perumahan bagi MBR khususnya proses sertipikasi Hak atas Tanah sebagaimana di amanatkan dalam Pasal 7, Pasal 9, Pasal 12 dan Pasal 13 Perumahan Masyarakat Berpenghasilan Rendah. 3. Ruang Lingkup
- 2-3. Ruang Lingkup Ruang lingkup Surat Edaran ini meliputi ketentuan penyederhanaan persyaratan dan percepatan jangka waktu penyelesaian sertipikasi Hak atas Tanah dalam rangka pembangunan perumahan MBR sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 64 Tahun 2016 tentang Pembangunan Perumahan Masyarakat Berpenghasilan Rendah. 4. Dasar Hukum a. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1960 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2034); b. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 7, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5188); c. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3696); d. Perumahan Masyarakat Berpenghasilan Rendah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 316, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6004); e. Peraturan Presiden Nomor 17 Tahun 2015 tentang Kementerian Agraria dan Tata Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 18); f. Peraturan Presiden Nomor 20 Tahun 2015 tentang Badan Pertanahan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 21); g. Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 3 Tahun 1997 tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 8 Tahun 2012 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 3 Tahun 1997 tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah; h. Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 8 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional; i. Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 38 Tahun 2016 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional dan Kantor Pertanahan; j. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 55 Tahun 2017 tentang Pelaksanaan Perizinan dan Nonperizinan Pembangunan Perumahan Bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah di Daerah; 5. Isi
- 3-5. Isi I. Bahwa sebagai bentuk dukungan Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional dalam rangka percepatan pelaksanaan pembangunan perumahan MBR di daerah, maka untuk pelayanan di bidang pertanahan dalam rangka pembangunan perumahan MBR, Saudara wajib memedomani ketentuan dalam Perumahan Masyarakat Berpenghasilan Rendah. II. III. IV. Bahwa sesuai dengan Penjelasan Pasal 2 Peraturan Pemerintah Nomor 64 Tahun 2016, maka dengan pertimbangan telah sesuainya lokasi pembangunan Perumahan MBR dengan rencana tata ruang wilayah, untuk itu dalam penyiapan Pembangunan Perumahan MBR tidak diperlukan lagi adanya izin lokasi. Jangka waktu penyelesaian pelayanan pertanahan dalam rangka Pembangunan Perumahan MBR sesuai ketentuan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 64 Tahun 2016, diatur sebagai berikut: a. pelepasan hak, paling lama 3 (tiga) hari kerja; b. pengukuran, paling lama 14 (empat belas) hari kerja; dan c. pemberian hak dan penerbitan sertipikat, paling lama 3 (tiga) hari kerja. Untuk memenuhi ketentuan jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam romawi III, maka: a. pelayanan pertanahan dilaksanakan sekaligus meliputi pelayanan pelepasan hak, pelayanan pengukuran, pelayanan pemberian hak, dan penerbitan sertipikat; dan b. pelayanan pertanahan dilaksanakan sejak permohonan diterima di kantor pertanahan secara lengkap dan benar. V. Persyaratan pelayanan pertanahan dalam rangka Pembangunan Perumahan MBR, meliputi: a. formulir permohonan yang sudah diisi dan ditandatangani pemohon atau kuasanya bermeterai cukup, yang memuat permohonan pelepasan Hak atas Tanah, permohonan pengukuran dan permohonan penerbitan sertipikat; b. Surat Kuasa apabila dikuasakan; c. fotokopi identitas (KTP) pemohon dan kuasa apabila dikuasakan, yang telah dicocokkan dengan aslinya oleh petugas loket; d. fotokopi Tanda Daftar Perusahaan, Akta Pendirian dan Pengesahan Badan Hukum yang telah dicocokkan dengan aslinya oleh petugas loket; e. Proposal
- 4 - e. Proposal Pembangunan Perumahan MBR yang telah disahkan oleh pejabat yang berwenang, memuat paling sedikit: perencanaan dan perancangan Rumah MBR; perencanaan dan perancangan prasarana, sarana, dan utilitas umum Perumahan MBR; perolehan tanah; dan pemenuhan perizinan; dan dilengkapi dengan: 1) sertipikat tanah atau bukti kepemilikan tanah lainnya sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah; dan 2) bukti pelunasan pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan tahun terakhir, f. SPPT PBB Tahun berjalan dan bukti SSB (BPTHB); g. Bukti SSP (PPh); h. Site Plan yang telah disahkan oleh pejabat yang berwenang; dan i. surat pernyataan kesanggupan pengelolaan dan pemantauan lingkungan. VI. Untuk melaksanakan pelayanan pertanahan dalam rangka Pembangunan Perumahan MBR, perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut: 1. Perolehan Tanah Berdasarkan ketentuan dalam Pasal 9 Peraturan Pemerintah Nomor 64 Tahun 2016, maka: a. Kepala Kantor Pertanahan memfasilitasi kegiatan pelepasan Hak atas Tanah dari pemegang atau pemilik tanah kepada Badan Hukum dengan membuat surat pelepasan hak di hadapan Kepala Kantor Pertanahan; b. pelaksanaan kegiatan pelepasan Hak atas Tanah diselesaikan oleh Kantor Pertanahan paling lama 3 (tiga) hari kerja sejak permohonan diterima secara lengkap dan benar oleh Kantor Pertanahan. c. Dalam rangka pemberian Hak atas Tanah baru, maka: 1) apabila pelepasan Hak atas Tanah tidak mengubah luas dan batas-batas atas tanah, tidak perlu dilakukan pengukuran ulang oleh Kantor Pertanahan; 2) apabila terjadi perubahan luas dan batas-batas atas tanah, maka pengukuran dilakukan bersamaan dengan pengukuran bidang per bidang sesuai Site Plan. 2. Pengukuran Bidang Tanah Berdasarkan ketentuan Pasal 12 Peraturan Pemerintah Nomor 64 Tahun 2016, maka: a. pengukuran bidang tanah meliputi pengukuran dan pembuatan peta bidang tanah, blok dan kaveling yang dilakukan secara bersamaan dan dilaksanakan paling lama 14 (empat belas) hari kerja sejak permohonan diterima secara lengkap dan benar oleh Kantor Pertanahan; b. hasil
- 5 - b. hasil pengukuran bidang tanah berupa Peta Bidang Tanah keseluruhan areal perumahan (Induk Perumahan MBR), Peta Blok Perumahan, dan Peta Kaveling; dan c. dalam hal tersedia Surveyor Kadastral Berlisensi, permohonan pengukuran oleh Badan Hukum dapat langsung diajukan kepada Surveyor Kadastral Berlisensi dengan produk keluaran berupa Peta Bidang Tanah yang untuk selanjutnya dapat digunakan sebagai dokumen fisik dalam proses sertipikasi Hak atas Tanahnya sesuai ketentuan perundang-undangan. 3. Pemberian Hak dan Penerbitan Sertipikat Berdasarkan ketentuan dalam Pasal 13 Peraturan Pemerintah Nomor 64 Tahun 2016, maka: a. untuk pemberian hak dan penerbitan sertipikat induk Hak Guna Bangunan atas pembangunan Perumahan MBR dilaksanakan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang pertanahan; b. Kantor Pertanahan melakukan penyelesaian penerbitan Hak Guna Bangunan induk paling lama 3 (tiga) hari kerja sejak permohonan diterima secara lengkap dan benar oleh Kantor Pertanahan. VII. VIII. Guna efektivitas dan efisiensi percepatan pelaksanaan pembangunan rumah bagi MBR, maka kewenangan Pemberian Hak atas Tanah dalam rangka pembangunan perumahan MBR untuk melaksanakan ketentuan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 64 Tahun 2016, dilaksanakan oleh Kantor Pertanahan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Surat Edaran ini berlaku pada tanggal ditetapkan, untuk dipedomani dan dilaksanakan sebagaimana mestinya. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 19 Oktober 2017 MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL, Ttd. SOFYAN A. DJALIL