1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumber daya manusia merupakan faktor sentral dalam organisasi. Apapun bentuk dan tujuannya, organisasi dibangun berdasarkan berbagai visi untuk kepentingan manusia dan dalam implementasinya, misinya dikelola dan diurus oleh manusia juga. Jadi manusia merupakan faktor strategis dan vital dalam semua jenis kegiatan institusi atau organisasi apapun. Hal ini didukung oleh Gomez (Almigo, 2004:52) yang menyatakan bahwa sumber daya manusia memegang peranan penting dan menentukan bagi keberhasilan organisasi. Terkait dengan sumber daya manusia sebagai faktor sentral dalam organisasi, dapat kita lihat bahwa tingkat kualitas sumber daya manusia pada instansi pemerintah umumnya belum menunjukkan kinerja pelayanan publik yang memuaskan. Potret tentang sumber daya manusia di lingkungan instansi pemerintah, sedikitnya akan berpengaruh terhadap efektivitas pelayanan birokrasi yang berhubungan dengan pendidikan. Salah satu faktor pendukung keberhasilan pembangunan pendidikan adalah terselenggaranya mekanisme kerja pegawai instansi pemerintah yang bersih dan berwibawa dalam mengurus setiap masalah. Pengelolaan sumber daya manusia dalam institusi/organisasi sangat erat kaitannya dengan kepemimpinan. Kepemimpinan selalu diperlukan sebagai aktivitas untuk mempengaruhi, menggerakkan, dan mengarahkan tindakan individu atau kelompok untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Tanpa 1
2 kepemimpinan hubungan antara perseorangan dengan tujuan organisasi akan menjadi lemah. Kepemimpinan memiliki kedudukan yang sangat vital dan menentukan dalam organisasi. Pemimpin yang melaksanakan kepemimpinannya secara efektif, akan dapat menggerakkan individu/personel ke arah tujuan yang dicita-citakan. Yukl (2007:8) mendefinisikan kepemimpinan sebagai proses untuk mempengaruhi orang lain untuk memahami dan setuju dengan apa yang perlu dilakukan dan bagaimana tugas itu dilakukan secara efektif, serta proses untuk memfasilitasi upaya individu dan kolektif untuk mencapai tujuan bersama. Senada dengan itu, Wiles (1961:29), mengemukakan bahwa leadership is any contribution to the establishment and attainment of group purposes. Kepemimpinan adalah kegiatan untuk penetapan dan pencapaian tujuan bersama. Pemimpin-pemimpin dalam hal ini, tidak hanya mengandalkan kekuasaan formalnya karena adanya legitimasi dari atasan, namun ia hendaknya mempunyai wibawa yang mendatangkan respek dari para anggota/bawahan yang dipimpinnya. Setiap organisasi apapun bentuknya, memiliki kompleksitas, yang setiap saat menghadapi berbagai karakteristik anggota/personel yang dapat mengembangkan maupun melemahkan organisasi. Hal ini menjadi alasan diperlukannya orang yang tampil mengatur, memberi pengaruh, menata, mendamaikan, memberi penyejuk, dan dapat menetapkan tujuan yang tepat saat anggota tersesat atau kebingungan dalam menetapkan arah. Disinilah perlunya pemimpin yang melaksanakan kepemimpinan.
3 Pemimpin yang mempunyai integritas kepribadian, konsisten, adil, jujur, dan arif bijaksana tentunya akan dapat menciptakan iklim organsisasi yang kondusif. Kondisi semacam ini pasti akan mendorong anggota yang dipimpinnya untuk berpartisipasi secara aktif dan kreatif, bekerja keras dengan semangat tinggi, mempunyai komitmen untuk mengaktualisasikan potensi kemampuan dirinya dengan penuh tanggung jawab, bercipta, rasa, karsa, dan karya dalam menggalang tujuan bersama. Pada dasarnya, setiap organisasi mempunyai keinginan agar dapat mencapai tingkat produktivitas yang tinggi, terlepas organisasi apapun bentuk dan namanya. Organisasi profit, seperti perusahaan misalnya, berkeinginan agar dapat mencapai keuntungan yang besar, karena itu setiap pegawainya dituntut dapat bekerja secara optimal dan maksimal sehingga perusahaan mampu memproduksi barang/jasa semaksimal mungkin. Dengan kata lain perusahaan tersebut menginginkan produktivitas yang tinggi. Dan tujuan perusahaan tersebut untuk mendapatkan laba/profit yang maksimal dapat tercapai. Demikian halnya dengan institusi-institusi pemerintahan pada umumnya, Dinas Pendidikan sebagai organisasi/institusi non profit yang dimaksudkan untuk membantu dan melayani masyarakat diharapkan dapat memberikan pelayanan secara maksimal kepada masyarakat penggunanya (customer). Dalam hal ini tentunya adalah masyarakat pendidikan. Masyarakat pendidikan ini adalah orangorang yang mempunyai kepedulian dalam bidang pendidikan, yang sering disebut dengan pendidik dan tenaga kependidikan. Dalam Undang-undang RI Nomor 20
4 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab XI Pasal 39, dinyatakan bahwa: (1) Tenaga kependidikan bertugas melaksanakan administrasi, pengelolaan, pengembangan, pengawas, dan pelayanan teknis untuk menunjang proses pendidikan pada satuan pendidikan. Dijelaskan lebih lanjut bahwa tenaga kependidikan itu meliputi pengelola satuan pendidikan, penilik, pamong belajar, pengawas, peneliti, pengembang, pustakawan, laboran, dan teknisi sumber belajar. (2) Pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pemebelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi. Tenaga kependidikan sebagaimana yang telah dikemukakan di atas adalah kelompok masyarakat yang menjadi ujung tombak dan penentu keberhasilan dalam bidang pendidikan. Oleh karena itu Dinas Pendidikan sebagai lembaga pengelolanya harus mampu memberikan pelayanan secara maksimal kepada kelompok masyarakat tersebut sehingga mereka dapat melaksanakan perannya masing-masing dengan optimal. Para Pejabat Struktural di lingkungan Dinas Pendidikan sebagai pemimpin (leader) dalam lembaga/institusi tersebut dituntut mampu menggerakkan setiap pegawai agar dapat bekerja secara maksimal untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat penggunanya (customer). Dengan demikian, para pegawai tersebut dapat dikatakan mempunyai produktivitas kerja yang tinggi. Produktivitas kerja mencakup sikap mental dan perilaku pegawai yang selalu mempunyai pandangan bahwa pekerjaan yang dilaksanakan hari ini harus lebih berkualitas daripada pelaksanaan pekerjaan pada masa lalu, dan pekerjaan
5 pada saat yang akan datang lebih berkualitas daripada saat ini. Sistem kerja hari ini lebih efektif dan efisien daripada pola dan sistem kerja masa lalu, serta keluaran yang akan dicapai di waktu akan datang harus lebih berkualitas dan berkuantitas daripada keluaran saat ini. Fremont (2002:928) mendefinisikan produktivitas sebagai úkuran efisiensi dalam penggunaan sumber daya pada level masyarakat, organisasi, atau individu. Sementara itu, Muchdarsyah (2008:17) menyatakan, Produktivitas mengikutsertakan pendayagunaan secara terpadu sumber daya manusia dan keterampilan, barang modal, teknologi, manajemen, informasi, energi, dan sumber-sumber lain. Perilaku produktivitas kerja ini akan mampu mendorong pegawai untuk selalu bersifat dinamis, kreatif, inovatif, dan terbuka. Produktivitas kerja merupakan suatu hasil kerja dari seorang pegawai. Hasil kerja pegawai ini merupakan suatu proses bekerja yang dilakukan seseorang dalam menghasilkan suatu barang atau jasa. Sering terjadi produktivitas kerja pegawai yang menurun dimungkinkan karena adanya ketidaknyamanan dalam bekerja, yang disebabkan oleh kepemimpinan dan iklim organisasi yang tidak kondusif. Permasalahan mengenai produktivitas kerja merupakan permasalahan umum yang mungkin terjadi pada setiap lembaga/institusi. Permasalahanpermasalahan yang timbul mengenai produktivitas kerja tersebut merupakan suatu indikasi yang menggambarkan bahwa peranan manajemen sebagai pengelola sumber daya manusia sangat diperlukan dalam upaya meningkatkan produktivitas kerja pegawai.
6 Terkait dengan permasalahan produktivitas kerja yang dihadapi oleh lembaga/institusi, Almigo (2004:51) dalam penelitiannya menyatakan bahwa Perusahaan PT. Pupuk Sriwidjaja yang notabenenya adalah perusahaan BUMN yang mempunyai sekitar 3.492 karyawan juga tidak luput dari permasalahan dengan produktivitas kerja karyawannya. Produktivitas kerja yang merupakan kinerja pegawai, sebagai perwujudannya adalah performance appraisal atau penilaian kerja sering mengalami kendala. Kendala tersebut diantaranya berupa penilaian kerja yang tidak sesuai dengan kinerja pegawai. Pimpinan terkadang memberikan penilaian kerja yang sering didasarkan atas subjektivitas. Hal ini nantinya akan berdampak pada pengelolaan sumber daya manusia yaitu pegawai dalam institusi tersebut. Institusi akan mengalami kesulitan dalam meningkatkan kinerja pegawai yang nantinya berdampak pada produktivitas kerja. Pegawai yang produktif akan selalu menyelesaikan tugas dengan cepat dan tepat, bekerja secara kreatif dan inovatif, tekun dan tidak tergantung pada atasan, mempunyai andil yang lebih dari yang diharapkan, menetapkan standar kerja yang tinggi, percaya diri dan pantas memperoleh penghargaan, mempunyai pergaulan yang efektif dengan atasan dan teman sejawat, dapat berkomunikasi secara efektif, dan selalu memuaskan orang lain. Agar setiap pegawai dapat bekerja secara produktif, seorang pemimpin harus dapat mengelola organisasinya secara profesional. Ia harus mampu menciptakan suasana kerja yang menyenangkan, yang biasa diistilahkan dengan iklim organisasi yang kondusif. Suasana yang demikian akan dapat
7 memungkinkan para pegawai bekerja dengan nyaman, tenang, tidak terburu-buru, penuh keakraban dan saling menghargai diantara para pegawai. Hal itu sesuai dengan yang dikemukakan oleh Davis dan Newstrom (1996:22), bahwa iklim organisasi dapat mempengaruhi dan dapat pula dipengaruhi oleh motivasi dan kepuasan orang-orang yang terlibat di dalamnya. Begitu juga Johns (1988:130) melukiskan iklim organisasi berkaitan dengan hubungan sosial orang-orang yang ada dalam organisasi tersebut dan reward system yang digunakan untuk kebutuhan para pegawai. Dari uraian di atas kita dapat melihat bahwa kepemimpinan dan iklim organisasi akan mempengaruhi produktivitas para pegawai. Terkait dengan hal ini, demikian juga halnya dengan salah satu instansi pemerintah, yaitu Dinas Pendidikan Kabupaten Subang. Adanya kepemimpinan dan iklim organisasi yang kondusif sangat diperlukan dalam melaksanakan tugas sehari-hari demi tercapainya produktivitas kerja yang tinggi. Sementara itu dari pengamatan dan wawancara pendahuluan di lapangan ditemukan gejala-gejala yang menunjukkan bahwa kepemimpinan Pejabat Struktural dan iklim organisasi di lingkungan Dinas Pendidikan Kabupaten Subang belum begitu maksimal dan kondusif. Pada dasarnya kondisi ini dapat mengakibatkan pelaksanaan suatu pekerjaan/tugas menjadi terganggu, sehingga tidak dapat diselesaikan tepat pada waktunya atau dapat dikatakan bahwa tingkat produktivitas kerja pegawai belum maksimal. Terkait dengan produktivitas kerja pegawai ini, di lapangan ditemukan gejala-gejala sebagai berikut: 1) Sebagian pegawai belum dapat menyelesaikan tugas dengan cepat dan tepat;
8 2) Sebagian pegawai belum dapat bekerja secara kreatif dan inovatif; 3) Sebagian pegawai masih tergantung pada atasan dalam bekerja; 4) Sebagian pegawai belum mempunyai andil yang lebih dari yang diharapkan; 5) Sebagian pegawai belum mampu mencapai standar kerja yang tinggi; 6) Sebagian pegawai belum dapat memberikan pelayanan yang dapat memuaskan masyarakat. Berdasarkan fenomena di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Kontribusi Kepemimpinan Pejabat Struktural dan Iklim Organisasi terhadap Produktivitas Kerja Pegawai pada Kantor Dinas Pendidikan Kabupaten Subang B. Batasan Masalah Penelitian mengenai kontribusi kepemimpinan Pejabat Struktural dan iklim organisasi terhadap produktivitas kerja pegawai akan memiliki ruang lingkup yang sangat luas. Muchdarsyah (2008:64) mengelompokkan faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas kerja menjadi dua kelompok, yaitu: 1. Kelompok pertama, sedikitnya meliputi: a) Tingkat pendidikan dan keahlian; b) Jenis teknologi dan hasil produksi; c) Kondisi kerja; d) Kesehatan, kemampuan fisik dan mental. 2. Kelompok kedua, mencakup: a) Sikap (terhadap tugas) teman sejawat dan pengawas; b) Keanekaragaman tugas; c) Sistem insentif (sistem upah dan bonus); d) Kepuasan kerja; e) Keamanan kerja; f) Kepastian pekerjaan; g) Perspektif dari ambisi dan promosi.
9 Senada dengan itu, Paul Mali sebagaimana dikutip Yuniarsih & Suwatno (2008:160), menyatakan bahwa produktivitas kerja merupakan proses sinergistik, yaitu faktor-faktor yang terbentuk dari berbagai faktor secara keseluruhan. Faktor-faktor tersebut dapat dikelompokkan pada empat level atau tahap, yaitu: 1. Pada level keempat (tertinggi), yang berpengaruh terhadap produktivitas secara langsung adalah efektivitas (performance) dan efisiensi (penggunaan sumber-sumber); 2. Pada level ketiga, terdiri atas keterampilan (skill), motivasi, metode, dan biaya; 3. Pada level kedua, terdiri atas kepemimpinan (leadership), suasana/iklim (climate), insentif, jadwal kerja (schedules), struktur organisasi, teknologi, dan material; 4. Pada level pertama, terdiri atas kecakapan (ability), gaya (style), latihan (training), pengetahuan (knowledge), kondisi fisik, rekan, bentuk tugas (job design), tujuan (goal), kebijakan, standar, perlengkapan, dan kualitas. Dari pendapat di atas dapat dipahami, bahwa produktivitas kerja pegawai dipengaruhi oleh faktor yang berasal dari dalam diri individu (internal) dan faktor yang berasal dari luar individu (eksternal). Faktor internal tersebut meliputi: pendidikan, motivasi dan kepuasan kerjasama, komitmen terhadap pekerjaan yang diembannya. Adapun faktor eksternalnya antara lain; fasilitas yang tersedia, keeratan hubungan (cohesiveness), iklim lingkungan kerja (iklim organsisasi), kepemimpinan (leadership).
10 Melihat kompleksnya permasalahan tersebut, harus ada batasan masalah yang akan diteliti. Hal ini ditujukan untuk keefektifan dan kevalidan hasil penelitian yang akan dilakukan, serta keterbatasan waktu dan tenaga penulis. Adapun fokus masalah yang akan diteliti adalah bagaimana kepemimpinan yang dilakukan Pejabat Struktural di lingkungan Dinas Pendidikan dalam menciptakan iklim organisasi yang kondusif sebagai upaya pencapaian produktivitas kerja pegawai yang tinggi. Pemilihan fokus tersebut didasarkan pada masalah penelitian yang akan dikaji, yakni Kontribusi Kepemimpinan Pejabat Struktural dan Iklim Organisasi terhadap Produktivitas Kerja Pegawai pada Kantor Dinas Pendidikan Kabupaten Subang. C. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimana gambaran aktual produktivitas kerja pegawai, iklim organisasi, dan kepemimpinan pejabat struktural pada Dinas Pendidikan Kabupaten Subang? 2. Seberapa besar kontribusi kepemimpinan pejabat struktural terhadap produktivitas kerja pegawai Dinas Pendidikan Kabupaten Subang? 3. Seberapa besar kontribusi iklim organisasi terhadap produktivitas kerja pegawai Dinas Pendidikan Kabupaten Subang?
11 4. Seberapa besar kontribusi kepemimpinan pejabat struktural dan iklim organisasi terhadap produktivitas kerja pegawai Dinas Pendidikan Kabupaten Subang? D. Tujuan Penelitian Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran empirik mengenai kontribusi kepemimpinan dan iklim organisasi terhadap produktivitas kerja pegawai pada Dinas Pendidikan Kabupaten Subang. Sedangkan secara khusus penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mendeskripsikan dan menganalisis gambaran aktual kepemimpinan pejabat struktural, iklim organisasi, dan produktivitas kerja pegawai Dinas Pendidikan Kabupaten Subang; 2. Mengetahui secara jelas dan akurat besaran kontribusi kepemimpinan pejabat struktural terhadap produktivitas kerja pegawai Dinas Pendidikan Kabupaten Subang; 3. Mengetahui secara jelas dan akurat besaran kontribusi iklim organisasi terhadap produktivitas kerja pegawai Dinas Pendidikan Kabupaten Subang; 4. Mengetahui secara jelas dan akurat besaran kontribusi kepemimpinan pejabat struktural dan iklim organisasi terhadap produktivitas kerja pegawai Dinas Pendidikan Kabupaten Subang.
12 E. Manfaat Penelitian Secara garis besar hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada berbagai pihak, yang dapat dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu: 1. Pengembangan keilmuan Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi bahan kajian dan wacana pengembangan disiplin ilmu pengembangan sumber daya manusia, ditinjau dari konsep kepemimpinan, iklim organisasi, dan produktivitas kerja. 2. Manfaat praktis Dalam tataran praktis, hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat bagi pihak-pihak antara lain: a. Pimpinan Dinas Pendidikan, sebagai bahan masukan dalam mewujudkan kepemimpinan yang efektif, sehingga dapat memberikan kontribusi terhadap produktivitas kerja pegawai; b. Pegawai, agar dapat mengetahui pentingnya iklim organisasi sebagai upaya untuk meningkatkan produktivitas kerjanya; c. Memberikan tambahan informasi dan data bagi penelitian selanjutnya tentang faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas kerja pegawai. F. Kerangka Pemikiran Kepemimpinan merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan organisasi, dan setiap organisasi selalu memerlukannya. Kepemimpinan diartikan sebagai aktivitas untuk mempengaruhi seseorang atau sekelompok orang untuk
13 mencapai tujuan dalam situasi tertentu. Hal ini menunjukkan bahwa pada saat seseorang berusaha mempengaruhi perilaku orang lain atau kelompok, maka kegiatan semacam ini telah melibatkan seseorang ke dalam aktivitas kepemimpinan. Berbagai teori mengungkapkan bahwa tanpa kepemimpinan, organisasi tidak akan mencapai tujuan organisasi secara efektif dan efisien. Pimpinan suatu institusi harus dapat mengelola organisasinya secara profesional agar setiap pegawai dapat bekerja secara produktif. Ia harus mampu menciptakan suasana kerja yang menyenangkan, yang biasa diistilahkan dengan iklim organisasi yang kondusif. Suasana yang demikian akan dapat memungkinkan para pegawai dapat bekerja dengan nyaman, tenang, tidak terburuburu, penuh keakraban, dan saling menghargai di antara para pegawai. Iklim organisasi yang demikian sangat diperlukan untuk meningkatkan produktivitas kerja para pegawainya. Seorang pimpinan juga dituntut untuk dapat menjalankan peran dan fungsi kepemimpinannya semaksimal mungkin. Asumsi kepemimpinan sebagai salah satu aspek utama dalam keberhasilan organisasi tidak dapat diragukan. Sebagai pimpinan, para pejabat struktural dinas pendidikan perlu memiliki kompetensi dasar yang disyaratkan. Kompetensi dasar ini didasarkan kepada fondasi teoritis yang berasal dari Robert L. Katz (Yukl, 2007:212-213), yaitu berupa keterampilan dan kemampuan dasar manajerial sebagai berikut (1) keterampilan konseptual (conseptual skills); (2) keterampilan teknis (technical skill), dan (3) keterampilan hubungan manusiawi (human-relation skills).
14 Dari penjelasan di atas kita dapat melihat bahwa diantara sekian banyak faktor yang mempengaruhi produktivitas kerja pegawai, diantaranya adalah faktor kepemimpinan dan iklim organisasi. Dengan demikian dapat dikatakan, jika peran dan fungsi kepemimpinan berjalan dengan baik, akan memungkinkan terciptanya iklim organisasi yang kondusif. Dan keduanya akan dapat meningkatkan produktivitas kerja para pegawai. Dengan memperhatikan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan dan iklim organisasi akan berpengaruh terhadap produktivitas kerja pegawai. Oleh sebab itu sebagai pimpinan di suatu instansi, para pejabat struktural dinas pendidikan perlu menyadari akan pentingnya hal tersebut. Lebih dari itu sudah seharusnya mereka untuk selalu menjalankan peran dan fungsi kepemimpinannya dengan baik agar tercipta iklim organisasi yang kondusif. Sehingga produktivitas kerja yang diinginkan dapat terwujud. Untuk lebih memudahkan pemahaman akan keterkaitan di antara masingmasing variabel penelitian, kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat divisualisasikan sebagai berikut:
15 KEPEMIMPINAN PEJABAT STRUKTURAL DINAS PENDIDIKAN (X I ) 1. Perilaku Pemahaman Konsep 2. Perilaku Teknis Memimpin 3. Perilaku Hubungan Manusiawi r X 1.X 2 R X 1.X 2.Y IKLIM ORGANISASI (X 2 ) 1. Keterdukungan (Supportive) 2. Pertemanan (Collegial) 3. Keintiman (Intimate) r X 1.Y r X 2.Y PRODUKTIVITAS KERJA (Y) 1. Bertugas tidak sekedar memenuhi kualifikasi pekerjaan 2. Memiliki motivasi tinggi 3. Memiliki orientasi kerja positif 4. Dewasa 5. Dapat bergaul dengan efektif Gambar 1. 1 Kerangka Pemikiran Penelitian G. Asumsi Penelitian ini dilakukan berdasarkan beberapa asumsi sebagai berikut: 1. Produktivitas kerja adalah efisiensi proses menghasilkan dari sumber daya yang digunakan, yang berkualitas lebih baik dengan usaha yang sama (Anoraga, 1992:17) 2. Kepemimpinan dalam suatu lembaga/institusi mempunyai peran sebagai pemicu (trigger) yang dapat memberikan inspirasi kepada bawahan sehingga inisiatif dan kreativitas mereka berkembang secara optimal untuk mendorong tumbuhnya kinerja produktif. (Yuniarsih & Suwatno, 2008:166) 3. Iklim organisasi berkaitan dengan hubungan sosial orang-orang yang ada dalam organisasi tersebut dan reward system yang digunakan untuk kebutuhan para pegawai (Johns, 1988:130)
16 4. Kepemimpinan dan lingkungan kerja yang kondusif akan memberikan perasaan nyaman terhadap para pegawai sehingga mereka dapat bekerja secara produktif. H. Hipotesis Penelitian Berdasarkan rumusan pertanyaan penelitian, maka rumusan hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Terdapat kontribusi yang signifikan dari kepemimpinan pejabat struktural terhadap produktivitas kerja pegawai Dinas Pendidikan Kabupaten Subang. 2. Terdapat kontribusi yang signifikan dari iklim organisasi terhadap produktivitas kerja pegawai Dinas Pendidikan Kabupaten Subang. 3. Terdapat kontribusi yang signifikan antara kepemimpinan pejabat struktural dan iklim organisasi terhadap produktivitas kerja pegawai Dinas Pendidikan Kabupaten Subang.