BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Asep Saeful Ulum, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Roni Galih Mustika, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Matematika berasal dari bahasa Yunani adalah studi besaran, struktur,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Salwa Nursyahidah, 2013

STUDY ETHNOMATHEMATICS: PENGUNGKAPAN SISTEM BILANGAN MASYARAKAT ADAT BADUY. Oleh: Nilah Karnilah (1) Dadang Juandi (2) Turmudi (2) ABSTRAK

PERMAINAN TEBAK-TEBAK BUAH MANGGIS: SEBUAH INOVASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASIS ETNOMATEMATIKA

BAB II KAJIAN TEORI. analisa berasal dari bahasa Yunani kuno analusis yang artinya melepaskan.

UCAPAN TERIMA KASIH...

2015 TRANSFORMASI NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT ADAT CIREUNDEU

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Erie Syaadah, 2013

BAB I PENDAHULUAN. bantu dalam pengembangan ilmu lain. Matematika seolah-olah menjadi penjawab

STANDAR KOMPETENSI GURU Indikator Esensial/ Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK) KOMPETENSI INTI GURU

EKSPLORASI ETNOMATEMATIKA PADA BATIK MADURA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bahan ajar merupakan bagian penting dalam proses pembelajaran. Bahan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. keanekaragaman kulinernya yang sangat khas. Setiap suku bangsa di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fathimah Bilqis, 2014

1. BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan mata pelajaran yang senantiasa hadir pada setiap

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Saputro (2012), soal matematika adalah soal yang berkaitan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Maimunah, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan cara mencari

BAB I PENDAHULUAN. Menurut sejarah, sesudah Kerajaan Pajajaran pecah, mahkota birokrasi

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai mahluk yang diberikan kelebihan oleh Allah swt dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Hal ini karena mata pelajaran IPA khususnya, akan memiliki peranan

UKDW BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 2003 (Depdiknas, 2003) tentang Sistem Pendidikan Nasional:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam berbagai bidang kehidupan. Sebagai salah satu disiplin ilmu yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pembaharuan di bidang pendidikan yang mengacu pada visi dan misi

BAB II KAJIAN TEORITIK

Standar Kompetensi Guru KD Indikator Esensial. Mengidentifikasi potensi peserta didik dalam mata pelajaran yang diampu.

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan suatu sistem komunikasi menggunakan simbol-simbol vokal

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dan bangsa yang dicita-citakan, yaitu masyarakat yang berbudaya dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Suci Primayu Megalia, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Dalam beberapa tahun terakhir ini pesatnya kemajuan teknologi informasi

II. TINJAUAN PUSTAKA. Matematika terdiri dari berbagai konsep yang tersusun secara hierarkis, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia memiliki kebudayaan yang berbeda-beda. Hal ini disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. jarak antar Negara melalui fitur-fitur komunikasi yang terus dikembangkan. Hal ini

BAB II KAJIAN TEORI. A. Kemampuan Representasi Matematis. solusi dari masalah yang sedang dihadapinya (NCTM, 2000).

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

2015 KAJIAN NILAI-NILAI BUDAYA UPACARA ADAT NYANGKU DALAM KEHIDUPAN DI ERA MODERNISASI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dhias Mei Artanti, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Matematika memegang peranan penting dalam semua aspek kehidupan,

BAB I PENDAHULUAN. Seiring diberlakukannya kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP), maka

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Tri Aprianti Fauzia, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIK SISWA DENGAN PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE

I. PENDAHULUAN. depan yang lebih baik. Melalui pendidikan seseorang dapat dipandang terhormat,

BAB I PENDAHULUAN. Dalam proses pembelajaran banyak sekali permasalahan-permasalahan yang

BAB I PENDAHULUAN. pada dasarnya menggunakan prinsip-prinsip matematika. Oleh karena itu,

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di SD adalah memberikan bekal kemampuan dasar kepada siswa

BAB I PENDAHULUAN. masalah kehidupan sehari-hari. Dengan kata lain masalah yang timbul dalam

BAB I LANDASAN KURIKULUM AL-ISLAM, KEMUHAMMADIYAHAN DAN BAHASA ARAB DENGAN PARADIGMA INTEGRATIF-HOLISTIK

2014 PENGEMBANGAN BUKU AJAR KIMIA SUB TOPIK PROTEIN MENGGUNAKAN KONTEKS TELUR UNTUK MEMBANGUN LITERASI SAINS SISWA SMA

BAB V PENUTUP A. SIMPULAN

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI

Sistem Politik Gabriel Almond. Pertemuan III

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan matematika sangat berperan penting dalam upaya menciptakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ai Juliani,2016

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya. Pendidikan diarahkan agar peserta didik memiliki spiritual

BAB I PENDAHULUAN. matematika dalam pelaksanaan pendidikan diberikan kepada semua jenjang. pendidikan mulai dari SD hingga SLTA ataupun SMK.

BAB III METODE PENELITIAN. A. Tipe Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarakan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan : Hasil belajar siswa SMA Negeri 2 Serui Kabupaten Kepulauan Yapen,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Matematika merupakan salah satu pengetahuan mendasar yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupannya, tiap individu senantiasa menghadapi masalah, dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Pengelolaan pembelajaran matematika itu penting, Karena pada. dasarnya tercapai atau tidaknya tujuan pembelajaran matematika sangat

PELATIHAN PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA SEKOLAH DASAR DI KECAMATAN PONTIANAK BARAT

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dibutuhkan oleh semua orang. Dengan pendidikan manusia berusaha mengembangkan dirinya sehingga

MATA KULIAH PENGEMBANGAN KOMPETENSI GURU. Dr. Ali Mustadi, M. Pd NIP

BAB I PENDAHULUAN. mengikuti pelajaran sehingga hasil belajar kurang maksimal dan tidak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pada era global yang ditandai dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diana Utami, 2014

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Encar Carwasih, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nobonnizar, 2013

BAB I PENDAHULUAN. dalam pengembangan kurikulum matematika pada dasarnya digunakan. sebagai tolok ukur dalam upaya pengembangan aspek pengetahuan dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS

BAB I PENDAHULUAN. Peran pendidikan matematika sangat penting bagi upaya menciptakan sumber

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam beberapa dasawarsa terakhir ini, pesatnya kemajuan teknologi

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru PKn kelas VIII SMP N 40

BAB I PENDAHULUAN. berekspresi dan salah satunya adalah menulis puisi. Puisi dalam Kamus Besar. penataan bunyi, irama, dan makna khusus; sajak.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

STANDAR KOMPETENSI GURU KELAS SD/MI

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan berpikir dan kemampuan dalam memecahkan masalah, terutama dalam

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Connes Mathematics is the backbone of modern science and a remarkably efficient source of new concepts and tools to understand the reality in which we participate. Pernyataan tersebut memandang bahwa matematika merupakan tulang punggung ilmu pengetahuan.selain itu, menurut Turmudi (2008: 7) matematika banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari serta matematika merupakan alat dan bahasa untuk memecahkan masalah baik masalah dalam matematika ataupun masalah dalam kehidupan sehari-hari.di sini terlihat jelas bahwa banyak konsep-konsep matematika diperlukan oleh ilmu lain danmatematika harus dapat bermanfaat untuk kehidupan sehari-hari di masyarakat. Banyak orang menyukai matematika, namun tidak sedikit pula orang yang membenci matematika.tidak dapat dipungkiri banyak siswa yang mengganggap matematika merupakan mata pelajaran yang sukar bahkan menakutkan.banyak mitos mengatakan bahwa matematika merupakan pelajaran yang sangat sukar, terlalu banyak rumus yang harus dihafalkan, hanya ilmu menghitung, matematika itu membosankan, serta matematika itu ilmu abstrak dan tidak jelas penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.menurut Hilbert dan Carpenter (Hartoyo, 2012: 16), matematika dipandang sebagai mata pelajaran yang sulit dikarenakan pembelajaran matematika di sekolah terlalu bersifat formal dan sering jauh berbeda dengan yang ditemukan sehari-hari. Pandangan bahwa matematika merupakan pelajaran yang sukar, dan tidak banyak dipakai dalam kehidupan sehari-hari, secara tidak langsung menyiratkan bahwa matematika sama sekali tidak terkait dengan budaya. Kebanyakan siswa tidak mengetahui bagaimana cara menggunakan matematika untuk menyelesaikan

2 berbagai permasalahan dalam kehidupan sehari-hari, sehingga manfaat matematika kurang begitu dirasakan. Matematika dipandang tidak banyak dipakai dalam kehidupan sehari-hari merupakan buah dari paradigma yang berkembang di masyarakat sejak lebih dari 2000 tahun yang lalu.turmudi (Ulum, 2013: 2) menyebut paradigma tersebut sebagai paradigma absolut dalam memandang matematika.paradigma absolut itu ialah paradigma yang memandang bahwa matematika adalah ilmu pengetahuan yang sempurna dan kebenaran yang objektif, jauh dari urusan kehidupan manusia.paradigma absolut memandang matematika seakan-akan ilmu yang terlepas dari budaya. Memandang matematika sebagai sesuatu yang terlepas dari budaya merupakan pandangan yang menyimpang dari apa yang seharusnya, karena tidak sesuai dengan deskripsi matematika itu sendiri, walaupun belum ada definisi formal apa itu matematika. Dampak dari penyimpangan tersebut di antaranya akan menganggu, menghambat, atau menyulitkan proses pembelajaran matematika, bahkan hasil yang diperoleh akan kurang optimal. Menurut Turmudi (2012), sifat-sifat utama dari aktivitas dan pengetahuan matematika yang diketahui dalam kehidupan sehari-hari, yaitu: 1) Matematika sebagai objek yang ditemukan dan diciptakan manusia 2) Matematika itu diciptakan bukan jatuh dengan sendirinya, namun muncul dari aktivitas yang objeknya telah tersedia, serta dari keperluan sains dan kehidupan keseharian 3) Sekali diciptakan objek matematika memiliki sifat-sifat yang ditentukan secara baik. Selain itu, matematika dalam Buku Panduan Lawrence University (Paket Pembinaan Penataran, 2004: 29) dideskripsikan sebagai berikut: Lahir dari dorongan primitif manusia untuk menyelidiki keteraturan dalam alam semesta, matematika merupakan bahasa yang terus-menerus berkembang untuk mempelajari struktur dan pola.berakar dalam dan diperbaharui oleh realitas dunia, serta didorong oleh keingintahuan intelektual manusiawi, matematika menjulang tinggi menggapai alam abstraksi dan generalitas, tempat terungkapnya hubungan-hubungan dan pola-pola yang tak terduga, menakjubkan, sekaligus amat bermanfaat bagi kehidupan manusia.matematika adalah rumah alami baik bagi pemikiran-

3 pemikiran yang abstrak maupun bagi hukum-hukum alam semesta yang konkret.matematika sekaligus merupakan logika yang murni dan seni yang kreatif. Kedua kutipan tersebut bermakna bahwa matematika matematika sebenarnya telah lahir dan berkembang dari kehidupan sehari-hari manusia dan digunakan untuk kehidupan manusia itu sendiri.hal tersebut berarti matematika berkaitan erat dengan budaya. Menurut Sumardyono (Paket Pembinaan Penataran, 2004: 9), obyekobyek matematika bersifat sosial-kultural-historis, artinya bahwa matematika dan pembelajarannya merupakan milik bersama seluruh umat.betapapun primitifnya suatu masyarakat, matematika adalah bagian dari kebudayaannya (meski dalam bentuk yang sederhana).karena itu matematika bersifat universal.matematika itu sendiri lahir dari perjalanan panjang yang menyejarah dalam kehidupan manusia. Hal di atas sesuai dengan hasil dari pertemuan International Community of Mathematics Educators(ICME) selama beberapa dekade terakhir ini.menurut Clements (1996: 824) salah satu pencapaian besar dari pertemuan tersebut adalah bahwa pengajaran dan pembelajaran matematika, termasuk semua bentuk permasalahan pendidikan matematika, mau tidak mau pasti dikelilingi oleh permasalahan yang terkait dengan budaya. Pendidikan matematika yang berkembang di Indonesia saat ini bukan berasal dari budaya yang ada di Indonesia, melainkan lebih banyak mengadopsi dari negara luar yang dianggap lebih maju. Padahalsalah satu keunikan bangsa Indonesia adalah multietnik dan multikultur. Keberagaman etnik yang sampai saat ini masih bertahan merupakan kekayaan bangsa yang harus dipelihara dan dikelola dengan baik.runtuwene (2013) mengemukakan bahwa pendidikan adalah bagian dari kebudayaan dan mempunyai pengaruh timbal balik.pernyataan tersebut memberikan penegasan bahwa ada pengaruh timbal balik antara pendidikan dengan kebudayaan termasuk pendidikan matematika. Menurut Sumardyono (Paket Pembinaan Penataran, 2004: 1), pemahaman yang tidak utuh terhadap matematika sering memunculkan sikap yang kurang tepat dalam pembelajaran, lebih parah lagi dapat memunculkan sikap negatif

4 terhadap matematika.hal tersebut dapat diatasi salah satunya dengan memahami karakteristik kultural matematika.dalam memahami karakteristik kultural matematika, ada tiga tema terkait, yaitu sejarah matematika, evolusi matematika, dan ethnomathematics(paket Pembinaan Penataran, 2004: 9). Menurut Banks (Hartoyo, 2012: 1), ada lima dimensi yang terkandung dalam pendidikan berbasis kultural, yaitu pengintegrasian isi, konstruksi pengetahuan, pengurangan prasangka, keadilan pedagogik, dan empowering kultur sekolah. Menurut Lara- Alecio (Hartoyo, 2012:1) salah satu bentuknya adalah pembelajaran yang terikat dengan lingkungan budaya dengan pengajaran ethnoscience, yakni topik pembelajaran yang membahas keterkaitan antara ilmu pengetahuan alam dengan etnik atau budaya manusia, termasuk di antaranya yaitu ethnomathematics. Ethnomathematics mula-mula dipelopori oleh D Ambrosio pada tahun 1985. Menurut Gerdes (1996: 909), Ethnomathematics, yang dapat didefinisikan sebagai antropologi budaya matematika dan pendidikan matematika, merupakan sebuah bidang menarik yang relatif baru, yang terletak antara pertemuan dari matematika dan antropologi budaya. Ethnomathematicsadalah suatu kajian yang mempelajari cara orang pada budaya tertentu dalam memahami, mengartikulasikan serta menggunakan konsep-konsep dan praktik-praktik yang menggambarkan sesuatu yang matematis. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Barton (1996:196) bahwa Ethnomathematics is the field of study which examines the way people from other cultures understand, articulate and use concepts and practices which are from their culture and which the researcher describes as mathematical. Shirley (Hartoyo, 2012: 15), berpandangan bahwa sekarang ini bidang ethnomathematics, yaitu matematika yang timbul dan berkembang dalam masyarakat dan sesuai dengan kebudayaan setempat, merupakan pusat proses pembelajaran dan metode pengajaran. Matematika itu pada hakekatnya tumbuh dari keterampilan atau aktivitas lingkungan budaya, sehingga matematika seseorang dipengaruhi oleh latar belakang budayanya.ethnomathematics

5 merupakan representasi kompleks dan dinamis yang menggambarkan pengaruh kultural penggunaan matematika dalam aplikasinya. D Ambrosio (Paket Pembinaan Penataran, 2004: 22) menyatakan bahwa terdapat dua alasan utama penggunaan ethnomathematics dalam pendidikan.alasan pertama yaitu ethnomathematics digunakan untuk mereduksi anggapan bahwa matematika itu bersifat final, permanen, absolute (pasti), dan unik (tertentu). Sedangkan, alasan kedua yaitu ethnomathematicsdigunakan untuk mengilustrasikan perkembangan intelektual dari berbagai macam kebudayaan, profesi, jender, dan lain-lain. Bagaimana ethnomathematics mempengaruhi pembelajaran matematika?menurut Sumardyono (Paket Pembinaan Penataran, 2004: 22), isi dan semangat matematika ada di mana-mana termasuk dalam suatu kelompok budaya tertentu.yang dipelajari dari budaya tersebut adalah sifat-sifat dan bentukbentuk matematika di dalamnya.pembelajaran matematika dapat mengambil manfaat dari budaya tersebut, terutama sebagai sumber belajar matematika, selain untuk meningkatkan motivasi dan kepercayaan diri siswa dalam belajar matematika. Berdasarkan pemaparan di atas, untuk mengatasi sebuah permasalahan yang menyatakan bahwa matematika tidak berkaitan dengan budaya, peneliti memilih suatu ranah kajian yang dikenal dengan namaethnomathematics. Ethnomathematics dipilih peneliti karena peneliti memandang bahwa ethnomathematicsmerupakan alternatif yang dapat digunakan untuk menunjukkan bahwa antara matematika dengan budaya saling terkait bahkan adanya hubungan timbal balik antara matematika dengan budaya. Salah satu keunikan bangsa Indonesia adalah multietnik dan multikultur.keberagaman etnik yang sampai saat ini masih bertahan merupakan kekayaan bangsa yang harus dipelihara dan dikelola dengan baik. Menurut Fatimah (2011: 123), hingga saat ini jumlah etnik yang ada di Indonesia mencapai lebih dari 500 etnik yang menggunakan 250 bahasa. Setiap etnik memiliki ciri khas tersendiri.salah satu etnik yang masih bertahan adalah Suku Sunda.Sub-etnis

6 Sunda yang masih mempertahankan nilai-nilai budayanya adalah Kampunng Kuta.Kampung Kuta terletak di Desa Karangpaninggal, Kecamatan Tambaksari, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat.Menurut Efendi et al (2010:1) masyarakat adat Kampung Kuta dikenal sebagai masyarakat yang menjaga tradisi yang diamanahkan leluhur mereka.masyarakat adat Kampung Kuta masih taat pada aturan adat yang menurut mereka merupakan warisan leluhur dan harus dipertahankan.oleh karena itu, peneliti tertarik untuk meneliti bagaimana matematika yang berkembang pada masyarakat adat Kampung Kuta. Data hasil penelitian pendahuluan menunjukkan bahwa memungkinkan untuk mengungkap keterkaitan hubungan antara matematika dengan budaya.data penelitian tersebut diperoleh setelah peneliti melakukan penelitian pendahuluan pada tanggal 03 dan 22 Januari 2014terhadap masyarakat adat Kampung Kuta di Ciamis. Penelitian pendahuluan tersebut dimaksudkan untuk melihat kemungkinan dilakukannya penelitian pada aktivitas sehari-hari masyarakat adat Kampung Kuta. Hasilnya menunjukkan bahwa dimungkinakan adanya pencatatan, pendokumentasian, dan pembukuan nilai-nilai matematis pada aktivitas seharihari masyarakat adat Kampung Kuta, seperti pada penentuan hari baik aktivitas sehari-hari masyarakat adat Kampung Kuta, serta aturan dan ketentuan aktivitas masyarakat adat Kampung Kuta.Aktivitas sehari-hari yang dimaksud adalah aktivitas bepergian, aktivitas di sawah, dan aktivitas pembuatan gula kawung (aren).melalui study ethnomathematicsini, peneliti yakin bahwa hasil penelitian pendahuluan tersebut menjadi modal awal untuk dilakukannya penelitian lanjutan guna mengungkap hubungan timbal balik antara matematika dengan budaya pada masyarakat adat Kampung Kuta. Masyarakat adat Kampung Kuta masih belum menyadari bahwa aturan budaya pada penentuan hari baik aktivitas sehari-hari yang mereka lakukan bersifat matematis.tanpa mereka sadari, pada penentuan hari baik aktivitas seharihari yang mereka lakukan terdapat aspek-aspek matematika yang dapat terungkap, seperti konsep aritmetika (membilang, menjumlahkan, mengurangi, membagi,

7 menghitung hasil bagi dan sisa pembagian) yang merupakan bagian dalam kajain ethnomathematics. Berdasarkan pemaparan di atas, peneliti tertarik untuk mengungkap aspekaspek matematika pada penentuan hari baik aktivitas sehari-hari masyarakat adat Kampung Kuta di Ciamis Jawa Barat.Aspek-aspek matematika digunakan peneliti untuk menunjukkan adanya hubungan timbal balik antara matematika dengan budaya.penentuan hari baik aktivitas sehari-hari masyarakat adat Kampung Kuta dipilih karena selama penelitian pendahuluan menunjukkan adanya konsepkonsep matematika dalam penentuan hari baik aktivitas sehari-hari masyarakat adat Kampung Kuta, seperti penentuan hari baik aktivitas bepergian, penentuan hari baik aktivitas di sawah, dan penentuan hari baik aktivitas pembuatan gula kawung. B. Identifikasi dan Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di muka, yaitu matematika dipandang masyarakat tidak ada hubungannya dengan budaya, serta data penelitian pendahuluan yang menunjukkan bahwa memungkinkan untuk dilakukannya penelitian guna mengungkap hubungan antara matematika dengan budaya pada aktivitas sehari-hari masyarakat adat Kampung Kuta, maka penelitian ini disusun dengan menggunakan bentuk rumusan masalah desktiptif, yaitu Bagaimanakah aspek-aspek matematika yang terungkap pada penentuan hari baik aktivitas sehari-hari masyarakat adat Kampung Kuta di Ciamis Jawa Barat?. C. Pertanyaan Penelitian Rincian dari rumusan masalah deskriptif dituangkan menjadi beberapa pertanyaan, yaitu: 1. Bagaimanakah aspek-aspek matematika yang terungkap pada aturan penentuan hari baik di Kampung Kuta? 2. Bagaimanakah aspek-aspek matematika yang terungkap pada penentuan hari baik aktivitas bepergian masyarakat adat Kampung Kuta?

8 3. Bagaimanakah aspek-aspek matematika yang terungkap pada penentuan hari baik aktivitas di sawah masyarakat adat Kampung Kuta? 4. Bagaimanakah aspek-aspek matematika yang terungkap pada penentuan hari baik aktivitas pembuatan gula kawungmasyarakat adat Kampung Kuta? D. Fokus Penelitian Fokus penelitian yang diambil dalam skripsi ini adalah penentuan hari baik pada aktivitas sehari-hari masyarakat adat Kampung Kuta, yaitu penentuan hari baik aktivitas bepergian, penentuan hari baik aktivitas di sawah, dan penentuan hari baik aktivitas pembuatan gula kawung. Hal tersebut didasarkan kepada hasil penelitian pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti pada tanggal 03 dan 22 Januari 2014 bahwa dimungkinkan untuk dilakukannya penelitian ethnomathematics pada masalah tersebut karena dibalik pengetahuan budaya yang melingkupinya dipandang memiliki aspek-aspek matematika. Pengungkapannya melalui ethnomathematics diyakini akan menunjukkan adanya hubungan timbal balik antara matematika dan budaya. E. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap aspek-aspek matematika yang terdapat pada penentuan hari baik aktivitas sehari-hari masyarakat adat Kampung Kuta di Ciamis Jawa Barat, yaitu pada penentuan hari baik aktivitas bepergian, penentuan hari baik aktivitas di sawah, dan penentuan hari baik aktivitas pembuatan gula kawung. F. Manfaat/ Signifikasi Penelitian 1. Penelitian ini diharapkan akan memberikan kontribusi terhadap penelitian Ethnomathematics di Indonesia, dalam hal mengungkap keterkaitan antara matematika dengan budaya asli Indonesia. Terlebih lagi, belum ada yang

9 mengungkap aspek-aspek matematika dalam kajian ethnomathematics pada masyarakat adat Kampung Kuta. 2. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi agar adanya perubahan sistem kurikulum matematika sekolah berdasarkan budaya lokal setempat yang berasal dari budaya setiap etnik di Indonesia, sehingga diharapkan mampu meningkatkan pendidikan matematika di Indonesia. 3. Penelitian ini dapat menjadi panduan bagi peneliti lain yang tertarik untuk mengungkap aspek-aspek matematika pada domain ethnomathematics, sebagai akibat adanya hubungan timbal balik antara matematika dengan budaya. 4. Penelitian ini diharapkan dapat merubah argumen masyarakat yang memandang bahwa matematika tidak berkaitan dengan budaya. Dengan perubahan tersebut, diharapkan siswa di dalam proses pembelajaran matematika tidak akan lagi merasa takut atau merasa sukar belajar matematika. Selain itu, diharapkan matematika dapat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat luas. G. Definisi Operasional 1. Ethnomathematicsadalah suatu kajian yang mempelajari cara orang pada budaya tertentu dalam memahami, mengartikulasikan serta menggunakan konsep-konsep dan praktik-praktik yang menggambarkan sesuatu yang matematis. 2. Aspek dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia artinya tanda atau sudut pandang atau pemunculan atau pengintrepretasian gagasan, masalah, situasi, dsb. Aspek-aspek Matematika adalah tanda-tanda atau sudut pandang secara ilmu matematika. 3. Penentuan hari baik yang dimaksud dalam penelitian ini adalah penentuan hari yang dianggap baik oleh suatu budaya tertentu untuk melakukan suatu aktivitas.

10 4. Aktivitas sehari-hari yang dimaksud dalam skripsi ini adalah aktivitas bepergian, aktivitas di sawah,dan aktivitas pembuatan gulakawung. 5. Kampung Kuta: suatu kelompok masyarakat adat sub-etnis Sunda yang berada di wilayah Desa Karangpaninggal, Kecamatan Tambaksari, Kabupaten Ciamis, Provinsi Jawa Barat. H. Struktur Organisasi Skripsi Secara garis besar isi dari skripsi ini disusun menjadi lima bab. Bab I pendahuluan berisi latar belakang masalah, identifikasi dan perumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat/signifikasi penelitian, definisi operasional dan struktur organisasi skripsi. Bab II Kajian Pustaka, pada bab ini diuraikan tentang tinjauan kepustakaan yang menunjang penelitian ini, yakni tentang ethnomathematics, aspek-aspek matematika, penentuan hari baik, Kampung Kuta, dan penelitian yang relevan. Bab III Metodologi Penelitian, pada bab ini diuraikan tentang metode penelitian yang digunakan dan langkah-langkah penelitian yang dilakukan oleh peneliti dimulai dari penjelasan mengenai jenis penelitian, desain penelitian, tempat dan sampel sumber data penelitian, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analisis data, teknik pengujian keabsahan data, dan prosedur penelitian. Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan.Di dalam hasil penelitian disajikan data hasil penelitian dalam bentuk catatan lapangan beserta penjelasan dari catatan lapangan tersebut.kemudian dilanjutkan dengan pembahasan hasil penelitian dan pengungkapan aspek-aspek matematika dari hasil penelitian tersebut. Bab V Kesimpulan dan Rekomendasi, pada bab ini disajikan kesimpulan/penafsiran secara keseluruhan terhadap hasil penelitian dan rekomendasi untuk perbaikan pada penelitian ethnomathematics selanjutnya.