PERATURAN DAERAH PROVINSI RIAU NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN KERJA SAMA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR RIAU,

dokumen-dokumen yang mirip
BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

WALI KOTA BANDUNG PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR 10 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN KERJA SAMA DAERAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG KERJA SAMA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SRAGEN,

(disempurn BUPATI SRAGEN PROVINSI JAWA TENGAH RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR TAHUN 2016 TENTANG KERJA SAMA DAERAH

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN KERJASAMA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BADUNG PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG KERJA SAMA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI KARANGANYAR PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR 7 TAHUN TENTANG KERJASAMA DAERAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KERJA SAMA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG KEMITRAAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG KERJASAMA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA SELATAN,

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 39 TAHUN 2017 TENTANG TAHAPAN KERJA SAMA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG KERJA SAMA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KENDAL,

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN KERJASAMA DAERAH

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR. TAHUN 2016 TENTANG KERJA SAMA DAN INOVASI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI JEPARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG KERJASAMA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA,

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA NOMOR 1 TAHUN 2011

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 79 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2007 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KERJA SAMA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KERJA SAMA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG KERJA SAMA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEMARANG,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 15 TAHUN 2010 RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG

- 1 - PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG KERJASAMA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR LAMPUNG,

BUPATI LAMANDAU PERATURAN BUPATI LAMANDAU NOMOR 25 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN KERJA SAMA DAERAH DI KABUPATEN LAMANDAU

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG KERJA SAMA DAERAH

BUPATI BOALEMO PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOALEMO NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG KERJASAMA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BOALEMO,

WALIKOTA PASURUAN SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA PASURUAN NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG KERJA SAMA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 15 tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Kabupaten dalam Lingkungan Daerah Istimewa Yogyakarta;

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG Nomor : 27 Tahun 2008 PEMERINTAH KABUPATEN MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 27 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 23 TAHUN 2009 TENTANG KERJA SAMA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT,

LEMBARAN DAERAH KOTA SUKABUMI

BERITA DAERAH KOTA BOGOR. Nomor 24 Tahun 2014 Seri E Nomor 21 PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 24 TAHUN 2014 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 5 Tahun : 2012 Seri : E

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR :14 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN KERJA SAMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA,

Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT. NOMOR : 43 Tahun 2012 TENTANG

PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG MEKANISME KERJASAMA PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA WALIKOTA YOGYAKARTA

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 38 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN KERJASAMA ANTAR DAERAH DAN ANTARA PEMERINTAH DAERAH DENGAN SWASTA/MASYARAKAT

MEKANISME PEMBENTUKAN PERJANJIAN PUSAT DAN DAERAH BIRO HUKUM KEMENTERIAN DALAM NEGERI

WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 4 TAHUN 2012

PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI TENTANG PEDOMAN KERJASAMA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA CIMAHI

BUPATI BLITAR PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG KERJASAMA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

QANUN PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM NOMOR 9 TAHUN 2002 TENTANG

GUBERNUR JAWA BARAT. KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : /Kep.245-PMKSM/2017

MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 22 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA KERJA SAMA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 12 TAHUN 2009 TENTANG KERJASAMA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2016, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG ORGANISASI KEMASYARAKATAN.

BUPATI SERANG PERATURAN BUPATI SERANG NOMOR 48 TAHUN 2012 TENTANG

PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

BUPATI KOTABARU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 02 TAHUN 2013 TENTANG KERJASAMA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KOTABARU,

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN WONOSOBO

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 24 TAHUN 2007

WALIKOTA BALIKPAPAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN WALIKOTA BALIKPAPAN NOMOR 18 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG PETUNJUK TEKNIS TATA CARA KERJA SAMA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 82 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 69 TAHUN 2007 TENTANG KERJA SAMA PEMBANGUNAN PERKOTAAN DENGAN RAHMATTUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI,

NCA N LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 12 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG

BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 58 TAHUN 2016 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG ORGANISASI KEMASYARAKATAN

PEMERINTAH KABUPATEN POLEWALI MANDAR

B U P A T I T A N A H L A U T PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI TANAH LAUT NOMOR 8 TAHUN 2015

BUPATI KEPULAUAN SELAYAR PROVINSI SULAWESI SELATAN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2015 TENTANG KERJASAMA PEMERINTAH DENGAN BADAN USAHA DALAM PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR

QANUN KABUPATEN ACEH UTARA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG PENYERTAAN MODAL DAERAH KABUPATEN ACEH UTARA

WALIKOTA MADIUN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG PENYERTAAN MODAL DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MADIUN,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 7 Tahun : 2013

WALIKOTA KENDARI PERATURAN DAERAH KOTA KENDARI

PENJELASAN ATAS RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR... TAHUN... TENTANG PENYELENGGARAAN KERJA SAMA DAERAH

PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG KERJASAMA DESA

2 Mengingat d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu mengatur kerjasama Pemerintah dan badan u

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENYERTAAN MODAL DAERAH PADA PIHAK KETIGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BERAU,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2015 TENTANG KERJASAMA PEMERINTAH DENGAN BADAN USAHA DALAM PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR

BUPATI BARITO KUALA PROVINSI KALIANTAN SELATAN

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 23 TAHUN 2015

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG HIBAH DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 024 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2009 TENTANG PELAYANAN TERPADU SATU PINTU DI BIDANG PENANAMAN MODAL

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 125 TAHUN 2012 TENTANG KOORDINASI PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL, KEMITRAAN DAN BINA LINGKUNGAN PERUSAHAAN

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 20 TAHUN 2010 TENTANG PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PENGELOLAAN TEKNOLOGI TEPAT GUNA

GUBERNUR JAWA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU

NOMOR 09 TAHUN 2010 TENTANG KERJASAMA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANGERANG

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 12 / PRT / M / 2010 TENTANG PEDOMAN KERJASAMA PENGUSAHAAN PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM

PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR : 5 TAHUN 2005 TENTANG PENYERTAAN MODAL DAERAH DAN DEPOSITO PROVINSI BANTEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG HIBAH DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

GUBERNUR RIAU PERATURAN GUBERNUR RIAU NOMOR 93 TAHUN 2016 TENTANG

WALIKOTA TARAKAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG KERJA SAMA DAERAH

2017, No Pengelolaan Perbatasan Negara Lingkup Badan Nasional Pengelola Perbatasan Tahun Anggaran 2017; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 43 T

PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN. NOMOR : 6 Tahun 2012 TENTANG

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PEMERINTAH KABUPATEN POLEWALI MANDAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN POLEWALI MANDAR NOMOR 7 TAHUN 2009 TENTANG PENYERTAAN MODAL DAERAH

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

WALIKOTA SURAKARTA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 11 TAHUN 2006 TENTANG PENYERTAAN MODAL DAERAH KABUPATEN LANDAK PADA PIHAK KETIGA

Transkripsi:

PERATURAN DAERAH PROVINSI RIAU NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN KERJA SAMA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR RIAU, Menimbang: a. bahwa dalam rangka mempercepat pembangunan daerah, meningkatkan pelayanan publik dan kesejahteraan masyarakat, perlu mengoptimalkan potensi agar pelaksanaannya lebih efektif dan efisien, salah satunya dengan dilakukan Kerja Sama Daerah; b. bahwa sesuai amanat Pasal 363 Undang-Undang 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, dalam mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan peningkatan pelayanan publik daerah dapat mengadakan Kerja Sama Daerah yang didasarkan pada pertimbangan efisiensi dan efektifitas serta saling menguntungkan; c. bahwa Kerja Sama Daerah dilaksanakan dengan prinsip efisiensi, efektivitas, sinergi, saling menguntungkan, itikad baik, kepastian hukum, persamaan kedudukan, transparan, adil serta mengutamakan kepentingan nasional dan keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia; d. bahwa berdasarkan pertimbangann sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b dan hurufc,perlu menetapkan Peraturan Daerah tentang Penyelenggaraan Kerja Sama Daerah; Mengingat: 1. Pasal 1 8ayat (6) Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

-2-2. Undang-Undang Nomor 61 Tahun 1958 tentang Penetapan Undang-undang Darurat Nomor 19 Tahun 1957 tentang Pembentukan daerah-daerah Swatantra Tingkat I Sumatera Barat, Jambi dan Riau (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1957 Nomor 75) sebagai Undang-undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1958 Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1646); 3. Undang Undang Nomor 37 Tahun 2009 tentang Hubungan Luar Negeri (Lembaran NegaraRepublik Indonesia Tahun 2009 Nomor 156, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3882); 4. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234 ); 5. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang- Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679); 6. Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2007 tentang Tata Cara Pelaksanaan Kerja Sama Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun2007 Nomor 122, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4761); 7. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 92, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5533);

-3-8. Peraturan Presiden Nomor 38 Tahun 2015 Tentang Kerja Sama Pemerintah dengan Badan Usaha Dalam Penyediaan Insfrastruktur; 9. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 3 Tahun 2008 tentang Pedoman Pelaksanaan Kerja Sama Pemerintah Daerah dengan Pihak Luar Negeri; 10. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 22 Tahun 2009 tentang Petunjuk Teknis Tata Cara Kerja Sama Daerah; 11. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 2009 tentang Tata Cara Pembinaan dan Pengawasan Kerja Sama Antar Daerah; 12. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 80 Tahun 2015 tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 2036); Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYATDAERAH PROVINSIRIAU dan GUBERNUR RIAU MEMUTUSKAN : Menetapkan: PERATURAN DAERAH TENTANG PENYELENGGARAAN KERJA SAMA DAERAH. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini, yang dimaksud dengan: 1. Daerah adalah Provinsi Riau. 2. Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh Pemerintah Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah menurut asasotonomi dan tugas pembantuan dengan prinsi potonomi seluasluasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam

-4- Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. 3. Pemerintah Daerah adalah Kepala Daerah, sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah yang memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah otonom. 4. Gubernur adalah Gubernur Riau. 5. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disingkat DPRD adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Riau yang berkedudukan sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah. 6. Kerja Sama Daerah adalah kesepakatan antara Gubernur dengan Gubernur lain atau dengan Bupati/Walikota atau dengan Pihak Luar Negeri, dan/atau dengan Pihak Ketiga yang dibuat secara tertulis serta menimbulkan hak dan kewajiban 7. Pihak Ketiga adalah perusahaan swasta yang berbadan hukum, Badan Usaha Milik Negara, Badan Usaha Milik Daerah, Perguruan Tinggi, Koperasi, Yayasan, desa adat dan lembaga di dalam negeri lainnya yang berbadan hukum. 8. Pihak Luar Negeri adalah Pemerintah Negara Bagian atau Pemerintah Daerah di Luar Negeri serta lembaga lain sebagai subjek Kerja Sama Daerah sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku. 9. Kesepakatan Bersamaa dalah suatu naskah kesepakatan yang berisi kesepakatan-kesepakatan yang mengikat antara para pihak secara garis besar terhadap materi materi yang akan dikerja samakan. 10. Perjanjian Kerja Sama adalah naskah lanjutan dari kesepakatan bersama yang berisi kesepakatankesepakatan yang mengikat antara kedua belah pihak dan memuat persetujuan yang mewajibkanmasingmasing pihak memberikan sesuatu, berbuat sesuatu atau tidak berbuat sesuatu dalam rangka melaksanakan Kerja Sama secara rinci dan mendetail sebagai wujud pelaksanaan kesepakatan bersama atau MoU.

-5-11. Tim Koordinasi Kerja Sama Daerah yang selanjutnya disingkat TKKSD adalah tim yang dibentuk oleh G u bernur untuk membantu Gubernur dalam menyiapkan Kerja Sama Daerah. 12. Surat Kuasa adalah naskah dinas yang dikeluarkan oleh Gubernur sebagai alat pemberitahuan dan tanda bukti yang berisi pemberian mandat atas wewenang dari Gubernur kepada pejabat yang diberi kuasa untuk bertindak atas nama Gubernur untuk menerimanaskah Kerja Sama Daerah, menyatakan persetujuan Pemerintah Daerah untuk mengikatkan diri pada Kerja Sama Daerah,dan/atau menyelesaikan hal-hal lain yang diperlukandalam pembuatan Kerja Sama Daerah. 13. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah yang selanjutnya disingkat APBD adalah rencana keuangan tahunan Pemerintahan Daerah yang dibahas dan disetujui bersama oleh Pemerintah Daerah dan DPRD, dan ditetapkan dengan Peraturan Daerah. BAB II MAKSUD DAN TUJUAN Pasal 2 (1) Pengaturan Kerja Sama Daerah dalam Peraturan Daerah ini dimaksudkan untuk mengembangkan potensi daerah, mensinergikan potensi antara daerah dan/atau dengan Pihak Ketiga/Pihak Luar Negeri dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat, pelayanan publik dan pendapatan daerah. (2) Pengaturan Kerja Sama Daerah dalam Peraturan Daerah ini bertujuan untuk: a. mewujudkan tujuan pembangunan didaerah; b. meningkatkan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat di daerah; c. meningkatkan efektifitas dan efisiensi pemanfaatan sumber daya;

-6- d. meningkatkan kebersamaan dalam memecahkan permasalahan antar daerah; e. mempercepat akselarasi ilmu pengetahuan dan tekhnologi; f. mencukupi kebutuhan pendanaan secara berkelanjutan dalam penyediaan infrastruktur melalui pengerahan dana swasta; g. meningkatkan kuantitas, kualitas dan efisiensi pelayanan melalui persaingan sehat; dan h. meningkatkan kualitas pengelolaan dan pemeliharaan dalam Penyediaan Infrastruktur. BAB III KERJA SAMA DAERAH Bagian Kesatu Prinsip Kerja Sama Pasal 3 Kerja Sama Daerah dilakukan dengan prinsip : a. efisiensi; b. efektivitas; c. sinergi; d. saling menguntungkan; e. kesepakatan bersama; f. itikad baik; g. mengutamakan kepentingan nasional dan keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia; h. persamaan kedudukan; i. transparansi; j. keadilan; dan k. kepastian hukum.

-7- Bagian Kedua Ruang Lingkup Pasal 4 (1) Ruang Lingkup Kerja Sama Daerah meliputi : a. kerja sama dengan daerah lain; b. kerjasama dengan pihak ketiga; c. kerjasama dengan lembaga atau Pemerintah Daerah di luar negeri sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. (2) Kerja sama dengan daerah lain sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dikategorikan menjadi kerja sama wajib dan kerja sama sukarela. (3) Kerja sama wajib sebagaimana dimaksud pada ayat ( 2) merupakan kerja sama antar daerah yang berbatasan untuk penyelenggaraan urusan pemerintahan : a. yang memiliki eksternalitas lintas daerah; dan b. penyediaan layanan publik yang lebih efisien jika dikelola bersama. (4) Kerja sama wajib sebagaimana dimaksud pada ayat ( 2) mencakup: a. kerja sama antar daerah provinsi; b. kerja sama antara daerah provinsi dan daerah kabupaten/kota dalam wilayahnya; c. kerja sama antara daerah provinsi dan daerah kabupaten/kota dari provinsi yang berbeda; d. kerja sama antar daerah kabupaten/kotadari daerah provinsi yang berbeda; dan e. kerja sama antar daerah kabupaten/kota dalam satu daerah provinsi. (5) Dalam melaksanakan kerja sama wajib, daerah yang berbatasan dapat membentuk sekretariat kerja sama. (6) Sekretariat kerja sama sebagaimana dimaksud pada ayat (5) bertugas memfasilitasi Perangkat Daerah dalam melaksanakan kegiatan kerja sama antar daerah.

-8- (7) Pendanaan sekretariat kerja sama sebagaimana dimaksud pada ayat (6) dibebankan pada APBD masingmasing daerah. (8) Kerja sama sukarela sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilaksanakan oleh daerah yang berbatasan atau tidak berbatasan untuk penyelenggaraan Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah namun dipandang lebih efektif dan efisien jika dilaksanakan dengan bekerja sama (9) Kerja Sama Daerah dengan pihak ketiga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi: a. kerja sama dalam penyediaan pelayanan publik; b. kerja sama dalam pengelolaan aset untuk meningkatkan nilai tambah yang memberikan pendapatan bagi daerah; c. kerja sama investasi; dan d. kerja sama lainnya yang tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. (10) Kerja sama daerah dengan pihak ketiga dituangkan dalam kontrak kerja sama yang paling sedikit mengatur: a. hak dan kewajiban para pihak; b. jangka waktu kerja sama; c. penyelesaian perselisihan; dan d. sanksi bagi pihak yang tidak memenuhi perjanjian. (11) Kerja sama daerah dengan pihak ke tiga sebagaimana dimaksud pada ayat (1 0) harus didahului dengan studi kelayakan yang dilakukan oleh para pihak yang melakukan kerja sama. (12) Kerja sama daerah dengan lembaga dan/atau pemerintah daerah di luar negeri sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c meliputi: a. pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi; b. pertukaran budaya; c. peningkatan kemampuan teknis dan manajemen pemerintahan; d. promosi potensi daerah; dan

-9- e. Kerja sama lainnya yang tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. (13) Kerja sama daerah dengan lembaga dan/atau pemerintah daerah di luar negeri sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c berpedoman pada ketentuan peraturan perundang-undangan dan dilaksanakan setelah mendapat persetujuan Pemerintah Pusat. Bagian Ketiga Subjek Kerja Sama Pasal 5 Para pihak yang menjadi subjek kerja sama dalam kerja sama daerah meliputi: a. kepala daerah; b. pimpinan badan hukum; c. pimpinan lembaga atau kepala daerah diluar negeri; dan d. pihak lainnya sesuai ketentuan peraturan perundangundangan. Bagian Keempat Objek Kerja Sama Pasal 6 Objek kerja sama daerah meliputi : a. seluruh urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan pemerintah daerah berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan; b. aset daerah; c. potensi daerah;dan d. penyediaan pelayanan publik. Bagian Kelima Bentuk Kerja Sama Pasal 7 (1) Bentuk kerja sama daerah terdiri dari : a. kerja sama antar daerah;

-10- b. kerja sama pemerintah daerah dengan pihak ketiga; dan c. kerja sama dengan pihak luar negeri. (2) Kerja sama antar daerah sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) huruf a, terdiri dari : a. kerja sama pelayanan bersama; b. kerja sama pelayanan antar daerah; c. kerja sama pengembangan sumber daya manusia; d. kerja sama pelayanan dengan pembayaran retribusi; e. kerja sama perencanaan dan pengurusan; f. kerja sama pembelian penyediaan pelayanan; g. kerja sama pertukaran layanan; h. kerja sama pemanfaatan peralatan; i. kerja sama kebijakan dan pengaturan; dan j. bentuk kerja sama antar daerah lainnya yang tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. (3) Kerja sama pemerintah daerah dengan pihak ketiga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) h uruf b, terdiri dari: a. kontrak pelayanan; b. kontrak bangun; c. kontrak rehabilitasi; dan d. kontrak patungan. (7) Bentuk Kerja sama dengan Pihak Luar Negeri sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) huruf c, berpedoman pada ketentuan perundang-undangan. (8) Ketentuan lebih lanjut mengenai bentuk kerja sama daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Peraturan Gubernur. BAB IV TAHAPAN KERJA SAMA DAERAH Pasal 8 Tahapan kerja sama daerah dilakukan melalui : a. persiapan;

-11- b. penawaran; c. penyiapan kesepakatan; d. penandatanganan kesepakatan; e. penyiapan perjanjian; f. penandatanganan perjanjian; dan g. pelaksanaan. BAB V PROSEDUR KERJA SAMA DAERAH Pasal 9 (1) Prosedur kerja sama daerah, meliputi: a. persiapan, yaitu kegiatan inventarisasi objek kerja sama dan penyiapan kerangkaacuan/proposal dan/atau kajian studi kelayakan untuk objek yang akan dikerja samakan, paling kurang memuat: 1. latar belakang dan tujuan kerja sama; 2. gambaran lokasi objek kerja sama; 3. bentuk kerja sama; 4. rencana awal; 5. analisis manfaat/keuntungan dan biaya;dan 6. dampak bagi pembangunan Daerah. b. penawaran, yaitu penentuan prioritas objek yang akan dikerjasamakan, pemilihan mitra kerja sama, yang memuat sekurang-kurangnya: 1. objek yang akan dikerja samakan; 2. manfaat kerja sama terhadap pembangunan daerah; 3. bentuk kerja sama; 4. tahun anggaran dimulainya kerja sama; dan 5. jangka waktu kerja sama. c. persetujuan DPRD untuk kerja sama yang membebani daerah d. penyiapan kesepakatan bersama, sekurangkurangnya memuat : 1. identitas para pihak; 2. maksud dan tujuan;

-12-3. objek dan ruang lingkup kerja sama; 4. bentuk kerja sama; 5. sumber biaya; 6. tahun anggaran dimulainya pelaksanaan kerja sama; 7. jangka waktu berlakunya kesepakatan bersama; dan 8. rencana kerja. e. penandatanganan kesepakatan; f. penyiapan naskah perjanjian, yang memuat paling kurang: 1. subjek kerja sama; 2. objek kerja sama; 3. ruang lingkup kerja sama; 4. hak dan kewajiban; 5. jangka waktu kerja sama; 6. pelaksanaan; 7. pembiayaan; 8. pengawasan; 9. pelaporan; 10. keadaan memaksa (force majeure); 11. penyelesaian perselisihan; dan 12. pengakhiran kerja sama; g. penandatanganan perjanjian; dan h. pelaksanaan sesuai yang diperjanjikan, dengan ketentuan: 1. para pihak bertanggung jawab atas pelaksanaan kerja sama sesuai perjanjian; 2. apa bila dalam pelaksanaan kerja sama terdapat pengadaan barang dan jasa yang menjadi kewajiban daerah dilaksanakan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan; dan 3. dalam hal materi perubahan/addendum menyebabkan atau mengakibatkan penambahan pembebanan APBD, maka penambahan pembebanan harus dimintakan persetujuan kembali kepada DPRD.

-13- (2) Pemerintah Daerah berkewajiban menyampaikan salinan perjanjian kerja sama kepada Menteri/Lembaga non Departemen terkait dan DPRD. (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai prosedur kerja sama daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1 ) diatur dalam Peraturan Gubernur. BAB VI SURAT KUASA Pasal 10 (1) Penandatanganan dokumen kerja sama daerah dilaksanakan oleh Gubernur. (2) Gubernur dapat mendelegasikan penandatanganan dokumen kerja sama daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kepada Kepala Perangkat Daerah sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. BAB VII TIM KOORDINASI KERJA SAMA DAERAH Pasal 11 (1) Pemerintah Daerah membentuk Tim Koordinasi Kerja Sama Daerah (TKKSD) untuk menyiapkan Kerja Sama Daerah. (2) Tim sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mempunyai tugas: a. melakukan inventarisasi dan pemetaan bidang/potensi daerah yang akan dikerja samakan; b. menyusun prioritas objek yang akan dikerja samakan; c. memberikan saran terhadap proses pemilihan daerah dan pihak ketiga; d. menyiapkan kerangka acuan/proposal objek kerja sama daerah; e. membuat dan menilai proposal dan studi kelayakan; f. menyiapkan materi kesepakatan bersama dan rancangan perjanjian kerja sama;

-14- g. memberikan rekomendasi kepada Gubernur untuk penandatanganan Kesepakatan Bersama dan Perjanjian Kerja Sama; dan h. melakukan evaluasi dan laporan secara berkala atas pelaksanaan Kerja Sama Daerah. (3) TKKSD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas: a. Ketua : Sekretaris Daerah b. Wakil Ketua I : Asisten yang membidangi kerja sama daerah c. Wakil Ketua II : Kepala Bappeda d. Sekretaris : Kepala Biro yang membidangi kerja sama daerah e. Anggota Tetap : 1. Kepala Biro Hukum 2. Kepala Perangkat Daerah yang yang membidangi Pemerintahan 3. Kepala Perangkat Daerah yang membidangi Keuangan dan pengelolaan asset f. Anggota Tidak Tetap: 1. Kepala Perangkat Daerah yang melaksanakan kerja sama 2. Kepala Perangkat Daerah yang terkait dengan pelaksanaan kerjasama 3. Tenaga ahli/pakar (4) Ketentuan lebih lanjut mengenai pembentukan dan susunan keanggotaan Tim sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Peraturan Gubernur. Pasal 12 Tim sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (1) dalam melaksanakan tugas dapat dibantu oleh Tim Teknis dan / atau konsultan ahli

-15- BAB VIII PERSETUJUAN DPRD Pasal 13 (1) Rencana kerja sama daerah yang membebani daerah harus mendapat persetujuan dari DPRD dengan ketentuan apabila biaya kerja sama belum teranggarkan dalam APBD tahun anggaran berjalan (2) Kerja sama daerah yang dilakukan dalam rangka pelaksanaan tugas dan fungsi dari Perangkat Daerah dan biayanya sudah teranggarkan dalam APBD tahun anggaran berjalan tidak perlu mendapat persetujuan dari DPRD. Pasal 14 (1) Untuk mendapatkan persetujuan dari DPRD terhadap kerja sama daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (1) Pemerintah Daerah menyampaikan surat dengan melampirkan dokumen studi kelayakan dan rancangan perjanjian kerja sama daerah kepada DPRD dengan memberikan penjelasan mengenai: a. tujuan kerja sama; b. objek yang akan dikerjasamakan; c. hak dan kewajiban meliputi: 1. besarnya kontribusi APBD yang dibutuhkan untuk pelaksanaan kerja sama; dan 2. keuntungan yang akan diperoleh berupa barang, uang, atau jasa. d. jangka waktu kerja sama; dan e. besarnya pembebanan yang dibebankan kepada masyarakat dan jenis pembebanannya (2) Kerja sama daerah dalam pemanfaatan barang milik daerah dilaksanakan berdasarkan ketentuan peraturan perundang undangan.

-16- Pasal 15 (1) Terhadap permohonan persetujuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (1), DPRD melakukan penilaian atas rancangan perjanjian dalam jangka waktu paling lama 45 (empat puluh lima) hari kerja sejak diterimanya permohonan. (2) Dalam hal DPRD menilai rancangan perjanjian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kurang memenuhi prinsip kerja sama, DPRD menyampaikan pendapat dan sarannya kepada Gubernur dalam waktu paling lama 15 (lima belas) hari kerja sejak diterimanya permohonan. (3) Dalam waktu paling lama15 (lima belas) hari kerja sejak diterimanya pendapat dan saran DPRD sebagaimana dimaksud pada ayat (2) Pemerintah Daerah menyempurnakan rancangan perjanjian dan menyampaikan kembali kepada DPRD. (4) apabila dalam waktu paling lama 15 (lima belas) hari kerja sejak diterimanya penyempurnaan rancangan perjanjian sebagaimana dimaksud pada ayat (3) DPRD tidak memberikan tanggapan tanpa pemberitahuan mengenai alasan tidak adanya tanggapan, maka rencana kerja sama dianggap disetujui. Pasal 16 (1) Gubernur menyampaikan Rencana Kerja Sama Daerah dengan Pihak Luar Negeri Kepada DPRD untuk mendapat persetujuan. (2) Persetujuan DPRD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan paling lama 30 (tiga puluh) hari kerja sejak diterimanya rencana Kerja Sama Daerah. (3) Persetujuan DPRD sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan dengan Keputusan DPRD (4) Apabila dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari kerja Rencana Kerjasama tidak mendapat tanggapan dari DPRD, Rencana Kerjasama Daerah dianggap disetujui.

-17- (5) Gubernur menyusun Rancangan Nota Kesepahaman setelah Rencana Kerjasama Daerah mendapatkan persetujuan DPRD. (6) Gubernur menyusun Rancangan Nota Kesepahaman paling lama 30 hari kerja setelah Rencana Kerjasama Daerah mendapatkan persetujuan DPRD Pasal 17 Gubernur menyampaikan Rencana Kerjasama Provinsi, Persetujuan DPRD, dan Rancangan Nota Kesepahaman sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (1) dan (6) kepada Menteri Dalam Negeri. BAB IX PEMBIAYAAN DAN HASIL KERJA SAMA Bagian Kesatu Pembiayaan Pasal 18 (1) Pembiayaan kerja sama dapat bersumber dari : a. APBD ; dan/atau b. sumber lain yang sah dan telah disepakati para pihak dalam Kesepakatan Bersama atau Perjanjian Kerja Sama. (2) Pembiayaan kerja sama daerah dengan pihak ketiga dalam pembangunan infrastruktur diatur dalam Peraturan Daerah tersendiri. Bagian Kedua Hasil Kerja Sama Daerah Pasal 19 (1) Hasil kerja sama daerah dapat berupa uang, surat berharga dan aset, atau berupa keuntungan non material.

-18- (2) Hasil kerja sama daerah sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1) yang menjadi hak daerah berupa uang harus disetor ke Kas Daerah sebagai pendapatan asli daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan. (3) Hasil kerja sama daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang menjadi hak Daerah berupa barang, harus dicatat sebagai aset pada Pemerintah Daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. BAB X PENYELESAIAN PERSELISIHAN Pasal 20 (1) Penyelesaian perselisihan dalam pelaksanaan kerja sama antar daerah diselesaikan secara musyawarah untuk mufakat. (2) Dalam hal upaya penyelesaian perselisihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak memb awa hasil yang diharapkan, penyelesaian perselisihan dilaksanakan melalui Menteri Dalam Negeri sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. (3) Keputusan Menteri Dalam Negeri sebagaimana dimaksud pada ayat (2) merupakan keputusan yang bersifat final dan mengikat (final and binding) terhadap pihak yang berselisih. (4) Penyelesaian perselisihan dalam pelaksanaan kerja sama daerah dengan Lembaga Negara/Kementerian/Lembaga Pemerintah Non Kementerian diselesaikan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. (5) Penyelesaian perselisihan dalam pelaksanaan kerja sama daerah dengan pihak ketiga diselesaikan sesuai kesepakatan mengenai penyelesaian perselisihan yang diatur dalam perjanjian.

-19- (6) Apabila penyelesaian perselisihan sebagaimana dimaksud pada ayat (5) tidak terselesaikan, perselisihan diselesaikan sesuai dengan peraturan perundangundangan. (7) Penyelesaian perselisihan dalam pelaksanaan kerja sama daerah dengan pihak luar negeri, diselesaikan sesuai kesepakatan mengenai penyelesaian perselisihan yang diatur dalam perjanjian. (8) Apabila penyelesaian perselisihan sebagaimana dimaksud pada ayat (7) tidak terselesaikan, perselisihan diselesaikan sesuai dengan peraturan perundangundangan dan hukum internasional. BAB XI PERUBAHAN KERJA SAMA DAERAH Pasal 21 (1) Para pihak dapat melakukan perubahan atas ketentuan Kerja Sama Daerah. (2) Mekanisme perubahan atas ketentuan Kerja Sama Daerah diatur sesuai kesepakatan masing-masing pihak yang melakukan kerja sama. (3) Perubahan ketentuan Kerja Sama Daerah dituangkan dalam perjanjian Kerja Sama setingkatdengan Kerja Sama Daerah induknya. BAB XII BERAKHIRNYA KERJA SAMA DAERAH Pasal 22 Kerja sama daerah berakhir apabila: a. terdapat kesepakatan para pihak melalui prosedur yang ditetapkan dalam perjanjian; b. tujuan perjanjian tersebut telah tercapai; c. terdapat perubahan mendasar yang mengakibatkan perjanjian kerja sama tidak dapat dilaksanakan; d. salah satu pihak tidak melaksanakan atau melanggar ketentuan perjanjian;

-20- e. dibuat perjanjian baru yang menggantikan perjanjian lama; f. muncul norma baru dalam peraturan perundang - undangan; g. objek perjanjian hilang; h. terdapat hal-hal yang merugikan kepentingan nasional; atau i. berakhirnya masa perjanjian. Pasal 23 (1) Kerja sama daerah dapat berakhir sebelum waktunya berdasarkan permintaan salah satu pihak dengan ketentuan : a. menyampaikan secara tertulis inisiatif pengakhiran kerja sama kepada pihak lain. b. pihak yang mempunyai inisiatif menanggung resiko baik finansial maupun resiko lainnya yang ditimbulkan sebagai akibat pengakhiran kerja sama. (2) Pengakhiran kerja sama tidak akan mempengaruhi penyelesaian objek kerja sama yang dibuat dalam perjanjian atau dalam pelaksanaan perjanjian kerja sama, sampai terselesaikannya objek kerja sama tersebut BAB XIII PEMBINAAN DAN PENGAWASAN Pasal 24 (1) Gubernur melakukan pembinaan dan pengawasan atas kerja sama antar daerah yang dilaksanakan oleh Kabupaten/Kota di wilayahnya. (2) Pembinaan dan Pengawasan Gubernur sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan pada tahapan : a. penjajakan; b. negosiasi; c. penandatanganan; dan d. pelaksanaan dan Pengakhiran.

-21- (3) Dalam melaksanakan pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Gubernur dibantu oleh Tim Koordinasi Kerja Sama Daerah. BAB XIV PELAPORAN Pasal 25 (1) Gubernur menyampaikan laporan pelaksanaan Kerja Sama kepada : a. dengan pihak ketiga kepada DPRD; b. dengan pihak Luar Negeri kepada Menteri Dalam Negeri, Menteri Luar Negeri, Kementerian/Lembaga Pemerintah non Kementerian terkait (2) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan paling sedikit dua kali dalam 1(satu) tahun. (3) Gubernur melaporkan hasil pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 kepada Menteri Dalam Negeri. BAB XV KETENTUAN PERALIHAN Pasal 26 (1) Pada saat Peraturan Daerah ini mulai berlaku, kerja sama daerah yang sedang berjalan tetap berlaku sampai dengan berakhirnya perjanjian kerja sama. (2) Terhadap kerja sama yang tidak ditetapkan jangka waktunya dan bertentangan dengan Peraturan Daerah ini, dilakukan penyesuaian dalam jangka waktu 1 (satu) tahun terhitung sejak tanggal diundangkannya Peraturan Daerah ini. (3) Pengelola kerja sama daerah yang melaksanakan fungsi koordinasi kerja sama daerah dilaksanakan oleh Dinas/Badan/Biro atau Perangkat Daerah yang ditunjuk oleh Gubernur.

-22- BAB XVI KETENTUAN PENUTUP Pasal 27 Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah. Ditetapkan di Pekanbaru pada tanggal 14 April 2017 GUBERNUR RIAU, ttd. H. ARSYADJULIANDI RACHMAN Diundangkandi Pekanbaru Padatanggal 14 April 2017 SEKRETARISDAERAH PROVINSI RIAU, ttd. H. AHMAD HIJAZI LEMBARANDAERAHPROVINSI RIAUTAHUN 2017 NOMOR : 2 NOREGPERATURANDAERAHPROVINSIRIAU:(2/44/2017)