BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jumlah penduduk Lanjut Usia (lansia) semakin meningkat di dunia, termasuk juga di Negara Indonesia.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Proyeksi Proporsi Penduduk di Indonesia (%) 0-14 Tahun Tahun > 65 Tahun

CLUB HOUSE Di kawasan perumahan kompleks VI PKT Bontang BAB I PENDAHULUAN

Gambar 1. 1 : Keindahan Panorama Bawah Laut Pulau Biawak

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 2010/ / / /2014. Jenjang Pendidikan (Negeri dan Swasta) No. 1. SMP

APARTEMEN DI BEKASI BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pengembangan Rusunawa (Rumah Susun Sederhana Sewa) kini tengah digencarkan oleh pemerintah tepatnya Kementerian

RUMAH SUSUN MILIK DI JAKARTA DENGAN PENENKANAN DESAIN MODERN-GREEN Sevi Maulani, 2014 BAB I PENDAHULUAN

1 A p a r t e m e n S i s i n g a m a n g a r a j a S e m a r a n g

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Apartemen untuk Wanita di Kota Semarang I. PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

SLB TUNAGRAHITA KOTA CILEGON BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

TAMAN RIA DI SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Data Jumlah Pendaftar SMK se-kota Semarang Tahun No Tahun Ajaran Pendaftar Diterima

BAB I PENDAHULUAN TUGAS AKHIR 135. LP3A - Beachwalk Mall di Tanjung Pandan, Belitung

LP3A TA PERIODE 127/49 TERMINAL BUS TIPE A DI KABUPATEN DEMAK BAB I PENDAHULUAN

PLANETARIUM SEMARANG TA 118 BAB I PENDAHULUAN

Panti Wredha di Kabupaten Semarang BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

SEASIDE HOTEL DI JEPARA BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Diagram 1.1. Data Statistik Kenaikan Angka Lansia Sumber: Badan Pusat Statistik,2010

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR ( LP3A ) SHOPPING MALL DI BUKIT SEMARANG BARU. Diajukan Oleh : Rr. Sarah Ladytama L2B

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

FASILITAS TERAPI DAN PENDIDIKAN ANAK AUTIS DI SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN TA- 100

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Apartemen di Kawasan Bekasi Kota

BAB I PENDAHULUAN. diakes pada tanggal 24 April 2014

Gedung Rehabilitasi Narkoba Provinsi Jawa Tengah di Kota Semarang BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. 1 diakses tanggal 25 Juni 2009.

Dwi Gita Arianti Panti Rehabilitasi Narkoba di Samarinda BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

2. TUJUAN DAN SASARAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

Pengembangan Terminal Bandar Udara Tunggul Wulung

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PENGEMBANGAN BUMI PERKEMAHAN PENGGARON KABUPATEN SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN TA 29

BADAN PERTANAHAN NASIONAL KABUPATEN SLEMAN Tugas Akhir 126 Arsitektur Undip BAB I PENDAHULUAN

REDESAIN KANTOR DINAS PENDIDIKAN JAWA TENGAH

Fransiskus Hamonangan-L2B Co-Housing Di Kota Semarang 2013

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I LATAR BELAKANG 1.1. Latar Belakang

TERMINAL BUS TIPE A KOTA SURAKARTA

GRAHA REHABILITASI PENYANDANG CACAT TUBUH DI SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pengembangan Terminal Penumpang Bandar Udara Internasional Ahmad Yani Semarang Hans Dian Sintong

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang.

1.7 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

SEKOLAH LUAR BIASA YAYASAN PEMBINAAN ANAK CACAT (SLB YPAC) DI SEMARANG. (Penekanan Desain Arsitektur Post Modern) IDA ASTRID PUSPITASARI L2B

LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR SEMARANG BOOK HOUSE

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PERUMAHAN BERWAWASAN LINGKUNGAN DI KECAMATAN JAGAKARSA, JAKARTA SELATAN DENGAN PENEKANAN DESAIN EKO-ARSITEKTUR

L E B A K B U L U S BAB 1 PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Perpustakaan Umum dengan Konsep Edutainment di Yogyakarta Penekanan Desain Arsitektur Organik. 1.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Tugas Akhir BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan dan Sasaran Perencanaan dan Perancangan Tujuan. Apartemen di Jakarta

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Tujuan dan Sasaran Tujuan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

PERPUSTAKAAN HIBRIDA DI KOTA BOGOR TA 127

TUGAS AKHIR PERIODE 36 LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR TERMINAL BUS TIPE A KOTA TEGAL

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Jenjang Pendidikan Atlet Binaan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

[RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK KOTA SEMARANG]

TSUNAMI MEMORIAL PARK BANDA ACEH - NAD BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

tahun ke tahun. Demand bidang perdagangan dan perekonomian kota Sragen dalam kurun waktu mencapai peningkatan 60%. Namun perkembangan yang

KAPO - KAPO RESORT DI CUBADAK KAWASAN MANDEH KABUPATEN PESISIR SELATAN SUMATRA BARAT BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

REDESAIN PASAR INDUK BATANG Penekanan Desain Arsitektur Tropis

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

CITY HOTEL BINTANG 3 DI PEKALONGAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

SHOPPING GREEN MALL DI SEMARANG BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Judul 1. Pusat Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pusat adalah pokok pangkal atau yang menjadi pumpunan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peningkatan pertumbuhan perekonomian akan turut meningkatkan peranan sektor transportasi dalam menunjang

MARKAS PUSAT DINAS KEBAKARAN SEMARANG BAB I PENDAHULUAN

Taman Imaginasi Di Semarang 126/48

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

Hotel Bintang 5 di Kota Batam TA- 138

BAB I PENDAHULUAN. Semarang Central Library. Shafira Eka Hariananda /

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1

(Dengan Penekanan Desain Arsitektur Neo Vernakular)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Kolam Renang Indoor Universitas Diponegoro - Tugas Akhir 135 LP3A BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Bab I Pendahuluan. Tabel 1.1. Tabel Hasil Penjualanan Sepeda Motor di Indonesia Tahun2013 Sumber: otonity.com (di unduh pada 1 Januari 2014)

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jumlah penduduk Lanjut Usia (lansia) semakin meningkat di dunia, termasuk juga di Negara Indonesia. Keberhasilan pembangunan nasional memberikan dampak peningkatan pada angka Umur Harapan Hidup (UHH), sehingga salah satu dampak spesifiknya adalah terjadinya peningkatan pada jumlah penduduk lansia. Arti lansia menurut Pasal 1 ayat (2), (3) &(4) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia bahwa lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun. Kondisi lansia itu sendiri secara umum ditunjukkan dengan menurunnya kekuatan secara fisik, serta pola kehidupan yang individualis, diperlukan peningkatan pelayanan bagi lansia demi mempertahankan kualitas hidupnya. Salah satu contohnya adalah Lansia tetap diberdayakan sesuai ketrampilan dan kondisi fisik lansia tersebut untuk meningkatkan kesejahteraan lansia, karena lansia adalah warga negara yang memiliki hak yang sama dalam bermasyarakat. Lanjut usia (lansia) merupakan salah satu kelompok dalam masyarakat yang membutuhkan perhatian lebih dalam perlakuannya. Penduduk lanjut usia memerlukan program pelayanan kesejahteraan sosial, guna meningkatkan angka harapan hidupnya melalui program pelayanan kesejahteraan sosial yang terencana, tepat guna dan tetap memiliki karakteristik yang harmonis dalam perlindungan sosial. Hal itu sesuai dengan penjelasan UUD 1945, Pasal 28H, ayat 1, bahwa Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan. Akan tetapi masih ada lanjut usia (lansia) bahkan sudah tidak sanggup lagi untuk memenuhi kebutuhan dasarnya sendiri dan sangat membutuhkan perhatian dari keluarga. Tetapi dari keluarganya sendiri banyak yang tidak mampu mengurus dan memberikan pelayanan bagi lansia tersebut. Hal ini menyebabkan kondisi lansia rentan akan penyakit dan terlantar. Penduduk lanjut usia terlantar berdasarkan hasil rekapitulasi laporan pemetaan data penyandang masalah kesejahteraan sosial dan potensi sumber kesejahteraan sosial di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2013, adalah sebanyak 125.951 jiwa (3,48%) lanjut usia terlantar dari jumlah penduduk lanjut usia di atas usia 60 tahun adalah sebanyak 3.611.999 jiwa (Dinas Sosial Provinsi Jawa Tengah, 2013). Berdasarkan Kebijakan dan Program Pelayanan Sosial Lanjut Usia di Indonesia oleh Departemen Sosial RI tahun 2003, pada mulanya program pemerintah dalam penanganan terhadap penduduk lanjut usia lebih menekankan pemberian santunan kepada yang terlantar sesuai Undang Undang Nomor 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia. Namun, saat ini kebijakan tersebut mempunyai sasaran yang lebih luas dengan memberikan dorongan untuk memberdayakan dan meningkatkan kesejahteraan lanjut usia kepada keluarga dan masyarakat agar dapat mendukung terwujudnya lanjut usia yang berguna, berkualitas dan mandiri. Penanganan permasalahan lanjut usia yang berkembang selama ini dikenal dengan melalui dua cara, yaitu pelayanan dalam panti dan luar panti. Pelayanan dalam Panti Sosial meliputi pemberian pangan, sandang, papan, pemeliharaan kesehatan, dan pelayanan bimbingan mental keagamaan, serta pengisian waktu luang termasuk didalamnya rekreasi, olahraga dan keterampilan. Sedangkan pada pelayanan diluar 1

panti para lanjut usia tetap berada dilingkungan keluarganya dengan diberikan bantuan permakanan dan pemberdayaan di bidang Usaha Ekonomis Produktif (UEP). Kabupaten Batang adalah salah satu kabupaten yang ada di Provinsi Jawa Tengah. Kabupaten Batang merupakan sebuah kabupaten yang berkembang dan menjadi jalur nasional pantura Jawa. Kondisi wilayah Kabupaten Batang merupakan kombinasi antara daerah pantai,dataran rendah, dan pegunungan. Dengan kondisi ini Kabupaten Batang mempunyai potensi yang sangat besar untuk agroindustry,agrowisata dan agrobisnis. Jumlah Penduduk Lansia Kabupaten Batang Tahun 2010-2016 Jumlah Penduduk Lansia Umur 55th keatas 92647 96436 100489 104783 109264 113844 118670 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 Grafik 1.1 Diagram Peningkatan Lansia di Kabupaten Batang Sumber : (Badan Pusat Statistik Kabupaten Batang, 2014 ) Menurut BPS Kabupaten Batang tahun 2014 jumlah lansianya sebanyak 109.294 jiwa (Badan Pusat Statistik Kabupaten Batang, 2014). Dan pada tahun 2013 jumlah lansia yang terlantar sebanyak 3.062 jiwa (Batang Dalam Angka Tahun 2013, 2014). Jumlah warga lansia tiap tahunnya di Batang Semakin meningkat. Seiring dengan meningkatnya jumlah lansia, turut serta membawa berbagai permasalahan. Permasalahan yang umum pada lansia yaitu kemisikinan, ketelantaran, serta tidak adanya sanak saudara yang mendampingi dan memberikan bantuan perekonomian. Hal yang demikian ini yang harus diantisipasi dan dicarikan jalan keluarnya. Pada tahun 2002, WHO mengeluarkan pedoman kota ramah lanjut usia (Age Friendly Cities giudeline) guna merespon dua fenomena demografi, yaitu fenomena penuaan penduduk (ageing) yang mengakibatkan jumlah penduduk lanjut usia meningkat pesat dan fenomena urbanisasi yang tinggi, yang mengglobal. Age Friendly City merupakan suatu gerakan berbagai kota di setiap negara di dunia yang mendukung lingkungan ramah usia atau lansia. Fokus program ini pada infrastruktur yang ramah lansia, baik di dalam rumah lansia maupun lingkungan sekitar kehidupan lansia sehari-hari. Adapun kota yang ramah lansia terdiri dari: (1) kawasan hunian dan rumah ramah lansia, (2) fasilitas publik dekat dengan hunian lansia agar mendorong kelanjutusiaan aktif, (3) transportasi dan infrastruktur yang ramah lansia, (4) fasilitas public taman dan hiburan yang ramah usia, termasuk lansia, dan (5) diskon khusus untuk transportasi, makanan, sandang dan papan yang ramah lansia. (Nugroho, 2013) Maka dari itu, Penduduk lanjut usia memerlukan wadah pelayanan kesejahteraan sosial, guna meningkatkan angka harapan hidupnya melalui program pelayanan kesejahteraan sosial 2

yang memiliki berbagai fasilitas berupa Panti Lansia untuk meningkatkan, mempertahankan atau memulihkan kesehatan atau memaksimalkan tingkat kemandirian, seperti nursing home tempat tinggal bagi lansia dan ruang komunal atau elderly community tempat untuk berkumpul dan melatih ketrampilan lansia dan tempat untuk peribadatan. 1.2. Tujuan dan Sasaran 1.2.1. Tujuan Memperoleh suatu Landasan Program Perencanaan dan Perancangan Tugas Akhir yang jelas dan layak, dengan suatu penekanan desain yang spesifik sesuai karakter atau keunggulan judul dan citra yang dikehendaki. 1.2.2. Sasaran Tersusunnya landasan program perencanaan dan perancangan dari Pusat Kesejahteraan Lansia di Batang yang akan dipergunakan sebagai dasar / landasan bagi perencanaan arsitektur pada lokasi yang ada berdasarkan aspek panduan perancangan. 1.3. Manfaat Manfaat yang dapat diperoleh terdiri dari manfaat subyektif dan objektif dengan rinciannya sebagai berikut. 1.3.1. Subyektif Sebagai syarat untuk memenuhi tahapan Tugas Akhir di Jurusan Arsitektur Universitas Diponegoro dan sebagai landasan untuk proses penyusunan Desain Grafis yang akan dikerjakan. LP3A ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi perkembangan ilmu dan pengetahuan arsitektur pada khususnya, dan menambah wawasan tentang prinsip-prinsip perencanaan dan perancangan sebuah Pusat Kesejahteraan Lansia di Batang. 1.3.2. Obyektif Sebagai acuan selanjutnya dalam proses perancangan desai Pusat Kesejahteraan Lansia agar bermanfaat dan menjadi pengetahuan mengenai lingkungan dan tempat tinggal yang memperhatikan kesehatan bagi mereka yang sudah lanjut usia. 1.4. Ruang Lingkup 1.4.1. Ruang Lingkup Substansial Meliputi perencananaan dan perancangan Pusat Kesejahteraan Lansia di Batang yang dikaitkan dengan disiplin ilmu arsitektur. 1.4.2. Ruang Lingkup Spasial Meliputi aspek kontekstual tapak terpilih dengan memperhatikan potensi, kendala dan prospeknya untuk perancangan Pusat Kesejahteraan Lansia di Batang. 1.5. Metode Pembahasan Metode yang digunakan dalam penyusunan Landasan Program Perencanaan dan perancangan ( LP3A ) ini yaitu Metode Deskriptif,Metode Dokumentatif dan Metode Komparatif. 1.5.1. Metode Deskriptif Metode Deskriptif yaitu metode dengan menerangkan atau mendeskripsikan data-data yang diperoleh dari data statistic dan beberapa literatur yang terkait. Data data tersebut kemudian diolah dengan menganalisa sesuai dengan kaidah arsitektur untuk dapat menghasilkan kesimpulan sehingga diperoleh suatu pendektan yang nantinya dapat digunakan untuk dasar perencanaan dan perancangan Pusat Kesejahteraan Lansia 3

1.5.2. Metode Dokumentatif Metode Dokumentatif yaitu metode pengumpulan data dengan melakukan pengamatan dan pengambilan gambar langsung di lapangan. 1.5.3. Metode Komparatif Metode komparatif merupakan suatu metode pembahasan yang dilakukan dengan cara membandingkan antara data- data berupa teori pada tinjauan pustaka dengan hasil observasi saat survey lapangan dan studi banding. 1.6. Sistematika Pembahasan Sistematika pembahasan yang digunakan dalam penyusunan sinopsis ini adalah sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan secara umum mengenai Pusat Kesejahteraan Lansia di Batang yang di dalamnya berisi tentang latar belakang, tujuan dan sasaran, manfaat, lingkup pembahasan, metode pembahasan, sistematika pembahasan dan alur pikir. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bab ini menguraikan literature dan referensi yang terkait dengan Pusat Kesejahteraan Lansia di Batang, peraturan-peraturan tentang standar Pusat Kesejahteraan Lansia yang ada di Indonesia. BAB III DATA Bab ini membahas tentang data fisik dan non fisik Kabupaten Batang serta kebijakan tata ruang Kabupaten Batang BAB IV KESIMPULAN, BATASAN DAN ANGGAPAN Bab ini mengungkapkan kesimpulan, batasan, dan anggapan sebelumnya yang digunakan untuk dasar pendekatan dan penentuan landsan program selanjutnya BAB V PENDEKATAN PERENCANAAN DAN PERANCANGAN PROYEK Bab ini menguraikan tentang dasar-dasar pendekatan program perencanaan dan perancangan awal dan analisa mengenai pendekatan arsitektural, pendekatan fungsional, pendekatan kontekstual dan pendekatan secara kinerja BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN PROYEK Bab ini membahas tentang konsep dasar, konsep perancangan arsitektur, rekapitulasi program ruang dan tapak terpilih untuk Pusat Kesejahteraan Lansia di Batang. 4

1.7. Alur Pikir AKTUALITA Jumlah lansia di Batang yang semakin meningkat setiap tahunnya sehingga membutuhkan wadah untuk kesejahteraan sosial lansia agar meningkatkan angka harapan hidupnya. Banyaknya lansia terlantar sehingga diperlukan sebuah hunian yang dapat memberikan kebutuhan hidup lansia terpenuhi dari segi kesehatan, social dan ekonomi. URGENSI Dibutuhkan pusat kesejahteraan untuk pelayanan lansia yang dapat menampung seluruh kegiatan sosial lansia seperti pendidikan,pelatihan,keagamaan, maupun kesehatan dengan fasilitas pendukungnya yang lengkap dan sesuai dengan fasilitas penggunanya. ORIGINALITAS Merencanakan Pusat Kesejahteraan Lansia dengan konsep Age Friendly City yang dapat mengakomodasi kebutuhan kapasitas ruang dan kelengkapan fasilitas serta menciptakan bangunan sosial yang aman dan nyaman. Tujuan Tujuan yang ingin dicapai adalah memperoleh suatu Landasan Program Perencanaan dan Perancangan yang jelas dan layak, serta dapat mendukung proses perencanaan dan perancangan Pusat Kesejahteraan Lansia, agar menjadi sebuah pusat pelayanan social untuk lansia yang dapat meningkatkan harapan hidup lansia. Sasaran Tersusunnya langkah-langkah pokok penyusunan Landasan Program Perencanaan dan Perancangan Pusat Kesejahteraan Lansia dengan penekanan desain Age Friendly City. F E E D B A Studi Pustaka Landasan Teori Standar perencanaan dan perancangan Studi Lapangan Dinas Sosial Kabupaten Batang Tinjauan Tapak Studi Banding PSTW Budi Dharma Bekasi Senior Living D khayangan C K Analisa Landasan Program Perencanaan Dan Perancangan Pusat Kesejahteraan Lansia di Batang Bagan Bahasan dan Alur Pikir Sumber : Analisa Penulis, 2017 5