13 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboraturium Benih dan Pemuliaan Tanaman Fakultas Pertanian, Universitas Lampung dari bulan September 2013 sampai dengan November 2013. 3.2 Bahan dan Alat Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah benih yang dihasilkan dari tanaman dengan keunggulan karakter kuantitatif jumlah anakan dan jumlah bulir varietas nasional yang terdiri dari Ciherang dan Ciliwung, serta sumber genetik lokal yang berasal dari Lampung yaitu Mutiara, Gendut, Kesit dan Teweh dan yang berasal dari luar Lampung yaitu PB-Bogor. Bahan lainnya yang digunakan adalah air, kertas koran, karet gelang, air akuades, air bebas ion, plastik pelapis substrat dan kertas merang. Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah, alat tulis,pinset, nampan, oven merk Heraeus, germinator tipe IPB 72-1, alat pembagi tepat benih tipe boerner, timbangan digital Metler PJ 400, gelas ukur, timer, conductivity meter, alat tulis, dan ember. Berikut tata letak percobaan yang akan dilaksanakan dalam penelitian ini sebagai berikut:
14 Kelompok 1 v7 v7 Kelompok 2 Kelompok 3 v7 Gambar 1. Tata letak percobaan Keterangan: = QTL jumlah anakan = QTL jumlah bulir = varietas Ciherang = varietas Ciliwung = sumber genetik lokal Mutiara = sumber genetik lokal Kesit = sumber genetik lokal Tewe = sumber genetik lokal Gendut v7 = sumber genetik lokal PB-bogor 3.3 Metode Penelitian Untuk menjawab pertanyaan dalam perumusan masalah dan menguji hipotesis, maka penelitian ini disusun menggunakan Rancangan Kelompok Teracak Sempurna (RKTS) dengan 3 ulangan. Setiap ulangan terdapat duplo sehingga setiap ulangan memiliki dua satuan percobaan. Rancangan perlakuan yang diterapkan adalah faktorial (2x7) dengan faktor pertama adalah karakter kuantitatif jumlah anakan dan jumlah bulir dan faktor kedua adalah sumber genetik. Homogenitas data diuji dengan uji Bartllet dan aditivitas data diuji dengan uji Tukey. Bila asumsi analisis ragam terpenuhi, selanjutnya dilakukan
15 pemisahan nilai tengah perlakuan dengan perbandingan kelas pada taraf nyata 1% dan 5%. 1.4 Pelaksanaan Penelitian 3.4.1 Persiapan Benih Benih diperoleh dari pemulia Dr. Saiful Hikam, M.Sc. yang merupakan hasil dari penelitian sebelumnya. Benih yang digunakan pada penelitian ini adalah benih yang telah dipanen pada bulan April tahun 2012 sehingga telah mengalami masa simpan selama kurang lebih satu tahun. Benih yang telah diperoleh kemudian akan dilakukan pengacakan menggunakan alat pembagi tepat. Sebelum dikecambahkan, benih telah diuji daya kecambahnya untuk mengetahui kemampuan kecambah yang masih dimiliki benih tersebut. Benih telah dihitung menggunakan penghitung benih untuk melihat kecukupan jumlah benih sebagai bahan percobaan. 1.4.2 Penyiapan Media Perkecambahan Media perkecambahan untuk viabilitas benih 5 lembar kertas merang setiap satuan percobaan yang telah dilapisi dengan plastik. Kertas merang sebelumnya telah dibasahi dengan air, lembar pertama digunakan sebagai media alas dan dua lainnya digunakan sebagai penutup. 1.4.3 Pengecambahan Benih Pengecambahan dimulai dengan menyiapkan kertas merang dan plastik dengan ukuran yang sama. Setiap kertas merang diletakan satu varietas benih padi yang
16 berjumlah 50 benih. Setiap varietas maupun sumber genetik lokal memiliki 3 ulangan dan setiap ulangan memiliki duplo. Benih disusun berbaris dengan pola 5 x 10. Setelah benih diletakan, kertas merang kemudian digulung dan dimasukan ke dalam germinator. Untuk memudahkan pengamatan maka diberi label untuk setiap perlakuan. 1.4.4 Uji Daya Hantar Listrik Uji daya hantar listrik dilakukan dengan menimbang benih padi sebanyak 10 g kemudian dimasukkan ke dalam wadah yang telah diberikan 100 ml air bebas ion. setelah dilakukan perendaman maka dilakukan pengamatan dengan menggunakan alat conductivity meter. 3.5 Variabel Pengamatan Variabel yang diamati dalam penelitian ini adalah daya kecambah benih, kecepatan kecambah benih, keserempakan kecambah benih, indeks vigor, panjang radikula, panjang tajuk dan daya hantar listrik. 3.5.1 Daya kecambah benih Pengamatan dilakukan dengan mengamati pertumbuhan plumula dan radikula pada benih. Plumula dan radikula dapat tumbuh normal dalam jangka waktu tertentu. Sedangkan waktu pengamatan berdasarkan acuan ISTA (International Seed Testing Asosiation) pengamatan daya kecambah pada benih padi dilakukan pada 5 HST dan 7 HST.
17 Benih dianggap normal apabila: a. Kecambah yang memiliki perkembangan sistem perakaran yang baik terutama akar primer dan untuk tanaman yang secara normal menghasilkan tanaman yang memiliki akar seminal tidak boleh kurang dari dua. b. Perkembangan hipokotil yang baik dan sempurna dengan daun yang bewarna hijau dan tumbuh baik, di dalam akan muncul koleoptil atau pertumbuhan epikotil yang sempurna dari kuncu yang normal. c. Memiliki satu kotiledon untuk berkecambah. d. Kecambah yang busuk akibat infeksi oleh kecambah lain, akan dianggap normal, kalau jelas pada bagian-bagian penting dari kecambah tersebut semua masih ada. Benih dianggap abnormal apabila: a. Tidak tumbuhnya kotiledon pada benih, embrio benih pecah, dan memiliki akar primer yang tidak proporsional. b. Ukuran antara bagian-bagian perkecambahan benih tidak proporsional. Benih dianggap telah mati apabila dalam jangka waktu tertentu benih tersebut tidak berkecambah. Dari pengamatan tersebut maka dapat ditentukan benih normal, benih abnormal maupun benih yang mati. Setelah itu maka dapat dilakukan perhitungan sebagai berikut: DB = Jumlah benih kecambah normal x 100% Jumlah benih yang dikecambahkan 3.5.2 Bobot Kering Kecambah Normal Bobot kering kecambah normal dilakukan dengan mengeringkan kecambah terlebih dahulu yang berasal dari hasil pengujian daya kecambah pada hari
18 terakhir menggunakan oven yang bersuhu 70 o C selama 3x24 jam, kemudian dibuang bagian kariopsisnya dan ditimbang sehingga didapatkan nilai bobot kering kecambah yang diperlukan. 3.5.3 Kecepatan kecambah benih Kecepatan kecambah benih diukur dengan jumlah tambahan perkecambahan setiap hari atau etmal pada kurun waktu perkecambahan dalam kondisi optimum (Sadjad, 1993). Pengamatan bentuk-bentuk kecambah normal dan abnormal dilakukan setiap hari sampai dengan 7 HST. Kecambah abnormal dibuang setiap kali pengamatan, demikian juga kecambah yang telah busuk dan mati. Pengamatan dilakukan pada hari ke-2 sampai hari ke-5. Setelah itu dihitung dengan rumus sebagai berikut: KCT = (Xi + X1 1) x 100% Ti Keterangan : Xi = Persentase kecambah normal Ti = Hari ke i 3.5.4 Keserempakan kecambah benih Pengamatan dilakukan dengan melihat kecambah normal yang kuat dan kurang kuat, dan kemudian dihitung pada umur kecambah 6 HST. Setelah itu persentase keserempakan perkecambahan benih dapat dihitung sebagai berikut : KST = KK x 100% total benih Keterangan KST KK Total Benih = keserempakan kecambah benih = Jumlah kecambah kuat = Jumlah keseluruhan benih yang ditan
19 3.5.5 Indeks Vigor Perhitungan indeks vigor dilakukan dengan menghitung jumlah kecambah normal pada hari pengamatan daya kecambah pertama yaitu 5 HST. 3.5.6 Panjang Radikula Pengukuran panjang radikula dilakukan dengan mengukur akar primer dari pangkal sampai ujung akar terpanjang dengan satuan sentimeter. Pengukuran dilakukan mulai sejak akar primer tumbuh sampai dengan hari 7 HST. 3.5.7 Panjang Tajuk Pengukuran panjang tajuk diukur dari pangkal plumula sampai ujung tajukyang dilakukan pada hari ke tujuh setelah tanam dengan satuan sentimeter. 3.5.8 Daya Hantar Listrik Pengukuran daya hantar listrik dilakukan dengan menggunakan alat pengukur daya hantar listrik yaitu conductivity meter. Perhitungan konduktivitas per gram benih untuk masing-masing ulangan menggunakan rumus sebagai berikut: Nilai DHL (µs/cm/cm) KK = Konduktivitas sampel blanko (µs/cm) berat benih per ulangan