serangan diare dan 3,2 juta kematian per tahun pada balita disebabkan oleh diare.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit diare masih menjadi salah satu masalah kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. ini manifestasi dari infeksi system gastrointestinal yang dapat disebabkan berbagai

BAB I PENDAHULUAN. disertai perubahan bentuk dan konsistensi tinja (Manalu, Marsaulina,

BAB I PENDAHULUAN. terjadi di negara berkembang dari pada negara maju. Di antara banyak bentuk

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS PAHANDUT PALANGKA RAYA

BAB I PENDAHULUAN. yaitu program pemberantasan penyakit menular, salah satunya adalah program

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada bayi dan anak. Di negara berkembang, anak-anak menderita diare % dari semua penyebab kematian (Zubir, 2006).

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Diare merupakan penyakit dengan tanda - tanda perubahan frekuensi buang air

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kematian terbesar kedua di dunia setelah Human Immunodeviciency Virus

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit diare adalah kondisi dimana terjadi buang air besar atau defekasi

BAB I PENDAHULUAN. lebih dalam sehari. Dengan kata lain, diare adalah buang air besar

BAB I PENDAHULUAN. yang masih tinggi (Kemenkes RI, 2011). Anak usia sekolah merupakan

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan suatu negara, karena merupakan generasi penerus bangsa

BAB I PENDAHULUAN. Sampai saat ini diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat

PERILAKU IBU DALAM MENGASUH BALITA DENGAN KEJADIAN DIARE

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit diare adalah salah satu penyebab utama kesakitan dan kematian pada

BAB 1 PENDAHULUAN. mortalitasnya yang masih tinggi. Diare adalah penyakit yang ditandai

BAB 1 PENDAHULUAN. saat ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dan beban global. terutama di negara berkembang seperti Indonesia adalah diare.

BAB I PENDAHULUAN. seluruh daerah geografis di dunia. Menurut data World Health Organization

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. atau diobati dengan akses yang mudah dan intervensi yang terjangkau. Kasus utama

BAB I PENDAHULUAN. cair, dengan atau tanpa darah dan atau lendir, biasanya terjadi secara

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Derajat kesehatan masyarakat yang optimal adalah tingkat kondisi

BAB I PENDAHULUAN. di negara berkembang. ISPA yang tidak mendapatkan perawatan dan pengobatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. feses secara terus menerus lebih dari tiga kali dalam satu hari dan memiliki

BAB I PENDAHULUAN. mudah menderita kelainan gizi, Kejadian gizi kurang seperti fenomena gunung es

SKRIPSI. Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Derajat Gelar S 1 Keperawatan. Oleh: WAHYUNI J

BAB I PENDAHULUAN. dan batuk baik kering ataupun berdahak. 2 Infeksi saluran pernapasan akut

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat. Gangguan kesehatan yang dapat terjadi pada masa anak-anak dapat

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. anak di negara sedang berkembang. Menurut WHO (2009) diare adalah suatu keadaan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perlu dijaga, ditingkatkan dan dilindungi kesehatannya. Masa usia sekolah disebut

Penyajian Susu Formula Terhadap Kejadian Diare Pada Bayi 0 24 Bulan di RS. Surabaya Medical Service

BAB I PENDAHULUAN. normal yang ditunjukkan oleh angka bagian atas (systolic) dan angka

PHBS yang Buruk Meningkatkan Kejadian Diare. Bad Hygienic and Healthy Behavior Increasing Occurrence of Diarrhea

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan salah satunya adalah penyakit infeksi. Masa balita juga merupakan masa kritis bagi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG DIARE TERHADAP PERILAKU IBU DALAM PENCEGAHAN DIARE PADA BALITA DI PUSKESMAS GAMPING 1 SLEMAN YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN UKDW. trakea bahkan paru-paru. ISPA sering di derita oleh anak anak, baik di negara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN IBU BALITA DIARE DENGAN PENGGUNAAN ORALIT DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS JAJAG BANYUWANGI TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. WHO (World Health Organization) mendefinisikan Diare merupakan

HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DALAM PENCEGAHAN PNEUMONIA DENGAN KEKAMBUHAN PNEUMONIA PADA BALITA DI PUSKESMAS SEI JINGAH BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Penyakit diare merupakan salah satu penyebab. mortalitas dan morbiditas anak di dunia.

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN DENGAN MEDIA VIDEO TERHADAP PENGETAHUAN ANAK PRA SEKOLAH TENTANG PENCEGAHAN PENYAKIT DIARE DI TK MINASAUPA

BAB I PENDAHULUAN. keinginan buang air besar, rasa tidak nyaman pada perianus dan inkontinensia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Batuk pilek merupakan gangguan saluran pernafasan atas yang paling

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. diprioritaskan dalam perencanaan dan pembangunan bangsa (Hidayat, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. Balita. Pneumonia menyebabkan empat juta kematian pada anak balita di dunia,

BAB 1 PENDAHULUAN. Anak merupakan titipan illahi dan merupakan suatu investasi bangsa

BAB I PENDAHULUAN. negara berkembang. Di Indonesia penyakit diare menjadi beban ekonomi yang

BAB 1 PENDAHULUAN. menjadi penyakit multisistemik yang disebabkan oleh kuman Salmonella

7-13% kasus berat dan memerlukan perawatan rumah sakit. (2)

BAB I PENDAHULUAN. dan Angka Kematian Balita (AKABA/AKBAL). Angka kematian bayi dan balita

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan laporan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 ISPA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang Mandiri, Maju, Adil dan Makmur, salah satu agenda riset nasional bidang

BAB I PENDAHULUAN. dehidrasi. Di Indonesia sendiri diare masih merupakan urutan ke-6 dari 10 besar pola

BAB 1 PENDAHULUAN. mortalitas dari penyakit diare masih tergolong tinggi. Secara global, tahunnya, dan diare setiap tahunnya diare membunuh sekitar

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Diare didefinisikan sebagai buang air besar dengan konsistensi tinja cair

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Morbiditas dan mortalitas merupakan suatu indikator yang

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan lima tahun. Pada usia ini otak mengalami pertumbuhan yang

BAB I PENDAHULUAN. (KLB) diare juga masih sering terjadi, dengan Case Fatility Rate (CFR) yang

BAB I PENDAHULUAN. kematian bayi (AKB) masih cukup tinggi, yaitu 25 kematian per 1000

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menyerang anak-anak adalah diare, pneumonia, dan

BAB I PENDAHULUAN. sering menderita kekurangan gizi, juga merupakan salah satu masalah gizi

BAB I PENDAHULUAN. 1 Anak usia sekolah di Indonesia ± 83 juta orang (

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. 6,9 juta jiwa, tercatat kematian balita dalam sehari, 800 kematian balita

BAB 1 PENDAHULUAN. kesadaran (Rampengan, 2007). Demam tifoid disebabkan oleh bakteri Salmonella

BAB I PENDAHULUAN. Prevention (CDC) memperkirakan jumlah penderita hipertensi terus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Laporan WHO tahun 2015 menyebutkan bahwa diare masih merupakan

I. PENDAHULUAN. terkontaminasi akibat akses kebersihan yang buruk. Di dunia, diperkirakan sekitar

BAB I PENDAHULUAN. sakit dan 3-5 juta kematian setiap tahunnya. Di Amerika Serikat, ada juta

EFEKTIFITAS PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PHBS DI MTS MIFTAHUL ULUM KECAMATAN KEMLAGI KABUPATEN MOJOKERTO. Dwi Helynarti Syurandari*)

BAB I PENDAHULUAN. Diare adalah sebagai perubahan konsistensi feses dan perubahan frekuensi

BAB I PENDAHULUAN. 2006). Departemen Kesehatan Republik Indonesia (Depkes RI) tahun 2014

Grafik 1.1 Frekuensi Incidence Rate (IR) berdasarkan survei morbiditas per1000 penduduk

HUBUNGAN KONDISI FASILITAS SANITASI DASAR DAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN DIARE DI KECAMATAN SEMARANG UTARA KOTA SEMARANG.

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) merupakan masalah kesehatan

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Diare adalah perubahan frekuensi dan konsistensi tinja. World Health

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Derajat kesehatan masyarakat merupakan tolak ukur yang digunakan. dalam pencapaian keberhasilan program dengan berbagai upaya

BAB I PENDAHULUAN. atau lendir. Diare dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu diare akut dan

BAB 1 PENDAHULUAN. buang air besar (Dewi, 2011). Penatalaksaan diare sebenarnya dapat. dilakukan di rumah tangga bertujuan untuk mencegah dehidrasi.

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah

Hubungan antara perilaku ibu tentang kebersihan dan frekuensi kejadian Gastroentritis pada balita usia 1 3 tahun di RS Adi Husada Kapasari Surabaya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di Indonesia diare merupakan penyebab kematian utama pada bayi dan anak.

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007 sebesar 34 per kelahiran hidup.

BAB I PENDAHULUAN. perasaan dan tingkah laku seseorang sehingga menimbulkan penderitaan dan

BAB III METODE PENELITIAN. Kecamatan Bulango Utara Kabupaten Bone Bolango. Utara, Kabupaten Bone Bolango pada tanggal 10 Mei Juni 2013

BAB I PENDAHULUAN. hijau atau dapat pula bercampur lendir dan darah atau lendir saja

Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: X

HUBUNGAN FAKTOR SOSIODEMOGRAFI DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GIRIWOYO 1 WONOGIRI

BAB I LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN. (P2ISPA) adalah bagian dari pembangunan kesehatan dan upaya pencegahan serta

BAB I PENDAHULUAN. akibat gangguan sangat penting pada masa kanak-kanak karena karies gigi,

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit diare masih menjadi salah satu masalah kesehatan masyarakat yang penting karena merupakan penyumbang utama ketiga angka kesakitan dan kematian anak di berbagai negara termasuk Indonesia. Diperkirakan 1,3 miliar serangan diare dan 3,2 juta kematian per tahun pada balita disebabkan oleh diare. Setiap anak mengalami episode serangan diare rata-rata 3,3 kali setiap tahun. Lebih kurang 80% kematian terjadi pada anak berusia kurang dari dua tahun (Widoyono, 2011). Diare saat ini masih menjadi penyebab utama ketiga kematian balita setelah pneumonia. Dari tahun ke tahun menjadi salah satu penyakit yang menyebabkan mortalitas dan morbiditas pada balita (Word Health Organization (WHO), 2015). Penyakit diare menjadi masalah di dunia terutama pada negara berkembang, salah satu negara berkembang adalah Indonesia. Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdes, 2013) menyatakan bahwa indonesia termasuk dalam 10 besar penyakit rawat inap rumah sakit dengan jumlah sebanyak (3,5%). Jumlah kasus diare di Yogyakarta menempati urutan pertama dengan jumlah 913 kasus dengan proporsi 1,6 % (Dinkes, 2013). Sedangkan berdasarkan data profil Kesehatan Kabupaten Bantul pada tahun 2015 sebesar 4,57 per 1000 penduduk dan dilaporkan 100% balita yang menderita diare sudah ditanganin. Kasus tertinggi terdapat di wilayah Puskesmas Bangutapan sebesar 305 kasus (Dinkes Bantul, 2015). Di Kecamatan Kasihan khususnya di wilayah kerja Puskesmas Kasihan II Bantul Yogyakarta angka kejadian diare sebanyak 653%. 1

Diare adalah keadaan yang ditandai dengan bertambahnya frekuensi defekasi lebih dari tiga kali sehari yang disertai dengan perubahan konsistensi tinja menjadi lebih cair (Suraatmaja, 2010). Saat anak mengalami diare anak akan kehilangan semangat, tidak ceria lagi dan selalu menangis karena mengeluh sakit pada perutnya (Muhammad Firdaus, 2007). Selain itu gejala lain yang muncul adalah gangguan gizi akibat asupan makanan berkurang, muntah-muntah, hipoglikemia, dehidrasi yang menyebabkan gangguan keseimbangan metabolisme karena asupan cairan tidak seimbang dengan pengeluaran melalui muntah dan diare (Widjaja, 2002). Salah satu resiko dalam timbulnya diare yaitu kurangnya pengetahuan orang tua dalam hal hygiene yang kurang baik, perorangan maupun lingkungan, pola pemberian makan, sosio ekonomi dan sosio budaya. Dalam permasalahan ini untuk mengurangi penyakit diare yang berkelanjutan, yaitu dengan cara dilakukan pemberian edukasi yang berupa pendidikan kesehatan. Keberhasilan dalam pencegahan diare pada anak tidak lepas dari pengetahuan orang tua tentang pencegahan diare pada anak. Orang tua yang memiliki pengetahuan tentang diare dapat melakukan penanganan diare pada anak dari pada orang tua yang tidak memiliki pengetahuan tentang diare (Kusmawati, 2012). Peningkatan pengetahuan tidak selalu menyebabkan terjadinya perubahan sikap dan perilaku tetapi mempunyai hubungan yang positif, yaitu dengan peningkatan pengetahuan maka terjadi perubahan perilaku dengan sendirinya (Wilson, et al., 2010 ; Notoadmojo, 2007). Permasalahan tersebut penting bagi perawat untuk memberikan edukasi yang berupa pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan orang tua dalam pencegahan diare. Pendidikan kesehatan merupakan bagian dari peran perawat sebagai penyuluh untuk pencegahan penyakit (preventif). Tujuan pendidikan kesehatan yang diberikan kepada 2

seseorang untuk memandirikan dalam mengambil keputusan pada masalah kesehatan yang dihadapi (Duryean E.J dalam Nursalam dan Efendi, 2009). Pendidikan kesehatan yang diberikan juga bertujuan untuk mengubah perilaku individu atau masyarakat di bidang kesehatan. Sehingga individu atau masyarakat yang diberikan edukasi berupa pendidikan kesehatan dapat menerapkan dalam hidup sehat yang menjadi kebiasaan sehari-hari (Ardayani, 2015). Berdasarkan hasi studi pendahuluan di Taman Kanak-Kanak Darma Bakti 4 Kasihan Bantul Yogyakarta didapatkan bahwa ada beberapa anak yang masih suka mengkonsumsi makanan yang tidak sehat, tidak mencuci tangan sebelum dan sesudah makan atau mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan aktivitas. Hal ini yang dapat menyebabkan diare pada anak. Dari pihak sekolah juga mengadakan program PMT (Pemberian makanan tambahan) dan makanan bergizi atau swalayan orang tua. Dari observasi yang di dapatkan peneliti makanan yang dikonsumsi pada saat program PMT terlaksana yaitu makanan tradisional. Program makanan bergizi atau swalayan orang tua yaitu makanan yang mengandung serat seperti sayur dan buah-buahan yang dibawa oleh orang tua murid. Tetapi tempat untuk makanan tersebut tidak bersih dan penyajiannya di tempat yang terbuka tidak di dalam ruangan atau di dalam kelas, sehingga makanan yang dikonsumsi dapat dengan mudah terkontaminasi. Program makanan bergizi tersebut hanya dilaksanakan 1 bulan sekali. Dari hasil wawancara dengan beberapa orang tua murid dan guru di Taman Kanak-Kanak masih rendah terkait tentang pengetahuan penyebab dan cara pencegahan diare. Orang tua murid langsung membawa anaknya ke puskesmas jika anak mengalami diare, padahal orang tua bisa melakukan pencegahan diare di rumah sebelum anaknya dibawa ke puskesmas. Orang tua murid hanya beranggapan bahwa penyebab diare pada anak adalah mengkonsumsi makanan yang tidak sehat, 3

tetapi penyebab diare bisa melalui sumber yang lain seperti membuang sampah sembarangan, tidak mencuci tangan sebelum dan sesudah buang air besar. Berdasarkan uraian di atas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang Pengaruh Edukasi Cara Pencegahan Diare Terhadap Pengetahuan Orang Tua Anak Prasekolah. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang dari yang telah diuraikan, maka permasalahan yang diajukan adalah Bagaimana pengaruh edukasi cara pencegahan diare terhadap pengetahuan orang tua anak prasekolah? C. Tujuan Peneliti 1. Tujuan Umum Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh edukasi cara pencegahan diare tehadap pengetahuan orang tua anak prasekolah di Taman Kanak-Kanak Darma Bakti 4 Kasihan Bantul Yogyakarta. 2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui pengetahuan orang tua tentang pencegahan diare sebelum dilakukan pendidikan kesehatan b. Untuk mengetahui pengetahuan orang tua tentang pencegahan diare setelah dilakukan pendidikan kesehatan c. Untuk megetahui perbedaan sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan kepada orang tua. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi responden Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan orang tua tentang pencegahan diare pada anak prasekolah. 4

2. Bagi Ilmu Keperawatan Menambah informasi dalam mengembangkan asuhan keperawatan khususnya pada bidang keperawatan anak, keperawatan komunitas dan keperawatan keluarga tentang pengetahuan orang tua dalam pencegahan diare pada anak. 3. Bagi peneliti Sebagai bahan untuk melakukan penelitian keperawatan anak lebih lanjut di masa yang akan datang. E. Penelitian Terkait 1. Saputro, K. (2015). Hubungan Tingkat Pegetahuan Ibu Tentang Penyakit Diare dengan perilaku dalam pencegahan diare pada balita di wilayah kerja Puskesmas Jetis II. Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif analitik dengan mengggunakan metode pendekatan Cross-sectional dengan data variabel independent dan dependent. Kemudian instrumen yang digunakan adalah kuesioner dengan jumlah responden 114 orang dengan mayoritas umur antara 26-35 tahun. Hasil penelitian yang didapatkan bahwa sebanyak 114 orang ibu, didapatkan bahwa ibu yang memiliki pengetahuan baik sebayak 98 orang (86,0%), cukup sebanyak 16 orang (14.0%) dan rendah tidak ada. Perbedaan pada penelitian ini dengan peneliti berada pada desain penelitian menggunakan pre-eksperimental dengan pendekatan group pre-test dan post-test, analisis yang digunakan menggunakan uji non parametrik yaitu Wilcoxson Test dan tempat penelitian di Taman Kanak-Kanak Darma Bakti 4 Kasihan Bantul. 2. Pratiwi, (2013). Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Kebersihan Jajanan terhadap Angka Kejadian Diare di Taman Kanak-Kanak Pertiwi 41 Kasihan Bantul Yogyakarta Tahun 2012-2013. Jenis penelitian yang digunakan Kuantitatif dengan menggunkan metode Cross-sectional dengan data variabel independent dan 5

dependent. Kemudian intrumen yang digunakan kuesioner dengan jumlah responden 73 orang. Hasil penelitian yang didapat bahwa tingkat pengetahuan ibu tentang kebersihan jajanan di Taman Kanak-Kanak Pertiwi 41 Kasihan Bantul Yogyakarta 56,7% termasuk kategori baik sebanyak 34 orang (56,7%) dan kejadian diare pada anak di Taman Kanak-Kanak Pertiwi 41 Kasihan Bantul Yogyakarta yaitu 65,0% dikategorikan tidak mengalami diare dalam 4 bulan terakhir dengan sebanyak 39 orang (65,0%). Perbedaan pada penelitian ini dengan peneliti berada pada desain penelitian menggunakan pre-eksperimental dengan pendekatan group pre-test dan post-tes, analisis yang digunakan menggunakan uji non parametrik yaitu Wilcoxson Test dan tempat penelitian di Taman Kanak-Kanak Darma Bakti 4 Kasihan Bantul. 3. Majiid, S. (2015). Pengaruh Edukasi Penatalaksanan Diare Berdasarkan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) Terhadap Sikap Ibu Dalam Penatalaksanaan Diare Di Kecamatan Danurejan Yogyakarta. Jenis penelitian yang digunakan metode Quasy- Experimen dengan rancangan Non Equivalent Control Group. Intrumen yang digunkan kuesioner dengan jumlah reponden 100 ibu dengan balita. Hasil peneliti terdapat pengaruh edukasi yang diberikan terhadap sikap ibu dalam penatalaksanaan diare pada kelompok eksperimen dan terdapat perbedaan yang bermakna sikap ibu tentang penatalaksanaan diare pada balita. Perbedaan pada penelitian ini dengan peneliti berada pada desain penelitian menggunakan pre-eksperimental dengan pendekatan group pre-test dan post-test, analisis yang digunakan menggunakan uji non parametrik yaitu Wilcoxson Test dan tempat penelitian di Taman Kanak-Kanak Darma Bakti 4 Kasihan Bantul. 6