BAB I PENDAHULUAN. lemak tubuh karena ambilan makanan yang berlebih (Subardja, 2004).

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. dari sepuluh masalah kesehatan utama di dunia dan kelima teratas di negara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Indeks Massa Tubuh (IMT) adalah metode sederhana yang

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu keadaan dengan akumulasi lemak yang tidak normal atau. meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular dan serebrovaskular

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes mellitus dapat menyerang warga seluruh lapisan umur dan status

BAB I PENDAHULUAN. kegemukan sebagai lambang kemakmuran. Meskipun demikian, pandangan yang

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan salah satu aspek yang menentukan kualitas

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dianggap masalah oleh semua orang. Papalia dan Olds (1995) mengatakan bahwa obesitas dan overweight terjadi jika individu

BAB I PENDAHULUAN. setelah diketahui bahwa kegemukan merupakan salah satu faktor risiko. koroner, hipertensi dan hiperlipidemia (Anita, 1995).

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tubuh dan menyebabkan kebutaan, gagal ginjal, kerusakan saraf, jantung, kaki

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dunia, lebih dari 1 milyar orang dewasa adalah overweight dan lebih dari 300

BAB I PENDAHULUAN. tetapi kurang serat (Suyono dalam Andriyani, 2010). Ketidakseimbangan antara

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suatu studi telah menunjukkan bahwa obesitas merupakan faktor

BAB I PENDAHULUAN. lebih sangat erat kaitannya dengan aspek kesehatan lain. Gizi lebih dan. nama Sindrom Dunia Baru New World Syndrome.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kematian di Asia Tenggara paling banyak disebabkan oleh penyakit

BAB I PENDAHULUAN. tidak adanya insulin menjadikan glukosa tertahan di dalam darah dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut World Health Organization (WHO), obesitas adalah

BAB I PENDAHULUAN. jumlah remaja dan kaum muda berkembang sangat cepat. Menurut World

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. sebuah hal yang sangat penting bagi seorang wanita. Penampilan bagi seorang

BAB I PENDAHULUAN. gizi terjadi pula peningkatan kasus penyakit tidak menular (Non-Communicable

BAB I PENDAHULUAN. derajat kesehatan yang baik dan setinggi-tingginya merupakan suatu hak yang fundamental

BAB I PENDAHULUAN. Obesitas didefinisikan sebagai akumulasi abnormal atau berlebihnya lemak

BAB I PENDAHULUAN. WHO menyatakan bahwa obesitas sudah merupakan suatu epidemi global,

BAB I PENDAHULUAN. diriwayatkan Nabi R. Al-Hakim,At-Turmuzi, Ibnu Majah, dan Ibnu Hibban: minum, dan sepertiga lagi untuk bernafas.

BAB 1 : PENDAHULUAN. penduduk yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Salah satu indikator

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Setiap perempuan akan mengalami proses fisiologis dalam hidupnya,

BAB I PENDAHULUAN. yang serius dan merupakan penyebab yang penting dari angka kesakitan,

Oleh: Prof. Dr. Ir. Hardinsyah, MS Siti Nuryati, STP, MSi Muhammad Aries

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah kesehatan merupakan masalah yang ada di setiap negara, baik di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. hiperglikemi yang berkaitan dengan ketidakseimbangan metabolisme

BAB I PENDAHULUAN. secara Nation Wide mengingat prevalensinya cukup tinggi umumnya sebagian

Gambar Kerangka pemikiran hubungan faktor gaya hidup dengan kegemuka pada orang dewasa di Provinsi Sulawesi Utara, DKI Jakarta, dan Gorontalo.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. lum masa dewasa dari usia tahun. Masa remaja dimulai dari saat pertama

ASUPAN ENERGI DAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KEJADIAN OBESITAS SENTRAL PADA IBU RUMAH TANGGA DI KELURAHAN UJUNG PANDANG BARU KECAMATAN TALLO KOTA MAKASSAR

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pengukuran antropometri terdiri dari body mass index

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Obesitas didefinisikan sebagai akumulasi lemak yang abnormal atau

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Mellitus (DM) tipe 2 merupakan salah satu. penyakit tidak menular yang semakin meningkat di Indonesia.

BAB 1 PENDAHULUAN. serius karena termasuk peringkat kelima penyebab kematian di dunia.sekitar 2,8 juta

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner. Kelebihan tersebut bereaksi dengan zat-zat lain dan mengendap di

BAB I PENDAHULUAN. Overweight dan obesitas adalah dua istilah yang berbeda. Overweight

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi memiliki istilah lain yaitu silent killer dikarenakan penyakit ini

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakit penyakit

BAB I PENDAHULUAN. penyakit degeneratif akan meningkat. Penyakit degeneratif yang sering

BAB I PENDAHULUAN. begitu pula dengan permasalahan kardiovaskuler dan DM (Marliyanti, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. kardiovaskular (World Health Organization, 2010). Menurut AHA (American

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk dunia meninggal akibat diabetes mellitus. Selanjutnya pada tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. tidak banyak melakukan aktivitas fisik dan menata pola makan agar menjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Indonesia mengalami permasalahan gizi ganda yaitu perpaduan antara gizi

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh PTM terjadi sebelum usia 60 tahun, dan 90% dari kematian sebelum

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. memungkinkan manusia bekerja secara maksimal (Moehji, 2009).

BAB I PENDAHULUAN UKDW. lanjut usia terus meningkat dari tahun ke tahun(rahayu, 2014). Menurut

BAB I PENDAHULUAN. yang mendadak dapat mengakibatkan kematian, kecacatan fisik dan mental

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penyakit tidak menular dan penyakit kronis. Salah satu penyakit tidak menular

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan yang belum dapat diselesaikan oleh negara-negara maju. dan berkembang di dunia. Studi pada tahun 2013 dari Institute for

BAB 1 PENDAHULUAN. kematian berasal dari PTM dengan perbandingan satu dari dua orang. dewasa mempunyai satu jenis PTM, sedangkan di Indonesia PTM

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan gizi saat ini cukup kompleks meliputi masalah gizi ganda. Gizi

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Obesitas bukanlah masalah baru bagi dunia kesehatan dan ternyata

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Obesitas merupakan salah satu masalah kesehatan yang banyak terjadi di

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. masalah ganda (Double Burden). Disamping masalah penyakit menular dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anggi Fauzi Mukti, 2014

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Aktivitas fisik adalah gerakan tubuh yang dihasilkan oleh kontraksi otot

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. dekade terakhir. Overweight dan obesitas menjadi masalah kesehatan serius

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. orang yang memiliki kebiasaan merokok. Walaupun masalah. tahun ke tahun. World Health Organization (WHO) memprediksi

BAB 1 PENDAHULUAN. (overweight) dan kegemukan (obesitas) merupakan masalah. negara. Peningkatan prevalensinya tidak saja terjadi di negara

BAB 4 HASIL PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. maupun sosial. Perubahan fisik pada masa remaja ditandai dengan pertambahan

BAB I PENDAHULUAN. anak dan remaja saat ini sejajar dengan orang dewasa (WHO, 2013). Menurut

BAB I PENDAHULUAN. penyebab kematian di dunia termasuk di negara berkembang seperti

BAB 1 PENDAHULUAN. (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas, dan produktif (Hadi, 2005). bangsa bagi pembangunan yang berkesinambungan (sustainable

BAB I PENDAHULUAN. berbagai negara mengingat beban biaya serta morbiditas dan mortalitas yang

BAB I PENDAHULUAN. diseluruh dunia baik di negara berkembang maupun negara yang sedang

BAB 1 PENDAHULUAN. antara konsumsi, penyerapan zat gizi, dan penggunaannya di dalam tubuh yang

BAB I PENDAHULUAN. kegemukan atau obesitas selalu berhubungan dengan kesakitan dan

BAB I PENDAHULUAN. mereka dan membangun citra tubuh atau body image). Pada umumnya remaja putri

BAB I PENDAHULUAN. penyakit infeksi ke penyakit tidak menular ( PTM ) meliputi penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit degeneratif merupakan transisi epidemiologis dari era penyakit

I. PENDAHULUAN. usia harapan hidup. Dengan meningkatnya usia harapan hidup, berarti semakin

BAB I PENDAHULUAN. berkesinambungan menuju Indonesia sehat. fisik, mental dan sosial. Semua aspek tersebut akan mempengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. badan menjadi gemuk (obese) yang disebabkan penumpukan jaringan adipose

BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. penyakit kronis telah terjadi di Indonesia seiring dengan kemajuan teknologi dan

No Variabel Kategori 1 Karakteristik Demografi dan Ekonomi Umur

BAB I PENDAHULUAN. obesitas di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Saat ini diperkirakan

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Status kesehatan masyarakat ditunjukkan oleh angka kesakitan, angka

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan masyarakat semakin meningkat. Salah satu efek samping

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Obesitas atau kegemukan adalah keadaan yang terjadi apabila kuantitas jaringan lemak tubuh dibandingkan berat badan total lebih besar daripada normal. Hal ini terjadi akibat peningkatan timbunan energi sebagai lemak tubuh karena ambilan makanan yang berlebih (Subardja, 2004). Menurut WHO (2000), obesitas atau kegemukan merupakan kondisi ketidaknormalan atau kelebihan akumulasi lemak dalam jaringan adiposa. Berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT), obesitas dibagi menjadi tiga kategori, yaitu: Obesitas I, Obesitas II, dan Obesitas III. Adapun berdasarkan distribusi lemak, obesitas dibagi menjadi dua kategori, yaitu: obesitas sentral dan obesitas umum. Untuk penduduk barat, seseorang dikatakan obesitas 0 kg/m 2 pada perempuan, sedangkan untuk penduduk Asia, IMTnya > 25 kg/m 2 atau Obesitas sentral merupakan pertanda adanya bahaya bagi kesehatan (Kuwat, 2009). Obesitas terjadi karena bertambahnya ukuran dan jumlah sel jaringan adipose yang dapat menyebabkan gangguan metabolisme. Selain sebagai tempat penyimpanan lemak, sel adipose merupakan organ yang memproduksi molekul biologi aktif (adipokin) seperti sitokin proinflamasi, hormone antiinflamasi dan substansi biologi lainnya. Obesitas sentral 1

2 menyebabkan ekspresi sitokin proinflamasi meningkat didalam sirkulasi sehingga mengakibatkan inflamasi dinding vaskuler (Nursalim, 2008). Obesitas, khususnya obesitas sentral (abdominal), berasosiasi dengan sejumlah gangguan metabolisme dan penyakit dengan morbiditas dan mortalitas yang tinggi antara lain: resistensi insulin, diabetes mellitus, hipertensi, hiperlipidemia, aterosklerosis, penyakit hati dan kandung empedu, bahkan beberapa jenis kanker (Wulandari, 2007). World Health Organization (WHO) memperkirakan, di dunia ada sekitar 1,6 milyar orang dewasa berumur 15 tahun kelebihan berat dan setidak-tidaknya sebanyak 400 juta orang dewasa gemuk (obese) pada tahun 2005, dan diperkirakan > 700 juta orang dewasa akan gemuk (obese) pada tahun 2015 (WHO, 2000). Di Indonesia sendiri, Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2 15 tahun kelebihan berat dan 10,3% gemuk (Balitbangkes Depkes, 2008). Di negara maju, obesitas sudah menjadi masalah penting dalam kesehatan masyarakat karena angka kejadian yang semakin meningkat dan timbulnya beberapa faktor resiko yang akan dihadapi baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Menurut Departemen Kesehatan (2007), dari 210 juta penduduk Indonesia pada tahun 2000, sekitar 36,75 juta (17,5%) penduduk diperkirakan mengalami overweight dan lebih dari 9,8 juta (4,7%) pasien menderita obesitas. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, prevalensi nasional obesitas umum pada penduduk berusia 15 tahun adalah 10,3% atau sekitar 21,63 juta penduduk Indonesia

3 yang terdiri dari laki-laki 13,9% dan perempuan 23,8% sedangkan prevalensi untuk obesitas sentral pada penduduk berusia 15 tahun adalah 18,8% atau sekitar 39,48 juta penduduk Indonesia. Prevalensi obesitas sentral cenderung meningkat sampai umur 45-54 tahun, selanjutnya berangsur menurun kembali. Prevalensi obesitas sentral pada perempuan (29%) lebih tinggi dibanding lakilaki (7,7%). Berdasarkan menurut tipe daerah, prevalensi obesitas sentral tampak lebih tinggi di daerah perkotaan (23,6%) dibandingkan daerah perdesaan (15,7%). Sedangkan menurut pekerjaan, prevalensi obesitas sentral paling tinggi adalah ibu rumah tangga, Sekarang ini merupakan masa dimana berat badan lebih dan obesitas sudah menjadi suatu epidemi, dengan dugaan bahwa prevalensi obesitas akan mencapai 50% pada tahun 2025 bagi negara-negara maju. Saat ini diperkirakan jumlah orang di seluruh dunia dengan obesitas (IMT 30 kg/m 2 ) melebihi 250 juta orang, yaitu sekitar 7% dari populasi orang dewasa di dunia (Sugondo, 2007). Menurut data WHO (2000), di Indonesia dari populasi orang dewasa ada sekitar 13,4% berat badan lebih (IMT 25,0) dan 2,4% obesitas (IMT perempuan sekitar 17,3% berat badan lebih dan 3,6% obesitas. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 terlihat jelas bahwa prevelansi obesitas 15 tahun lebih banyak pada kaum perempuan. Obesitas pada perempuan biasanya terdapat di bagian-bagian tertentu seperti lengan atas, tungkai atas dan tungkai bawah serta bagian perut. Secara pasti penyebab obesitas belum diketahui

4 tetapi terdapat beberapa faktor yang dapat mengakibatkan obesitas seperti pola hidup yang tidak sehat, pola makan yang tidak teratur atau berlebihan, faktor genetik, faktor psikologis setiap individu, dan lain-lain. Pada saat ini masalah tubuh yang sangat mengganggu penampilan seorang perempuan adalah masalah obesitas pada bagian-bagian tubuh tertentu, terutama pada bagian perut (obesitas sentral). Bentuk perut yang buncit (obes) adalah gangguan yang sangat serius bagi seorang perempuan. Sayangnya, tidak sedikit perempuan yang merasa kesulitan untuk menghilangkan perut buncit ini. Bahkan sebagian orang rela melakukan olahraga keras setiap hari agar perut tak membuncit lagi (artikelsehat, 2012). Apabila usaha yang dilakukan tidak sesuai dengan harapan maka dikhawatirkan dapat berpengaruh kepada keluarga, lingkungan masyarakat, dan dirinya sendiri. Hal ini dikarenakan sebagian diantara perempuan yang berperut buncit (obes) memiliki rasa percaya diri rendah karena merasa bentuk perutnya tidak proporsional sehingga timbul masalah baru yaitu depresi (mediaonlinenews, 2011). Hal ini tidak sesuai dengan Firman Allah SWT dalam ayat suci Al- Qur'an Surat Yusuf ayat 87, yang berbunyi: Artinya: "...dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada

5 berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir. (QS. 12: 87). Allah tidak menyukai orang-orang yang berputus asa. Namun, sebagian dari manusia masih ada yang tidak mensyukuri segala rahmat yang diberikannya sehingga manusia tidak mudah puas dan selalu berusaha untuk bisa memiliki segala hal yang diinginkannya. Apabila segala upaya tidak sesuai dengan apa yang diinginkan, maka mereka akan mengalami keputusasaan yang berlebihan dan mengakibatkan depresi. Depresi adalah kata Indonesia untuk depression, sadness, low spirit (Soetjiningsih, 2007). Gangguan depresi adalah salah satu jenis gangguan jiwa yang paling sering terjadi. World Health Organization (WHO) tahun 2001 menyatakan bahwa gangguan depresi berada pada urutan keempat penyakit di dunia. Gangguan depresi mengenai sekitar 20% wanita dan 12% laki-laki pada suatu waktu dalam kehidupan. Pada tahun 2020 diperkirakan jumlah penderita gangguan depresi semakin meningkat dan akan menempati urutan kedua penyakit di dunia (Depkes, 2007). Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, diperkirakan ada 19 juta penderita gangguan jiwa di Indonesia. Prevalensi masalah mental emosional yakni depresi dan ansietas ada sebanyak 11,60% dari jumlah penduduk Indonesia atau sekitar 24.708.000 jiwa. Kemudian prevalensi gangguan jiwa berat yakni psikosis ada sekitar 0,46% dari jumlah penduduk Indonesia atau sekitar 1.065.000 juta jiwa. Keterbatasan fasilitas dan

6 rendahnya kesadaran masyarakat mengakibatkan lebih dari 19 juta penduduk Indonesia penderita gangguan jiwa tidak mendapat akses ke layanan kesehatan yang maksimal (Fadilah, 2011). Menurut Hawari (2005), Depresi merupakan gangguan jiwa yang banyak dialami orang antara umur 15-44 tahun. Diperkirakan pada wanita yang mengalami depresi antara 10%-15% dan pada pria antara 5%-12%. Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka peneliti melakukan Hubungan antara obesitas sentral dengan kejadian depresi pada ibu di Perkotaan Daerah Istimewa Yogyakarta B. Perumusan Masalah Bertolak dari latar belakang masalah, maka permasalahan yang akan diteliti dapat dirumuskan sebagai berikut: dakah hubungan antara obesitas sentral dengan kejadian depresi pada ibu di Perkotaan Daerah Istimewa Yogyakarta? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum a. Mampu menjelaskan hubungan antara obesitas sentral dengan kejadian depresi pada ibu di Perkotaan Daerah Istimewa Yogyakarta. 2. Tujuan Khusus a. Mampu menjelaskan prevalensi obesitas sentral pada ibu di Perkotaan b. Mampu menjelaskan prevalensi depresi pada ibu di Perkotaan

7 c. Untuk mengetahui karakteristik ibu yang mengalami obesitas sentral dengan kejadian depresi. D. Manfaat Penelitian Pelaksanaan penelitian ini diharapkan dapat diperoleh manfaat secara teoritis maupun secara praktis, yaitu: 1. Secara teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat: a. Memberikan sumbangan teoritis bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan menambah khazanah konseptual tentang kesehatan, khususnya yang berkaitan antara obesitas sentral dengan kejadian depresi. b. Memberikan bahan referensi bagi penelitian lebih lanjut di bidang kesehatan terutama dampak obesitas sentral dalam kesehatan masyarakat. 2. Secara praktis a. Bagi peneliti, dapat mengaplikasikan ilmu yang pernah diberikan, meningkatkan kemampuan dalam mengolah, menganalisis dan menginterpretasi data. b. Bagi masyarakat, dapat memberikan tambahan pengetahuan tentang adanya dampak obesitas sentral terhadap kesehatan psikologis masyarakat.

8 E. Keaslian Penelitian Sepanjang penelusuran penulis, penelitian tentang hubungan antara obesitas sentral dengan kejadian depresi pada ibu belum pernah dilakukan dalam penelitian terdahulu. Namun terdapat beberapa penelitian yang hampir sama dengan penelitian ini, yaitu: 1. Penelitian yang dilakukan oleh Elya Sugianti tahun 2009 dengan judul Faktor Risiko Obesitas Sentral pada Orang Dewasa di Sulawesi Utara, Gorontalo, dan DKI Jakarta sebagai berikut: Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study. Sampel penelitian ini adalah orang dewasa berumur 15 tahun yang tinggal di Sulawesi Utara, Gorontalo dan DKI Jakarta, tidak hamil, dan memiliki data lengkap. Jenis data yang digunakan adalah data sekunder Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007 yang dilakukan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes). Berdasarkan analisis Korelasi Spearman, umur, pendidikan (Sulawesi Utara dan Gorontalo), pengeluaran per kapita, konsumsi sayuran dan buah (DKI Jakarta), konsumsi makanan berlemak (Sulawesi Utara), dan kondisi mental emosional berhubungan nyata positif dengan kejadian obesitas sentral. Adapun pendidikan (DKI Jakarta), besar keluarga, kebiasaan merokok, konsumsi minuman beralkohol, beraktivitas fisik berat, konsumsi makanan/minuman manis (Sulawesi Utara dan DKI Jakarta), dan

9 konsumsi makanan berlemak (DKI Jakarta) berhubungan nyata negatif dengan obesitas sentral. Penelitian ini berbeda dengan penelitian yang akan dilakukan penulis. Penulis lebih menghubungkan antara obesitas sentral dengan kejadian depresi pada ibu di perkotaan Daerah Istimewa Yogyakarta.