BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sensus penduduk pada tahun 2010 adalah mencapai suku bangsa (Na'im &

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. dan agamanya, semenjak dahulu menjadi perhatian khas dari para ilmuwan dan para

2015 NILAI-NILAI SOSIAL BUDAYA MASYARAKAT ETNIS MINANGKABAU SEBAGAI PEDAGANG DI PASAR AL-WATHONIYAH, CAKUNG, JAKARTA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Merantau merupakan suatu fenomena yang terjadi hampir di seluruh

BAB I PENDAHULUAN. komunitas masyarakat matrilineal paling besar di dunia (Kato, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan suatu Negara kepulauan yang memiliki beberapa

BAB II KAJIAN PUSTAKA. terdapat suatu aturan yang sudah disepakati dalam masyarakat tersebut. Salah satu

I. PENDAHULUAN. daerah di Indonesia. Sumatera Barat dengan sistem pemerintahan nagari yang. tersendiri yang berbeda dengan masyarakat Indonesia.

A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. Nan Tigo (wilayah yang tiga). Pertama adalah Luhak Agam yang sekarang

BAB V KESIMPULAN. pemahaman bahwa perempuan berada dalam posisi yang kuat. Perempuan

BAB I PENDAHULUAN. kebiasaan, bahasa maupun sikap dan perasaan (Kamanto Sunarto, 2000:149).

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang dinamakan kematian. Peristiwa hukum tersebut menimbulkan akibat

Cropanzo, R., & Mitchell, M. S. (2005). Social Exchange Theory: An Interdisicplinary Review. Journal of Management, Vol. 31 (6),

BAB I PENDAHULUAN. sangat menghormati adat istiadat yang diwariskan oleh nenek moyang mereka. terjalinnya hubungan antar individu maupun kelompok.

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan suatu sistem nilai yang berlaku dalam kehidupan

I. PENDAHULUAN. Wilayah tanah air Indonesia terdiri dari ribuan pulau dan dihuni oleh berbagai

BUPATI BENGKALIS ASSALAMU ALAIKUM WR. WB, SELAMAT PAGI DAN SALAM SEJAHTERA UNTUK KITA SEMUA,

HUBUNGAN ANTARA GEGAR BUDAYA DENGAN PENYESUAIAN DIRI PADA MAHASISWA BERSUKU MINANG DI UNIVERSITAS DIPONEGORO

BAB I PENDAHULUAN. Keragaman masyarakat di Indonesia merupakan fenomena unik yang

BAB V PENUTUP. masih dijalankan dalam masyarakatnya. Di Nagari Batu Gajah salah satu tradisi

Modal Sosial Pedagang Generasi Pertama Etnis Minangkabau di Kota Tanjungpinang

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI. pertanyaan-pertanyaan penelitian, yang menjadi fokus penelitian. Selanjutnya,

I. PENDAHULUAN. Banyak istilah yang diberikan untuk menunjukan bahwa bangsa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. bangsa tersebut menghasilkan berbagai macam tradisi dan budaya yang beragam disetiap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perasaan positif yang dimiliki pasangan dalam perkawinan yang memiliki makna

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PENDAHULUAN. satuan kekerabatan suatu ikatan yang dituturkan dalam sebuah cerita rakyat,

BAB I PENDAHULUAN. Minangkabau merupakan salah satu dari antara kelompok etnis utama bangsa

KEBERLANJUTAN SISTEM MATRILINEAL KELUARGA MUDA MINANG DI ERA GLOBALISASI

UKDW BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. ditinggalkan, karena merupakan kepercayaan atau citra suatu kelompok dan

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara dengan beragam etnis dan budaya. Terdiri

BAB II KAJIAN PUSTAKA. modal yang dimiliki melalui kegiatan tertentu yang dipilih. Suharto (2009:29)

BAB I PENDAHULUAN. interaksi manusia antara lain imitasi, sugesti, simpati, identifikasi, dan empati.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tanah ini dengan sendirinya menimbulkan pergesekan- pergesekan. kepentingan yang dapat menimbulkan permasalahan tanah.

1. Mempraktikkan kesadaran budaya dalam praktikkerja. 2. Menerima keragaman budaya sebagai dasar hubungan kerja profesional yang efektif

BAB I PENDAHULUAN. Sudah menjadi kodratnya manusia diciptakan berpasang-pasangan antara lakilaki

Pembangunan di pedesaan adalah bagian dari proses pembangunan. nasional yang bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Negara Indonesia merupakan negara hukum yang berasaskan Pancasila

BAB 1 PENDAHULUAN. Keluarga adalah dua orang atau lebih yang disatukan oleh ikatan-ikatan

PETATAH PETITIH KEARIFAN LOKAL EKONOMI DAN BISNIS MASYARAKAT MINANG PEDAGANG RANTAU DI JAKARTA

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Suku bangsa Minangkabau merupakan salah satu dari sekian banyak

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Sebagai ilustrasi, orang Batak dan Sunda beranggapan bahwa mereka halus dan. sopan sedangkan orang Batak kasar, nekad, suka berbicara keras, pemberang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki banyak suku, etnis dan budaya. Salah satunya adalah suku

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terkenal sebagai salah satu negeri terbesar penghasil kain tenun tradisional yang

BAB 1 PENDAHULUAN. sebenarnya ada dibalik semua itu, yang jelas hal hal seperti itu. remaja yang sedang berkembang.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dengan pepatah berat sama dipikul, ringan sama dijinjing. Nilai kesetiakawanan,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan adalah sebagai sebuah proses multidimensional yang mencakup

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kepercayaan (trust), saling pengertian (mutual understanding), dan nilai-nilai

BAB I PENDAHULUAN. pihak laki-laki. Ideologi Patriakat tumbuh subur dalam masyarakat yang

HASIL WAWANCARA. Konteks Tatap Muka dalam Komunikasi Antarpribadi

TINJAUAN PUSTAKA. Definisi Keluarga dan Pendekatan Teori. Definisi Keluarga

BAB I PENDAHULUAN. tapi juga dalam kehidupan bermasyarakat. Perkawinan merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN. berbangsa dan bernegara adalah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia adalah mahkluk sosial yang dilahirkan dalam suatu pangkuan

BAB I PENDAHULUAN. bentukan manusia yang tidak lahir begitu saja yang bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tersebut sebenarnya dapat menjadi modal yang kuat apabila diolah dengan

BAB I PENDAHULUAN. rasakan atau yang mereka alami. Menurut Damono (2003:2) karya sastra. selama ini tidak terlihat dan luput dari pengamatan.

BAB 1 PENDAHULUAN. sakral, sebuah pernikahan dapat menghalalkan hubungan antara pria dan wanita.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini, kesadaran masyarakat untuk melakukan gotong royong sangat

BAB I PENDAHULUAN. desentralisasi dalam penyelenggaraan pemerintahannya. Hal ini dapat dilihat pada

DIMANA BUMI DIPIJAK DISITU LANGIT DIJUNJUNG

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara. Universitas Sumatera Utara

KEHIDUPAN ANAK DARI HASIL PERKAWINAN CAMPURAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. memiliki perbedaan. Tak ada dua individu yang memiliki kesamaan secara

BAB I PENDAHULUAN. Istilah ini menyangkut hal-hal pribadi dan dipengaruhi oleh banyak aspek kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat pesisir pantai barat. Wilayah budaya pantai barat Sumatera, adalah

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan komunikasi. Dalam buku Komunikasi AntarBudaya, Jalaluddin Rakhmat dan Deddy

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. pandangan hidup bagi suatu kelompok masyarakat (Berry et al,1999). Pandangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki beranekaragam kebudayaan. Sebagaimana telah

BAB V PENUTUP. perkawinan yang pantang oleh adat. Di Kenagarian Sungai Talang yang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Didalam masyarakat yang sedang berkembang seperti sekarang ini, kebutuhan

BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS. persaudaraan antar keluarga/gandong sangat diprioritaskan. Bagaimana melalui meja

BAB IV. 1. Makna dan Nilai wariwaa dalam adat. Pada umumnya kehidupan manusia tidak terlepas dari adat istiadat,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Modal sosial atau social capital merupakan satu terminologi baru yang

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaan antara suku bangsa, yang harus saling menghargai nilai nilai

BAB I PENGANTAR Latar Belakang. Kehidupan berbangsa dan bernegara mempengaruhi pembentukan pola

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. di masyarakat. Individu melakukan kontak sosial berdasarkan adanya rasa percaya,

BAB V PENUTUP. kelahiran, upacara perkawinan, dan upacara kematian. masyarakat Minagkabau. Tradisi mandoa merupakan bentuk akulturasi

BAB V P E N U T U P. A. Kesimpulan. berikut ini. Pertama, dinamika historis masyarakat Hatuhaha Amarima selalu

BAB I PENDAHULUAN. Kebudayaan yang berkembang di daerah-daerah di seluruh Indonesia

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH KECAMATAN LUBUK ALUNG KABUPATEN PADANG PARIAMAN

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan sebuah negara dengan sistem pemerintahan

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan teknologi dan komunikasi yang semakin pesat menjadikan

BAB I PENDAHULUAN. generasi ke generasi lainnya dalam suatu masyarakat tertentu.

BAB 1 PENDAHULUAN. Komunikasi manusia banyak dipengaruhi oleh budaya yang diyakini yaitu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB IV KESIMPULAN. dipenuhi dengan budaya-budaya yang beragam di mana mengakui keberagaman,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Tris Yuniar, 2015 Peranan panti sosial asuhan anak dalam mengembangkan karakter kepedulian sosial

Abstraksi. Kata kunci: dialektologi, sikap, bahasa, minang, rantau

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah bangsa yang mejemuk, terdiri dari beberapa suku bangsa, bahasa, dan agama. Jumlah suku bangsa yang ada di Indonesia berdasarkan data sensus penduduk pada tahun 2010 adalah mencapai 1.300 suku bangsa (Na'im & Syahputra, 2011). Dari banyaknya suku bangsa tersebut, salah satu etnis yang dikenal memiliki modal sosial yang cukup kuat adalah etnis Minangkabau (Naim, 2013). Sebagaimana Fukuyama (2002) menjelaskan bahwa modal sosial adalah nilai atau norma yang dimiliki oleh suatu kelompok masyarakat agar dapat bekerjasama demi mencapai tujuan bersama. Budaya Minangkabau merupakan budaya yang dinamis, egalitarian, mandiri, dan memiliki semangat tidak bergantung pada orang lain. Adanya falsafah Minang berupa keharusan merantau jika belum berguna dikampung halaman menjadi motivasi untuk mendapatkan kesuksesan di luar daerah Minangkabau. Di tempat perantauan masyarakat etnis Minang memiliki perkumpulan atau paguyuban, hal tersebut merupakan modal sosial berupa adanya bantuan dari kerabat, saudara dekat atau teman dekat. Banyaknya masyarakat etnis Minang yang merantau dapat dilihat seperti yang ada di Malaysia, suku Minang dikenal berkumpul dan membentuk komunitas sendiri di Negeri Sembilan. Tidak hanya itu, di berbagai kota di Indonesia juga dapat ditemui hal yang serupa, etnis Minang menonjol dalam bidang perdagangan, atau dapat dikatakan cukup menguasai pasar tradisional yang berada 1

2 di berbagai wilayah selain etnis Tionghoa (Primadona, Emrizal, & Yoyet, 2014). Hal tersebut dipengaruhi oleh budaya yang turun-temurun ada di suku Minang, yaitu kebiasaan merantau bagi laki-laki untuk mencari nafkah karena tidak mendapatkan harta warisan disebabkan oleh sistem matrilinear. Serta etnis minang memiliki bobot resiprositas yang kuat sehingga juga menimbulkan tingginya tingkat modal sosial atau kuatnya jaringan sosial yang dibentuk (Wibisono, 2012). Etnis minang merantau disebabkan oleh faktor ekonomi dan sosial budaya yang melekat pada masyarakatnya (Naim, 2013). Filosofi dima bumi dipijak, disinan langik dijunjuang menjadi pedoman merantau untuk menyesuaikan sikap dan perilaku agar menjalin hubungan baik dengan orang dari etnis yang berbeda. Penelitian mengenai etnis Minang selama ini banyak menggali mengenai kewirausahaan, peran gender, dan budaya Minangkabau. Berdasarkan penelitian tersebut diketahui bahwa kepercayaan berperan penting dalam keberlangsungan modal sosial yang dibangun oleh etnis Minang (Syafitri & Sudarwati, 2015). Selain itu Yamagishi dkk. (2015); Bjornskov (2016) menegaskan bahwa dalam membangun modal sosial dibutuhkan kepercayaan. Untuk membangun modal sosial yang kuat diperlukan adanya high trust society pada masyarakat. Negara maju memiliki masyarakat dengan tingkat kepercayaan yang tinggi (Fukuyama, 2002). Indonesia yang notabene-nya sebagai negara berkembang perlu meningkatkan kepercayaan dari low trust society menjadi high trust society. Rendahnya kepercayaan dalam kehidupan sosial di Indonesia dapat dilihat dari fenomena yang terjadi yaitu berupa demonstrasi, adanya sentimen terhadap isu yang berkaitan dengan agama dan etnis tertentu, saling melaporkan

3 dan menfitnah, serta menyebarkan kebencian dan berita palsu (hoax) yang digambarkan oleh media di Indonesia (Subagja & Pradana, 2017). Namun indikasi akan rendahnya kepercayaan di Indonesia tersebut cenderung bertentangan dengan adanya nilai budaya. Hampir seluruh budaya di Indonesia membangun kepercayaan dalam mengembangkan kehidupan masyarakat (Faturochman dkk., 2011) seperti halnya etnis Minang membangun membangun kepercayaan sebagai salah satu sarana membentuk jaringan dan modal sosial. Rendahnya kepercayaan masyarakat dapat mengganggu kehidupan sosial, karena kepercayaan merupakan inti dari kehidupan masyarakat (Syahra, 2003). Dampak rendahnya kepercayaan dapat menimbulkan konflik dan mengganggu harmonisasi kehidupan sosial. Pentingnya modal sosial sehingga masyarakat Indonesia perlu membangun kepercayaan agar dapat berkembang lebih baik dari segi multidimensional, seperti: politik, ekonomi, sosial, dan budaya (Yuliawan, 2016). Menurut Putnam (1997) walaupun modal sosial telah menjadi konsep dari sebuah komunitas akan tetapi modal sosial tetap berasal dari pilihan individu. Modal sosial dalam tingkat sosial pada akhirnya akan bergantung dari sikap dan perilaku individu (dalam Green & Brock, 1998). Sehingga modal sosial yang memiliki kepercayaan sebagai salah satu dasarnya akan sulit dicapai jika sikap dan perilaku individu tidak dipahami dalam keberagaman budaya yang ada di Indonesia. Kepercayaan adalah dasar dalam kecerdasan sosial (Yamagishi, 1998). Individu yang memiliki tingkat kepercayaan yang tinggi dapat dengan mudah untuk menjalin relasi sosial yang baik. Saat individu mencapai tingkat kepercayaan yang

4 tinggi maka ia akan merasa interaksi dengan orang lain lebih bermakna yang mana hal tersebut berguna untuk membangun kepercayaan diri, persepsi terhadap nilainilai dan sikap, serta dampak positif lainnya (Lewicki, Tomlinson, & Gillespie, 2006). Kepercayaan dapat terjadi karena adanya kualitas personal dari individu yang terpercaya atau disebut juga dengan keterpercayaan (Yamagishi, 1998). Penelitian Yamagishi (1998) lebih banyak membahas mengenai kepercayaan berdasarkan karakter individu. Namun manusia hidup di lingkungan sosial tentunya membutuhkan kepercayaan, karena kepercayaan merupakan dasar bagi hubungan interpersonal (Simpson, 2007). Relasi menjadi penting untuk dilihat perannya dalam kepercayaan. Kepercayaan dan keterpercayaan dipandang sebagai dua konstrak yang berbeda karena memiliki peran yang berbeda dalam proses membangun kepercayaan (Li, 2017). Faturochman dan Minza (2014) menjelaskan keterpercayaan menjadi faktor utama yang mempengaruhi kepercayaan. Keterpercayaan terbagi menjadi 2 faktor, yaitu: personal dan relasional. Faktor personal berupa kompetensi, integritas, dan kebaikhatian, sedangkan faktor relasional berupa kedekatan, dukungan, dan relasi mutual. Setiap faktor tersebut memiliki peran masing-masing dalam membangun kepercayaan. Melihat berdasarkan latar budaya, diketahui bahwa adat di Minangkabau menjunjung integritas yang tinggi yang mana hal ini diturunkan secara turuntemurun serta budaya saling tolong-menolong yang memiliki hubungan timbalbalik positif antar individu. Menurut Biezeveld (2010) besarnya pengaruh agama dalam adat-istiadat Minangkabau yaitu dengan adanya istilah Adat basandi syara,

5 syara basandi kitabullah. Syarak mangato adeak mamakai, alam takambang jadi guru yang merupakan politik identitas etnis Minangkabau (Rozi, 2013). Artinya adat atau budaya sosial harus berlandaskan agama, dan agama harus berlandaskan kitab suci Al-quran. Hal ini menunjukkan bahwa dalam budaya Minangkabau peraturan adat berlandaskan pada ajaran agama Islam yang mana menjunjung tinggi kejujuran, saling menghormati, tolong-menolong, dan dapat dipercaya. Masyarakat etnis Minangkabau seharusnya memiliki integritas yang tinggi sebagai individu. Berdasarkan hasil penelitian Syahti (2016) menunjukkan bahwa perilaku jujur dan menepati janji menjadi modal bagi etnis minang agar orang lain percaya padanya, khususnya dalam berbisnis dan kerjasama. Kepercayaan muncul karena menunaikan janji dan bersikap jujur. Integritas seperti dalam penelitian (Mayer, Davis, & Schoorman, 1995); (Yamagishi, 1998); (Faturochman & Minza, 2014) mengenai keterpercayaan merupakan faktor yang memiliki peran dalam menumbuhkan kepercayaan. Karakteristik individu berupa integritas pada budaya sosial etnis Minang merupakan falsafah hidup. Selain itu juga terdapat pepatah Minangkabau yang mengatakan dalam menjalani kehidupan sosial Nan barek samo dipikua, nan ringan samo dijinjiang yang mana ini mengatur hubungan kekerabatan diantara etnis Minangkabau yaitu saling tolong-menolong dalam susah maupun senang (KMM, 2010). Artinya yang berat dipikul bersama, beban ringan dijinjing bersama. Pada penelitian Hastuti dkk., (2015) diketahui bahwa etnis minang saling percaya karena adanya kemudahan dalam memenuhi kebutuhan satu sama lain, mudah meminjam uang untuk keperluan perdagangan atau bisnis, kemudian hubungan pertemanan akan tumbuh

6 semakin dekat. Hal ini menimbulkan rasa solidaritas yang kuat, menjalin silaturahmi persaudaraan, dan saling tolong menolong. Keuntungan tersebut merupakan modal yang bernilai bagi etnis Minang. Dalam penelitian Syahti (2016) diketahui bahwa kepercayaan muncul karena hubungan baik dan kerjasama. Relasi berupa kekeluargaan artinya tidak menyempit hanya pada keluarga dekat, namun juga pada orang lain yang telah mendapatkan kepercayaan sehingga dianggap seperti keluarga. Resiprositas penting dalam memunculkan kepercayaan dalam kehidupan masyarakat (Ngunyen, Lim, Tan, & Jiang, 2006) Tidak dapat dipungkiri falsafah hidup adat basandi syarak, syarak basandi kitabullah seiring perkembangan zaman mengalami pemudaran nilai. Hubungan sosial kekerabatan yang sejatinya berdasarkan kekerabatan matrilineal berganti menjadi hubungan sosial yang lebih mementingkan dan memperhitungkan dari segi ekonomi dan bersifat individualis (Yefri, 2003). Sistem kekerabatan yang mulanya hanya dikeluarga terdekat atau satu suku meluas pada hubungan pertemanan. Budaya etnis Minangkabau juga mengatur mengenai relasi sosial yang dikenal dengan kato nan ampek, yaitu kepada yang lebih tua mendaki, kepada yang seumur mandata, kepada yang lebih kecil menurun, dan kepada orang yang disegani malereng. Artinya ada hierarki yang harus dipatuhi dalam relasi sosial, yaitu hormat kepada yang lebih tua, menghargai teman, menyayangi pada yang lebih kecil, dan menyegani orang yang seumur karena kekerabatan atau kedudukan (Aslinda, 2000). Sahlins (1972) menyatakan jika bobot resiprositas yang dimiliki tinggi maka akan menghasilkan modal sosial yang kuat. Selain itu hubungan timbal balik bersifat

7 simetris, maka dalam penelitian ini akan melihat kepercayaan pada satu relasi yang mandata. Artinya kepercayaan yang terjalin merupakan kepercayaan pada teman. Studi mengenai kepercayaan pada teman masih sangat terbatas peneliti temukan di Indonesia. Berdasarkan hasil penelitian Green dan Brock (1998) diketahui bahwa individu yang memiliki kepercayaan rendah terhadap teman rentan terhadap pengaruh situasional. Individu dengan tingkat kepercayaan rendah memilih melakukan aktivitas sosial yang nyata (langsung) saat suasana hati yang positif atau saat manfaat dari pertemanan dirasakan oleh individu. Mereka akan memilih kegiatan sosial yang tidak biasa saat dalam mood buruk atau banyak yang harus dikeluarkan untuk persahabatan (cost). Individu yang memiliki kepercayaan tinggi menunjukkan preferensi yang relatif tinggi untuk interaksi sosial secara langsung terlepas dari mood atau arti penting dari manfaat yang akan didapatkannya. Hasil ini menunjukkan bahwa intervensi yang tepat dapat mengatasi kepercayaan yang rendah untuk membangun modal sosial. Kebanyakan studi menjadikan kepercayaan menjadi salah satu prediktor dalam relasi sosial, bukan kriterium. Penelitian lebih lanjut terkait kepercayaan pada teman (specific trust) diperlukan untuk mengetahui faktor-faktor yang memprediksi kepercayaan dalam pertemanan khususnya dengan latar budaya tertentu. Maka dari itu berdasarkan latar budaya peneliti ingin melihat kepercayaan yang terbangun pada etnis Minang yang terkenal dengan ketajaman bisnis dan tradisinya yang kuat (Sachs, 2009), sehingga terbentuknya jaringan dan modal sosial (Naim, 2013).

8 Seperti yang telah dipaparkan sebelumnya, masalah kepercayaan dalam kehidupan sosial tidak pernah benar-benar selesai. Meskipun banyak penelitian mengenai kepercayaan, tetapi penting meneliti kepercayaan berdasarkan konteks budaya tertentu. Karena adanya perbedaan budaya berpotensi menimbulkan konflik, selain itu dengan mengetahui portofolio konteks tertentu dapat berpotensi untuk menjadi lebih utuh dan saling melengkapi, serta memahami lebih banyak dari berbagai sudut pandang dan perspektif yang berbeda-beda (Li, 2017). Uniknya peran kepercayaan berdasarkan konteks kebudayaan khususnya untuk domain pengetahuan dan mengenai perspektif untuk saling berbagi nilai bertujuan untuk pengelolaan ilmu pengetahuan. Hal yang penting untuk melihat kepercayaan dengan tema keberagaman budaya adalah: 1. Konteks budaya sangat beragam sehingga butuh pendekatan yang berbeda terhadap kepercayaan di tempat masing-masing 2. Banyak konteks budaya (berkaitan dengan kepercayaan) yang memiliki kesamaan sehingga bisa ditemukan benang merah untuk diintegrasikan agar terbentuk suatu portofolio atau framework yang utuh terhadap kepercayaan dalam konteks yang berbeda-beda Pertanyaan yang paling mendasari adalah mengapa orang percaya pada temannya. Berdasarkan penelitian terdahulu diketahui bahwa orang dipercaya karena beberapa faktor yang mempengaruhi kepercayaan. Faktor tersebut berperan dalam membentuk kepercayaaan pada individu terhadap orang lain. Fokus penelitian ini adalah mengenai keterpercayaan sebagai faktor yang berperan

9 terhadap kepercayaan. Keterpercayaan dapat menjelaskan lebih dalam mengenai kepercayaan dalam hubungan yang spesifik pada etnis minang. Maka dari itu, mengacu pada penelitian Faturochman dan Minza (2014) berupa studi kualitatif yang menemukan faktor-faktor dari individu terpercaya pada konteks budaya Indonesia. Serta melihat dari latar budaya Minangkabau, seperti yang telah dipaparkan diatas, bahwa dalam membangun modal sosial, integritas dan resiprositas (relasi mutual) menjadi bagian dari pengaruh budaya terhadap kepercayaan pada etnis minang. Maka peneliti ingin menguji secara empiris apakah integritas dan relasi mutual sebagai prediktor kepercayaan dalam pertemanan pada etnis minang? Seberapa besar sumbangan integritas dan relasi mutual dalam memprediksi kepercayaan dalam pertemanan pada etnis minang? B. Rumusan Masalah Bagaimana integritas dan relasi mutual berperan terhadap kepercayaan dalam pertemanan pada etnis Minang? C. Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk melihat peran serta sumbangan efektif dari integritas dan relasi mutual secara bersama-sama terhadap kepercayaan dalam pertemanan pada mahasiswa etnis Minang.

10 D. Manfaat 1. Secara teoritis penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi terhadap psikologi sosial yaitu mengenai peran integritas dan relasi mutual terhadap kepercayaan dalam pertemanan pada etnis Minang. 2. Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat menjadi solusi untuk mengambil kebijakan dan kehidupan sosial masyarakat. Hal tersebut dapat dilakukan dengan meningkatkan kualitas karakter individu dan relasi sosial, serta dapat membantu membentuk portofolio sederhana dari kepercayaan dalam pertemanan pada etnis minang.