BAB 1 PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO) tahun 2013 diare. merupakan penyebab mortalitas kedua pada anak usia

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. saat ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dan beban global. terutama di negara berkembang seperti Indonesia adalah diare.

BAB 1 PENDAHULUAN. pencapaian tumbuh kembang bayi tidak optimal. utama kematian bayi dan balita adalah diare dan pneumonia dan lebih dari 50%

BAB 1 PENDAHULUAN. utama kematian balita di Indonesia dan merupakan penyebab. diare terjadi pada 2 tahun pertama kehidupan. 1

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penyakit diare masih merupakan masalah global dengan morbiditas dan

BAB I PENDAHULUAN. WHO (World Health Organization) mendefinisikan Diare merupakan

UKDW. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di negara

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Diare merupakan penyakit dengan tanda - tanda perubahan frekuensi buang air

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dari sepuluh kali sehari, ada yang sehari 2-3 kali sehari atau ada yang hanya 2

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas di masa yang akan datang.

BAB I PENDAHULUAN. yaitu program pemberantasan penyakit menular, salah satunya adalah program

BAB 1 PENDAHULUAN. kesakitan dan kematian pada bayi dan anak-anak di dunia. kedua pada anak dibawah 5 tahun. 1

BAB I LATAR BELAKANG. bayi dan balita. Seorang bayi baru lahir umumnya akan buang air besar sampai

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) merupakan penyakit yang. menular serta dapat menimbulkan berbagai spektrum penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. (P2ISPA) adalah bagian dari pembangunan kesehatan dan upaya pencegahan serta

Grafik 1.1 Frekuensi Incidence Rate (IR) berdasarkan survei morbiditas per1000 penduduk

BAB I PENDAHULUAN. disebut infeksi saluran pernapasan akut (ISPA). ISPA merupakan

BAB I PENDAHULUAN. negara berkembang. Di Indonesia penyakit diare menjadi beban ekonomi yang

BAB I PENDAHULUAN. Masa balita merupakan kelompok umur yang rawan gizi dan rawan

BAB 1 PENDAHULUAN. mortalitas dari penyakit diare masih tergolong tinggi. Secara global, tahunnya, dan diare setiap tahunnya diare membunuh sekitar

BAB 1 PENDAHULUAN. buang air besar (Dewi, 2011). Penatalaksaan diare sebenarnya dapat. dilakukan di rumah tangga bertujuan untuk mencegah dehidrasi.

BAB I PENDAHULUAN. tingginya angka kematian dan kesakitan karena ISPA. Penyakit infeksi saluran

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan 2010 bahwa kejadian diare pada bayi terus meningkat dan

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan lima tahun. Pada usia ini otak mengalami pertumbuhan yang

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada bayi dan balita. United Nations Children's Fund (UNICEF) dan

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit diare merupakan salah satu penyebab morbiditas dan. Secara nasional, target Sustainable Development Goals (SDGs) untuk

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di Indonesia diare merupakan penyebab kematian utama pada bayi dan anak.

BAB I PENDAHULUAN. pneumonia masih merupakan penyakit utama penyebab kesakitan dan

BAB I PENDAHULUAN. Balita. Pneumonia menyebabkan empat juta kematian pada anak balita di dunia,

BAB 1 PENDAHULUAN. terutama pada bagian perawatan anak (WHO, 2008). kematian balita di atas 40 per 1000 kelahiran hidup adalah 15%-20%

BAB I PENDAHULUAN. kebiasaan yang merugikan kesehatan. Hal-hal ini secara langsung menjadi. anak usia dibawah 2 tahun (Depkes RI, 2009)

I. PENDAHULUAN. Diare adalah suatu kondisi dimana seseorang buang air besar dengan. Saku Petugas Kesehatan Lintas Diare Depkes RI 2011).

BAB I PENDAHULUAN. Derajat kesehatan masyarakat yang optimal sangat ditentukan oleh tingkat

BAB 1 PENDAHULUAN. keberhasilan pembangunan bangsa. Untuk itu diselenggarakan pembangunan

BAB 1 PENDAHULUAN. Usia anak dibawah lima tahun (balita) merupakan usia dalam masa emas

BAB I PENDAHULUAN. Diare adalah sebagai perubahan konsistensi feses dan perubahan frekuensi

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007 sebesar 34 per kelahiran hidup.

7-13% kasus berat dan memerlukan perawatan rumah sakit. (2)

BAB I PENDAHULUAN. tahunnya lebih dari satu milyar kasus gastroenteritis atau diare. Angka

BAB I PENDAHULUAN. dan Angka Kematian Balita (AKABA/AKBAL). Angka kematian bayi dan balita

BAB I PENDAHULUAN. menyusui bayinya, meyakinkan ibu akan keuntungan Air Susu Ibu (ASI) dan

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan nasional merupakan pembangunan berkelanjutan yang

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) adalah infeksi akut yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan hak asasi manusia yang harus diperhatikan untuk

BAB I PENDAHULUAN. lima tahun pada setiap tahunnya, sebanyak dua per tiga kematian tersebut

BAB I PENDAHULUAN. satu-satunya makanan yang terbaik untuk bayi, karena memiliki. komposisi gizi yang paling lengkap untuk pertumbuhan dan

HUBUNGAN PEMBERIAN AIR SUSU IBU (ASI) EKSKLUSIF DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BAYI UMUR 0-6 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GADANG HANYAR

BAB I PENDAHULUAN. Survei morbiditas yang dilakukan oleh Subdit Diare Departemen Kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Derajat kesehatan masyarakat yang optimal adalah tingkat kondisi

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia tercatat angka kematian bayi masih sangat tinggi yaitu 2%

BAB I PENDAHULUAN. terhadap tumbuh kembang anak. Selain menguntungkan bayi, pemberian ASI eksklusif juga menguntungkan ibu, yaitu dapat

HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE IBU DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BAYI DI POSYANDU CEMPAKA DAN MAWAR DESA CUKANGKAWUNG TASIKMALAYA PERIODE BULAN APRIL 2015

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. ini manifestasi dari infeksi system gastrointestinal yang dapat disebabkan berbagai

BAB 1 PENDAHULUAN. anak yang berusia di bawah 5 tahun terdapat kematian di. miliar kasus diare yang terjadi setiap tahunnya.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Makanan pertama dan utama bagi bayi adalah air susu ibu (ASI). Air susu ibu sangat cocok untuk memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Kementerian Kesehatan RI, World Health Organization (WHO) dan

BAB 1 PENDAHULUAN. anak di negara sedang berkembang. Menurut WHO (2009) diare adalah suatu keadaan

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit diare adalah salah satu penyebab utama kesakitan dan kematian pada

BAB I PENDAHULUAN. dan menurunnya prevalensi gizi kurang pada anak balita. World Health

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. balita di dunia, lebih banyak dibandingkan dengan penyakit lain seperti

BAB I PENDAHULUAN. KADARZI adalah suatu gerakan yang berhubungan dengan program. Kesehatan Keluarga dan Gizi (KKG), yang merupakan bagian dari Usaha

BAB 1 PENDAHULUAN. mortalitasnya yang masih tinggi. Diare adalah penyakit yang ditandai

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sebesar 3,5% (kisaran menurut provinsi 1,6%-6,3%) dan insiden diare pada anak balita

BAB 1 PENDAHULUAN. pertama. Pemberian ASI secara eksklusif pada bayi penting untuk. meningkatkan kelangsungan hidup dan kualitas bayi.

1

BAB 1 PENDAHULUAN. saluran pernapasan sehingga menimbulkan tanda-tanda infeksi dalam. diklasifikasikan menjadi dua yaitu pneumonia dan non pneumonia.

BAB I PENDAHULUAN. Bayi merupakan kelompok umur yang paling rentan terkena penyakit kekurangan

BAB I PENDAHULUAN. gizi pada ibu hamil dapat menyebabkan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dan

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pneumonia adalah penyakit batuk pilek disertai nafas sesak atau nafas cepat,

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO), diare adalah

BAB 1 : PENDAHULUAN. sedini mungkin, bahkan sejak masih dalam kandungan. Usaha untuk mencapai

BAB I PENDAHULUAN. hanya sekitar 36% selama periode Berdasarkan hasil Riskesdas. Provinsi Maluku sebesar 25,2% (Balitbangkes, 2013).

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang penelitian. Air susu ibu (ASI) adalah cairan hasil sekresi kelenjar payudara ibu, yang

BAB 1 PENDAHULUAN. kesadaran (Rampengan, 2007). Demam tifoid disebabkan oleh bakteri Salmonella

BAB I PENDAHULUAN. protein, laktosa dan garam-garam organik yang disekresi oleh kedua belah

I. PENDAHULUAN. terkontaminasi akibat akses kebersihan yang buruk. Di dunia, diperkirakan sekitar

BAB 1 PENDAHULUAN. terbesar baik pada bayi maupun pada anak balita. 2 ISPA sering berada dalam daftar

BAB I PENDAHULUAN. seluruh daerah geografis di dunia. Menurut data World Health Organization

BAB 1 PENDAHULUAN. makanan (Anonim, 2008). Sementara masalah gizi di Indonesia mengakibatkan

Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh: ERIN AFRIANI J.

BAB 1 PENDAHULUAN. tinggi. Survei morbiditas yang dilakukan oleh sub Direktorat diare, Departemen

BAB I PENDAHULUAN. kematian di negara berkembang bagi bayi (18%), yang artinya lebih dari

mencukupi kebutuhan pertumbuhan sampai usia sekitar empat bulan. Setelah untuk bayi yang mendapat makanan tambahan yang tertumpu pada beras.

BAB I PENDAHULUAN. harus diperhatikan oleh ibu. Salah satu pemenuhan kebutuhan gizi bayi ialah

HUBUNGAN PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI DINI DENGAN INSIDEN DIARE PADA BAYI USIA 1-4 BULAN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Fun (UNICEF), dan Departemen Kesehatan Republik Indonesia melalui. SK.Menkes No.450/Menkes./SK/IV/2004 tanggal 7 April 2004 telah

BAB I PENDAHULUAN. target Millenium Depelopment Goals (MDGs) Dimana angka kematian bayi

BAB I PENDAHULUAN. kematian bayi (AKB) masih cukup tinggi, yaitu 25 kematian per 1000

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit diare adalah kondisi dimana terjadi buang air besar atau defekasi

BAB I PENDAHULUAN. Hasil penelitian multi-center yang dilakukan UNICEF menunjukkan bahwa MP-

DEA YANDOFA BP

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat. Gangguan kesehatan yang dapat terjadi pada masa anak-anak dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. ASI Ekslusif pada bayinya (Laksono, 2010). Di daerah pedesaan, pada

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan salah satunya adalah penyakit infeksi. Masa balita juga merupakan masa kritis bagi

Penyakit diare hingga saat ini masih menjadi masalah kesehatan dunia

BAB I PENDAHULUAN. menetapkan empat sasaran pembangunan kesehatan, satu diantaranya menurunkan prevalensi

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sampai saat ini diare masih menjadi masalah kesehatan di dunia sebagai penyebab mortalitas dan morbiditas. Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2013 diare merupakan penyebab mortalitas kedua pada anak usia dibawah 5 tahun dan menyebabkan 760.000 anak meninggal tiap tahun. 1 Menurut United Nation Children Fund s (UNICEF) pada tahun 2015, diare menempati urutan kedua penyebab morbiditas pada anak usia dibawah 5 tahun. Didapatkan 1.400 anak meninggal setiap hari dan 526.000 anak meninggal setiap tahun karena diare. 2 Survei morbiditas yang dilakukan oleh Kementrian Kesehatan RI didapatkan jumlah balita yang menderita diare tertinggi pada umur 6-11 bulan yaitu sebanyak 21.65%. 3 Sedangkan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT), Studi Mortalitas dan Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) diare masih menjadi penyebab kematian nomor empat (13,2%) pada semua umur dalam kelompok penyakit menular dan 1

merupakan penyebab kematian nomor satu balita di Indonesia. Kematian tertinggi sebanyak 31,4% terjadi pada bayi usia 29 hari-11 bulan. 4 Menurut Kementrian Kesehatan, Provinsi Jawa Timur merupakan daerah urutan kedua dimana diare termasuk Kejadian Luar Biasa (KLB). Pada buletin diare yang diterbitkan oleh Kementerian Kesehatan RI menunjukkan jumlah penderita diare pada tahun 2009 sebanyak 989.869 kasus dengan proporsi balita sebanyak 390.858 kasus sedangkan tahun 2010 jumlahnya meningkat menjadi 1.063.949 dengan proporsi balita sebanyak 403.611. 3 Berdasarkan data Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur tahun 2012, pada balita, diare menyebabkan kematian sebesar 25,2%. 5 Tujuh puluh dua persen kematian yang berhubungan dengan diare terjadi pada 2 tahun pertama kehidupan anak. Sehingga peningkatan pencegahan dan terapi pada neonatus dan anak berumur < 2 tahun sangatlah penting. 6 Pada saat bayi berusia 0 bulan sampai 6 bulan, bayi diberikan Air Susu Ibu (ASI) ekslusif. 7 ASI Eksklusif adalah pemberian Air Susu Ibu saja sebagai nutrisi selama 6 bulan 2

pertama. ASI tidak boleh dicampur dengan air, obat-obatan maupun makanan lainnya. 8 Namun, di zaman yang semakin sibuk ini banyak ibu tidak memberikan ASI Eksklusif. Biasanya para ibu memberikan ASI Eksklusif ditambah beberapa jenis makanan seperti bubur maupun sari buah sebelum waktunya. 9 Seiring bertambahnya usia kebutuhan gizi juga meningkat. Ketika memasuki usia enam bulan keatas, beberapa elemen nutrisi seperti karbohidrat, protein, vitamin, dan mineral yang terkandung dalam ASI sudah tidak lagi mencukupi kebutuhan gizi bayi. Maka dari itu, perlu diberikan Makanan Pendamping Air Susu Ibu agar kebutuhan gizi bisa terpenuhi. Makanan Pendamping ASI selanjutnya disebut MPASI. Dalam pemberian MPASI perlu memperhatikan usia pemberian, frekuensi pemberian, porsi dalam setiap pemberian, jenis MPASI dan cara pemberian MPASI. Pemberian MPASI yang tepat diharapkan dapat memenuhi kebutuhan gizi bayi dan merangsang ketrampilan makan sehingga meningkatkan rasa percaya diri. 7 Pemberian MPASI dini sebelum usia enam bulan masih banyak dilakukan di negara berkembang seperti Indonesia. Hal ini 3

akan berdampak terhadap kejadian infeksi yang tinggi, seperti diare, infeksi saluran napas, alergi, hingga gangguan pertumbuhan balita. Salah satu faktor resiko terjadinya diare adalah pemberian MPASI yang tidak tepat. Hasil Riskesdas tahun 2008 menunjukkan bayi yang mendapat MPASI sebelum usia 6 bulan lebih banyak terserang diare dibandingan bayi yang mendapat MPASI pada saat usia 6 bulan. 10 Hal tersebut bisa terjadi karena beberapa faktor seperti MPASI diberikan terlalu dini, makanan yang tercemar, kadaluarsa, basi dan beracun, tidak dimasak hingga matang bisa memicu terjadinya diare. Selain itu perilaku ibu mengenai cara memasak, tidak mencuci tangan sebelum menyiapkan dapat menyebabkan terjadinya diare. 11 Berdasarkan hasil penelitian Maharani (2016) diketahui ada hubungan antara pemberian MPASI dengan kejadian diare pada balita usia 0-12 bulan dan penelitian Nutrisiani (2010) juga menyimpulkan ada hubungan pemberian MPASI dengan kejadian diare pada bayi usia 0-24 bulan. 12,13 Berbeda dengan penelitian Marsiman (2004) yang mengatakan tidak 4

ada hubungan antara awal pemberian MPASI dan jenis MPASI dengan kejadian diare pada anak usia 0-2 tahun. 14 Data di Rumah Sakit Gotong Royong Surabaya tahun 2014-2016 menunjukkan angka kejadian diare menempati sepuluh besar penyakit rawat inap dan rawat jalan. Hasil data rekam medis Rumah Sakit Gotong Royong Surabaya, angka morbiditas diare pada balita rawat inap Januari-Desember 2014 sebanyak 404 pasien. Kemudian Pada Januari-Desember 2015 terjadi penurunan sebanyak 37% pasien sedangkan pada Januari-Desember 2016 angka kejadian diare meningkat lagi sebanyak 22% pasien dari tahun sebelumnya. Grafik 1.1 Angka kejadian diare di Rumah Sakit Gotong Royong Surabaya 5

Berdasarkan penelitian terdahulu yang berjudul Profil Balita Diare Akut di Rumah Sakit Gotong Royong Surabaya oleh Sujana (2014) didapatkan bermacam macam faktor penyebab diare. Dari 80 responden, didapatkan umur balita terbanyak yang menderita diare akut terbanyak adalah umur 12-23 bulan. Balita yang menderita diare akut lebih banyak tidak mendapatkan ASI Eksklusif (77.5%). 15 Selain itu pemberian MPASI pada balita yang menderita diare akut tidak tepat waktu (65%). Kemudian penelitian yang dilakukan oleh Larantuka (2016) didapatkan lebih dari 50% sampel tidak memberikan ASI Eksklusif pada bayi usia 3-6 bulan. 16 Berdasarkan uraian di atas maka masalah utama dalam penelitian ini adalah masih tingginya jumlah kejadian diare di Indonesia dan angka kejadian diare pada pasien balita di Rumah Sakit Gotong Royong Surabaya meningkat. Berdasarkan hal tersebut, maka penulis tertarik untuk meneliti lebih jauh hubungan faktor pemberian MPASI pada anak balita usia 6-12 bulan dengan kejadian diare di Rumah Sakit Gotong Royong Surabaya. 6

1.2 Identifikasi Masalah Gambar 1.1 Identifikasi Masalah Penelitian 1.2.1. Faktor Ibu Peran ibu terhadap seorang anak sangatlah penting. Usia ibu yang muda menunjukkan pengalaman ibu yang minimal dalam mencegah suatu penyakit. Hasil survei yang dilakukan oleh SDKI (2007) terhadap pengetahuan ibu tentang diare didapatkan bahwa pengetahuan ibu tentang pemberian paket oralit lebih rendah pada wanita dengan kelompok usia 15-19 tahun dibandingkan dengan wanita yang lebih tua. 17 Pengetahuan ibu dalam mencegah dan mengatasi diare sangatlah berpengaruh terhadap kondisi anak. Pengetahuan ibu bergantung dari pendidikan ibu. Ibu dengan tingkat pendidikan Sekolah Dasar (SD) pasti memiliki pengetahuan yang berbeda dengan ibu yang berpendidikan Sarjana. 7

Semakin tinggi tingkat pendidikan ibu berarti semakin baik pula tindakan yang ibu ambil untuk mencegah suatu penyakit pada anaknya. Tindakan mencegah penyakit salah satunya yaitu mencuci tangan. Selain itu, pekerjaan ibu juga berpengaruh terhadap kesehatan anak. Ibu yang bekerja sebagai ibu rumah tangga memiliki waktu lebih intensif untuk memperhatikan kesehatan anak, sedangkan ibu yang bekerja memiliki banyak waktu diluar sehingga kesehatan anak sering tidak terpantau dengan baik. 1.2.1 Faktor Anak Faktor anak dipengaruhi oleh faktor ibu karena pada usia ini bayi pasti bergantung kepada ibu. Saat berusia 6 bulan, bayi lebih beresiko terkena diare karena pada usia ini MPASI mulai diberikan. Status gizi juga berperan dalam terjadinya diare. Anak yang memiliki gizi kurang lebih mudah mengalami diare karena system imun yang rendah. Selain itu pemberian ASI Eksklusif juga berpengaruh terhadap kejadian diare. Ibu yang memberikan ASI Ekslusif berarti memberikan antibodi yang salah satunya berguna untuk mencegah berbagai macam penyakit termausk diare. 8

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Wijayanti (2010) terdapat hubungan yang signifikan antara pemberian ASI Eksklusif dengan kejadian diare. 18 Tidak hanya ASI yang penting namun pemberian imunisasi campak dan vitamin A juga penting. Imunisasi campak diberikan untuk mencegah terjadinya penyakit campak yang sering terjadi bersamaan dengan diare. Menurut UNICEF (2009) anak yang menderita campak 4 minggu sebelumnya mempunyai resiko lebih tinggi untuk mengalami diare dan disentri yang berat dan fatal. 19 Pemberian vitamin A berfungsi untuk penglihatan, pertumbuhan dan meningkatkan daya tahan tubuh terhadap penyakit. Vitamin A dapat membantu memperbaiki epitel intestinal yang rusak akibat infeksi akut. Penelitian yang dilakukan oleh Tjekyan (2013) menyatakan bahwa diare pada balita yang mendapat suplementasi vitamin A lebih cepat sembuh dibandingkan balita yang tidak mendapat suplementasi vitamin A. 20 1.2.1 Faktor Lingkungan Penularan diare terjadi secara fekal oral. Sumber air minum yang bersih akan mengurangi resiko terjadinya diare. Kepemilikan jamban juga salah satu faktor resiko diare. Jika di 9

rumah tidak ada jamban maka kegiatan Buang Air Besar (BAB) akan dilakukan di tanah atau kali sehingga tanah tersebut akan mengkontaminasi makanan dan minuman sehingga resiko terjadi diare lebih besar. 1.3 Rumusan Masalah Apakah ada hubungan faktor pemberian MPASI yang meliputi frekuensi pemberian, porsi pemberian, jenis pemberian, dan cara pemberian dengan kejadian diare pada balita usia 6-12 bulan di Rumah Sakit Gotong Royong Surabaya? 1.4 Tujuan Penelitian 1.4.1 Tujuan Umum Memahami hubungan faktor pemberian MPASI yang meliputi frekuensi pemberian, porsi pemberian, jenis MPASI yang diberikan, dan cara pemberian dengan kejadian diare pada balita usia 6-12 bulan di Rumah Sakit Gotong Royong Surabaya. 1.4.2 Tujuan Khusus a. Mengetahui kelompok usia pada kelompok kasus (diare) dan kontrol (tidak diare) pada balita usia 6-12 bulan di Rumah Sakit Gotong Royong Surabaya. 10

b. Mengetahui faktor pemberian MPASI yang meliputi frekuensi pemberian, porsi pemberian, jenis MPASI yang diberikan, dan cara pemberian pada balita usia 6-12 bulan pada kelompok kasus (diare) dan kontrol (tidak diare) di Rumah Sakit Gotong Royong Surabaya. c. Mengetahui hubungan antara faktor pemberian MPASI yang meliputi frekuensi pemberian, porsi pemberian, jenis MPASI yang diberikan, dan cara pemberian dengan kejadian diare pada balita usia 6-12 bulan di Rumah Sakit Gotong Royong Surabaya. 1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1 Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan menambah pengetahuan tentang hubungan pemberian MPASI dengan kejadian diare. 1.5.2 Manfaat Praktis 1.5.2.1. Bagi Peneliti Menambah pengetahuan mengenai faktor pemberian MPASI, diare, dan dapat menerapkan ilmu metodologi penelitian. 11

1.2.1.1. Bagi Rumah Sakit Gotong Royong Surabaya Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran tentang pemberian MPASI pada balita yang menderita diare di Rumah Sakit Gotong Royong Surabaya. 12