BAB 1. Pendahuluan. kepada manusia lainnya. Karena itu, manusia disebut sebagai makhluk sosial. Manusia

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk yang. terdiri dari ribuan pulau-pulau dimana masing-masing penduduk dan suku

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Indonesia sangat kaya akan berbagai macam budaya baik itu bahasa,

BAB I PENDAHULUAN. hidup seluruh umat manusia, sejak zaman dahulu hingga kini. Perkawinan

BAB I PENDAHULUAN. keanekaragaman adat istiadat dalam pelaksanaan perkawinan. Di negara. serta dibudayakan dalam pelaksanaan perkawinan maupun upacara

BAB I PENDAHULUAN. menyebutkan bahwa Perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan salah satu sunnatullah yang berlaku untuk semua

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Maha Esa kepada setiap makhluknya. Kelahiran, perkawinan, serta kematian

BAB I PENDAHULUAN. memiliki adat istiadat (kebiasaan hidup) dan kebudayaan masing-masing,

BAB I PENDAHULUAN. pulau dan bersifat majemuk. Kemajemukan itu berupa keanekaragaman ras,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam pelaksanaan upacara perkawinan, setiap suku bangsa di Indonesia memiliki

III. METODE PENELITIAN. diterapkan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif.

I. PENDAHULUAN. sebagaimana yang telah diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar Tahun 1945

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sejarah kehidupan manusia, kebudayaan selalu ada sebagai upaya dan

BAB 4. Nilai Luhur Dari Tradisi Kawin Lari Dalam Perkawinan Adat Suku Sasak

BAB 1 PENDAHULUAN. 1960), hal Sayuti Thalib, Hukum Keluarga Indonesia, Cet. 5, (Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia, 1986), hal. 48.

I. PENDAHULUAN. mempunyai tata cara dan aspek-aspek kehidupan yang berbeda-beda. Oleh

BAB I PENDAHULAUAN. budaya yang mewarnai kehidupan bangsa ini. Dalam mengembangkan kebudayaan di

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat Batak Simalungun. Soerbakti (2000:65) mengatakan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkawinan merupakan hal yang sakral dilakukan oleh setiap manusia

BAB I PENDAHULUAN. heterogen, keberagaman suku, budaya dan agama menciptakan pluralisme

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bersangkutan dalam masyarakat, maka proses pelaksanaan perkawinan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. keluarga yang bahagia dan kekal sesuai dengan Undang-undang Perkawinan. Sudah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Negara Indonesia merupakan negara hukum yang berasaskan Pancasila

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pernikahan adalah salah satu peristiwa penting yang terjadi dalam

PERKAWINAN ADAT. (Peminangan Di Dusun Waton, Kecamatan Mantup, Kabupaten Lamongan. Provinsi Jawa Timur) Disusun Oleh :

I. PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang artinya manusia saling membutuhkan

AKULTURASI BUDAYA ISLAM DAN BUDAYA HINDU (Studi Tentang Perilaku Keagamaan Masyarakat Islam Tradisional di Gununggangsir Beji Pasuruan)

I. PENDAHULUAN. Suku Lampung terbagi atas dua golongan besar yaitu Lampung Jurai Saibatin dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. perumusan dari berbagai kalangan dalam suatu masyarakat. Terlebih di dalam bangsa

BAB I PENDAHULUAN. Denpasar. Pada zaman dahulu, perempuan wangsa kesatria yang menikah dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini tergolong dalam penelitian kualitatif. Penulis menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. Kalimantan, sebagaimana dengan wilayah Indonesia lainnya yang kaya akan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. menimbulkan akibat lahir maupun batin baik terhadap keluarga masing-masing

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang multi culture yang berarti didalamnya

BAB I PENDAHULUAN. sampai merauke, menyebabkan Indonesia memiliki banyak pulau. dijadikan modal bagi pengembang budaya secara keseluruhan.

BAB 1 PENDAHULUAN. sakral, sebuah pernikahan dapat menghalalkan hubungan antara pria dan wanita.

BAB I PENDAHULUAN. yang didukung oleh umat beragama mustahil bisa terbentuk rumah tangga tanpa. berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan usia muda merupakan perkawinan yang terjadi oleh pihak-pihak

ini. Setiap daerah memilki ciri khas kebudayaan yang berbeda, salah satunya di

BAB I PENDAHULUAN. akan berubah entah itu memerlukan proses yang lambat ataupun cepat.

BAB I PENDAHULUAN. Ruang Publik Yaroana Masigi berada di tengah-tengah permukiman

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat merupakan suatu perwujudan kehidupan bersama manusia sebagai makhluk

beragam adat budaya dan hukum adatnya. Suku-suku tersebut memiliki corak tersendiri

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap daerah pasti memiliki identitas-identisas masing-masing yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian dalam proposal adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. Utara yang berjarak ± 160 Km dari Ibu Kota Provinsi Sumatera Utara (Medan). Kota

BAB I PENDAHULUAN. Sudah jadi kodrat alam bahwa manusia sejak dilahirkan ke dunia selalu

BAB I PENDAHULUAN. diberi nama. Meski demikian, Indonesia memiliki lima pulau besar yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Untuk menjaga kedudukan manusia sebagai makhluk yang terhormat maka diberikan

BAB I PENDAHULUAN. seorang laki-laki, ada daya saling menarik satu sama lain untuk hidup

BAB III METODE PENELITIAN. 1. Mengetahui Manajemen Kurikulum Pendidikan Agama Islam Berbasis. Multikultural di SDN Percobaan Palangkaraya

BAB III METODE PENELITIAN

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS

I. PENDAHULUAN. Manusia dalam kehidupannya memiliki tingkatan yakni, dari masa anak anak,

BAB I PENDAHULUAN. Bima itu. Namun saat adat istiadat tersebut perlahan-lahan mulai memudar, dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keluarga mempunyai peranan yang penting dalam kehidupan manusia

BAB I PENDAHULUAN. turun temurun. Kebiasaan tersebut terkait dengan kebudayaan yang terdapat dalam

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dikategorikan sebagai penelitian studi lapangan yaitu penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Adat istiadat merupakan salah satu perekat sosial dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. kenal dengan istilah agama primitif, agama asli, agama sederhana. 1 Agama suku adalah

BAB IV PENUTUP. mempertahankan adat istiadat yang telah diwariskan oleh generasi terdahulu secara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Tujuh unsur kebudayaan universal juga dilestarikan di dalam kegiatan suatu suku

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi yang dipilih oleh peneliti sebagai tempat penelitian ini adalah Desa

BAB I PENDAHULUAN. antaranya, waris menurut hukum BW (Burgerlijk Wetboek), hukum Islam, dan. Ika ini tidak mati, melainkan selalu berkembang.

JURNAL SKRIPSI. MAKNA RITUAL DALAM PEMENTASAN SENI TRADISI REOG PONOROGO (Studi Kasus di Desa Wagir Lor, Kecamatan Ngebel, Kabupaten Ponorogo)

BAB 1 PENDAHULUAN. Agama Republik Indonesia (1975:2) menyatakan bahwa : maka dilakukan perkawinan melalui akad nikah, lambang kesucian dan

BAB III METODE PENELITIAN. dipengaruhi atau ditentukan oleh tepat tidaknya penelitian atau penentuan metode

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Islam adalah agama rahmatan lil alamin.ajarannya diperuntukkan bagi umat

I. PENDAHULUAN. mempunyai keinginan untuk hidup bersama dan membina rumah tangga yaitu. dengan melangsungkan pernikahan atau perkawinan.

BAB I PENDAHULUAN. sesuatu dijadikan tuhan berpasang-pasangan. Begitupun manusia dijadikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai salah satu negara yang sangat luas dan memiliki

PERANAN KEGIATAN PRAMUKA DALAM MEMBANGUN JIWA PERSATUAN DAN KESATUAN (Studi Kasus Madrasah Aliyah Negeri 2 Boyolali) NASKAH PUBLIKASI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian

BAB I PENDAHULUAN. terkecil, hidup bersama itu dimulai dengan adanya sebuah keluarga,

BAB I PENDAHULUAN. Semboyan Bhinneka Tunggal Ika secara de facto mencerminkan multi budaya

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai hubungan yang erat sekali dengan agama/kerohanian sehingga

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. cet ke-1, h Komang Wardana, et al., Perilaku Keorganisasian, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009,

BAB III METODE PENELITIAN. kualitatif. Penelitian kualitatif lebih menekankan

BAB I. Tuhan telah menciptakan manusia yang terdiri dari dua jenis yang berbedabeda

BAB I PENDAHULUAN. manusia sebagai makhluk sosial tidak terlepas dari individu lain. 1. Pertalian darah menurut garis bapak (Patrilineal)

KURIKULUM Kompetensi Dasar. Mata Pelajaran PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN. Untuk KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dapat hidup sendiri tanpa bantuan orang lain. Oleh karena itu, dalam hidupnya

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. pasal 1 disebutkan : Perkawinan adalah ikatan lahir bathin antara seorang pria

BAB I PENDAHULUAN. mencerminkan kepribadian seseorang. Tidak hanya pakaian sehari-hari saja

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara yang dilihat dari letak geografis

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Prima Suci Lestari, 2013

Transkripsi:

BAB 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Manusia dalam kehidupannya membutuhkan seorang partner untuk bekerja sama sehingga suatu pekerjaan yang berat menjadi ringan. Hal ini berarti bahwa untuk menempuh pergaulan hidup dalam masyarakat, manusia tidak terlepas dari adanya rasa ketergantungan kepada manusia lainnya. Karena itu, manusia disebut sebagai makhluk sosial. Manusia membutuhkan hidup bersama dengan orang lain sehingga kebutuhan hidupnya terpenuhi baik kebutuhan jasmani maupun rohani. Dalam konteks kehidupan yang seperti ini, perkawinan menjadi salah satu proses manusia membangun hubungannya dengan seseorang yang bisa menjadi partner hidup. Oleh sebab itu, perkawinan merupakan salah satu peristiwa penting dan memiliki nilai yang sangat sakral dalam kehidupan manusia. Dikatakan sakral, karena perkawinan mengandung sebuah janji yang diikrarkan bukan saja di hadapan manusia tetapi juga di hadapan Tuhan Yang Maha Kuasa. Perkawinan juga merupakan peristiwa yang sangat penting dalam masyarakat karena sudah menjadi kodrat alami, bahwa dua orang manusia dengan jenis kelamin yang berbeda yakni, seorang perempuan dan seorang laki-laki, ada daya saling tarik menarik satu sama lain untuk hidup bersama. 1 Perkawinan yang ideal adalah yang dianggap dapat memberikan intimasi atau kedekatan, pertemanan, pemenuhan kebutuhan seksual, kebersamaan, dan perkembangan emosional. Herning (dalam Soewondo, 2001) menambahkan bahwa 1 Dr. R. Wirjono Prodjodikoro, S. H, Hukum Perkawinan di Indonesia, cet 6, Bandung: Sumur Bandung, 1974. 1 1

perkawinan merupakan ikatan antara pria dan wanita yang kurang lebih permanen, ditentukan oleh kebudayaan, dengan tujuan mendapatkan kebahagiaan. 2 Untuk masuk pada perkawinan, maka manusia menciptakan tata-tertib dan peraturan yang mengatur dan memberi sanksi terhadap tingkah laku manusia. Tata tertib sudah ada sejak masyarakat sederhana yang dipertahankan anggota-anggota masyarakat dan para pemuka masyarakat adat dan pemuka agama. Aturan atau tata tertib itu terus berkembang maju dalam masyarakat yang mempunyai kekuasaan pemerintahan dan di dalam suatu negara. Di Indonesia aturan atau tata tertib perkawinan itu sudah ada sejak zaman kuno, masa kolonial Belanda dan sampai Indonesia telah merdeka. Budaya perkawinan dan aturannya yang berlaku pada suatu masyarakat atau suatu bangsa tidak terlepas dari pengaruh budaya dan lingkungan di mana masyarakat itu berada serta pergaulan masyarakatnya. Ia dipengaruhi oleh pengetahuan, pengalaman, kepercayaan dan keagamaan yang dianut masyarakat bersangkutan. 3 Sistem perkawinan yang ada di Indonesia bukan saja dipengaruhi oleh adat budaya masyarakat setempat, melainkan juga dipengaruhi ajaran agama Hindu, Budha, Islam dan Kristen, bahkan dipengaruhi budaya perkawinan Barat. Indonesia terdiri dari berbagai suku dan budaya bahkan agama yang berbeda-beda. Sistem perkawinan yang ada pun sangat beragam dan memiliki keunikan masing-masing. Walaupun bangsa Indonesia telah memiliki hukum perkawinan nasional sebagai aturan pokok, namun dalam kenyataannya masih tetap berlaku tata tertib perkawinan bagi masyarakat yang terdiri dari berbagai latar belakang budaya yang berbeda, perkawinan ini biasanya disebut dengan perkawinan adat. Hal ini 2 Jurnal Penyesuaian perkawinan bagian Pendahuluan oleh Kurniati Fajriani, F.PSI UI 2007. 3 H. Hilman Hadikusuma, Hukum Perkawinan Indonesia Menurut: Perundangan, Hukum Adat, Hukum Agama, cet 3, (Bandung: Mandar Maju, 2007). 1 2

berarti walaupun pada intinya kita telah memiliki hukum perkawinan yang berlandaskan kesatuan namun kebhinekaannya masih tetap berlaku. 4 Berbicara tentang perkawinan adat, di Indonesia perkawinan adat juga mempunyai aturan. Tata cara dan upacara perkawinannya berbeda-beda sesuai dengan budaya masingmasing. Setiap upacara perkawinan adat memiliki simbol dan makna yang sangat dalam. Karena itu, kebanyakan dari masyarakat kita masih tetap menjunjung tinggi upacara perkawinan adat tersebut sebagai ritual yang tidak boleh ditinggalkan. Walaupun, ada juga sebagian masyarakat yang lebih memilih upacara perkawinan mereka yang dirayakan secara praktis. 5 Salah satu sistem perkawinan yang sangat unik ialah perkawinan adat suku sasak yang berada di Lombok, Nusa Tenggara Barat. Perkawinan adatnya dinamakan sebagai merariq atau yang kita kenal sebagai kawin lari. Budaya merariq ini sangat kental dipengaruhi oleh budaya Bali, dalam sejarah, suku Sasak Lombok menjadi wilayah kekuasaan kerajaan Karang Asem yang dirajai oleh Anak Agung. Kentalnya budaya Bali diakar budaya suku Sasak tidak mudah dihapus begitu saja. Namun tidak semua wilayah di pulau Lombok menjadi wilayah kekuasaan Anak Agung, sehingga semakin ke Timur budaya khas yang bernuansa Bali cenderung memudar. Untuk wilayah timur kentalnya budaya Islam cukup terlihat, sebab pengaruh sejarah kedatangan Islam ke pulau Lombok melalui dua pintu dari Timur dan Utara. 6 Ada juga beberapa orang Sasak mengatakan bahwa merariq merupakan perkawinan adat asli suku Sasak. Merariq mengandung pengertian yaitu suatu peristiwa membawa lari seorang gadis oleh seorang pemuda untuk dijadikan sebagai isterinya, karena itu sering diartikan sebagai 4 Ibid., 2 5 Aep S. Hamidin, Buku Pintar Adat Perkawinan Nusantara, (Yogyakarta: Diva Press, 2012).6 6 http://id.shvoong.com/social-sciences/1927569-adat-perkawinan-suku-sasaklombok/#ixzz27kfeto9s, diunduh: Senin, 10 September 2012 Pkl 16.36 WIB. 3

kawin lari. 7 Dalam perkawinan adat kawin lari atau merariq, urusan perjodohan biasanya diserahkan sepenuhnya pada anak. Apabila keduanya saling suka, pihak laki-laki bisa membawa lari gadis maka keduanya dianggap telah menikah. Merariq merupakan sebuah langkah awal dari suatu proses perkawinan yang panjang. Caranya sederhana, apabila ingin menikah langsung saja bawa gadis itu pergi dan tidak perlu izin. Gadis dilarikan tanpa perlu izin karena bagi suku ini cara ini lebih terhormat dibandingkan meminta kepada orang tuanya. Hal ini jelas bahwa masyarakat sasak menganggap positif prosesi perkawinan kawin lari. 8 Dibandingkan dengan adat-adat perkawinan di Indonesia, pada umumnya sangat anti dengan prosesi perkawinan kawin lari ini. Sebaliknya di suku Sasak, kawin lari memiliki nilai luhur. Karena itu, melalui perkawinan adat suku Sasak ini penulis sadar bahwa kawin lari tidak selamanya harus dianggap negatif. Akan tetapi, kita juga tidak bisa menyalahkan budaya masyarakat yang menolak prosesi perkawinan lari ini. Hal ini merupakan salah satu dari keragaman dua budaya yang berbeda. Bukankah ini merupakan ciri khas dari bangsa Indonesia? Penulis merasa perlu untuk melakukan penelitian terhadap perkawinan adat masyarakat Sasak alasannya agar cara perkawinannya dan nilai luhur yang ada di dalamnya tetap terjaga dan terpelihara. Bisa saja suatu saat adat kawin lari dari suku sasak dhilangkan karena seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa umumnya, di masyarakat Indonesia menganggap prosesi seperti ini negatif. Oleh karena itu, melalui penulisan dan penelitian ini, penulis mencoba untuk menyadarkan kita sebagai orang-orang Indonesia untuk menjaga 7 Drs. H. Jacub Ali dan Umar Siradz, Perubahan Nilai Upacara Tradisional Pada Masyarakat Pendukungnya di Daerah Nusa Tenggara Barat, (Mataram: Pasifik, 1998). 66 8 http://id.shvoong.com/social-sciences/1927569-adat-perkawinan-suku-sasaklombok/#ixzz27kfeto9s, diunduh: Senin, 10 September 2012 Pkl 16.36 WIB. 4

keunikan budaya kita bukan hanya mencintai dan menjaga budaya di daerah kita sendiri, melainkan menjaga budaya Indonesia seluruhnya dari sabang sampai merauke. Berdasarkan uraian diatas maka penulis memilih judul Kawin Lari dengan sub judul Suatu kajian sosio-antropologi terhadap nilai luhur dari tradisi kawin lari dalam perkawinan adat suku Sasak. Dengan judul penelitian seperti sudah dijelaskan sebelumnya, maka yang menjadi pertanyaan penelitian adalah, Bagaimana pemahaman masyarakat Sasak tentang kawin lari dan apa saja nilai luhur yang terkandung di dalamnya? 1.2 Rumusan Masalah 1. Mendiskripsikan pemahaman masyarakat Sasak tentang tradisi kawin lari 2. Menganalisa nilai luhur dari tradisi kawin lari dalam perkawinan adat suku Sasak. 1.3 Hipotesa Penelitian Melalui penulisan dan penelitian yang akan dilakukan ini, penulis menduga bahwa masyarakat Sasak sangat menghormati adat perkawinan mereka yaitu merariq atau perkawinan dengan cara kawin lari karena perkawinan ini kelihatannya sangat menghormati pilihan dari anak lelaki dan anak gadis mereka. 1.4 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian yang ingin dicapai antara lain agar bisa, mendiskripsikan dan menganalisa pemahaman masyarakat tentang kawin lari dan nilai luhur yang terkandung di dalamnya. 5

1.5 Signifikansi Penelitian Signifikansi yang dapat diperoleh dari penulisan ini adalah: 1. Untuk menambah dan melengkapi wawasan dan pengetahuan Fakultas Teologi Universitas Kristen Satya Wacana tentang sistem perkawinan yang ada di Indonesia khususnya perkawinan adat merariq atau kawin lari yang berasal dari suku sasak. 2. Sebagai sumber informasi bagi masyarakat luas bahwa Indonesia merupakan negeri yang kaya adat istiadat dan kebudayaan, tak terkecuali dalam hal perkawinan. Karena itu, penting bagi kita untuk mengenal keragaman perkawinan adat di nusantara dengan keunikannya masing-masing sebagai identitas budaya nasional di tengah maraknya konsep perkawinan internasional dewasa ini. Dalam hal ini, perkawinan adat suku sasak yang menganggap sistem perkawinan dengan cara kawin lari lebih terhormat yang berbeda dengan pemahaman masyarakat dalam hal ini masyarakat Indonesia umumnya. 1.6 Metodologi Penelitian 1.6.1 Metode Penelitian Metode adalah cara mengetahui sesuatu dengan langkah-langkah sistematis untuk mencapai tujuan, secara filosofis, metodologi penelitian merupakan epistomologi penelitian yaitu bagaimana kita mengadakan penelitian untuk mencari kebenaran ilmu. 9 Metode yang digunakan dalam penulisan ini ialah metode deskriptif yang diartikan sebagai suatu metode yang menjabarkan berbagai unit sosial makro (Negara, budaya, daerah, sistem pedidikan, ekonomi dan sejarah). Penelitian kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan data 9 Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta, 1998). 89 6

deksriptif mengenai kata-kata lisan maupun tertulis, dan tingkah laku yang dapat diamati dari orang-orang yang diteliti. 10 Tujuan mengumpulkan bahan-bahan informasi dengan melakukan deskripsi tentang kehidupan masyarakat dalam bentuk penguraian fenomena dalam bentuk kalimat-kalimat. 11 Melalui metode dan jenis penelitian ini maka penulis berusaha mendiskripsikan sistem perkawinan di suku Sasak yaitu kawin lari atau merariq dan nilai luhur yang terkandung di dalamnya. 1.6.2 Teknik Pengumpulan Data a. Studi Kepustakaan atau Dokumentasi Mengumpulkan bahan atau data melalui studi kepustakaan dari berbagai buku dan dokumen lainnya, jika objek masalahnya lewat studi kepustakaan. Studi kepustakaan bermanfaat juga untuk menyusun landasan teori yang akan menjadi tolak ukur untuk menganalisa hasil interpretasi data penelitian lapangan guna menjawab persoalan pada rumusan dan tujuan masalah. Penggunaan teknik dokumentasi adalah suatu teknik yang mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, agenda, internet dan sebagainya. 12 Berdasarkan uraian diatas, penulis dalam menyelesaikan penulisan dari penelitian penulis tentang kawin lari sebagai salah satu bagian dari perkawinan adat Sasak maka juga membutuhkan sumber kepustakaan atau dokumentasi sebagai salah satu sumber informasi dari berbagai sumber-sumber seperti buku, internet, kamus, jurnal dan sebagainya untuk melengkapi penulisan tesis ini. 10 11 12 Taylor, Introduction to Qualitative Research Methods (Newyork: Wiley and Sons. Inc, 1984). 5 Maleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Karya, 1989). 34 Maryaeni, Metode Penelitian Kebudayaan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2005). 73 7

b. Observasi Observasi ialah aktivitas mencatat suatu gejala dengan bantuan instrument-instrumen dan merekamnya demi tujuan-tujuan ilmiah atau tujuan lain. 13 Sebelum masuk dalam teknik wawancara, penulis akan melakukan observasi terhadap masyarakat Sasak. Observasi yang akan penulis lakukan yaitu penulis akan langsung ke lapangan di mana masyarakat Sasak menetap yaitu di Kampung Sade. c. Wawancara Mendalam ( In-depth interview) Teknik wawancara merupakan salah satu cara pengumpulan data dalam suatu penelitian. Karena menyangkut data, maka wawancara merupakan salah satu elemen penting dalam proses penelitian. Teknik ini bertujuan untuk memperoleh keterangan, pendirian, pendapat secara lisan dari seseorang yang disebut sebagai responden berbicara langsung dengan orang tersebut. 14 Dalam penelitian ini, penulis akan melakukan wawancara dengan beberapa orang Sasak berdomisili di Lombok khususnya di Kampung Sade. 1.7 Unit Pengamatan Unit pengamatan adalah daerah yang dipilih penulis untuk mengadakan penelitian. Daerah pertama yang akan diteliti yaitu daerah dimana masyarakat Sasak tradisional menetap tepatnya di Kampung Sade, Kecamatan Pujut, Kabupaten Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat. Penulis memilih daerah atau lokasi tersebut karena di Daerah tersebut dihuni oleh masyarakat Sasak pada era globalisasi ini masih menganggap kawin lari itu terhormat dan nilai-nilai luhur yang terkandung di dalamnya. 13 Norman K. Denzin dan Yvonna S. Lincoln, Handbook of Qualitative Research, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009). 524 14 Bagong Suyanto dan Sutinah, Metode Penelitian Sosial, (Jakarta: Kencana, 2010). 66 8

1.8 Kerangka Konseptual Masyarakat Sasak Adat Istiadat Perkawinan Kawin Lari Nilai Luhur Perkawinan Nusantara 1.8 Sistematika Penulisan Pada Bab 1 penulis akan mengawali penulisan ini dengan menguraikan latar belakang masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, signifikansi penelitian, metodologi penelitian, kerangka konseptual dan sistematika penulisan. Setelah menguraikan maksud dan tujuan pada bagian pertama, maka dalam Bab 2 di dalamnya akan berisikan kajian pustaka yang akan memuat teori yang berkaitan dengan penulisan ini yaitu teori-teori kebudayaan dan teori-teori tentang perkawinan. Dalam Bab 3, berisikan data-data tentang sistem perkawinan adat suku Sasak serta pembahasan mengenai sistem perkawinan suku Sasak dari hasil penelitian khususnya perkawinan adat kawin lari atau marariq. 9

Setelah mendapatkan data, maka teori dan data akan dianlisa pada Bab 4. Oleh karena itu, Bab 4 akan berisikan analisa terhadap kawin lari dari pemahaman masyarakat Sasak dan nilai luhur yang terkandung di dalamnya. Pada bagian terakhir dari penulisan ini yaitu Bab 5 penulis akan memaparkan kesimpulan dan saran yang merupakan akhir dari penulisan tesis ini. 10