BAB 1 : PENDAHULUAN. nasional, selain dapat meningkatkan perekonomian nasional juga dapat

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 : PENDAHULUAN. Kesehatan keselamatan kerja mulai menjadi perhatian di negara-negara

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membuat dunia industri

BAB 1 : PENDAHULUAN. faktor yaitu, unsafe action dan unsafe condition. OHSAS menyebutkan risiko

BAB 1 : PENDAHULUAN. masalah-masalah baru yang harus bisa segera diatasi apabila perusahaan tersebut

BAB 1 : PENDAHULUAN. perhatian dan kerja keras dari pemerintah maupun masyarakat.

BAB 1 : PENDAHULUAN. ditandai dengan semakin berkembangnya prindustrian dengan mendayagunakan

BAB I PENDAHULUAN. Sumatera Utara menyatakan bahwa luas perkebunan karet Sumatera Utara pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. Repository.Unimus.ac.id

BAB 1 PENDAHULUAN. kerja, kondisi serta lingkungan kerja yang terintegrasi dalam rangka meningkatkan

BAB 5 : PEMBAHASAN. 5.1 Keterbatasan Penelitian Penelitian ini memiliki keterbatasan-keterbatasan yang dapat

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Dalam proses pembangunan nasional, titik berat pembangunan nasional

BAB 1 : PENDAHULUAN. merupakan kondisi yang menunjukkan Indonesia tidak dapat menghindarkan diri dari

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Dalam UU RI Nomor 1 Tahun 1970 tentang keselamatan kerja dituliskan

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyebabkan traumatic injury. Secara keilmuan, keselamatan dan

BAB I PENDAHULUAN. eksis. Masalah utama yang selalu berkaitan dan melekat dengan dunia kerja adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. namun penerapan alat pelindung diri ini sangat dianjurkan (Tarwaka,2008).

BAB I PENDAHULUAN. ketenagakerjaan, merupakan kewajiban pengusaha untuk melindungi tenaga

BAB 1 : PENDAHULUAN. adanya peningkatan kulitas tenaga kerja yang maksimal dan didasari oleh perlindungan hukum.

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah kesehatan dan keselamatan kerja masih merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. obat-obatan dan logistik lainnya. Dampak negatif dapat berupa kecelakaan

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambaran aspek..., Aldo Zaendar, FKM UI, 2009

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Proses industrialisasi masyarakat

BAB 1 : PENDAHULUAN. Dunia perindustrian di era globalisasi mengalami perkembangan yang semakin pesat. Hal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan industri di Indonesia sekarang ini berlangsung sangat

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Dalam Undang Undang Dasar 1945 Pasal 27 Ayat 2 Ditetapkan bahwa Setiap warga

BAB I PENDAHULUAN. Vesta (2012) dalam penelitiannya menyatakan bahwa perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. contohnya mesin. Bantuan mesin dapat meningkatkan produktivitas,

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan teknologi maju tidak dapat dielakkan, banyak perusahaan yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. perusahaan, yang diiringi dengan meningkatnya penggunaan bahan-bahan berbahaya,

BAB 1 : PENDAHULUAN. Hal ini tercermin dalam pokok-pokok pikiran danpertimbangan dalam undang-undang no. 1

BAB 1 : PENDAHULUAN. dinyatakan bahwa pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka pembangunan

adalah 70-80% angkatan kerja bergerak disektor informal. Sektor informal memiliki


HUBUNGAN PERILAKU DENGAN KECELAKAAN KERJA PADA PEKERJA PETERNAK AYAM RAS DI KECAMATAN TILATANG KAMANG KABUPATEN AGAM TAHUN 2011 SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. pelaku dalam industri (Heinrich, 1980). Pekerjaan konstruksi merupakan

BAB I PENDAHULUAN. saat ini. Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan salah satu upaya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pekerjaan konstruksi merupakan kompleksitas kerja yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. yang berkaitan dengan keselamatan dan kesehatannya sewaktu

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan salah satu sarana untuk meningkatkan derajat kesehatan bagi

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Analisis risiko..., Septa Tri Ratnasari, FKMUI, 2009

BAB I PENDAHULUAN. dalam sistem perdagangan dunia di samping isu lingkungan, produk bersih, HAM, pekerja anak, dan pengupahan (Ramli, 2010).

BAB 1 : PENDAHULUAN. maupun pemberi kerja, jajaran pelaksana, penyedia (supervisor) maupun manajemen,

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Proses industrialisasi telah mendorong tumbuhnya industri diberbagai sektor dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. petani, sehingga Indonesia dikenal sebagai negara agraris.

BAB 1 : PENDAHULUAN. pertumbuhan industry dan perdagangan serta merupakan segmen usaha yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. pesat di segala bidang kehidupan seperti sektor industri, jasa, properti,

BAB I PENDAHULUAN. dapat meningkatkan taraf hidup serta mengurangi pengangguran. Kehadiran

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) memperkirakan setiap 15 detik

BAB I PENDAHULUAN. kesusilaan dan perlakuan yang sesuai harkat dan martabat manusia serta nilainilai

BAB I PENDAHULUAN. lingkungannya, serta cara-cara melakukan pekerjaan. Keselamatan kerja

BAB I PENDAHULUAN. bergeloranya pembangunan, penggunaan teknologi lebih banyak diterapkan

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Sumber daya manusia merupakan salah satu faktor produksi yang sangat strategis

BAB 1 : PENDAHULUAN. depresi akan menjadi penyakit pembunuh nomor dua setelah penyakit jantung.untuk

BAB 1 : PENDAHULUAN. yang menjadi penentu pencapaian dan kinerja suatu perusahaan. Jika dalam proses

BAB 1 : PENDAHULUAN. kuat. (2) Penerapan keselamatan dan kesehatan kerja merupakan salah satu bentuk upaya untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi, sektor industri mengalami perkembangan pesat

BAB 1 : PENDAHULUAN. upaya perlindungan terhadap tenaga kerja sangat diperlukan. Salah satunya dengan cara

BAB I PENDAHULUAN. dengan peningkatan pertumbuhan ekonomi 6,4 sampai dengan 7,5 persen setiap

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Kecelakaan kerja adalah suatu kejadian yang jelas tidak dikehendaki dan

HUBUNGAN ANTARA PERSPESI IKLIM KESELAMATAN DAN MASA KERJA DENGAN KEPATUHAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI PADA PEKERJA KONSTRUKSI PT.

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang International Labour Organization (ILO), pada tahun 2008 memperkirakan

BAB 1 LATAR BELAKANG. signifikan bagi perekonomian Indonesia. Pada tahun 2006, luas lahan areal kelapa

BAB I PENDAHULUAN. setiap 15 detik karena kecelakaan kerja dan 160 pekerja mengalami sakit akibat kerja.

BAB V PEMBAHASAN. Kecelakaan kerja adalah kejadian yang tidak diharapkan dan tidak diduga.

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan perlu melaksanakan program keselamatan dan kesehatan kerja

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu dari sekian banyak bidang usaha yang tergolong sangat

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan industri besar dan sedang di Jawa Tengah pada tahun 2008

BAB I PENDAHULUAN. kecelakaan disebabkan oleh perbuatan yang tidak selamat (unsafe act), dan hanya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. terbukti dari pesatnya pembangunan berbagai pusat perbelanjaan, pendidikan, perumahan, dan

BAB 1 PENDAHULUAN. pekerja seperti yang tercantum dalam UU No.13 Tahun 2003 pasal 86 ayat 1

BAB I PENDAHULUAN. akal sehingga dapat merencanakan sesuatu, menganalisa yang terjadi serta

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan nasional Indonesia yang berdampak positif terhadap penyerapan

BAB 1 PENDAHULUAN. Dunia industri dengan segala elemen pendukungnya selalu berkembang secara

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN. yang memiliki peran penting dalam kegiatan perusahaan. dari potensi bahaya yang dihadapinya (Shiddiq, dkk, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. Kesejahteraan pekerja merupakan salah satu tujuan yang hendak dicapai

BAB I PENDAHULUAN. tindakan/perbuatan manusia yang tidak memenuhi keselamatan (unsafe

BAB I PENDAHULUAN. memakai peralatan yang safety sebanyak 32,12% (Jamsostek, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. industri atau yang berkaitan dengannya (Tarwaka, 2008).

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. berskala besar, menengah ataupun kecil. Hal ini berpengaruh terhadap ketatnya

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kesadaran dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. kerja, peningkatan pendapatan dan pemerataan pembangunan. Disisi lain kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. dengan meningkatnya produktivitas (Multahada, 2008)

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusianya, agar dapat menghasilkan produk yang berkualitas

BAB 1 : PENDAHULUAN. teknologi serta upaya pengendalian risiko yang dilakukan. Kecelakaan kerja secara

BAB 1 : PENDAHULUAN. masyarakat yang adil dan makmur. Untuk menunjang pembangunan tersebut, salah satu

BAB I PENDAHULUAN. menuntut produktivitas kerja yang tinggi. Produktivitas dan efisiensi kerja yang baik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. pasar lokal, nasional, regional maupun internasional, dilakukan oleh setiap

BAB 1 : PENDAHULUAN. nomor 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan pada pasal 86, menjelaskan

BAB I PENDAHULUAN. kerja. 3 K3 di tempat kerja harus dikelola dengan aspek lainnya seperti

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan pesat dunia industri konstruksi bangunan di Indonesia

Transkripsi:

BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor industri memegang peranan penting dalam memacu perekonomian nasional, selain dapat meningkatkan perekonomian nasional juga dapat meningkatkan devisa negara dan dapat mengatasi masalah ketenagakerjaan dalam menciptakan lapangan kerja. (1) Kemajuan teknologi di Indonesia saat ini sangat cepat, hal ini dapat dilihat dari pertumbuhan industri yang mencapai 12% per tahun, diikuti dengan pemakaian berbagai mesin dan peralatan industri, pemakaian bermacammacam bahan kimia yang menimbulkan bahaya-bahaya lingkungan kerja baik fisik maupun kimia. Peningkatan kemajuan suatu industri yang menggunakan mesin dan peralatan mekanik yang serba modern tanpa diikuti dengan peningkatan kondisi kerja akan memberikan dampak yang negatif bagi tenaga kerja berupa kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja, sehingga perlu diperhatikan suatu kewaspadaan dalam segala bentuk lapangan, kedisiplinan, hubungan kerja yang harmonis, dan kesehatan pekerjanya. (2) Pertumbuhan industri yang pesat tanpa disertai dengan upaya pengamanan efek samping penerapan teknologi akan menimbulkan berbagai masalah keselamatan dan kesehatan kerja. Oleh karena itu upaya-upaya penerapan keselamatan dan kesehatan kerja pada semua sektor kegiatan produksi harus terus dilakukan secara berkesinambungan. (1) Kecelakaan di tempat kerja merupakan penyebab utama penderitaan perorangan dan penurunan produktivitas.kecelakaan menyebabkan cidera, baik cidera ringan, cacat atau kematian. Cidera ini akan mengakibatkan pekerja tidak 1

2 mampu menjalankan tugasnya dengan baik sehingga akan mengganggu produktivitas kerja dan hal ini akan berdampak buruk pada perusahaan, baik melalui beban biaya pengobatan yang cukup tinggi dan juga ketidakhadiran pekerja serta penurunan dalam kualitas kerja. (3) Kecelakaan kerja disebabkan oleh dua faktor, yaitu faktor manusia (unsafe action) dan faktor lingkungan (unsafe condition). Menurut hasil penelitian bahwa 80-85% dari kecelakaan yang terjadi disebabkan karena faktor manusia, seperti ketidakseimbangan fisik pekerja, kurang pendidikan, mengangkut beban yang berlebihan, bekerja melebihi jam kerja, dan pemakaian APD yang tidak sesuai. (30) Hirarki pengendalian risiko dalam upaya pencegahan kecelakaan kerja terdapat lima tahap, yaitu eliminasi, substitusi, engineering (rekayasa), administratif, dan Alat Pelindung Diri (APD).Perlindungan pekerja melalui usaha-usaha teknis pengamanan tempat, peralatan dan lingkungan kerja adalah sangat perlu diutamakan.namun keadaan bahaya masih belum dapat dikendalikan sepenuhnya. Sehingga pihak manajemen akan mengambil kebijakan untuk melindungi pekerja dengan berbagai cara yaitu mengurangi sumber bahaya ataupun menggunakan APD. APD adalah upaya terakhir dalam melindungi tenaga kerja apabila keempat tahap tidak dapat dilakukan atau dapat dilakukan namun masih terdapat bahaya. (30) Dalam Undang-Undang No. 1 tahun 1970 tentang keselamatan kerja ditentukan syarat-syarat keselamatan kerja yang tertera pada pasal 3 ayat 1 poin 9 yaitu memberikan alat-alat pelindung diri pada pekerja.kewajiban pengurus dan tenaga kerja dalam kaitannya dengan alat pelindung diri diatur dalam pasal 9 ayat 1 sub cbahwa pengurus diwajibkan menunjukkan kepada tenaga kerja tentang alat pelindung diri bagi tenaga kerja yang bersangkutan. (5)

3 International Labor Organitation (ILO) mengungkapkan bahwa setiap tahun terjadi 1,1 juta kematian di dunia yang disebabkan karena penyakit atau kecelakaan akibat hubungan ketenagakerjaan. Sekitar 270 juta kasus kecelakaan kerja diperkirakan terjadi 160 juta penyakit akibat hubungan tenaga kerjaan baru setiap tahunnya.ilo menyimpulkan bahwa Indonesia menempati peringkat kedua terbawah dari 53 negara yang menimbulkan 65.474 kasus kecelakaan kerja. Tingginya angka kecelakaan kerja merupakan petunjuk tentang lemah atau kurangnya berbagai perusahaan melindungi para pekerjanya dari bahaya, termasuk dalam hal penggunaan APD. (7) Data kecelakaan kerja di Indonesia atas populasi tenaga kerja 7-8 juta menunjukkan 100.000 peristiwa kecelakaan kerja dengan hilang hari kerja setiap tahunnya, korban meninggal per tahun rata-rata antara 1500 sampai 2000 orang. (8) Data Kementrian Tenaga Kerja dan Transmigrasi menyebutkan bahwa sampai tahun 2013 di Indonesia tidak kurang dari enam pekerja meninggal dunia setiap hari akibat kecelakaan kerja. Angka tersebut tergolong tinggi dibandingkan Negara Eropa hanya sebanyak dua orang meninggal per hari karena kecelakaan kerja. (9) Berdasarkan data Jamsostek, angka kecelakaan kerja di Indonesia cenderung meningkat setiap tahunnya. Tahun 2010 terdapat 98.711 kasus, tahun 2011 terdapat 99.491 kasus, tahun 2012 terdapat 103.074 kasus, dan tahun 2013 terdapat 103.283 kasus. (32) Berdasarkan data kecelakaan kerja yang dilaporkan pada PT Jamsostek Kantor Cabang Sumatera Barat, angka kecelakaan kerja pada tahun 2009 adalah sebanyak 892 kasus, tahun 2010 sebanyak 804 kasus, tahun 2011 sebanyak 837 kasus, tahun 2012 sebanyak 702 kasus dan tahun 2013 bulan Januari hingga Mei sebanyak 451 kasus. (31)

4 Selain kelalaian saat bekerja faktor manusia yang lain yaitu perilaku pemakaian Alat Pelindung Diri (APD). Tenaga kerja sebagai sumber daya manusia mempunyai peran yang penting dalam rangka mengembangkan dan memajukan suatu industri.oleh sebab itu pekerja harus diberi perlindungan melalui usaha-usaha peningkatan dan pencegahan. Sehingga semua industri, baik formal maupun informal diharapkan dapat menerapkan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di lingkungan kerjanya. (10) Menurut penelitian yang dilakukan oleh Riani (2008) pada tenaga kerja di ruang inap Rumah Sakit Marinir Cilandak Jakarta Selatan didapatkan hasil bahwa responden yang berumur tua terlihat lebih baik dalam pemakaian APD yaitu sebanyak (83,2%) sedangkan responden yang berumur muda kurang baik dalam pemakaian APD yaitu sebanyak (66,7%). Penelitian yang dilakukan oleh Arianto Wibowo (2010) kepada 110 orang pekerja tambang emas di areal PT Antam Tbk Bogor menunjukkan adanya hubungan antara penggunaan APD dengan pengetahuan pekerja. Responden yang berpengetahuan kurang baik mengenai APD cendrung tidak menggunakan APD dari pada responden yang memiliki pengetahuan yang baik. (22) Menurut penelitian Febrian (2013) pada tenaga kerja di PT Sumatera Tropical Spices terdapat hubungan sikap dan pemakaian APD. (24) Selain itu terdapat hubungan antara kenyamanan APD dengan perilaku penggunaan APD oleh pekerja. Dalam penelitian yang dilakukan Linggasari menunjukkan responden yang menyatakan kenyamanan APD kurang baik mempunyai risiko 1,6 kali untuk berperilaku tidak baik dibandingkan responden yang menyatakan kenyamanan APD yang baik. (25) Menurut penelitian yang dilakukan Arianto Wibowo (2010) menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara penggunaan APD dengan kebijakan

5 yang diambil perusahaan, responden yang menyatakan tidak ada kebijakan dalam menggunakan APD cenderung 87,04 kali tidak menggunakan APD daripada responden yang menyatakan ada kebijakan dalam menggunakan APD. Selain itu dalam penelitian Arianto menunjukkan bahwa ada hubungan antara penggunaan APD dengan adanya pengawasan, responden yang menyatakan tidak ada pengawasan dalam menggunakan APD cenderung 32,5 kali tidak menggunakan APD daripada responden yang menyatakan ada pengawasan dalam menggunakan APD. (25) PT Lembah Karet merupakan salah satu perusahaan industriswasta nasional yang mengolah dan memproduksi karet mentah menjadi karet remah (crumb rubber).selama kurun waktu 5 tahun terakhir dari tahun 2009 hingga 2013 di PT Lembah Karet menyebutkan bahwa terjadi 74 kasus kecelakaan kerja.kecelakaan kerja tersebut terjadi karena perilaku kerja yang tidak aman dari pekerja sendiri. Pemakaian APD yang tidak patuh disebabkan olehperusahaan tidak memberikan APD yang berkualitas, perusahaan tidak mengawasi penggunaan APD dengan benar, perusahaan gagal untuk menegakkan pemakaian APD, serta perusahaan tidak melatih karyawan pada pemakaian APD yang benar. (11) Berdasarkan observasi awal yang dilakukan pada 17 Maret 2014 terhadap 138 pekerja pada bagian produksi di PT Lembah Karet. Pada bagian sortir sebanyak 28 pekerja, hanya 10 orang yang memakai APD dengan lengkap, pada bagian pencucian sebanyak 19 pekerja, hanya 7 yang memakai APD dengan lengkap. Pada bagian gilingan sebanyak 19 pekerja, yang memakai APD dengan lengkap hanya 8 pekerja.pada bagian penjemuran sebanyak 9 orang, yang memakai APD dengan lengkap sebanyak 5 orang.pada bagian peremahan sebanyak 12 pekerja, yang memakai APD dengan lengkap sebanyak 10 pekerja.pada bagian cuci lory sebanyak 15 orang, yang memakai APD dengan lengkap sebanyak 10 orang. Kemudian pada

6 bagian pressdan pengepakan sebanyak 36 orang, yang memakai APD dengan lengkap hanya sebanyak 17 orang. Disini terlihat hanya 67 orang (48%)dari jumlah pekerja yang memakai APD dengan lengkap dalam bekerja. Hal ini berhubungan dengan perilaku pekerja yang mengabaikan APD sehingga akan berisiko terjadinya kecelakaan kerja nantinya. Berdasarkan permasalahan tersebut, maka peneliti mengangkat judul penelitian Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Penggunaan APD pada Pekerja Bagian Produksi PT Lembah Karet tahun 2014. 1.2 Perumusan Masalah Rumusan masalah penelitian yaitu faktor-faktor apakah yang berhubungan dengan pemakaian APD pada pekerja bagian produksi di PT Lembah Karet Padang tahun 2014? 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan pemakaian APD pada pekerja bagian produksidi PT Lembah Karet Padang tahun 2014. 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Mengetahui distribusi frekuensi variable dependen (pemakaian APD) dan variable independen (umur, jenis kelamin, pengetahuan, sikap, masa kerja, kesesuaian APD, kenyamanan APD, kebijakan dan pengawasan) pada pekerja bagian produksi di PT Lembah Karet tahun 2014. 2. Mengetahui hubungan antara variable independen (umur, jenis kelamin, pengetahuan, sikap, masa kerja, kesesuaian APD, kenyamanan APD,

7 kebijakan dan pengawasan) dengan variable dependen (pemakaian APD) pada pekerja bagian produksi di PT Lembah Karet tahun 2014. 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Teoritis a. Penelitian ini memberikan pengalaman berharga serta menambah pengetahuan dan kemampuan ilmiah dalam menilai faktor-faktor yang berhubungan dengan pemakaian APD terhadap pekerja industri. b. Memberikan masukan untuk penelitian lebih lanjut dalam mengembangkan keilmuan dalam bidang kesehatan dan keselamatan kerja terutama faktorfaktor yang berhubungan dengan pemakaian APD terhadap pekerja industri. 1.4.2 Manfaat Praktis Dapat dijadikan masukan bagi perusahaan dalam membuat kebijakan, pelatihan atau peraturan yang berguna dalam peningkatan perilaku pekerja yang lebih aman. 1.5 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian yaitu faktor-faktor yang berhubungan dengan pemakaian APD meliputi umur, jenis kelamin, pengetahuan, sikap,masa kerja, kesesuaian APD, kenyamanan APD, kebijakan dan pengawasanpada pekerja bagian produksi di PT Lembah Karet Padang tahun 2014.