BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keperawatan jiwa adalah proses interpesonal yang berupaya untuk meningkatkan dan mempertahankan perilaku yang mengkonstribusi pada fungsi yang terintegrasi. Pasien atau sistem klien dapat berupa individu, keluarga, kelompok, organisasi atau komunitas. ANA (American Nurses Assaciation) mendefinisikan keperawatan kesehatan jiwa sebagai suatu bidang spesialisasi praktik keperawatan yang menerapkan teori perilaku manusia seb agai ilmunya dan menggunakan diri yang bermanfaat sebagai kiatnya.(stuart,2006) Kemiskinan dan impitan ekonomi yang melanda Indonesia belakangan ini menimbulkan banyak penderita gangguan kesehatan jiwa. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007 menyebutkan 14,1% penduduk Indonesia mengalami gangguan jiwa dari yang ringan hingga berat. Kondisi ini semakin diperberat melalui aneka bencana alam yang terjadi di hampir seluruh wilayah Indonesia. Guna mengatasi masalah gangguan jiwa, bukan hanya dengan penyembuhan secara fisik ketika penderita itu dirawat di rumah sakit, melainkan juga butuh penanganan secara preventif, promotif, terapi, serta rehabilitasi. Faktor-faktor yang menyebabkan gangguan jiwa umumnya adalah faktor biologis dan faktor dari luar. 1
Data dari 33 rumah sakit jiwa (RSJ) di seluruh Indonesia menyebutkan hingga kini jumlah penderita gangguan jiwa berat mencapai 2,5 juta orang. Di Indonesia, prevalensinya sekitar 11% dari total penduduk dewasa. Hasil survei kesehatan mental rumah tangga (SKMRT) menunjukkan, sebanyak 185 orang dari 1.000 penduduk dewasa menunjukkan adanya gejala gangguan jiwa. Gangguan mental emosional yang terjadi pada usia 15 tahun ke atas dialami 140 per 1.000 penduduk 2 dan di tataran usia 5-14 tahun 104 per 1.000 penduduk. Penelitian terakhir menunjukkan, 37% warga Jawa Barat mengalami gangguan jiwa, mulai dari tingkat rendah sampai tinggi. Berdasarkan data yang diperoleh dari bidang rekam medis Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr. Amino Gondhohutomo (2010), mununjukkan bahwa 68% pasien rawat inap dari tahun 2005 sampai 2009 adalah pasien yang punya riwayat pernah masuk ke rumah sakit jiwa sebelumnya (pasien lama). Hal ini menunjukkan bahwa fenomena tingkat kekambuhan pada pasien gangguan jiwa diwilayah kota Semarang sangat tinggi jika dibandingkan dengan jumlah pasien baru yang belum pernah mengalami gangguan jiwa sebelumnya. Hasil pengamatan dan pencarian data oleh penulis dalam tiga minggu di bulan November sampai Desember tahun 2011, jumlah pasien yang di rawat diruang X (Kresna) RSJD dr. Amino Gondhohutomo Semarang mencapai 23 orang laki-laki. Dari jumlah tersebut didapatkan pasien yang mengalami Perilaku Kekerasan berjumlah 11 pasien dengan prosentase 2,53 %. 2
Perilaku Kekerasan dapat berdampak pada: bunuh diri, mencederai diri sendiri, mencederai orang lain, mencederai lingkungan. Peran dan Fungsi Perawat: Perawat kontemporer menuntut perawat yang memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam berbagai bidang. Pada waktu lampau peran perawat inti adalah memberikan perawatan dan kenyamanan karena mereka menjalankan fungsi perawatan spesifik, namun hal ini telah berubah, peran perawat menjadi lebih luas dengan penekanan pada peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit, juga memandang pasien secara komprehensif. Perawat kontemporer menjalankan fungsi dalam kaitanya dengan berbagai peran pemberi perawatan, pembuat keputusan klinik dan etika, perlindung dan advokat bagi klien, manajer kasus, rehabilitator, pembuat kenyamanan, komunikator dan pendidik.(potter, 2005) Dari gambaran di atas, penulis tertarik untuk mengangkat judul Asuhan Keperawatan Jiwa pada klien dengan resiko perilaku kekerasan di ruang X (Kresna) RSJD Dr. Amino Gondhohutomo Semarang. B. Tujuan Penulisan 1. Tujuan umum Untuk dapat memberikan pengalaman asuhan keperawatan jiwa dengan perilaku 3
2. Tujuan khusus a. Mampu melakukan pengkajian pada klien dengan perilaku b. Mampu menentukan masalah keperawatan pada klien dengan perilaku c. Mampu membuat diagnosa keperawatan pada klien dengan perilaku d. Mampu membuat rencana keperawatan pada klien dengan perilaku e. Mampu membuat implementasi keperawatan pada klien dengan perilaku f. Mampu mengevaluasi asuhan keperawatan pada klien dengan perilaku g. Untuk mengetahui faktor pendukung dan hambatan dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada klien dengan masalah utama Perilaku Kekerasan. C. Metode dan Tehnik Pengambilan Data Penulisan makalah yaitu dengan menggambarkan masalah yang terjadi dan didapat pada saat melaksanakan asuhan keperawatan. Adapun tehnik pengumpulan data yang digunakan adalah : 4
1. Wawancara Yaitu melakukan tanya jawab langsung ke klien, perawat dan dokter serta tim kesehatan lainnya. 2. Observasi partisipasi aktif Yaitu mengadakan pengawasan langsung terhadap klien serta melakukan asuhan keperawatan sesuai dengan permasalahan yang dihadapi. 3. Studi kepustakaan Mempelajari literatur yang berhubungan dengan perilaku 4. Studi dokumentasi Pengumpulan data dengan mempelajari catatan medik dan hasil pemeriksaan yang ada. D. Sistematika Penulisan Adapun sistematika penulisan makalah adalah sebagai berikut : BAB I Pendahuluan Berisi latar belakang masalah, tujuan penulisan, dan proses pembuatan makalah. BAB II Tinjauan teori Berisi pengertian, penyebab, tanda dan gejala, faktor predisposisi, faktor presitipasi, rentang respon, pohon masalah, diagnosa keperawatan. 5
BAB III Tinjauan kasus Berisi pengkajian, analisa data, pohon masalah, diagnosa keperawatan, rencana keperawatan, implementasi dan evaluasi keperawatan. BAB IV Pembahasan Berisi tentang pembahasan kasus yang berisi tentang kesenjangan antara teori dan fakta yang ada mulai dari pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi dan evaluasi. BAB V Penutup meliputi kesimpulan dan saran DAFTAR PUSTAKA Berisi simpulan dan saran-saran tentang kasus yang dibahan dan dapat menjadi sumbangan pemikiran selanjutnya. 6