BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Provinsi Riau adalah rumpun budaya melayu yang memiliki beragam suku, yang dapat di jumpai bermacam-macam adat istiadat, tradisi, dan kesenian yang ada dan masih tetap dilestarikan seperti seni tari, seni musik, seni teater, dan seni kerajinan. Tradisi yang memiliki setiap daerah Riau tidak terlepas dari norma-norma, nilai dan hukum yang berlaku. Hal ini merupakan suatu budaya yang patut dibanggakan oleh masyarakat Riau dan menjadi salah satu gambaran bentuk kepribadian masyarakat Riau. Kabupaten Siak merupakan salah satu bagian dari Provinsi Riau yang memiliki beragam budaya yang didukung oleh sumber daya alam dan sumber daya manusia. Kabupaten Siak terbentuk dari bebrapa Kecamatan, desa serta Dusun. Salah satu desa yang menjadi perhatian peneliti adalah Desa Penyengat Kecamatan Sungai Apit Kabupaten Siak. Desa Penyengat Kecamatan Sungai Apit adalah salah satu dasa di Kabupaten Siak yang berjarak 93 Km dari Kabupaten Siak. Desa Penyengat kaya akan beragam suku, tradisi maupun adat istiadat. Masyarakat Desa Penyengat Kecamatan Sungai Apit Kabupaten Siak memiliki tradisi dan kebudayaan yang sangat kental pada kehidupan mereka. Kebudayaan melayu khususnya yang berkembang ditengah-tengah masyarakat Riau, telah terakulturasi dengan budaya dari berbagai suku bangsa di Indonesia, bahkan antar bangsa sebagai konsekuensi logis dari tata bumi Riau sebagai lintas Internasional dan regional. Keadaan inilah yang mendorong pengembangan budaya Melayu 1 1
menjadi dinamis dan dapat menyesuaikan diri dengan tuntunan zaman tanpa menghilangkan ciri kemelayuannya. Desa Penyengat merupakan nama Desa yang terletak di pesisir Sungai Siak. Masyarakat pedalaman yang mendiami daerah itu disebut dengan suku Anak Rawa, suku anak rawa memiliki tiga Dusun yaitu: Dusun I (Tanjung Pal), Dusun II (Mata Rimba), Dusun III (Sungai Mungkal). Keadaan masyarakatnya yang sangat tradisional yang menghasbiskan masa hidup sebagai masyarakat pesisir, yang mengandalkan kehidupannya pada perairan baik sungai, muara, danau, tasik, maupun laut. Masyarakat Desa Penyengat merupakan masyarakat Desa yang masih memegang adat tradisi Melayu yang mayoritas penduduknya adalah masyarakat asli yang disebut dengan Suku Asli (suku asli anak rawa). Secara umum suku Anak Rawa sudah menganut berbagai macam agama, seperti agama Kristen, Hindu-Budha, Konghuchu, dan Islam. Walaupun beberapa agama sudah tersebar di kalangan masyarakatnya, kepercayaan kepada roh nenek moyang serta makhluk halus masih diyakini sampai sekarang. Suku asli anak rawa masih merasakan hidup di zaman yang masih kental akan adat kesukuan hingga saat ini. Asal muasal Suku Anak Rawa yang pertama kali menghuni sungai lancur darah (sungai rawa) saat ini, karena banyak nya pendatang baru suku asli anak rawa bergeser ke Penyengat yang paling bnyak saat ini menghuni mata Rimba dan Sungai Mungkal. Dulunya suku anak rawa mendapatkan tempat yang istimewa di Kerajaan Siak, karna sifatnya yang bisa memegang amanah dan jujur. 2
Tari Gong khususnya dikecamatan Sungai Apit belum begitu dikenal oleh masyarakat luas serta belum mendapat perhatian yang khusus untuk melestarikan budaya ini. Hal ini dikarenakan tari Gong kurang diminati oleh masyarakat di Desa Penyengat, disebabkan kurangnya dorongan masyarakat dan pemerintah setempat dalam melestarikan budaya tari Gong. Bahkan anak muda sekarang masih banyak yang tidak tahu tentang adanya tari Gong ini. Maka dalam hal ini dapat berkemungkinan tarian ini akan hilang. Hal itu ditentukan oleh gejala sebagai berikut: yang dapat menarikan tarian ini sudah lanjut usia dan yang belajar hanya beberapa pemudi saja, kemudian kurangnya perhatian masyarakat terhadap tari Gong. Setiap daerah mempunyai suatu tradisi atau kebiasaan dalam menyambut atau melaksanakan kegiatan-kegiatan adat dan budaya. Menurut Edy Sedyawati (1981:90), tradisi adalah bentuk-bentuk ksenian yang memilki tradisi dalam arti norma dan aturan-atuan penataan yang telah menetap, maka kesenian itulah yang menjadi pokok. Tradisi adalah warisan budaya bangsa yang perlu mendapat perhatian dalam menuju perkembangan kebudayaan dari masa kemasa yang diwariskan secara turun temurun dari generasi kegenerasi, dimana tradisi mempunyai ciri dan karakteristik yang khas menurut masing-masing kebutuhan dan daerahnya. Pertunjukan tari Gong ini ada sejak zaman nenek moyang suku asli anak rawa, namun tarian Gong ini mulai kembali berkembang dan mulai diperkenalkan keluar oleh bantuan Pemerintah Kabupaten lewat acara kesenian vestifal adat Suku Asli Anak Rawa pada tahun 2010. Tari Gong ini penari nya berjumlah 6 3
orang, 3 orang pemusik, lirik lagu yang berbentuk pantun yang di ucapkan secara spontanitas oleh penari tari Gong. Pada masa sekarang tari Gong merupakan sebuah bentuk seni Pertunjukan yang fungsinya adalah sebagai tarian tradisi dan hiburan masyarakat Desa Penyengat. Tari Gong yang ada di Desa Penyengat Kecamatan Sungai Apit telah dijadikan sebagai satu kesenian daerah yang dikenal oleh masyarakat setempat terutama Suku Asli Anak Rawa di Desa Penyengat Kecamatan Sungai Apit Kabupaten Siak. Selain itu tari Gong juga selalu dipertunjukan pada saat acara besar seperti : Penyambutan Tamu, MTQ tingkat Kabupaten, Siak Bermadah dan acara pernikahan. Gong sendiri memiliki arti mistis dimana berdasarkan cerita pada zaman dahulu jika Gong itu sudah dipukul maka suaranya akan menyentuh hati masyarakat adat sehingga semua masyarakat adat yang sedang bekerja bisa meninggalkan pekerjaannya, Bahkan para pemuda juga bisa meninggalkan pekerjaannya ketika mendengar bunyi Gong tersebut. Dan hal ini masih terjadi di Penyengat hingga sekarang, jika Gong dipukul maka secara spontanitas masyarakat akan berkumpul walau belum tau maksud dan tujuan dibunyikan Gong tersebut. Menurut hasil wawancara awal (22 October 2017), penulis dengan Dom, yang merupakan Kepala Suku sekaligus salah satu pemain musik yang ada di Desa Penyengat, mengatakan : Tari Gong tarian turun-temurun dari nenek moyang kampung Penyengat, tari gong pada masa sekarang merupakan sebuah bentuk seni pertunjukan yang fungsinya adalah sebagai tarian tradisi dan hiburan masyarakat desa Penyengat. Tari Gong yang ada di desa Penyengat Kecamatan Sungai Apit telah dijadikan sebagai satu kesenian daerah yang dikenal oleh masyrakat setempat terutama Suku Asli Anak Rawa di Desa Penyengat Kecamatan 4
Sungai Apit Kabupaten Siak. Selain itu tari Gong juga selalu dipertunjukan pada saat acara besar seperti: Penyambutan Tamu, MTQ tingkat Kabupaten, Siak bermadah dan acara Pernikahan. Masyarakat di Desa Penyengat Kecamatan Sungai Apit itu sendiri mempunyai kesenian tari tradisi adalah tari Gong. Tari Gong ini merupakan seni pertunjukan yang disukai oleh masyarakat di Desa Penyengat Kecamatan Sungai Apit. Hal ini dapat dilihat dari ramainya penonton yang menyaksikan pertunjukan tari Gong sampai sekarang. Meskipun banyak kebudayaan-kebudayaan asing yang datang dari luar, tari Gong ini apat bertahan dan digemari sampai sekarang. Menurut hasil wawancara awal (31 October 2017), penulis dengan Guan, yang merupakan Masyarakat di Desa Penyengat, mengatakan : Seiring perkembangan zaman tari Gong diminati generasi muda, bagi generasi muda, bagi generasi muda tari Gong merupakan tarian yang menarik, apa bila tari ini dilakukan oleh ibu-ibu yang sudah berusia lanjut. Namun generasi muda tidak berminat untuk mempelajari tari Gong ini, karena bagi mereka tari Gong adalah tari ibu-ibu yang berusia 50 tahun ke atas Menurut hasil wawancara (31 October 2017), penulis dengan Alit, yang merupakan salah satu Ketua Ketua Ikatan Keluarga Besar Suku Asli Anak Rawa Desa Penyengat, mengatakan: Keberadaan Tari Gong berangkat dari legenda yang diayakini oleh masyarakat suku Asli Anak Rawa, dan masih dikenal sampai sekarang. Legenda merupakan cerita rakyat pada zaman dahulu yang berhubungan dengan peristiwa. Gong sendiri berasal dari nama alat musik yang diyakini masyarakat Asli Anak Rawa memiliki nilai mistik. Pada zaman dahulu tari Gong diperuntukkan dipertunjukkan, Gong sendiri memiliki arti tersendiri. Tari Gong pertama kali diciptakan oleh masyarakat Asli Anak Rawa setelah terjadi kisah tari Gendong. 5
Tari Gendong berangkat dari legenda yang diayakini oleh masyarakat suku Anak Rawa, dan masih dikenal sampai sekarang. Legenda merupakan cerita rakyat pada zaman dahulu yang berhubungan dengan peristiwa. Gendong diambil dari nama seorang putri yang menghina suku Anak Rawa yang mengakibatkan suku Anak Rawa merasa sakit hati kepada putri tersebut. Suku Anak Rawa memberikan hukuman kepada sang putri untuk membuat sebuah persembahan berupa tarian kepada roh nenek moyang, sehingga tari Gendong selalu ditampilkan dalam acara Tolak Bala agar masyarakat terhindar dari malapetaka. Pertunjukan tari Gong mengandung unsur-unsur tari atau elemen-elemen tari yang ada didalamnya seperti gerak, musik, desain lantai, dinamika, tata rias, tata busana, tema, pentas dan penonton. Gerakan yang ada ditarian Gong di sesuaikan dengan tradisi tari Gong, yakni ditarikan dengan gerakan-gerakan yang ceria dan ekspresif. Diantaranya ada gerak Tabek (sembah), gerak mak inang pulau kelampai dan Bencak. Tata busana menggunakan baju bandong (kebaya), selendang tenun, kain panjang motif batik sebagai busana bawahan. Alat musik yang digunakan adalah Musik pengiring menggunakan musik khas Melayu yang terdiri dari : gong (tetawak), biola dan kompang. Penampilan tari Gong dilaksanakan di lapangan yang luas, dan juga dapat ditampilkan di dalam ruangan yang luas. Dinamika dalam tari Gong yaitu perubahan level dan gerak Level yang digunakan dalam tari Gong tinggi dan sedang. Tempo dalam tari Gong sedang. Tema tari Gong adalah Tari Gong Dalam Kehidupan masyarakat anak rawa. Tata rias yang digunakan rias cantik. setting dalam tari Gong dilapangan luas atau 6
ruangan yang luas. tempat yang digunakan dalam pertunjukan tari Gong di Desa Penyengat. Penonton dalam tari Gong yaitu tidak harus memiliki kriteria tertentu karena semua kalangan boleh melihat pertunjukan ini. Mulai dari kalangan anak-anak, remaja, dewasa, pelajar, masyarkat umum dan penjabat. Dalam kesempatan ini penulis tertarik melakukan penlitian karena bagi penulis menggangap pertunjukan tari Gong ini memiliki keterkaitan dengan kesenian, atas dasar itulah penulis tertarik dan menyusun hal-hal kedalam bentuk tulisan agar kesenian ini tetatp dilestarikan oleh generasi muda sekarang. Penulis bermaksud mendeskripsikan dan mendokumentasikan kepada bentuk penulisan ilmiah dengan mengangkat objek penelitian dengan judul Seni Petunjukan Tradisi Tari Gong Pada Suku Asli Anak Rawa Desa Penyengat Kecamatan Sungai Apit Kabupaten Siak Provinsi Riau. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah di atas permasalahan yang akan diangkat adalah: 1. Bagaimanakah Pertunjukan Tradisi Tari Gong Pada Suku Asli Anak Rawa Desa Penyengat Kecamatan Sungai Apit Kabupaten Siak Provinsi Riau? 1.3 Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah yang telah penulis kemukakan di atas, maka Tujuan penelitian ini juga merujuk kepada pokok permasalahan tersebut, adapun tujuan penelitian adalah: 1. Untuk mengetahui Pertunjukan Tradisi Tari Gong Pada Suku Asli Anak Rawa Desa Penyengat Kecamatan Sungai Apit Kabupaten Siak Provinsi Riau. 7
1.4 Manfaat Penelitian Seperti yang dkemukakan pada tujuan penelitian,manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk menambah wawasan dan pengetahuan bagi penulis yang terkait dengan penelitian ilmiah tentang pertunjukan Tradisi Tari Gong. 2. Bagi program studi Sendratasik, tulisan ini juga diharapkan sebagai sumber lmiah bagi dunia Akademik khususnya dilembaga Pendidikan Seni. 3. Bagi seniman diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat menambah motivasi dan kreativitasnya dalam dunia seni. 4. Bagi masyarakat, untuk memperkenalkan pada masyarakat luas secara tulisan maupun lisan tentang pertunjukan Tradisi Tari Gong. 5. Bagi penelitian selanjutnya, sebagai acuan atau podoman dalam membuat karya ilmiah. 6. Bagi pembaca, untuk menambah ilmu pengetahuan tentang salah satu tradisi yang tedapat diindonesia, serta utuk memperkenalkan tradisi yang ada di Desa Penyengat Kecamatan Sungai Apit Kabupaten Siak Provinsi Riau, agar dapat meningkatkan kesadaran dan pentingnya pelestarian tradisi dan kebudayaan. 8