I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Kopi adalah komoditas perkebunan yang penting bagi perekonomian Indonesia. Komoditas kopi merupakan sumber pendapatan utama bagi tidak kurang dari 1,84 juta keluarga yang sebagian besar berada di pedesaan wilayah terpencil (Ditjenbun, 2013). Pada tahun 2013, luas perkebunan kopi di Indonesia mencapai 1.240.917 ha. Dari total luas area perkebunan kopi tersebut, perkebunan milik rakyat mendominasi 96 persen area perkebunan kopi Indonesia dengan luas mencapai 1.193.100 ha (BPS, 2014). Indonesia merupakan negara produsen dan pengekspor kopi terbesar ketiga di dunia setelah Brazil dan Kolumbia. Ekspor kopi Indonesia pada tahun 2013 mencapai 10.881.682 karung atau setara dengan 652.900,2 ton. Total ekspor kopi Indonesia mencapai 9,8 persen dari total ekspor dunia. (International Coffee Organization, 2014). Kopi juga memiliki peranan penting dalam perkembangan perekonomian nasional. Peran kopi dalam perekonomian nasional antara lain: (1) sebagai penyedia lapangan pekerjaan dan sumber pendapatan masyarakat; (2) sebagai bahan baku industri pengolahan sehingga produksinya memiliki pasar yang luas, baik lokal, regional, maupun global; (3) sebagai pencipta nilai tambah melalui kegiatan pascapanen, pengolahan, dan distribusi; (4) sebagai sumber devisa nonmigas melalui kegiatan ekspor ke negara tujuan; (5) sebagai pasar bagi produk-produk nonpertanian (Dradjat, dkk. 2007). Perkebunan kopi Indonesia didominasi oleh perkebunan milik rakyat. Hal ini mengindikasikan bahwa petani kopi memiliki peranan yang cukup penting dalam perekonomian nasional sehingga peningkatan kesejahteraan petani kopi akan berkontribusi terhadap peningkatan taraf perekonomian di negara Indonesia. Kabupaten Bondowoso merupakan salah satu sentra produksi kopi di propinsi Jawa Timur. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, pada tahun 2012 luas perkebunan kopi di Kabupaten Bondowoso adalah 5.633 ha. Perkebunan kopi Bondowoso menempati 5,6 persen dari luas keseluruhan perkebunan kopi di Propinsi Jawa Timur. 1
Dari keseluruhan luas area perkebunan kopi tersebut, 4.699 ha di antaranya adalah perkebunan kopi rakyat yang diusahakan oleh petani kopi di kawasan pegunungan Ijen-Raung. Sebanyak 91 persen di antaranya merupakan perkebunan kopi robusta dengan luas k 4.272 ha dan sisanya 9 persen berupa perkebunan kopi arabika dengan luas keseluruhan 427 ha. Produktivitas kopi robusta di Kabupaten Bondowoso adalah 510 kg/ha. Adapun produktivitas kopi arabika di Kabupaten Bondowoso mencapai 862 kg/ha. Tabel 1. Luas Area, Produksi, dan Produktivitas Perkebunan Kopi Rakyat Tahun 2010 Kabupaten Bondowoso Jenis Kopi Luas Area (ha) TBM TM TT/TR Jumlah Produksi ( ton) Produktivitas (Kg/ha) Arabika 192 145 90 427 74 510 Robusta 728 2.299 1.245 4.272 1.982 862 920 2.444 1.335 4.699 2.056 1.372 Sumber: Dinas Perkebunan Propinsi Jawa Timur, 2010 (diolah) Keterangan TBM: Tanaman Belum Menghasilkan TM: Tanaman Menghasilkan TT/TR: Tanaman Tua / Tanaman Rusak Peluang konsumsi kopi di pasar domestik masih sangat besar, karena tingkat komsumsi kopi di pasar domestik masih rendah. Besarnya peluang pasar domestik dan kecenderungan meningkatnya permintaan disebabkan oleh meningkatnya jumlah penduduk dan tingkat pendapatan. Jika tingkat konsumsi kopi dapat dipacu menjadi satu kg/kapita/tahun, maka setengah dari hasil produksi kopi akan diserap di pasar domestik (Lestari dkk, 2009). Konsumsi kopi domestik yang cenderung meningkat merupakan pasar potensial untuk kopi yang diproduksi oleh petani kopi rakyat. Peningkatan mutu kopi nasional perlu ditingkatkan untuk memenuhi Standar Nasional Indonesia (SNI) yang berorientasi internasional (Dradjat dkk., 2007). Dalam mencapai tujuan tersebut, teknologi pengolahan kopi oleh petani perlu diperbaiki. Salah satu usaha untuk memperbaiki mutu kopi yang dihasilkan oleh petani, Kabupaten Bondowoso telah melakukan pembentukan klaster ekonomi berbasis kopi yang merupakan kerjasama kemitraan antara petani kopi Bondowoso yang tergabung dalam organisasi Perhimpunan Masyarakat Perlindungan Indikasi Geografis Kopi 2
Arabika Ijen-Raung selaku produsen, Unit Pengolahan Hasil di masing-masing kelompok petani kopi selaku penghubung antara produsen dan pembeli, serta PT. Indokom Citra Persada selaku mitra pembeli kopi dari petani melalui Unit Pengolahan Hasil. Pembentukan klaster ekonomi berbasis kopi di Kabupaten Bondowoso bertujuan untuk meningkatkan mutu kopi yang dihasilkan oleh petani kopi rakyat melalui dibentuknya UPH (Unit Pengolahan Hasil) kopi di masing-masing klaster. Petani kopi yang akan mengolah hasil kopi yang diproduksinya untuk dijual akan membawa kopi yang dihasilkan untuk diolah dan dijual melalui satu pintu penjualan, yaitu melalui UPH. Klaster ekonomi berbasis kopi merupakan hasil kesepakatan tujuh pihak, yaitu (1) Pemerintah Kabupaten Bondowoso; (2) Bank Indonesia Jember; (3) Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia; (4) Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur Cabang Bondowoso; (5) Perum Perhutani KPH Bondowoso; (6) PT Indokom Citra Persada; dan (7) Asosiasi Petani Kopi Indonesia Kabupaten Bondowoso. Melalui pembentukan kesepakatan ini, diharapkan pihak-pihak yang berkepentingan dapat saling memberi dan mengambil manfaat untuk kebaikan bersama, terutama dalam rangka pengembangan industri dan perekonomian nasional, khususnya di Kabupaten Bondowoso. klaster ekonomi berbasis kopi di Kabupaten Bondowoso telah berjalan selama tiga tahun sejak dirilis pada tahun 2011. Program-program yang dijalankan dalam penerapan klaster ekonomi berbasis kopi adalah penyediaan modal bagi petani kopi rakyat oleh Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur Cabang Bondowoso, pelatihan dan pendampingan budidaya kopi oleh Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia dan Bank Indonesia, pemasaran hasil produksi kopi rakyat melalui Unit Pengolahan Hasil di masing-masing kelompok petani kopi, kemitraan dengan PT. Indokom Citra Persada Sidoarjo selaku pembeli hasil produksi kopi Bondowoso yang dihasilkan oleh petani kopi, serta kemitraan bersimbiosis mutualisme dalam bentuk bagi hasil antara petani kopi pengguna lahan hutan rakyat dan Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Bondowoso yang telah mengizinkan penggunaan sebagian lahan hutan rakyat untuk budidaya kopi. 3
2. Rumusan Masalah Perkebunan rakyat merupakan supplier penting bagi permintaan kopi. Kopi yang dihasilkan oleh perkebunan rakyat cenderung memiliki kualitas di bawah kopi yang dihasilkan oleh perkebunan besar. Hal ini menyebabkan adanya perbedaan harga jual antara kopi yang dihasilkan oleh perkebunan besar dan kopi yang dihasilkan oleh perkebunan rakyat. Petani kopi memiliki peran yang cukup penting dalam pengembangan kopi rakyat. Dalam hal ini, kontribusi usaha perkebunan kopi terhadap pendapatan petani kopi merupakan satu hal penting yang menentukan kelayakan usaha perkebunan kopi sebagai sumber pendapatan utama. Dengan luasnya perkebunan kopi rakyat, petani kopi memiliki peran penting dalam produksi kopi. Sebagai komponen penting dalam produksi kopi, petani kopi sudah selayaknya memperoleh pendapatan yang layak dari usaha perkebunan kopi rakyat untuk menjamin kesejahteraan petani kopi. Berdasarkan uraian di atas, beberapa permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Berapa besar pendapatan yang diperoleh dari usahatani kopi rakyat di daerah pengembangan klaster ekonomi berbasis kopi di Kabupaten Bondowoso? 2. Faktor apa yang paling berpengaruh terhadap produksi usahatani kopi rakyat di daerah pengembangan klaster ekonomi berbasis kopi di Kabupaten Bondowoso? 3. Apa manfaat yang diperoleh petani kopi dari pembentukan klaster ekonomi berbasis kopi di Kabupaten Bondowoso? 3. Tujuan Penelitian 1. Mengetahui pendapatan petani kopi rakyat di daerah pengembangan klaster ekonomi berbasis kopi di Kabupaten Bondowoso. 2. Mengetahui faktor-faktor produksi kopi rakyat di daerah pengembangan klaster ekonomi berbasis kopi di Kabupaten Bondowoso. 3. Mengetahui manfaat klaster ekonomi berbasis kopi bagi petani kopi di Kabupaten Bondowoso 4
4. Kegunaan Penelitian 1. Bagi pribadi, penelitian ini berguna sebagai sarana pengembangan kemampuan akademik dan untuk memenuhi syarat menyelesaikan program sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada. 2. Bagi pembaca, hasil penelitian dapat digunakan sebagai masukan dan bahan acuan penelitian lanjutan. 3. Bagi pemerintah dan stakeholder, penelitian ini dapat menjadi bahan informasi dan rujukan untuk mengambil kebijakan dalam produksi kopi dan peningkatan taraf hidup petani kopi. 5