Lalu Wima Pratama dan Andik Isdianto (2017) J. Floratek 12 (1): 57-61

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

ANALISIS SEBARAN DAN KERAPATAN MANGROVE MENGGUNAKAN CITRA LANDSAT 8 DI SEGARA ANAKAN, CILACAP

Oleh : Hernandi Kustandyo ( ) Jurusan Teknik Geomatika Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Hutan Mangrove Segara Anakan Wisata Bahari Penyelamat Bumi

ANALISA KESEHATAN VEGETASI MANGROVE BERDASARKAN NILAI NDVI (NORMALIZED DIFFERENCE VEGETATION INDEX ) MENGGUNAKAN CITRA ALOS

PERUBAHAN LUAS EKOSISTEM MANGROVE DI KAWASAN PANTAI TIMUR SURABAYA

Analisa Kondisi Ekosistem Mangrove Menggunakan Data Citra Satelit Multitemporal dan Multilevel (Studi Kasus: Pesisir Utara Surabaya)

PENENTUAN KERAPATAN MANGROVE DI PESISIR PANTAI KABUPATEN LANGKAT DENGAN MENGGUNAKAN CITRA LANDSAT 5 TM DAN 7 ETM. Rita Juliani Rahmatsyah.

BAB I PENDAHULUAN. karena merupakan gabungan dari ciri-ciri tumbuhan yang hidup di darat dan di

Perubahan Luasan Mangrove dengan Menggunakan Teknik Penginderaan Jauh Di Taman Nasional Sembilang Kabupaten Banyuasin Provinsi Sumatera Selatan

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 2, (2017) ISSN: ( Print) A-572

BAB I PENDAHULUAN. tumbuhannya bertoleransi terhadap garam (Kusman a et al, 2003). Hutan

Interpretasi Citra Satelit Landsat 8 Untuk Identifikasi Kerusakan Hutan Mangrove di Taman Hutan Raya Ngurah Rai Bali

PERUBAHAN LUAS DAN KERAPATAN EKOSISTEM MANGROVE DI KAWASAN PANTAI TIMUR SURABAYA

KERUSAKAN MANGROVE SERTA KORELASINYA TERHADAP TINGKAT INTRUSI AIR LAUT (STUDI KASUS DI DESA PANTAI BAHAGIA KECAMATAN MUARA GEMBONG KABUPATEN BEKASI)


Analisa Kesehatan Mangrove Berdasarkan Nilai Normalized Difference Vegetation Index Menggunakan Citra ALOS AVNIR-2

IV. METODOLOGI 4.1. Waktu dan Lokasi

A ALISIS SEBARA DA KERAPATA MA GROVE ME GGU AKA CITRA LA DSAT 8 DI KABUPATE MAROS

KAJIAN MATA PENCAHARIAN ALTERNATIF MASYARAKAT NELAYAN KECAMATAN KAMPUNG LAUT KABUPATEN CILACAP TUGAS AKHIR

I. PENDAHULUAN. Menurut Tomlinson(1986), mangrove merupakan sebutan umum yang digunakan

JURNAL OSEANOGRAFI. Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016, Halaman Online di :

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia perkiraan luas mangrove sangat beragam, dengan luas

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. x, No. x, (2014) ISSN: xxxx-xxxx (xxxx-x Print) 1

BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

STUDI TENTANG DINAMIKA MANGROVE KAWASAN PESISIR SELATAN KABUPATEN PAMEKASAN PROVINSI JAWA TIMUR DENGAN DATA PENGINDERAAN JAUH

PEMETAAN KERUSAKAN MANGROVE DI MADURA DENGAN MEMANFAATKAN CITRA DARI GOOGLE EARTH DAN CITRA LDCM

TINJAUAN PUSTAKA. Secara geografis DAS Besitang terletak antara 03 o o LU. (perhitungan luas menggunakan perangkat GIS).

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

Indeks Vegetasi Bentuk komputasi nilai-nilai indeks vegetasi matematis dapat dinyatakan sebagai berikut :

Bab IV Hasil dan Pembahasan

PEMANFAATAN CITRA SATELIT LANDSAT DALAM PENGELOLAAN TATA RUANG DAN ASPEK PERBATASAN DELTA DI LAGUNA SEGARA ANAKAN. Oleh : Dede Sugandi *), Jupri**)

Oleh : Firman Setiawan, Rama Wijaya dan Noir P. Poerba

PEMANFAATAN CITRA LANDSAT 8 UNTUK IDENTIFIKASI NORMALIZED DIFFERENCE VEGETATION INDEX (NDVI) DI KECAMATAN SILAT HILIR KABUPATEN KAPUAS HULU

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PENANGANAN KAWASAN BENCANA ALAM DI PANTAI SELATAN JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Norida Maryantika 1, Lalu Muhammad Jaelani 1, Andie Setiyoko 2.

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah pesisir Indonesia memiliki luas dan potensi ekosistem mangrove

PEMANFAATAN CITRA SATELIT LANDSAT DALAM PENGELOLAAN TATA RUANG DAN ASPEK PERBATASAN DELTA DI LAGUNA SEGARA ANAKAN

BAB 1 PENDAHULUAN. memiliki pulau dengan garis pantai sepanjang ± km dan luas

BAB I PENDAHULUAN. maupun terendam air, yang masih dipengaruhi oleh sifat-sifat laut seperti pasang

13 Volume 3. No. 2. Tahun 2009 ISSN

TINJAUAN PUSTAKA. dipengaruhi pasang surut air laut. Tumbuhan mangrove memiliki kemampuan

Aninda Nurry M.F., Ira Mutiara Anjasmara Jurusan Teknik Geomatika FTSP-ITS, Kampus ITS Sukolilo, Surabaya,

METODOLOGI. Gambar 4. Peta Lokasi Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ekologis yaitu untuk melakukan pemijahan (spawning ground), pengasuhan (nursery

PEMETAAN KERAPATAN VEGETASI MANGROVE DI SISI TENGGARA PULAU ENGGANO MENGGUNAKAN DATA CITRA SATELIT. Okawati Silitonga, Dewi Purnama, Eko Nofridiansyah

ANALISIS TINGKAT KERUSAKAN MANGROVE DI DAERAH PERLINDUNGAN LAUT GILI PETAGAN KABUPATEN LOMBOK TIMUR PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BAB III DATA DAN METODOLOGI PENELITIAN

KAJIAN MORFODINAMIKA PESISIR KABUPATEN KENDAL MENGGUNAKAN TEKNOLOGI PENGINDERAAN JAUH MULTI SPEKTRAL DAN MULTI WAKTU

PENDAHULUAN. pengelolaan kawasan pesisir dan lautan. Namun semakin hari semakin kritis

LAPORAN PRAKTIKUM PENGINDERAAN JAUH KOMPOSIT BAND CITRA LANDSAT DENGAN ENVI. Oleh: Nama : Deasy Rosyida Rahmayunita NRP :

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Karena berada di dekat pantai, mangrove sering juga disebut hutan pantai, hutan

MONITORING PERUBAHAN LANSEKAP DI SEGARA ANAKAN, CILACAP DENGAN MENGGUNAKAN CITRA OPTIK DAN RADAR a. Lilik Budi Prasetyo. Abstrak

III. METODOLOGI. Gambar 1. Peta Administrasi Kota Palembang.

ANALISIS PERUBAHAN LUASAN MANGROVE DI PANTAI TIMUR OGAN KOMERING ILIR (OKI) PROVINSI SUMATERA SELATAN MENGGUNAKAN DATA CITRA LANDSAT TM.

PEMETAAN DAN ANALISIS INDEX VEGETASI MANGROVE DI PULAU SAPARUA, MALUKU TENGAH

LOGO PEMBAHASAN. 1. Pemetaan Geomorfologi, NDVI dan Temperatur Permukaan Tanah. 2. Proses Deliniasi Prospek Panas Bumi Tiris dan Sekitarnya

BAB I PENDAHULUAN. antara dua samudera yaitu Samudera Hindia dan Samudera Pasifik mempunyai

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN CILACAP

Evaluasi Indeks Urban Pada Citra Landsat Multitemporal Dalam Ekstraksi Kepadatan Bangunan

KAJIAN PERAN DOMINASI JENIS MANGROVE DALAM PENJERATAN SEDIMEN TERLARUT DI SEGARA ANAKAN CILACAP

BAB I PENDAHULUAN. baik bagi pesisir/daratan maupun lautan. Selain berfungsi secara ekologis,

PEMANFAATAN CITRA ASTER DIGITAL UNTUK ESTIMASI DAN PEMETAAN EROSI TANAH DI DAERAH ALIRAN SUNGAI OYO. Risma Fadhilla Arsy

KOREKSI RADIOMETRIK CITRA LANDSAT-8 KANAL MULTISPEKTRAL MENGGUNAKAN TOP OF ATMOSPHERE (TOA) UNTUK MENDUKUNG KLASIFIKASI PENUTUP LAHAN

Lampiran 1. Peta klasifikasi penutup lahan Kodya Bogor tahun 1997

BAB I PENDAHULUAN. tempat dengan tempat lainnya. Sebagian warga setempat. kesejahteraan masyarakat sekitar saja tetapi juga meningkatkan perekonomian

TINJAUAN PUSTAKA. A. Mangrove. kemudian menjadi pelindung daratan dan gelombang laut yang besar. Sungai

DISTRIBUSI, KERAPATAN DAN PERUBAHAN LUAS VEGETASI MANGROVE GUGUS PULAU PARI KEPULAUAN SERIBU MENGGUNAKAN CITRA FORMOSAT 2 DAN LANDSAT 7/ETM+

Mangrove menurut Macnae (1968) merupakan perpaduan

Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Prasarana Wilayah (ATPW), Surabaya, 18 Juni 2014

JOURNAL OF MARINE RESEARCH Volume 3, Nomor 4, Tahun 2014, Halaman Online di: /ejournal-s1.undip.ac.id/index.

Sudaryanto dan Melania Swetika Rini*

BAB III METODE PENELITIAN

Geo Image (Spatial-Ecological-Regional)

KARAKTERISTIK CITRA SATELIT Uftori Wasit 1

TINJAUAN PUSTAKA. lainnya yang berbahasa Melayu sering disebut dengan hutan bakau. Menurut

SIDANG TUGAS AKHIR IDENTIFIKASI KERUSAKAN HUTAN DI DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) MENGGUNAKAN DATA CITRA LANDSAT 7 DAN LANDSAT

JURNAL GEOGRAFI Media Pengembangan Ilmu dan Profesi Kegeografian

KAJIAN ZONASI VEGETASI MANGROVE DI AREA TANAH TIMBUL SEGARA ANAKAN CILACAP

Perumusan Masalah Bagaimana kondisi perubahan tutupan lahan yang terjadi di daerah aliran sungai Ciliwung dengan cara membandingkan citra satelit

Aplikasi Penginderaan Jauh Untuk Monitoring Perubahan Ruang Terbuka Hijau (Studi Kasus : Wilayah Barat Kabupaten Pasuruan)

Perubahan Nilai Konsentrasi TSM dan Klorofil-a serta Kaitan terhadap Perubahan Land Cover di Kawasan Pesisir Tegal antara Tahun

Gambar 11. Citra ALOS AVNIR-2 dengan Citra Komposit RGB 321

Pemanfaatan Teknologi Sistem Informasi Geografis Dalam Penentuan Luas Kerapatan Hutan Mangrove di Nusa Lembongan, Bali menggunakan citra satelit ALOS

Nursalam, dkk :Perubahan Kerapatan Mangrove Berdasarkan Karakteristik...

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENGINDERAAN JAUH DENGAN NILAI INDEKS FAKTOR UNTUK IDENTIFIKASI MANGROVE DI BATAM (Studi Kasus Gugusan Pulau Jandaberhias)

KERAPATAN HUTAN MANGROVE SEBAGAI DASAR REHABILITASI DAN RESTOCKING KEPITING BAKAU DI KABUPATEN MAMUJU PROVINSI SULAWESI BARAT

TINGKAT KERAWANAN BENCANA TSUNAMI KAWASAN PANTAI SELATAN KABUPATEN CILACAP

BAB I PENDAHULUAN. sampai sub tropis. Menurut Spalding et al. (1997) luas ekosistem mangrove di dunia

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. berbeda antara dua atau lebih komunitas (Odum, 1993).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. wilayah perbatasan antara daratan dan laut, oleh karena itu wilayah ini

Pemanfaatan Citra Aster untuk Inventarisasi Sumberdaya Laut dan Pesisir Pulau Karimunjawa dan Kemujan, Kepulauan Karimunjawa

Transkripsi:

PEMETAAN KERAPATAN HUTAN MANGROVE DI SEGARA ANAKAN, CILACAP, JAWA TENGAH MENGUNAKAN CITRA LANDSAT 8 DI LEMBAGA PENERBANGAN DAN ANTARIKSA NASIONAL (LAPAN), JAKARTA Mapping of Mangrove Forest Density In Segara Anakan, Cilacap, Central Java Using Landsat Image 8 At the National Aeronautics and Space Agency (Lapan), Jakarta Lalu Wima Pratama 1 and Andik Isdianto 1 1 Universitas Brawijaya, Malang Indonesia ABSTRACT The purpose of this article is to find out mangrove forests density at Segara Anakan, Cilacap Central Java. The processing method uses NDVI (Normalize Difference Vegetation Index) without validating data to the field. Analyze NDVI using digital number comparison from Landsat 8 satellite imagery. To distinguish mangrove and non mangrove and to classify density in three classes that is high, low, and medium. Density level is dominating the distribution of mangrove forest in Segara Anakan 59%; while high density 27% and low density 14%. PENDAHULUAN Mangrove adalah tumbuhan yang memiliki kemampuan khusus untuk beradaptasi dengan kondisi lingkungan ekstrim, seperti kondisi tanah yang tergenang, kadar garam yang tinggi serta kondisi tanah yang kurang stabil. Hutan mangrove merupakan suatu tipe hutan yang tumbuh di daerah pasang surut (terutama di daerah terlindung, laguna, muara sungai) yang tergenang pada saat surut dimana komunitas tumbuhan ini bertoleransi terhadap garam. Hutan mangrove sering disebut juga hutan pasang surut, hutan payau atau hutan bakau. Istilah bakau sebenarnya hanya merupakan nama dari salah satu jenis tumbuhan yang menyusun hutan mangrove yaitu Rhizophora sp. (Sobingah,2016). Hutan mangrove memiliki fungsi dan manfaat diantaranya sebagai daerah asuhan (nursery grounds), tempat mencari makan (feeding grounds), dan daerah pemijahan (spawning grounds) berbagai jenis ikan, udang, dan biota laut lainnya. Penghasil sejumlah besar detritus (hara) bagi plankton, pemasok larva (nener) ikan, udang, dan biota laut lainnya, dan juga sebagai tempat wisata. Didasarkan pada manfaat hutan mangrove, diperlukan adanya perhatian khusus bagi komunitas hutan mangrove ini. Salah satunya adalah dengan menggunakan teknologi yang ada dan sekarang sudah banyak digunakan yaitu teknologi penginderaan jauh dengan satelit. Letak geografis ekosistem mangrove yang berada pada daerah peralihan darat dan laut memberikan efek perekaman yang khas jika dibandingkan obyek vegetasi darat lainnya. Efek perekaman tersebut sangat erat kaitannya dengan karakteritik spektral ekosistem 57

mangrove, hingga dalam identifikasi memerlukan suatu transformasi tersendiri. Pada umumnya untuk deteksi vegetasi digunakan transformasi indeks vegetasi (Danoedoro, 1996). Kabupaten Cilacap mempunyai hutan mangrove yang beragam. Dapat diketahui bahwa jenis mangrove yang mendominansi adalah Avecennia marina dan Sonneratia caeseolaris dimana Avecennia marina menyusun zonasi yang paling depan (dekat dengan laut) kemudian diikuti oleh S. caseolaris. LagunaSegara anakan mempunyai sejarah yang menarik pada masa lalu. Hutan Segara Anakan merupakan hutan mangrove terluas di Jawa, dimana luasnya mencapai 21.500 ha. Pada saat ini luasnya sulit diprediksi akibat tingginya sedimentasi hingga terbentuk dataran-dataran baru yang diinvasi mangrove, serta banyaknya perubahan peruntukan area vegetasi mangrove lama yang telah menjadi wilayah dengan tutupan mangrove terluas di pulau jawa. Objek wisata pada ekosistem mangrove Segara Anakan adalah sebagai habitat flora dan fauna yang beraneka ragam dan memiliki karakteristik khas, serta kondisi geologis tapak dan sekitarnya sebagai objek visual dengan tidak meninggalkan adat budaya masyarakat setempat (Sobingah,2016). dengan software. Alat yang digunakan adalah perangkat lunak sebagai Pengolahan Data, perhitungan dan interpretasi data diantaranya: Er Mapper 7.1 (Trial Version), Arcmap 10.3 (Trial Version), ENVI 5.0 (Trial Version) dan Microsof Excel 2010. Gambar 1. Peta Daerah Kajian (google image, 2017) 2. Metode Penelitian Untuk mengidentifikasi hutan mangrove dengan data citra satelit Landsat 8 digunakan komposit RGB 564 di mana ketiga band tersebut termasuk dalam kisaran spektrum tampak dan inframerah - dekat dan mempunyai panjang gelombang yang sesuai dengan panjang gelombang band 4, band 5 dan band 3 pada citra satelit landsat 7 ETM+. Tabel 1 adalah spesifikasi band pada Landsat 8. METODELOGI PENELITIAN 1. Lokasi, Bahan dan Alat Penelitian Lokasi penelitian dilakukan di daerah Segara Anakan, Kabupaten Cilacap, Provinsi Jawa Tengah dengan batasan koordinat 7 37 22-7 47 37 LS dan 108 45 11-109 2 54 BT (Gambar 1). Data satelit yang digunakan adalah citra satelit Landsat 8 Path 121/Row 065 akuisisi tanggal 20 Mei 2015 yang telah terkoreksi geometrik dan radiomatrik 58

Tabel 1. spesifikasi band pada Landsat 8 (Nasa, 2008) Pada Rumus diatas NDVI adalah Normalized Vegetation Index, NIR adalah Band 5 pada Landsat 8 sedangkan RED merupakan Band 4 pada Landsat 8. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Kondisi Sebaran Mangrove Berdasarkan interpretasi citra satelit menunjukkan sebaran mangrove terlihat banyak pada utara pulau nusa kambangan mulai dari ujung barat hingga ujung timur. Hutan mangrove juga terdapat pada hilir sungai-sungai besar pada daerah cilacap hingga ke barat. Pada Gambar 2 akan ditunjukkan kondisi sebaran hutan mangrove di Cilacap dengan warna putih pada bulan Mei 2015. Secara garis besar diagram alur penilitian ini adalah sebagai berikut. Gambar 3. Sebaran Mangrove Gambar 2. Alur penelitian Untuk menghitung nilai kerapatan hutan mangrove digunakan metode rasio band Inframerah dekat (NIR) dan band merah (Green et al., 2000 dalam Waas, 2010) dengan formula di bawah ini : Hutan mangrove di Segara Anakan dapat tumbuh subur dikarenakan pada wilayah tersebut merupakan muara dari sungai-sungai yang cukup besar, diantaranya Sungai Citanduy, Sungai Cimeneng, Sungai Cibeureum, Sungai Sapu Regel, Sungai Donan dan sebagainya. Oleh karena itu, pertemuan air tawar yang berasal dari sungai - sungai tersebut dan air asin yang berasal dari samudera Hindia menyebabkan kawasan tersebut sebagai suatu kawasan air payau. Dengan keadaan yang seperti di atas memungkinkan vegetasi mangrove tumbuh dengan subur yang menyebabkan terbentuknya hutan mangrove. 59

2. Normalize Vegetation Index Indeks vegetasi merupakan kombinasi matematis antara band red dan band NIR yang telah lama digunakan untuk mengidentifikasi keberadaan dan kondisi vegetasi (Lillesand dan Kiefer, 1997). Nilai NDVI mempunyai rentang dari -1.0 (minus 1) hingga 1.0 (positif 1). Nilai yang mewakili vegetasi berada pada rentang 0.1 hingga 0.7, jika nilai NDVI di atas nilai ini menunjukkan tingkat kesehatan dari tutupan vegetasi yang lebih baik (Prahasta, 2008 dalam Waas, 2010). Pada penelitian ini, nilai NDVI minimum adalah 0,30 dan nilai NDVI maksimum adalah 0,70. Kemudian dilakukan klasifikasi kerapatan yang terbagi dalam tiga kelas kerapatan, yaitu: rendah, sedang dan tinggi, dimana untuk mendapatkan interval kelas tersebut dengan cara nilai NDVI tertinggi dikurangi nilai NDVI terendah dibagi 3. Gambar 3 merupakan hasil perhitungan dan prosentase dari tiap kelas NDVI. Gambar 4. Prosentase kelas NDVI Pada Gambar 4 ditunjukkan sebaran kerapatan mangrove di Segara Anakan, Cilacap. Terbagi dalam tiga kelas yaitu Rendah dengan warna biru, Sedang warna oranye, dan Tinggi dengan warna abu-abu. Gambar 5. Sebaran kerapatan mangrove Pada gambar 5 terlihat kondisi kerapatan tinggi teridentifikasi berada di sisi barat. Pada area sisi barat ini banyak ditumbuhi spesies Derris trifoliata dan Achanthus ilicifolius. Dua spesies ini adalah semak, sehingga tingkat kerapatan tinggi dengan kedua spesies ini perlu dipandang sebagai penurunan kualitas hutan mangrove. (Asriningrum, 2014). Distribusi kerapatan sedang teridentifikasi di sepanjang aliran Sungai Donan, Sungai Sapuregel dan Sungai Kembang Kuning; dimana kelas kerapatan ini cenderung mendominasi vegetasi mangrove di wilayah Segara Anakan. Distribusi kerapatan rendah relatif sempit dan teridentifikasi di sekitar hulu Sungai Donan (daerah Tritih) dimana lokasi tersebut merupakan muara dari sungaisungai yang berasal dari Cilacap. Kerapatan dengan kelas tinggi biasanya didominasi oleh jenis mangrove semak yang tumbuh bersinggungan dengan lebat satu dengan yang lain. Sedangkan mangrove jenis Pohon masuk pada kerapatan sedang hingga jarang dikarenakan jarak antar pohon relatif jauh. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan analisa dan pembahasan dapat diperoleh kesimpulan bahwa sebaran mangrove terkonsentrasi di area sekitar laguna (sisi barat), sepanjang 60

aliran sungai Kembang Kuning (sekitar Pulau Nusakambangan atau sisi selatan), sepanjang aliran sungai Sapuregel (sisi tengah) dan di sepanjang aliran Sungai Donan (sisi timur dan utara). Segara Anakan mempunyai potensi yang cukup besar untuk pelestarian mangrove, terlihat pada tahun 2015 terjadi penambahan sebaran dan luasan mangrove dari tahuntahun sebelumnya. Sementara itu, kelas kerapatan sedang mendominasi distribusi hutan mangrove di Segara Anakan 59%; sedangkan kerapatan tinggi 27% dan kerapatan rendah 14%. Nilai indeks vegetasi (NDVI) mangrove di Segara Anakan berkisar antara 0,30-0,70. Ketelitian hasil interpretasi mangrove perlu ditingkatkan dengan cara ground check ke lapangan dan menggunakan metode klasifikasi lain yang telah teruji demi mendapatkan hasil yang lebih akurat. Kemudian perlu dilakukan korelasi antara kondisi sebaran mangrove dengan aktivitas masyarakat sekitar guna mendapatkan informasi penting terkait pengaruh aktivitas masyarakat terhadap kelangsungan hidup dan kelestarian hutan mangrove. DAFTAR PUSTAKA Ardli, E.R. 2013. Ekosistem Mangrove Segara Anakan. Laporan Penelitian Universitas Jenderal Soedirman (belum dipublikasikan). Geografi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. 253 hal NASA. 2010. Landsat Data Continuity Mission Brochure. http://www.landsat.gsfc.nasa.gov diakses pada tanggal 20 januari 2017 pukul 20.00 WIB. Google image, 2017 http://www.google.com diakses pada tanggal 20 januari 2017 pukul 20.00 WIB. Waas, H.J.D., Nababan. B. 2005. Pemetaan dan Analisis Index Vegetasi Mangrove di Pulau Saparua, Maluku Tengah. E-Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 2, No. 1, Hal. 50-58, Juni 2010. Lillesand T.M, W.R. Kiefer. 1997. Penginderaan Jauh dan Interpretasi Citra. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press. Prahasta, 2008 dalam Waas, 2010 Sobingah, Siti. 2016. Hutan Mangrove Segara Anakan Wisata Bahari Penyelamat Bumi. Cilacap Asriningrum, 2014. Analisis Sebaran Dan Kerapatan Mangrove Menggunakan Citra Landsat 8 Di Segara Anakan, Cilacap. Jakarta. LAPAN. Danoedoro. P, 1996. Pengolahan Citra Digital, Teori dan Aplikasinya dalam Penginderaan Jauh. Fakultas 61