KECERDASAN SPIRITUAL DAN KECENDERUNGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA SISWA SMK. Nur Indah Rachmawati, Anggun Resdasari Prasetyo. Abstrak.

dokumen-dokumen yang mirip
RELATIONSHIP BETWEEN EMOTIONAL INTELLIGENCE WITH PREMARITAL SEXUAL BEHAVIOUR ON SMA N 7 SEMARANGSTUDENTS

KECERDASAN SPIRITUAL DENGAN REGULASI EMOSI PADA MAHASISWA PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA KEDOKTERAN

PERSEPSI TERHADAP PERILAKU SENIOR SELAMA KADERISASI DAN KOHESIVITAS KELOMPOK MAHASISWA TAHUN PERTAMA

HUBUNGAN KEINTIMAN KELUARGA DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN POLTEKKES BHAKTI MULIA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masa remaja ini disebut sebagai masa penghubung atau masa

HUBUNGAN ANTARA KONFORMITAS TEMAN SEBAYA DENGAN INTENSI SEKSUAL PRANIKAH PADA REMAJA

HUBUNGAN ANTARA KONFORMITAS DENGAN INTENSI PERILAKU SEKSUAL PADA SMP NEGERI X

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Setiap manusia selama hidupnya pasti mengalami perubahan.

KEMATANGAN EMOSI DAN PERSEPSI TERHADAP PERNIKAHAN PADA DEWASA AWAL: Studi Korelasi pada Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Diponegoro

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN INTENSI PROSOSIAL PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS DIPONEGORO ANGKATAN 2012

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN SPIRITUAL DENGAN DISIPLIN SEKOLAH PADA SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA ISLAM

RELATIONSHIP BETWEEN SPIRITUAL INTELLIGENCE AND SUBJECTIVE WELL-BEING IN CIVIL SERVANT GROUP II DIPONEGORO UNIVERSITY

, 2015 GAMBARAN KONTROL DIRI PADA MAHASISWI YANG MELAKUKAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH

KECENDERUNGAN POLA ASUH PERMISIF DAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA REMAJA PUTRI

BAB I PENDAHULUAN. Perilaku seksual khususnya kalangan remaja Indonesia sungguh

HUBUNGAN ANTARA KONTROL DIRI DENGAN INTENSITAS PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA REMAJA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian Masa remaja adalah masa peralihan dari anak-anak ke dewasa yang jangka

BAB I PENDAHULUAN. melalui perubahan fisik dan psikologis, dari masa kanak-kanak ke masa

BAB I PENDAHULUAN. ketergantungan sosial-ekonomi secara total ke arah ketergantungan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja dikenal sebagai masa peralihan dari anak-anak menuju

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada SMP X di Kabupaten Deli Serdang, Provinsi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Remaja adalah masa peralihan diantara masa kanak-kanak dan dewasa.

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU ASERTIF DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA REMAJA PUTRI. Skripsi

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. 1. Variabel tergantung : Perilaku Seksual Pranikah. 2. Variabel bebas : a.

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan periode transisi antara masa anak-anak ke masa dewasa

BAB 1 PENDAHULUAN. Statistik (BPS) Republik Indonesia melaporkan bahwa Indonesia memiliki

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Fitriana Rahayu Pratiwi, Dian Ratna Sawitri. Fakultas Psikologi, Universitas Diponegoro Jl. Prof. Soedarto SH Tembalang Semarang 50275

BAB I PENDAHULUAN. untuk dibicarakan. Hal ini dimungkinkan karena permasalahan seksual telah

DAN LINGKUNGAN PERGAULAN DENGAN SIKAP TERHADAP PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA MAHASISWA S1 KEPERAWATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. jangka waktunya berbeda bagi setiap orang tergantung faktor sosial dan budaya.

HUBUNGAN ANTARA KONFORMITAS DENGAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM MENGGUNAKAN PRODUK SKIN CARE PADA MAHASISWI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS DIPONEGORO

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

HUBUNGAN ANTARA REGULASI EMOSI DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA MAHASISWA FAKULTAS EKONOMI JURUSAN AKUNTANSI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Perilaku Seksual Pranikah

Inayatul Khoeriyah, Dinie Ratri Desiningrum

BAB I PENDAHULUAN. namun akan lebih nyata ketika individu memasuki usia remaja.

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN KENAKALAN REMAJA. NASKAH PUBLIKASI Diajukan kepada Fakultas Psikologi

KONSEP DIRI DAN KECENDERUNGAN BULLYING PADA SISWA SMK SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. Remaja adalah mereka yang berusia diantara tahun dan merupakan

ASERTIVITAS DITINJAU DARI KEMANDIRIAN DAN JENIS KELAMIN PADA REMAJA AWAL KELAS VIII DI SMPN 1 SEMARANG

HUBUNGAN UMUR PUBERTAS DENGAN PERILAKU SEKSUAL REMAJA SISWA KELAS XII SMK TELKOM SANDHY PUTRA PURWOKERTO 2015 NASKAH PUBLIKASI

BAB IV HASIL KAJIAN DAN PEMBAHASAN

The Factors Related to Pre Marriage Sexual Behavior of Adolescents in Grade X and XI in State Senior High School 1 in Bandar Lampung

KOMUNIKASI INTERPERSONAL ANTAR KARYAWAN DAN MOTIVASI KERJA PADA KARYAWAN PT BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO) Tbk KANTOR WILAYAH SEMARANG

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN SPIRITUAL DENGAN PERKEMBANGAN MORAL PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA (UMS)

Dinamika Kebidanan vol. 2 no.2. Agustus 2012

PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU REMAJA TENTANG SEKS PRA NIKAH

Bab I Pendahuluan. Mahasiswa masuk pada tahapan perkembangan remaja akhir karena berada pada usia 17-

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada masa transisi yang terjadi di kalangan masyarakat, secara khusus

PERSEPSI MASYARAKAT MENGENAI HUBUNGAN SEKSUAL PRANIKAH DI KALANGAN REMAJA (Studi Kasus di Desa Kuwu, Kecamatan Kradenan, Kabupaten Grobogan)


BAB I PENDAHULUAN. perilaku remaja dalam pergaulan saat ini. Berbagai informasi mampu di

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa

Definisi remaja menurut para ahli - Fase remaja merupakan segmen perkembangan individu yang sangat penting, yaitu diawali dengan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. SMK Widya Praja Ungaran terletak di jalan Jend. Gatot Subroto 63 Ungaran,

Jurnal Obstretika Scientia ISSN HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN SEKSUAL PRANIKAH DENGAN PERILAKU SEKSUAL

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai adanya proses perubahan pada aspek fisik maupun psikologis

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terjadinya peningkatan minat dan motivasi terhadap seksualitas. Hal ini dapat

PENGALAMAN REMAJA DALAM MENERIMA PENDIDIKAN SEKS

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tersebut terjadi akibat dari kehidupan seksual remaja yang saat ini semakin bebas

BAB IV GAMBARAN PERILAKU SEKS PRANIKAH DI KALANGAN REMAJA

HALAMAN PENGESAHAN TELAH DISETUJUI DAN DISAHKAN PADA TANGGAL... Mengetahui, Pembimbing 1 Pembimbing 2

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat melekat pada diri manusia. Seksualitas tidak bisa dihindari oleh makhluk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. atau keinginan yang kuat tentang perubahan-perubahan yang terjadi pada

BAB I PENDAHULUAN. dengan orang lain, perubahan nilai dan kebanyakan remaja memiliki dua

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. dapat diabaikan dalam kehidupan manusia. Namun demikian, orang tua masih

HUBUNGAN ANTARA PENERIMAAN SOSIAL KELOMPOK KELAS DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA SISWA KELAS I SLTP XXX JAKARTA OLEH: RITA SINTHIA ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN PERILAKU SEKS BEBAS PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 6 SURAKARTA

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI KETERLIBATAN AYAH DALAM PENGASUHAN DENGAN KECERDASAN EMOSIONAL PADA SISWA LAKI-LAKI KELAS X SMK NEGERI 4 SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan itu juga telah dipelajari secara mendalam. terjadi pada manusia, dan pada fase-fase perkembangan itu fase yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dimasyarakat pada saat ini melalui media-media seperti televisi, koran, radio dan

BAB I PENDAHULUAN. yang meliputi perubahan biologik, perubahan psikologik, dan perubahan

BAB III METODE PENELITIAN

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS DIPONEGORO

HUBUNGAN ANTARA ADVERSTY INTELLIGENCE DENGAN SCHOOL WELL-BEING (Studi pada Siswa SMA Kesatrian 1 Semarang)

Kecerdasan Spiritual ( Spiritual Quotient )

Hubungan Persepsi Kesehatan Reproduksi Dengan Sikap Terhadap Perilaku Seksual Pranikah Pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma.

60 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes. Volume VII Nomor 1, Januari 2016 ISSN: PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi antara masa kanak-kanak dan masa

BAB I PENDAHULUAN. seorang individu. Masa ini merupakan masa transisi dari kanak-kanak ke masa

HUBUNGAN INTERAKSI TEMAN SEBAYA DAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA SMP

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam proses kehidupan manusia mengalami tahap-tahap perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. pada masa remaja, salah satunya adalah problematika seksual. Sebagian besar

HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN KEMAMPUAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN SKRIPSI

BAB I. perkembangan, yaitu fase remaja. Remaja (Adolescence) di artikan sebagai masa

ADIKSI GAME ONLINE DAN KETRAMPILAN PENYESUAIAN SOSIAL PADA REMAJA

HUBUNGAN ANTARA PENERIMAAN SOSIAL KELOMPOK KELAS DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA SISWA KELAS I SLTP XXX JAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menurut Imran (1998) masa remaja diawali dengan masa pubertas,

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan zaman membuat manusia harus bisa beradaptasi dengan

BAB I PENDAHULUAN. tampak pada pola asuh yang diterapkan orang tuanya sehingga menjadi anak

BAB II LANDASAN TEORI

HUBUNGAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN PERILAKU SEKS PRANIKAH PADA SISWA KELAS XI DI SMA N COLOMADU

BAB I PENDAHULUAN. petualangan dan tantangan serta cenderung berani menanggung risiko atas

Transkripsi:

KECERDASAN SPIRITUAL DAN KECENDERUNGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA SISWA SMK Nur Indah Rachmawati, Anggun Resdasari Prasetyo Fakultas Psikologi, Universitas Diponegoro Jl. Prof. Soedarto SH Tembalang Semarang 50275 Indahrahma22@gmail.com Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kecerdasan spiritual dengan kecenderungan perilaku seksual pranikah pada siswa di SMK Negeri 2 Jepara. Populasi penelitian ini adalah 247 siswa kelas X SMK Negeri 2 Jepara yang sudah pernah berpacaran. Sampel penelitian sebanyak 150 siswa (99 perempuan dan 51 laki-laki) yang diambil dengan menggunakan teknik simple random sampling. Pengumpulan data menggunakan Skala Kecerdasan Spiritual (54 aitem; α = 0,896) dan Skala Kecenderungan Perilaku Seksual Pranikah (42 aitem, α = 0,939). Berdasarkan hasil analisis korelasi product moment disimpulkan terdapat hubungan negatif yang signifikan antara kecerdasan spiritual dengan kecenderungan perilaku seksual pranikah siswa (r = -0,274; p = 0,001). Kata kunci: kecerdasan spiritual, perilaku seksual pranikah, SMK Abstract This research aims to determine the relationship between spiritual intelligence with a tendency to premarital sexual behavior in students in SMK 2 Jepara. The population omprised 247 students of class X SMK Negeri 2 Jepara whom ever experienced dating. The study sample comprised 150 students (99 females, 51 males) that were recruited using simple random sampling technique. Data were collected using the Spiritual Intelligence Scale (54 items; α =.896) and the Premarital Sexual Behavior Scale (42 items; α =.939). The results of product moment s analysis showed a significantly negative correlation between spiritual intelligence with tendency of premarital sexual behavior (r = -.274; p =.001). Keywords: spiritual intelligence, premarital sexual behavior, SMK PENDAHULUAN Masa remaja merupakan salah satu periode dari perkembangan manusia, yaitu merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang meliputi perubahan biologis, psikologis, dan perubahan sosial. Masa remaja dibagi menjadi tiga batasan usia, yaitu 12-15 tahun masa remaja awal, 15-18 tahun masa remaja pertengahan, 18-21 tahun masa remaja akhir (Monks, 1999). 96

Seorang remaja untuk menguasai tugas perkembangan yang penting dalam membentuk hubungan-hubungan baru dan yang lebih matang dengan lawan jenis, serta dalam memainkan peran yang sesuai dengan gendernya, kawula muda harus memperoleh konsep yang dimiliki ketika masih anak-anak. Dorongan untuk melakukan hal ini datang dari tekanan-tekanan sosial, terutama dari minat remaja pada seks dan keingintahuannya tentang seks. Karena rasa ingin tahu remaja berusaha mencari lebih banyak informasi mengenai seks (Hurlock, 2004). Tugas perkembangan yang pertama berhubungan dengan seks yang harus dikuasai adalah pembentukan hubungan baru dan yang lebih matang dengan lawan jenis. Ketika perempuan dan lakilaki sudah matang, laki-laki maupun perempuan mulai mengembangkan sikap yang baru pada lawan jenisnya, dan selain mengembangkan minat terhadap lawan jenis juga mengembangkan minat pada berbagai kegiatan yang melibatkan laki-laki dan perempuan (Hurlock, 2004). Chaplin (2011) menjelaskan bahwa kecenderungn berasal dari kata tendency yang memiliki definisi satu set atau satu disposisi untuk bertingkah laku dengan cara tertentu. Soetjiningsih (2008) berpendapat bahwa perilaku seksual para remaja adalah segala tingkah laku remaja yang didorong oleh hasrat baik dengan lawan jenis maupun sesama jenis, meskipun demikian sebagian masyarakat mengartikan perilaku seksual sebagai hubungan seksual. Menurut Sarwono (2013) perilaku seksual adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual, baik dengan lawan jenisnya maupun sesama jenis. Bentuk-bentuk tingkah laku tersebut bisa bermacam-macam, mulai dari perasaan tertarik sampai perilaku berkencan, bercumbu, dan bersenggama (hubungan seksual). Objek seksualnya bisa berupa orang lain, orang dalam khayalan, atau diri sendiri (Sarwono, 2013). Pranikah terdiri dari dua kata, yaitu pra dan nikah. Kata pra dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2006) berarti sebelum, kata nikah dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2006) adalah perjanjian antara laki-laki dan perempuan untuk bersuami istri dengan resmi, sehingga pranikah berarti sebelum adanya perjanjian antara laki-laki dan perempuan untuk bersuami istri resmi. Dapat disimpulkan bahwa kecenderungan perilaku seksual pranikah adalah keseluruhan diposisi untuk bertingkah laku tertentu yang didorong oleh hasrat seksual kepada lawan jenisnya, untuk mendapatkan kepuasan seksual melalui berbagai perilaku sebelum adanya ikatan pernikahan. Salah satu anggapan yang sering dikemukakan orang adalah kurangnya faktor agama mempengaruhi perilaku remaja, dikatakan bahwa perilaku seksual yang bertentangan dengan norma agama pada remaja disebabkan karena merosotnya kepercayaan pada agama (Sarwono, 2013). Pendidikan seks seperti pendidikan agama adalah salah satu cara untuk mengurangi atau mencegah penyalahgunaan seks (Sarwono, 2013). Pendidikan agama dapat diberikan kepada remaja sejak dini, maka remaja dapat lebih memahami nilai-nilai kemanusiaan, moral dan norma-norma sosial yang ada, apabila remaja memiliki pondasi agama yang kuat maka dapat memudahkan remaja mencapai kecerdasan spiritual (Safaria, 2007). Remaja yang memiliki kecerdasan spiritual dapat memahami mana suatu hal yang baik dan buruk, dan dapat mengendalikan tingkah lakunya (Zohar & Marshall, 2007). Respati dan Syifa (2008), membuktikan bahwa ada hubungan positif yang sangat signifikan antara kecerdasan spiritual dan kontrol diri pada remaja. Hal tersebut dapat dilihat dari analisis data yang 97

diperoleh dalam penelitian tersebut yang menunjukkan tingginya koefisien korelasi yang diperoleh (r = 0,777, p<0,001). Remaja yang dapat mengendalikan tingkah lakunya memiliki kontrol diri yang baik, sehingga akan berperilaku sesuai dengan norma dan kaidah yang berlaku. Zohar dan Marshal (2007) mendefinisikan kecerdasan spiritual sebagai kecerdasan untuk menghadapi dan memecahkan persoalan makna dan nilai, yaitu kecerdasan untuk menempatkan perilaku dan hidup dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya, kecerdasan untuk menilai bahwa tindakan atau jalan hidup seseorang lebih bermakna dari pada yang lain. Kecerdasan spiritual merupakan kecerdasan tertinggi individu dimana digunakan sebagai landasan yang diperlukan untuk memfungsikan kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosional secara efektif. Secara tidak disadari banyak orang tua yang mulai meninggalkan pengajaran terhadap nilai-nilai agama, etik dan moral karena dianggap sudah usang, kuno, tidak modern, tidak mampu membawa pada kebahagiaan. Kemudian digantikan oleh dominasi nilai materialisme yang dianggap lebih memuaskan nafsu untuk memperoleh kenikmatan duniawi. Akibatnya orang tua lupa membimbing dan mendidik dimensi spiritual dalam jiwa anak. Kecerdasan spiritual penting untuk dimiliki seorang remaja sebagai usaha untuk mengendalikan dorongan-dorongan negatif yang dapat mempengaruhi perilaku dan mental seorang remaja. Perkembangan kebermaknaan spiritual dalam diri anak menjadi terhambat dan tidak berkembang secara optimal. Hal tersebut menyebabkan anak mengalami kekosongan spiritual (spiritual-emptiness), sehingga memunculkan penyakit ketidakbermaknaan spiritual (spiritual-meaningless) dalam diri anak. Ketidakbermaknaan spiritual tersebut menyebabkan anak mudah terombang-ambing oleh pengaruh lingkungan sekitarnya. Anak akan lebih retan untuk melakukan perbuatan yang melanggar nilai-nilai moral serta kemanusiaan (Safaria, 2007) yaitu khususnya adalah melakukan perilaku seksual pranikah. Berdasarkan penjelasan di atas hubungan antara dua variabel yaitu kecerdasan spiritual dan kecenderungan perilaku seksual pranikah tidak begitu jelas, sehingga peneliti menguji hubungan antara kecerdasan spiritual dengan kecenderungan perilaku seksual pranikah pada siswa SMK Negeri 2 Jepara. Hipotesis yang diajukan peneliti adalah terdapat hubungan negatif antara kecerdasan spiritual dengan kecenderungan perilaku seksual pranikah pada siswa SMK Negeri 2 Jepara. Semakin tinggi kecerdasan spiritual yang dimiliki, maka semakin rendah kecenderungan perilaku seksual pranikahnya, dan sebaliknya. METODE Populasi dalam penelitian ialah 247 siswa kelas X SMK Negeri 2 Jepara. Karakteristik populasi penelitian yaitu siswa kelas X, berusia 15-18 tahun dan yang sudah pernah berpacaran. Secara lebih spesifik, teknik pengambilan sampel yang peneliti gunakan adalah simple random sampling, yaitu melakukan randomisasi terhadap subjek, bukan terhadap kelompok. Peneliti menggunakan modifikasi skala Likert sebagai instrumen pengumpulan data. Penelitian ini menggunakan dua buah skala, yaitu Skala kecenderungan perilaku 98

seksual pranikah dan Skala kecerdasan spiritual. Skala kecenderungan perilaku seksual pranikah (48 aitem) disusun berdasarkan bentuk-bentuk perilaku seksual yang dikemukakan oleh Sarwono (2013) yaitu berkencan, berciuman, bercumbu ringan, bercumbu berat. Skala kecerdasan spiritual (72 aitem) disusun oleh peneliti berdasarkan aspek-aspek kecerdasan spiritual yang dikemukakan Zohar dan Marshall (2007) yaitu, kemampuan bersikap fleksibel, tingkat kesadaran yang tinggi, kemampuan untuk menghadapi dan memanfaatkan penderitaan, kemampuan untuk menghadapi dan melampaui rasa sakit, kualitas hidup yang diilhami oleh visi dan nilai-nilai, keengganan untuk menyebabkan kerugian yang tidak perlu, berpikir secara holistik, kecenderungan untuk bertanya mengapa dan bagaimana untuk mencari jawaban-jawaban yang mendasar, dan menjadi pribadi mandiri. Metode analisis data yang digunakan untuk menguji hipotesis penelitian ialah korelasi Product Moment dari Pearson. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil analisis data dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan negatif yang signifikan antara kecerdasan spiritual dan kecenderungan perilaku seksual pranikah (r = -0,274; p = 0,001). Semakin tinggi kecerdasan spiritual maka semakin rendah kecenderungan perilaku seksual pranikahnya, dan sebaliknya. Dengan demikian, hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini dapat diterima. Hasil dari penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa kecerdasan spiritual pada siswa kelas X SMK Negeri 2 Jepara berada pada kategori tinggi, yakni sebesar 71,33%. Hasil tersebut dapat dimaknai bahwa para siswa tersebut para siswa mampu memberi makna positif pada setiap kejadian yang dialaminya, masalah, bahkan penderitaan yang dialami. Para siswa juga mampu memberi makna terhadap setiap tingkah laku yang mereka lakukan, mereka dapat berpikir kritis, dapat membedakan mana suatu hal yang baik dan buruk. Sehingga mereka dapat mengendalikan tingkah laku dengan batasan-batasan yang tidak menyimpang dari norma sosial dan norma agama. Berdasarkan hasil penelitian, peneliti juga memperoleh fakta lain bahwa kecenderungan perilaku seksual pranikah pada siswa kelas X SMK Negeri 2 Jepara berada pada kategori rendah, yakni sebesar 96,66% sehingga dapat diprediksikan pula bahwa kecenderungan para siswa untuk melakukan perilaku seksual juga rendah. KESIMPULAN Berdasarkan hasil analisis penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan negatif yang signifikan antara kecerdasan spiritual dengan kecenderungan perilaku seksual pranikah pada remaja, (r = -0,274; p = 0,001). Semakin tinggi kecerdasan spiritual yang dimiliki siswa, maka semakin rendah kecenderungan perilaku seksual pranikahnya dan sebaliknya. 99

DAFTAR PUSTAKA Chaplin, J. P. (2011). Kamus lengkap psikologi. (ed 15). Jakarta: Rajawali Pers. Hurlock, E. B. (2004). Psikologi perkembangan. Jakarta: PT Gramedia Pustaka. Monks, F. J. (1999). Psikologi perkembangan pengantar dalam berbagai bagiannya. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Respati S. D. A., & Syifa a, R. (2008). Hubungan antara kecerdasan spiritual dengan kontrol diri pada mahasiswa. Skripsi, tidak diterbitkan. Yogyakarta: Fakultas Psikologi Dan Ilmu Budaya Universitas Islam Indonesia. Safaria, T. (2007). Spiritual intelegence: Metode pengembangan kecerdasan spiritual anak. Yogyakarta: Graha Ilmu. Sarwono, S. W. (2013). Psikologi remaja. Jakarta: Rajawali Pers. Soetjiningsih. (2008). Tumbuh kembang remaja dan permasalahannya. Jakarta: Sagung Seto. Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, (2000). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Zohar, D.& Marshall, I. (2007). SQ: Memanfaatkan kecerdasan spiritual dalam berfikir integralistik dan holistik untuk memaknai kehidupan. Jakarta: Mizan. 100