2017 DAMPAK MODERNISASI TERHADAP KEHIDUPAN MASYARAKAT KAMPUNG BENDA KEREP KOTA CIREBON TAHUN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. keanekaragaman budaya, adat istiadat, bahasa dan sebagainya. Setiap daerah pun

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adalah orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. Dengan demikian

BAB I PENDAHULUAN. nilai-nilai. Budaya dan nilai-nilai yang dipandang baik dan dijunjung tinggi oleh

BAB I PENDAHULUAN. Upaya pemerintah Indonesia dalam pengembangan kepariwisataan

BAB I PENDAHULUAN. Ayu Fauziyyah, 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Yunita, 2014

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS

BAB I PENDAHULUAN. sampai merauke, menyebabkan Indonesia memiliki banyak pulau. dijadikan modal bagi pengembang budaya secara keseluruhan.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kesatuan yang dibangun di atas keheterogenan

2015 KAJIAN NILAI-NILAI BUDAYA UPACARA ADAT NYANGKU DALAM KEHIDUPAN DI ERA MODERNISASI

2013 POLA PEWARISAN NILAI-NILAI SOSIAL D AN BUD AYA D ALAM UPACARA AD AT SEREN TAUN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Dari hasil pembahasan Bab IV terdahulu, maka peneliti rumuskan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya akan keanekaragaman budaya. Terdiri

BAB 1 PENDAHULUAN. sakral, sebuah pernikahan dapat menghalalkan hubungan antara pria dan wanita.

BAB I PENDAHULUAN. sekarang ini sedang dikembangkan oleh pemerintah Indonesia. Selain bertujuan

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian ronggeng gunung merupakan kesenian tradisional masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terkenal sebagai salah satu negeri terbesar penghasil kain tenun tradisional yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Indonesia sangat kaya akan berbagai macam budaya baik itu bahasa,

BAB I PENDAHULUAN LatarBelakang Eko Juliana Susanto, 2015

1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. memiliki adat istiadat (kebiasaan hidup) dan kebudayaan masing-masing,

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN Amalia, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ashriany Widhiastuty, 2013

BAB I PENDAHULUAN. dari banyaknya etnis yang mendiami wilayah Indonesia. ciri khas itu adalah tingkat perubahan. Setidaknya dua komponen yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. Minangkabau merupakan salah satu dari antara kelompok etnis utama bangsa

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Jawa Barat yang lebih sering disebut sebagai Tatar Sunda dikenal

BAB I PENDAHULUAN. Minangkabau. Tradisi ini dapat ditemui dalam upacara perkawinan, batagak gala

BAB I PENDAHULUAN. perasaan, yaitu perasaan estetis. Aspek estetis inilah yang mendorong budi

BAB I PENDAHULUAN. Ruang Publik Yaroana Masigi berada di tengah-tengah permukiman

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

2016 PANDANGAN MASYARAKAT SUNDA TERHADAP ORANG BANGSA ASING

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. masih banyak memperlihatkan unsur persamaannya, salah satunya adalah suku

UKDW BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang sangat kompleks. Didalamnya berisi struktur-struktur yang

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia merupakan suatu bangsa yang majemuk, yang terdiri dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

2016 DAMPAK KEBIJAKAN SUMEDANG PUSEUR BUDAYA SUNDA TERHADAP PENANAMAN NILAI-NILAI KESUNDAAN

BAB I PENDAHULUAN. Makanan modern yang beredar tersebut menarik minat para generasi muda

BAB I PENDAHULUAN. dalamnya tumbuh berbagai Suku, Agama, dan bahasa daerah berbeda sehingga

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Rezki Puteri Syahrani Nurul Fatimah, 2015

2015 KEHID UPAN MASAYARAKAT BAD UY LUAR D I D ESA KANEKES KABUPATEN LEBAK BANTEN

BAB I PENDAHULUAN. Setiap daerah atau kota di Indonesia memiliki kesenian dengan ciri

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pernikahan adalah salah satu peristiwa penting yang terjadi dalam

1. PENDAHULUAN. bangsa yang kaya akan kebudayaan dan Adat Istiadat yang berbeda satu sama lain

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Payung Geulis Nova Juwita, 2014 Analisis Estetik Payung Geulis Tasikmalaya

2015 ORNAMEN MASJID AGUNG SANG CIPTA RASA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian merupakan segala hasil kreasi manusia yang mempunyai sifat

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologi. Perkembangan teknologi mengakibatkan terjadinya

2015 PERKEMBANGAN KESENIAN BRAI DI KOTA CIREBON TAHUN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Neneng Yessi Milniasari, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

2015 PENGAKUAN KEESAAN TUHAN DALAM MANTRA SAHADAT SUNDA DI KECAMATAN CIKARANG TIMUR KABUPATEN BEKASI

BUPATI ENREKANG PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN ENREKANG NOMOR 1 TAHUN 2016

ini. Setiap daerah memilki ciri khas kebudayaan yang berbeda, salah satunya di

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. buddayah, yaitu bentuk jamak dari buddhi yang berarti budi atau akal.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Budi Utomo, 2014

BAB I PENDAHULUAN. melestarikan dan mengalihkan serta mentransformasikan nilai-nilai kebudayaan dalam

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dibandingkan dengan makhluk hidup yang lain, manusia mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. Kampung Naga merupakan salah satu perkampungan masyarakat yang. kampung adat yang secara khusus menjadi tempat tinggal masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan bangsa yang majemuk, dimana banyak memiliki

BAB. I PENDAHULUAN. wilayah III (Cirebon, Indramayu, Majalengka dan Kuningan) serta dikenal dengan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah sebuah negara kepulauan terbesar di dunia dengan

BAB I PENDAHULUAN. Modernisasi merupakan fenomena budaya yang tidak dapat terhindarkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia merupakan salah satu Negara yang kaya akan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. Menurut sejarah, sesudah Kerajaan Pajajaran pecah, mahkota birokrasi

JURNAL SKRIPSI. MAKNA RITUAL DALAM PEMENTASAN SENI TRADISI REOG PONOROGO (Studi Kasus di Desa Wagir Lor, Kecamatan Ngebel, Kabupaten Ponorogo)

LOKAL GENIUS DALAM KAJIAN MANAJEMEN Oleh Drs. I Made Madiarsa, M.M.A. 6

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaan merupakan salah satu yang tidak bisa terlepas dari kehidupan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. menghawatirkan, baik dari segi penyajian, maupun kesempatan waktu dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan hal yang utama untuk membentuk karakter siswa yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya keanekaragaman seni dan budaya.

BAB I PENDAHULUAN. kelompok atau lapisan sosial di dalam masyarakat. Kebudayaan ini merupakan suatu cara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rina Arifa, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. dapat dilakukan dengan mudah dan cepat, yakni dengan penggunaan handphone

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian tradisional pada Masyarakat Banten memiliki berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Kota Bandung memiliki sejarah yang sangat panjang. Kota Bandung berdiri

BAB I PENDAHULUAN. Seni Dzikir Saman Di Desa Ciandur Kecamatan Saketi Kabupaten Pandeglang Banten

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keberagaman dalam budaya Indonesia tercermin dalam berbagai kebudayaan lokal yang berkembang di masyarakat. Keragaman tersebut tidak muncul begitu saja, melainkan karena adanya pengaruh-pengaruh yang timbul dan tumbuh di masyarakat, sehingga membentuk suatu kebudayaan tersebut. Perkembangan budaya lokal di setiap daerah tentu memiliki peran yang signifikan dalam meningkatkan semangat nasionalisme, karena budaya lokal tersebut mengandung nilai-nilai sosial masyarakat. Kebudayaan Indonesia yang sangat beraneka ragam menjadi suatu kebanggaan sekaligus tantangan untuk mempertahankan serta mewarisi kepada generasi selanjutnya. Keragaman budaya dalam konteks ini lebih banyak diartikan sebagai produk atau hasil kebudayaan yang ada pada masa kini. Dalam konteks masyarakat yang multikultur, keberadaan keragaman kebudayaan adalah sesuatu yang harus dijaga dan dihormati keberadaannya. Keragaman budaya dapat juga berarti memotong perbedaan budaya dari kelompok-kelompok masyarakat yang hidup di Indonesia (Adimihardja, 1993, Hlm. 21). Kebudayaan yang dimiliki setiap daerah bersifat unik dan menjadi ciri khas dari daerah tersebut. Selain itu, kebudayaan yang sangat beragam itu merupakan ciri khas dan identitas bangsa yang tidak dimiliki Negara lain. Dalam Konstitusi, posisi kebudayaan tampak dalam Pasal 32 ayat (1) yang berbunyi Negara memajukan kebudayaan nasional Indonesia di tengah peradaban dunia dengan menjamin kebebasan masyarakat dalam memelihara dan mengembangkan nilai-nilai budayanya. Setiap daerah di Indonesia memiliki keanekaragaman budaya. Misalnya keanekaragaman adat istiadat dan bahasa. Keanekaragaman tersebut menjadi hal yang sangat bernilai terlebih di era globalisasi, sebab sebagian pengaruhnya dapat mengikis kebudayaan bahkan sampai hilangnya nilai-nilai dan norma-norma dalam kehidupan masyarakat. Oleh karena itu, sangat penting untuk menjaga dan melestarikan adat istiadat tersebut. Pada era globalisasi yang penuh dengan hal-hal yang bersifat modern, masih ada kelompok-kelompok masyarakat yang mampu mempertahankan adat istiadatnya. Biasanya, kelompok-kelompok masyarakat itu disebut masyarakat adat, yakni tipe masyarakat yang mempunyai aturan dan gaya hidup yang berbeda

2 dengan masyarakat pada umumnya. Dalam masyarakat ini, hukum yang mengikatnya ialah hukum adat yang mengatur kehidupan bersama di dalam suatu kampung adat. Hukum adat yang berlaku dalam masyarakat adat sesuai dengan nilai-nilai budaya yang berkembang dalam kehidupan mereka. Masyarakat tradisional yang hidup di suatu lokasi secara turun-temurun dan relatif setia menjalankan adat istiadat memiliki pengetahuan praktis dalam rangka bertahan hidup di alam lingkungannya. Pengetahuan tersebut meliputi keseluruhan aspek kehidupan seperti pertanian, perternakan, penyediaan makanan, kesehatan, dan bagaimana mengelola lingkungan hidup mereka. Pengetahuan ini sangat penting bagi kelangsungan hidup mereka dan merupakan bentuk adaptasi terhadap lingkungan yang khas. Kota Cirebon dikenal sebagai salah satu simpul utama jejaring distribusi ekonomi di Nusantara. Kota tersebut juga telah menciptakan jejaring kebudayaannya sendiri, sehingga berbagai fenomena kebudayaan beserta transformasi sosialnya acap muncul dalam bentuk yang berbeda dengan pusatpusat kebudayaan arus besar (mainstream), baik kebudayaan (dan bahasa) Sunda atau pun Jawa. Dalam perspektif budaya, bahasa, dan entitas, masyarakat Cirebon memiliki perbedaan dengan masyarakat di daerah Priangan lainnya, meski secara administratif termasuk ke dalam Provinsi Jawa Barat. Di samping itu, di daerah Cirebon pun terdapat masyarakat adat yang dapat dijadikan sebagai obyek penelitian sejarah lokal. Saat memperhatikan kondisi sosial budaya tersebut, maka meneliti tentang masyarakat adat pada masyarakat Cirebon menarik dilakukan. Masyarakat kampung Benda Kerep merupakan suatu perkampungan yang berada di wilayah Kelurahan Argasunya, Kecamatan Harjamukti, Kota Cirebon. Jarak dari pusat Kota Cirebon kurang lebih 8 kilometer. Satu hal menarik dari masyarakat Kampung Benda Kerep ialah sikap mereka dalam mempertahankan nilai-nilai tradisi yang telah diwariskan dari para leluhurnya, meskipun secara geografis dan sosial sebenarnya mereka tidak terisolir dari masyarakat Cirebon yang ada di sekitarnya. Ruyadi (2010, Hlm. 582) mengungkapkan bahwa tradisi yang berkenaan kepercayaan dan ritual agama Islam yang sampai kini masih dilakukan setiap tahun dalam masyarakat Kampung Benda Kerep, antara lain: (1) Haolan, (2) Muludan, dan (3) Syawalan. Pelaksanaan upacara tradisi haolan,

3 muludan, dan syawalan yang secara rutin dilakukan secara turun-temurun saling memperkuat terbentuknya nilai tradisi pada masyarakat Kampung Benda Kerep. Dalam skripsi Lutfatulatifah dikemukakan bahwa masyarakat Kampung Benda Kerep taat kepada aturan-aturan yang telah dibuat. Aturan itu antara lain tidak diperkenankan memiliki televisi dan radio, tidak memakai speaker atau pengeras suara di masjid dan menolak pembangunan jembatan untuk akses menuju kampung adat. Selain itu, masyarakatnya dikenal taat terhadap nilai-nilai Islam. Ketaatan ini tampak dari cara berpakaian seperti laki-laki yang selalu mengenakan sarung dan peci, sedangkan untuk perempuan selalu mengenakan kain samping atau sarung dan kerudung (Lutfatulatifah, 2015, Hlm. 1). Masyarakat kampung Benda Kerep menolak adanya televisi dan radio. Karena itu, tiada satu warga pun yang memiliki dan menggunakan televisi dan radio. Sikap tersebut berlandaskan pada keinginan untuk mencegah munculnya pengaruh negatif budaya luar yang dapat masuk melalui media televisi dan radio. Dengan demikian, langkah tersebut diharapkan dapat menutup asupan budaya dari luar terhadap individu dan masyarakat setempat, meminimalisir terjadinya proses asimilasi budaya, memudahkan usaha untuk menjaga kebudayaan yang mereka agungkan, dan menciptakan sinkronisasi budaya dalam masyarakat Kampung Benda Kerep. Selain merasa khawatir jika budaya mereka tergerus, terdapat hal yang lebih penting lagi di masyarakat Kampung Benda Kerep yakni kelekatan nilainilai dan sendi-sendi ajaran Islam yaitu ajaran sufistik yang diajarkan oleh Mbah Soleh sebagai leluhur dari masyarakat Kampung Benda Kerep. Menurut pendapat Kiai Miftah putra dari Kiai Faqih atau keturunan keempat dari Mbah Soleh, menjelaskan bahwa Mbah Soleh berasal dari keturunan Keraton Kanoman yakni keturunan ke-13 dari Syeh Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung Jati) Cirebon. Namun ada persepsi lain yang mengatakan Mbah Soleh adalah keturunan ke-12 dan keturunan ke sembilan. Masyarakat Kampung Benda Kerep adalah masyarakat yang terisolasi atau terbelakang, akan tetapi hal itu tidak menjadi masalah masyarakatnya. Menurut pandangan mereka, lebih baik terisolasi namun kaya iman daripada hidup modern namun miskin spiritual. Itu sebabnya, meski mendapat sejumlah kritik dan ejekan, namun masyarakat Kampung Benda Kerep tetap bersikukuh mengapresiasi dan menjunjung tinggi budaya setempat dan nilai-nilai syariat Islam yang dijalankan.

4 Berdasarkan hal tersebut, penulis merasa tertarik untuk melakukan sebuah penelitian. Penelitian ini dinilai penting untuk dikaji dengan tujuan untuk melihat dampak Modernisasi Terhadap Kehidupan Masyarakat Kampung Benda Kerep. Adapun alasan penulis membuat batasan periode pada tahun 1980 sampai tahun 2000, yaitu karena pada tahun 1980 untuk pertama kalinya aliran listrik masuk di area Kampung Benda Kerep. Awalnya masyarakat setempat menolaknya, namun melalui pendekatan persuasif dan setengah dipaksa pada akhirnya aliran listrik sudah masuk, meskipun belum yakin digunakan masyarakat. Pada tahun 2000, bergulir program pembangunan jembatan penghubung, namun masyarakat setempat pun menolaknya. Tentu saja hal ini unik. Sebab, ketika sejumlah masyarakat di berbagai daerah mendambakan proses modernisasi dalam bentuk pembangunan infrastruktur untuk kemudahan hidup, masyarakat Kampung Benda Kerep malah tampak menolaknya. Karena itu, dalam penelitian ini, penulis akan meneliti hal itu dengan judul Dampak Modernisasi Terhadap Kehidupan Masyarakat Kampung Benda Kerep Kota Cirebon Tahun 1980-2000. 1.2 Rumusan Masalah Rumusan masalah penelitian ini ialah Bagaimana dampak modernisasi terhadap kehidupan masyarakat Kampung Benda Kerep Kota Cirebon tahun 1980-2000? Rumusan masalah tersebut akan dibatasi dalam beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut : 1. Bagaimana latar belakang kehidupan masyarakat Kampung Benda Kerep? 2. Bagaimana modernisasi yang terjadi pada masyarakat Kampung Benda Kerep? 3. Apa sajakah perubahan-perubahan di Kampung Benda Kerep sebagai akibat terjadinya modernisasi? 4. Bagaimana usaha masyarakat setempat dalam menjaga keberlangsungan adat istiadat Kampung Benda Kerep?

5 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan dan batasan masalah di atas, maka tujuan penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut: 1. Menjelaskan latar belakang kehidupan masyarakat Kampung Benda Kerep. 2. Menjelaskan proses modernisasi pada masyarakat Kampung Benda Kerep. 3. Menjelaskan perubahan-perubahan di Kampung Benda Kerep sebagai akibat terjadinya modernisasi. 4. Menjelaskan usaha masyarakat setempat dalam menjaga keberlangsungan adat istiadat Kampung Benda Kerep. 1.4 Manfaat Penelitian Adapun manfaat penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut: 1. Menambah khazanah penulisan sejarah lokal mengenai Kota Cirebon dan khususnya Kampung Benda Kerep. 2. Menjadi dokumen yang berharga bagi masyarakat Kampung Benda Kerep. 3. Menjadi referensi bagi Satuan Pendidik Sekolah Menengah Atas/ Madrasah Aliyah dalam mempelajari sejarah lokal Kota Cirebon. 1.5 Struktur Organisasi Skripsi Skripsi ini disusun dalam bentuk penyajian sebagai berikut : Bab I Pendahuluan. Bab ini terdiri atas latar belakang masalah yang menjelaskan latar belakang permasalahan yang akan diteliti, juga mengenai rumusan masalah yang akan diteliti, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organisasi skripsi. Pada bab ini, penulis menjelaskan bagaimana ketertarikan awal penulis dalam penulisan skripsi ini yang dijelaskan dalam latar belakang. Pembatasan masalah yang akan diteliti oleh penulis dijelaskan dalam rumusan masalah, dimana rumusan masalah tesebut dijadikan acuan dalam penelitian skripsi ini agar pembahasan skripsi ini lebih terarah. Bab II Kajian Pustaka. Bab ini berisi pemaparan tentang sumber literatur yang digunakan penulis sebagai referensi yang relevan dalam penelitian skripsi ini baik berupa buku ataupun penelitian terdahulu bagi penulisan Dampak Modernisasi Terhadap Kehidupan Masyarakat Kampung Benda Kerep Kota

6 Cirebon Tahun 1980-2000. Pada bab ini penulis juga mengemukakan beberapa konsep yang dipakai dalam penulisan skripsi terutama dalam memaparkan pembahasan atau inti dari penulisan skripsi ini. Teori dan konsep yang penulis gunakan pada bab II ini dijadikan sebagai landasan berfikir penulis dalam penyusunan skripsi ini. Bab III Metode Penelitian. Bab ini membahas mengenai langkah-langkah penelitian, metode, pendekatan dan teknik yang penulis gunakan dalam penelitian. Hal ini penulis gunakan sebagai acuan dalam melakukan penlitian. Dalam bab ini penulis memaparkan mengenai langkah penelitian dari awal persiapan sampai penelitian berakhir. Tahapan ini meliputi pemilihan topik yang sesuai, mengusut semua evidensi (bukti) yang relevan dengan topik, membuat catatan tentang apa saja yang dianggap penting dan relevan dengan topik yang ditemukan ketika penelitian sedang berlangsung, mengevaluasi secara kritis semua evidensi yang telah dikumpulkan (kritik sumber) yang di dalamnya termasuk kritik internal dan eksternal, menyusun hasil-hasil penelitian (catatan fakta-fakta) ke dalam suatu pola yang benar dan berarti yaitu sistematika tertentu yang telah disiapkan sebelumnya dan menyajikannya dalam suatu cara yang dapat menarik perhatian dan mengkomunikasikannya kepada para pembaca sehingga dapat dimengerti. Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan. Bab ini bagian utama skripsi. Isinya menjelaskan pokok-pokok permasalahan yang telah disusun dalam Rumusan Masalah pada Bab I. Bagian ini berisi uraian tentang Dampak Modernisasi Terhadap Kehidupan Masyarakat Kampung Benda Kerep Kota Cirebon Tahun 1980-2000. Dalam bab ini penulis menguraikan jawaban dari rumusan masalah melalui data-data penelitian yang telah diolah dan dianalisis sebelumnya. Bab V Simpulan dan Saran. Bagian ini adalah penutup skripsi. Penulis bukan hanya mengemukakan beberapa simpulan sebagai jawaban atas beberapa pertanyaan dalam rumusan masalah dan inti pembahasan Bab IV, melainkan juga mengemukakan sejumlah saran dari penulis kepada pihak-pihak terkait.