BAB I PENDAHULUAN. mendidik anak-anak bangsa untuk taat kepada hukum (Azizy, 2003: 3).

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu wadah yang didalamnya terdapat suatu

2016 PENGARUH PELAKSANAAN FULL DAY SCHOOL TERHADAP INTERAKSI SOSIAL DAN SOSIALISASI ANAK DI LINGKUNGAN MASYARAKAT

BAB I PENDAHULUAN. hidup yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan individu.

BAB I PENDAHULUAN. cinta kasih, dan penghargaan terhadap masing-masing anggotanya. Dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. memiliki pengetahuan dan keterampilan serta menguasai teknologi, namun juga

Pendidikan merupakan proses untuk membantu manusia dalam mengembangkan potensi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan satu dari sekian banyak hal yang tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi seperti sekarang ini akan membawa dampak diberbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN. adalah generasi penerus yang menentukan nasib bangsa di masa depan.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan zaman yang semakin modern terutama pada era

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. merupakan wahana dalam menerjemahkan pesan-pesan konstitusi serta sarana

BAB I PENDAHULUAN. kualitas pendidikan bangsa, mulai dari pembangunan gedung-gedung,

BAB I PENDAHULUAN. merubah dirinya menjadi individu yang lebih baik. Pendidikan berperan

BAB I PENDAHULUAN. mencapai suatu tujuan cita-cita luhur mencerdaskan kehidupan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pendidikan mampu manghasilkan manusia sebagai individu dan

BAB I PENDAHULUAN. dengan peserta didik dalam situasi intruksional edukatif. Melalui proses belajar

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan suatu proses yang kompleks dan. melibatkan berbagai aspek yang saling berkaitan. Oleh karena itu untuk

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan bangsa Indonesia untuk menciptakan manusia yang berilmu, cerdas dan terampil di lingkungan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan matematika dapat diartikan sebagai suatu proses yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan sebagai upaya dasar yang dilakukan oleh keluarga, masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. dan pengembangan potensi ilmiah yang ada pada diri manusia secara. terjadi. Dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kelas, tapi seorang guru juga harus mampu membimbing, mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sikap, perilaku, intelektual serta karakter manusia. Menurut Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

2015 IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 PADA MATA PELAJARAN PPKN UNTUK PEMBINAAN KARAKTER SISWA

BAB I PENDAHULUAN. yang diharapkan. Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. hidup (life skill atau life competency) yang sesuai dengan lingkungan kehidupan. dan kebutuhan peserta didik (Mulyasa, 2013:5).

BAB I PENDAHULUAN. pada peradaban yang semakin maju dan mengharuskan individu-individu untuk terus

BAB I PENDAHULUAN. rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Upaya mewujudkan pendidikan karakter di Indonesia yang telah

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. karena belajar merupakan kunci untuk memperoleh ilmu pengetahuan. Tanpa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. untuk memajukan kesejahteraan bangsa. Pendidikan adalah proses pembinaan

BAB I PENDAHULUAN. Krisis Multidimensional, (Jakarta: PT Bumi Aksara.2011), Hlm. 14.

I. PENDAHULUAN. timbul pada diri manusia. Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 Bab 1 Pasal 1

BAB 1 PENDAHULUAN. murid, siswa, mahasiswa, pakar pendidikan, juga intektual lainnya.ada

BAB I PENDAHULUAN. Dari ketiga hal tersebut terlihat jelas bahwa untuk mewujudkan negara yang

BAB I PENDAHULUAN. hidup dan kehidupan manusia, begitu pula dengan proses perkembangannya.

BAB I PENDAHULUAN. bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,

BAB I PENDAHULUAN. manusia Indonesia, yaitu manusia yang mampu berfikir tinggi dan kreatif,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan teknologi yang semakin cepat menuntut sumber daya

VARIASI PENATAAN KELAS DALAM UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS KELAS IV SD N 02 LEMAHBANG KECAMATAN JUMAPOLO

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas dan mutu pendidikan. Oleh karena itu setiap tenaga

BAB I PENDAHULUAN. dan kecerdasan intelektualnya agar menjadi manusia yang terampil, cerdas,

I. PENDAHULUAN. positif dan negatif pada suatu negara. Orang-orang dari berbagai negara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Era informasi dan globalisasi yang terjadi saat ini, menimbulkan

I. PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan nasional yang dirumuskan dalam Undang-undang nomor 20 tahun

BAB I PENDAHULUAN. menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Undang-undang

Judul BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Implementasi Kurukulum 2013 Pada Pembelajaran PAI Dan Budi Pekerti

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan yang amat penting dalam suatu negara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembentukan kepribadian manusia Indonesia seutuhnya, diperlukan proses

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional kabupaten hingga diimplementasikan langsung disekolah

I. PENDAHULUAN. beradaptasi dengan lingkungan dan mengantisipasi berbagai kemungkinan

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lebih baik. Oleh Karena itu, pendidikan secara terus-menerus. dipandang sebagai kebutuhan yang mendesak.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan dilahirkan manusia-manusia yang berkualitas yang akan membangun dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Beralihnya masyarakat kita dari masyarakat yang masih sederhana

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana yang tertuang dalam Undang Undang Nomor 20 tahun negara yang demokratis dan bertanggung jawab.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Skripsi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Matematika

BAB I PENDAHULUAN. berubah dari tradisional menjadi modern. Perkembangan teknologi juga

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kedudukan guru mempunyai arti penting dalam pendidikan. Arti penting itu bertolak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu sendi kehidupan. Melalui pendidikan,

BAB I PENDAHULUAN. tingkat lokal, nasional, maupun internasional. Persoalan yang muncul di

BAB I PENDAHULUAN. tingkah laku yang baik. Pada dasarnya pendidikan merupakan proses untuk

BAB I PENDAHULUAN. peradaban yang lebih sempurna. Sebagaimana Undang Undang Dasar Negara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Indonesia sebagai suatu bangsa yang sedang giat-giatnya

BAB I PENDAHULUAN. segala bidang khususnya di dunia usaha sangat begitu ketat dan diikuti dengan

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah Dasar (SD) Negeri Wirosari memiliki visi menjadikan SD

BAB I PENDAHULUAN. sebab itu hampir semua negara menempatkan pendidikan sebagai suatu hal yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang MasalahPendidikan di Indonesia diharapkan dapat

BAB I PENDAHULUAN. Global artinya seluas dunia (world wide), sedangkan prosesnya disebut

BAB I PENDAHULUAN. maupun warga di luar sekolah yaitu orang tua, akademisi, dan pihak pihak lain.

BAB 1 PENDAHULUAN. berkontribusi terhadap peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM)

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan formal, dalam mewujudkan tujuan pendidikan nasional melalui. pasal 4 tentang sistem pendidikan nasional bahwa:

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Suatu proses pendidikan tidak lepas dari Kegiatan Belajar Mengajar

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Dalam konteks kebangsaan, pendidikan berperan untuk menyiapkan

BAB I PENDAHULUAN. yang demokratis serta bertanggung jawab. diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan optimal sesuai dengan potensi pribadinya sehingga menjadi

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembentukan manusia sempurna melalui pendidikan, di dalam pendidikan berlaku

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha membina kepribadian dan kemajuan manusia

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pendidikan bertujuan untuk menjadikan manusia

BAB I PENDAHULUAN. sampai kapanpun, sepanjang ada kehidupan manusia di dunia ini.

SKRIPSI. Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai. Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Akuntansi. Diajukan oleh : ARIYANTI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sesuatu yang sangat penting dan merupakan

PENGELOLAAN SEKOLAH DASAR STANDAR NASIONAL Studi Situs Di SD Negeri Karangtowo 1 Kecamatan Karang Tengah Kabupaten Demak TESIS

BAB I PENDAHULUAN. usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan di Indonesia dinilai banyak kalangan mengalami kegagalan. Kondisi ini ada benarnya apabila dilihat kondisi yang terjadi di masyarakat maupun dari tayangan berbagai media, baik yang dilakukan oleh orang awam maupun orang yang terdidik. Hal ini terjadi karena rendahnya moral maupun ketaatan terhadap hukum. Ini berarti pendidikan belum mampu mendidik anak-anak bangsa untuk taat kepada hukum (Azizy, 2003: 3). Permasalahan pendidikan ini menimbulkan banyak kritik dari para ahli maupun pengamat pendidikan, sehingga perlu adanya perubahan paradigma di bidang pendidikan. H.A.R. Tilaar dalam (Azizy, 2003: 8-12) menyampaikan sistem pendidikan nasional mengandung beberapa kelemahan antara lain: Pertama, sistem pendidikan yang kaku dan sentralistik, sistem ini hanya akan melahirkan otoriterisme, menjadikan lembaga-lembaga sekolah sebagai pencetak robot-robot tanpa mampu mengembangkan kreatifitas. Kedua, tidak ada pemberdayaan masyarakat, masyarakat hanya dijadikan obyek oleh penguasa yang dianggap tidak mempunyai daya dan upaya menentukan jenis dan bentuk pendidikan yang sesuai dengan kebutuhannya sendiri. 1

2 Ketiga, tumbuhnya budaya KKN dan melemahnya atau hilangnya budaya prestasi dan profesionalisme. Keempat, terbelenggunya guru dan dijadikannya guru sebagai bagian dari alat birokrasi sehingga membelenggu profesionalisme. Kelima, pendidikan yang ada tidak berorientasi pada pembentukan kepribadian, namun lebih pada proses pengisian otak (kognitif) pada anak didik. Hal ini menyebabkan etika, budi pekerti, atau akhlak anak didik tidak pernah menjadi perhatian atau ukuran utama dalam kehidupan baik di dalam maupun di luar sekolah. Keenam, anak tidak pernah dididik atau dibiasakan untuk kreatif dan inovatif serta berorientasi pada keinginan untuk tahu, anak hanya dipaksa untuk menghafal dan menerima apa yang dipaketkan guru, anak tidak ada ruang untuk berpikir dan berinovasi, apalagi sampai menemukan sesuatu yang baru. Kualitas pendidikan di Indonesia juga mengalami keterpurukan. Kualitas sistem manajemen pendidikan di Indonesia ternyata menduduki peringkat terbawah di tingkat Asia. Peringkat teratas diduduki oleh Korea Selatan, disusul Singapura, Jepang dan Malaysia. Mutu sumber daya manusia (SDM) Indonesia berada di peringkat ke 109 dari 173 negara (Sumahamijaya, 2003:15). Kemajuan suatu bangsa diukur dari tingkat pendidikannya. Untuk itu peningkatan kualitas di bidang pendidikan menjadi suatu keharusan yang tidak bisa ditawar-tawar, karena dunia sekarang ini ditandai dengan persaingan dan

3 kompetisi. Menurut Tilaar (2002: 24) ada empat faktor yang menentukan tingkat daya saing seseorang atau suatu masyarakat yaitu inteligensi, informasi, ide baru, dan inovasi. Ciri-ciri SDM yang berkualitas unggul adalah yang berkarakter mandiri, berwatak kerja keras, tekun belajar dan menghargai waktu, pantang menyerah dalam menghadapi berbagai tantangan dan kesulitan, selalu proaktif dalam mencari dan menemukan solusi atas masalah-masalah yang dihadapi. SDM yang bermental mandiri adalah SDM yang energik, dinamis dan produktif, selalu bertindak efektif dan efisien, dan mempunyai visi dan misi yang jelas, terencana, terarah, serta siap bersaing menyongsong masa depan yang penuh dengan tantangan dan persaingan, siap menghadapi resiko serta percaya diri (Sumahamijaya, 2003:9). Kondisi karakter siswa juga menjadi sorotan dari berbagai pihak. Pasal 3 Undang-undang No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional jelas sekali bahwa pendidikan nasional bertujuan membentuk watak untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Menurut Khan (2010: 2) ada empat jenis karakter dan dilaksanakan dalam proses pendidikan yaitu: (1) pendidikan karakter berbasis nilai religius; (2) pendidikan karakter berbasis nilai budaya; (3) pendidikan karakter berbasis lingkungan; (4) pendidikan karakter berbasis potensi diri.

4 Dunia globalisasi saat ini mensyaratkan terciptanya sumber daya manusia yang unggul, sehingga dunia pendidikan berpikir keras sekaligus cerdas dalam memajukan lembaga pendidikan. Banyak lembaga pendidikan berdiri untuk menjawab tantangan zaman yang semakin maju dan berkembang. Namun dari lembaga-lembaga pendidikan itu belum menunjukkan keberhasilan. Pemahaman dan pandangan tentang mutu pendidikan selama ini sangat beragam. Orang tua memandang pendidikan yang bermutu adalah lembaga pendidikan yang megah, gedung sekolah yang kokoh, taman sekolah yang indah dan seterusnya. Para ahli memandang pendidikan bermutu adalah sekolah yang siswanya banyak menjadi pemenang dalam berbagai lomba atau olimpiade di tingkat nasional, regional, maupun internasional. Sekolah yang bermutu adalah sekolah yang memberikan mata pelajaran bahasa asing bagi anak-anaknya. Orang kaya tentu memiliki pandangan yang berbeda pula. Pendidikan yang bermutu adalah pendidikan yang diperoleh anaknya dengan membayar uang sekolah yang tinggi untuk memperoleh berbagai paket kegiatan ekstra kurikuler. Salah satu model pendidikan untuk mengatasi permasalahan di atas yaitu yang menerapkan sistem full day school. Sekolah yang bersistem full day school tidak hanya berbasis sekolah formal, namun juga informal. Kata full day school berasal dari bahasa Inggris. Full berarti penuh, dan day berarti hari, sedang school berarti sekolah. Jadi pengertian full day school adalah sekolah sepanjang hari atau proses belajar mengajar yang dilakukan mulai pukul

5 06.45-15.00 dengan durasi istirahat setiap dua jam sekali (Baharuddin, 2009:227). Munculnya sistem pendidikan ini tidak terlepas dari keprihatinan kita semua ketika menyaksikan fenomena yang terjadi di masyarakat yang menjurus hal-hal yang negatif seperti tawuran antar pelajar, narkoba, minuman keras dan sebagainya, terutama bagi orang tua yang disibukkan oleh pekerjaan sehingga tidak mampu mengawasi pergaulannya. Kemerosotan akhlak budi pekerti ini akan membahayakan terhadap masa depan dirinya sekaligus bangsa dan negara. Proses pembelajaran full day sejalan dengan paradigma baru dalam bidang pembelajaran yaitu dari teaching (mengajar) menjadi learning (belajar). Dengan perubahan ini proses pendidikan menjadi proses bagaimana belajar bersama antara guru dan anak didik, sehingga lingkungan sekolah akan tercipta learning society (masyarakat belajar). Paradigma ini sesuai dengan visi pendidikan versi Unesco yaitu pertama, learning to think (belajar berpikir); kedua, learning to do (belajar berbuat); ketiga, learning to live together (belajar hidup bersama); learning to be (belajar menjadi diri sendiri). ( Sidi, 2001: 26) Sistem pembelajaran full day school mengaplikasikan antara kurikulum nasional dan kurikulum agama. Kurikulum yang disusun disesuaikan dengan perkembangan kepribadian anak. Hal ini sejalan dengan implementasi kurikulum tingkat satuan pendidikan yang berusaha menyampaikan pesan-pesan kurikulum kepada peserta didik untuk

6 membentuk kompetensi sesuai dengan karakteristik dan kemampuannya. (Mulyasa, 2009: 178) Implementasi kurikulum menuntut kemandirian guru dan kepala sekolah untuk membangun lingkungan yang kondusif, baik secara fisik maupun nonfisik. Lingkungan sekolah yang aman, nyaman, dan tertib, serta kegiatan-kegiatan yang terpusat pada peserta didik sangat mendukung terciptanya iklim yang dapat membangkitkan semangat belajar. Lingkungan yang kondusif menjadi faktor pendorong yang dapat memberikan daya tarik tersendiri bagi proses belajar, sebaliknya lingkungan yang kurang menyenangkan akan menimbulkan kejenuhan dan rasa bosan. Untuk membentuk kepribadian mandiri pada peserta didik maka pada proses pembelajaran, mensyaratkan guru yang mampu mengembangkan proses mengajar yang berkesan dengan menggunakan pendekatan dan metode yang tepat dan efektif. Guru yang efektif bagi sekolah mesti memiliki kemampuan dan keterampilan profesional dalam teknik mengajar dengan memahami dan menguasai dasar-dasar psiko-edukatif dan tekno-pedagogis. Indikator utama seorang guru yang efektif antara lain mereka (peserta didik) bergairah dalam mempelajari materi yang menjadi tanggung jawabnya. Selain itu juga memiliki kemampuan dalam mengelola kelas sehingga suasana belajar menjadi kondusif, menyenangkan, menantang, dan penuh gairah dalam mencapai suatu prestasi. Berbagai latar belakang masalah di atas membuat peneliti merasa tertarik dan memiliki rasa keingintahuan yang mendalam berkaitan dengan

7 proses pembelajaran yang ada di Madrasah Ibtidaiyah Negeri Wonogiri. Maka dari itu penulis mencoba untuk meneliti dalam bentuk tesis yang berjudul Pengelolaan Pembelajaran Full Day School di Madrasah Ibtidaiyah Negeri Wonogiri. B. Fokus Penelitian Fokus dalam penelitian ini adalah bagaimana Pengelolaan Pembelajaran Full Day School di Madrasah Ibtidaiyah Negeri Wonogiri Kabupaten Wonogiri. Dari fokus tersebut dapat dijabarkan menjadi 2 subfokus. 1. Bagaimana perencanaan pembelajaran fullday school di MIN Wonogiri? 2. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran fullday school di MIN Wonogiri? C. Tujuan Penelitian 1. Untuk mendeskripsikan perencanaan pembelajaran fullday school di MIN Wonogiri. 2. Untuk mendeskripsikan pelaksanaan pembelajaran fullday school di MIN Wonogiri. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat teoritis a. Perencanaan pembelajaran yang berkualitas. b. Untuk menambah pengetahuan dan wawasan mengenai desain program pembelajaran full day school.

8 c. Hasil penelitian ini dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan tentang proses pembelajaran. 2. Manfaat Praktis a. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan referensi bagi guru yang membutuhkan. b. Hasil penelitian ini juga dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi lembaga sekolah untuk membuat desain pembelajaran yang berkualitas. c. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi dalam menumbuhkan sikap kemandirian siswa. E. Daftar Istilah 1. Pengelolaan adalah proses untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, baik tujuan jangka pendek, menengah, maupun tujuan jangka panjang. 2. Pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalam mendesain instruksional, untuk membuat siswa belajar secara aktif, yang menekankan pada penyediaan sumber belajar. 3. Full Day School berasal dari bahasa Inggris yaitu full artinya penuh, day artinya hari, school artinya sekolah. Jadi pengertian full day school adalah sekolah sepanjang hari atau proses belajar mengajar yang dilakukan mulai pukul 06.45 15.00 dengan durasi istirahat setiap dua jam sekali. Dengan demikian sekolah dapat mengatur jadwal pelajaran dengan leluasa, disesuaikan dengan bobot mata pelajaran dan ditambah dengan pendalaman materi atau pengembangan diri.