BAB I PENDAHULUAN. whistleblower. Beberapa dekade terakhir istilah whistleblower menjadi makin. pemukul kentongan, atau pengungkap fakta.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. membuat akuntan publik riskan terhadap godaan-godaan dan resiko, sehingga

(Studi Persepsi Mahasiswa Akuntansi Kota Bandung) Pengaruh Sensitivitas Etis, Professional Identity, dan Locus of Control

BAB I PENDAHULUAN. untuk melakukan berbagai upaya mencegah hal tersebut. Menurut penelitian yang

BAB I PENDAHULUAN. WorldCom terkait dengan laporan adanya tindakan tidak etis yang dilaporkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Isu etika dalam dunia bisnis dan profesi mulai semakin menjadi perhatian

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan tersebut (Mesmer-Magnus & Viswesvaran, 2005). Pada kasus

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Setiap orang dituntut untuk memiliki perilaku jujur dalam melakukan pekerjaan yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. besar. Berdasarkan penelitian Corruption Perception Index (CPI) tahun 2015

BAB 1 PENDAHULUAN. Kebutuhan akan penerapan suatu bisnis yang tidak hanya mengutamakan

BAB I PENDAHULUAN. memberikan opini atau pendapat tentang kewajaran penyajian laporan

BAB I. melanggar dimensi moral dan etika bisnis itu sendiri, termasuk profesi. Masalah etika menjadi perhatian yang sangat penting bagi masyarakat

repository.unisba.ac.id BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Bank syariah adalah suatu lembaga keuangan yang usaha pokoknya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berbagai kasus pelanggaran etika di bidang akuntansi yang melibatkan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. sampai sejauh mana kriteria audit dipenuhi (SNI ). Perusahaan harus

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu bentuk organisasi akuntan publik yang. memperoleh izin sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berusaha

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Profesi akuntan publik memiliki peranan penting dalam melakukan

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi saat ini banyak terjadi kasus-kasus hukum yang

BAB 1 PENDAHULUAN. telah meningkat belakangan ini, terlebih setelah kasus skandal-skandal khususnya

BAB I PENDAHULUAN. keuangan adalah relevan (relevance) dan dapat diandalkan (reliable). Kedua

BAB I PENDAHULUAN. Pemakai informasi akuntansi diklasifikasikan menjadi dua yaitu pihak internal dan

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan keraguan di kalangan masyarakat. Berbagai faktor yang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. akuntansi. Pemakai informasi akuntansi diklasifikasikan menjadi dua. kreditor, dan investor atau calon investor.

BAB I PENDAHULUAN. di dalam bidang bisnis. Ada dua tanggung jawab akuntan publik dalam

BAB I PENDAHULUAN. keuangan yang telah diaudit oleh akuntan publik kewajarannya lebih dapat

BAB I PENDAHULUAN. ini dikarenakan sejalan dengan berkembangnya berbagai badan usaha atau

BAB I PENDAHULUAN. memperhatikan interaksinya dan aspek-aspek kehidupan nasional. BUMN harus. bidang pengendalian dan pengawasan, Wardoyo (2010)

BAB I PENDAHULUAN. dikarenakan banyak perusahaan besar melakukan kecurangan seperti penipuan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Dalam era globalisasi ini, dunia bisnis semakin berkembang disertai

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dan pemakai laporan keuangan (Sarwini dkk, 2014). pengguna laporan audit mengharapkan bahwa laporan keuangan yang telah

BAB I PENDAHULUAN. pada laporan keuangan perusahaan terutama yang berbentuk Perseroan Terbatas,

BAB I PENDAHULUAN. para akuntan masih buruk. Pelanggaran-pelanggaran tersebut membuat timbulnya

BAB I PENDAHULUAN UKDW. bidang jasa. Jasa yang diberikan berupa jasa audit operasional, audit

BAB I PENDAHULUAN. pelanggaran akuntansi yang terjadi baik di dalam negeri maupun di luar negeri

Etika Profesi. Mia Fitriawati, M.Kom. 17/03/2016. Konsep. Etika Profesi merupakan pedoman nilai berperilaku yang disepakati pada tatanan suatu profesi

BAB 1 PENDAHULUAN. hidup orang banyak, maka sudah sepantasnya pemerintah dapat memberikan

BAB 1 PENDAHULUAN. Globalisasi membawa liberalisasi di segala bidang, termasuk liberalisasi

BAB I PENDAHULUAN. diperhadapakan pada berbagai persaingan yang sangat ketat, khususnya pada bidang bisnis UKDW

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Belakangan ini profesi akuntan publik menjadi bagian dari sorotan

BAB I PENDAHULUAN. Profesi di bidang akuntansi merupakan profesi yang penuh dengan masalah

BAB I PENDAHULUAN. Akuntan Indonesia (Indonesian Institute of Accountants) yang disingkat IAI.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Semakin meluasnya kebutuhan jasa professional akuntan publik sebagai

Piagam Audit Internal. PT Astra International Tbk

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam perkembangan dan kemajuan dunia binis. Akuntan bukan hanya sekedar

BAB 1 PENDAHULUAN. pengambilan keputusan oleh pihak-pihak yang berkepentingan.

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat dan pemakai laporan keuangan mengharapkan agar auditor dapat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Auditor merupakan profesi yang mendapat kepercayaan dari publik untuk

BAB I PENDAHULUAN. akuntan publik kewajarannya lebih dapat dipercaya dibandingkan laporan keuangan yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. Penyampaian opini merupakan hasil akhir dari pekerjaan seorang auditor.

BAB I PENDAHULUAN. dikuatkan dan diatur oleh perundang-undangan yang berlaku. Dengan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi informasi makin meluas dan peran teknologi

BAB I PENDAHULUAN. Tindak pidana korupsi di Indonesia hingga saat ini masih menjadi salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Seiring setelah terjadinya skandal-skandal besar dalam dunia bisnis

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN Teori Perilaku Terencana (Theory Of Planned Behavior)

BAB I PENDAHULUAN. etika profesi. Adanya etika profesi maka tiap profesi memiliki aturan-aturan khusus

BAB I PENDAHULUAN UKDW. menjalankan suatu profesi juga dikenal adanya etika profesi.

BAB I PENDAHULUAN. kinerja dengan pendekatan good governance. Semua aspek pemerintahan dalam

BAB I PENDAHULUAN. banyaknya perusahaan-perusahaan yang sudah go public dapat memicu

BAB I PENDAHULUAN. didasarkan pada prinsip-prinsip independensi dan profesionalisme. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. Kantor Akuntan Publik atas auditor internal di sebuah perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. dalam melaksanakan pemeriksaan akuntan, memperoleh kepercayaan dari klien

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Dalam perkembangan dunia bisnis yang semakin meningkat dari tahun ke

BAB I PENDAHULUAN. supremasi hukum. Namun, berdasarkan kondisi tersebut pemerintah masih tetap

BAB I PENDAHULUAN. laporan keuangan yang disajikan oleh manajeman dapat dipercaya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Salah satu manfaat dari jasa akuntan publik yaitu memberikan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kinerja auditor harus berpedoman pada Standar Profesional

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memecahkan permasalahan dalam penelitian Teori Perilaku Terencana (Theory Of Planned Behaviour)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG. Perkembangan etika sangat mempengaruhi kehidupan manusia dalam

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi sekarang ini, dimana bisnis tidak lagi mengenal batas negara,

BAB I PENDAHULUAN. merupakan alat informasi baik bagi pemerintah sebagai manajemen maupun alat

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Statement of Financial Accounting Concept (SFAC) No.2,

Piagam Audit Internal. PT Astra International Tbk

BAB I PENDAHULUAN. suatu perusahaan digunakan untuk menjamin kelangsungan hidup perusahaan dan

KASUS 1 ANALISIS ATAS CALON KLIEN AUDIT POTENSIAL PRAKTIKUM AUDITING

BAB I PENDAHULUAN. Kepercayaan dari masyarakat atas laporan keuangan yang di audit oleh akuntan

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia saat ini sudah banyak perusahaan-perusahaan yang semakin

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Seiring dengan pesatnya perkembangan dunia bisnis banyak pengusaha

BAB 1 PENDAHULUAN. Akuntan Publik adalah akuntan yang telah memperoleh izin dari menteri UKDW

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan. Pada sektor pemerintahan, menurut Hardjapamekas (2008), ada

BAB 1 PENDAHULUAN. laporan keuangan dimana profesi akuntan publik bertanggung jawab untuk

BAB I PENDAHULUAN. memadai saja yang dapat tumbuh dan bertahan. Setiap profesi dituntut untuk

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tentang kebutuhan yang beralasan dari laporan keuangan. Tingkat materialitas salah

BAB I PENDAHULUAN. menyajikan laporan hasil audit. Agar pemerintah puas dengan pekerjaan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Laporan keuangan merupakan sasaran utama bagi seorang auditor

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Seiring dengan meningkatnya kompetensi dan globalisasi, setiap profesi dituntut

BAB I PENDAHULUAN. bermunculan perusahaan-perusahaan besar yang menjual sahamnya kepada

BAB I PENDAHULUAN. laporan keuangan adalah relevan (relevance) dan dapat diandalkan (reliable). Kedua

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kantor akuntan publik merupakan sebuah organisasi yang bergerak di bidang

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan reputasi akuntan menjadi sorotan banyak pihak. Cukup banyak

BAB I PENDAHULUAN. persaingan antar perusahaan semakin meningkat, dan masalah yang dihadapi semakin UKDW

KD 5.1. Mendeskripsikan akuntansi sebagai sistem informasi

BAB I PENDAHULUAN. maupun eksternal perusahaan. Menurut Financial Accounting Standards

BAB I PENDAHULUAN. persaingan diantara para pelaku bisnis. Berbagai usaha untuk meningkatkan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Profesi Akuntan dan Auditor tentunya menjadi pilihan mahasiswa Akuntansi untuk meneruskan jenjang karirnya. Maraknya kasus-kasus keuangan membuat para calon Akuntan/Auditor tertarik untuk mendalami peran sebagai whistleblower. Beberapa dekade terakhir istilah whistleblower menjadi makin popular di Indonesia, terutama sejak munculnya Khairiansyah yang mengungkap kasus korupsi di Komisi Pemiihan Umum, dan kemudian Komisaris Jendral (Komjen) Pol. Susno Duadji yang mengungkap korupsi di instansi tempat mereka bekerja. Istilah whistleblower ini terkadang diartikan sebagai saksi pelapor, pemukul kentongan, atau pengungkap fakta. Di Indonesia sendiri, kesadaran terhadap pentingnya sistem pelaporan dan perlindungan terhadap whistlebower mulai meningkat. Beberapa lembaga seperti Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG) terus mempromosikan praktik-praktik tata kelola yang baik good governance, termasuk di sektor swasta. Perusahaan-perusahaan besar dan memiliki manajemen yang baik juga sudah mulai menerapkan sistem pelaporan untuk menerima laporan dari karyawan atau whistleblower. 1

2 Menurut A H Semedawai et al. 2011, dengan jelas merinci sejarah-sejarah kasus orang-orang Australia yang telah menghadapi dilemma etis dari whistleblower. Cerita-cerita mereka menjadi sebuah panduan, peringatan, dan inspirasi bagi sebagian dari kita yang mungkin menghadapi dilema semacam itu Penyalahgunaan keahlian dalam membuat informasi akuntan yang menyesatkan dan tidak benar untuk meraup keuntungan pribadi telah menimbulkan kerugian ekonomi masyarakat. O Leary dan Cotter (2000) dalam Tria Nandya (2015), mengatakan bahwa etika merupakan isu yang selalu berada di garis depan untuk dibahas dalam setiap diskusi yang berkaitan dengan profesionalisme dunia akuntansi dan auditing. Harahap (2008) di dalam Sugianto et al. (2010) menilai bahwa meski sejumlah profesi, termasuk profesi akuntansi memiliki etika profesi namun etika itu dibangun atas dasar rasionalisme ekonomi belaka, sehingga wajar etika tersebut tidak mampu menghindarkan manusia dari pelanggaran moral dan etika untuk mengejar keuntungan material. Akuntan/Auditor sebagai penyedia informasi seharusnya dapat menyediakan informasi yang dapat dipercaya. Kegagalan dalam menyediakan informasi dapat mengakibatkan kerugian bagi para pengguna laporan tertentu. Ketidak profesionalan dan pelanggaran etis akuntan merupakan pencerminan atas maraknya kasus pelanggaran akuntansi yang terjadi. Dengan adanya kasus-kasus tersebut, para regulator berusaha mengembalikan kepercayaan publik terhadap profesi akuntansi. Amerika Serikat menerbitkan Sarbanes Oxley (SOX) Act pada tahun 2002 dan di Indonesia sendiri tanggal 10 November 2008, Pedoman Sistem Pelaporan dan Pelanggaran (SPP) atau Whistleblowing System (WBS) diterbitkan

3 oleh Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG) yang mewajibkan para akuntan untuk melaporkan kecurangan manajemen kepada pihak pembuat kebijakan yang sesuai (Tria Nandya, 2015). Kasus yang memunculkan seorang whistleblower berlatar belakang seorang auditor di Indonesia yaitu Khairiansyah Salman yang dikenal karena berhasil membongkar kasus korupsi di Komisi Pemilihan Umum. Kairiansyah merupakan auditor Badan Pemeriksa Keuangan yang mengungkap dugaan korupsi dan penyuapan yang dilakukan oleh anggota KPU Mulyana W. Kusumah. Ia bersama rekan-rekannya diminta untuk mengeluarkan opini bebas korupsi atas pengadaan kotak suara pemilu dengan imbalan sejumlah uang dengan nominal besar. Khairiansyah menyatakan bahwa merasa bertanggungjawab untuk melaporkan tindak kecurangan tersebut karena konsekuensi yang dapat timbul dan hal ini dapat mencemarkan independensinya sebagai auditor (Tria Nandya, 2015). Pengungkapan kasus perbedaan penyimpanan dan kelompok usaha Grup Bakrie di PT. Bank Capital Indonesia Tbk terungkap atas adanya seorang whistleblower dari analisis yang melihat adanya kejanggalan dan mengungkapkan ke publik. Sebanyak tujuh emiten Grup Bakrie per 31 Maret 2010 mengklaim mempunyai dana total Rp. 9,07 Triliun, tetapi Bank Capital menyebutkan jumlah dana pihak ketiga perusahaan tersebut hanya sebesar Rp. 2,69 Triliun. Selain itu, pada tahun 2010, mantan Kabareskrim Polri Susno Duadji dianggap sebagai seorang Whistleblower pada kasus penggelapan pajak yang melibatkan beberapa petinggi Polri dan melibatkan pegawai Dirjen Pajak Gayus Tambunan. Selain kasus ini menimbulkan kerugian yang besar bagi Negara, kasus ini juga

4 menurunkan tingkat kepercayaan public terhadap intitusi terkait. (metrotvnews.com, 2010). Staley et al. yang dikutip Fultanegara didalam Risti dan Andri (2012) menyatakan bahwa whistleblowing yang dilakukan oleh akuntan merupakan salah satu cara terpenting untuk mendeteksi kecurangan, pemborosan dan penyalahgunaan wewenang atau sumber daya oleh perusahaan. Selain itu, whistleblowing system juga dapat berfungsi sebagai salah satu alat kontrol dan monitoring, yang dapat membantu meningkatkan perilaku etis dalam organisasi serta mendorong perubahan kultur organisasi negatif yang lebih baik. Namun, keberadan whistleblowing system pada perusahaan-perusahaan yang bertujuan untuk mencegah, mendeteksi dan mengungkap kejadian tindakan illegal belum berjalan efektif karena enggannya karyawan untuk menggunakan sistem tersebut. Kurangnya sensitivitas etis dan sifat personal lainnya mempengaruhi keefektifan whistleblowing (Samisara, 2015). Fakta bahwa pegawai yang lebih berpengalaman memiliki komitmen organisasi yang kuat yang lebih cenderung melaporkan kecurangan yang dapat membahayakan keberlangsungan organisasi mereka. Menurut Aranya, 1981 (dalam Elias,2008) komitmen profesi merupakan kesukaan yang dibentuk oleh individu terhadap profesinya. Pelanggaran etika yang terjadi di profesi akuntansi mengakibatkan terjadinya skandal keuangan dimana auditor dianggap turut berlibat, merupakan salah satu bentuk perhatian pada masalah etika. Pendidikan mengenai kepekaan

5 akan adanya sikap etis harus dilakukan dengan benar kepada mahasiswa akuntansi bahkan sebelum memasuki dunia kerja (Tria Nandya, 2015). Morris dan Kilian (2006) menyatakan bahwa budaya tidak etis dilingkungan mahasiswa terjadi disebabkan kurangnya pengetahuan, pemahaman serta kemauan untuk menerapkan nilai-nilai moral yang sudah mereka dapatkan dari keluarga maupun pendidikan formal dikampus. Menurut Shaub et al. (1993) didalam Sugiatnto et al. (2011), mahasiswa akuntansi yang akan dipersiapkan menjadi seorang akuntan atau auditr seharusnya lebih memiliki sensitivitas etis atau kemampuan untuk dapat dimengerti dan peka serta mengetahui permaslahan etika yang terjadi. Selain itu terdapat perbedaan hasil penelitian yang dilakukan mengenai pengaruh pemikiran etis dan persepsi whistleblowing yang dilakukan oleh Arnold dan Ponemon (1991) dalam Tria Nandya (2015) yang menyatakan bahwa tingakat pemikiran etis mempunyai hubungan positif terhadap kemampuan untuk mengetahui dan mengidentifikasi perilaku yang kurang pantas dengan Sugianto et al. (2011) yang mengungkapkan bahwa sensitivitas etis berhubungan terhadap persepsi dan keingian untuk melaporkan pelanggaran (whistleblowing) yang berarti bahwa seseorang yang memiliki sensitivitas etis menunjukkan keengganan untuk melakukan whistleblowing. Selain adanya sensitivitas etis yang mempengaruhi seorang akuntan atau auditor adalah Professional Identity. Profesional Identity dihubungkan pula dengan intensi untuk melakukan whistleblowing (tailor dan Curtis, 2010). Seseorang yang menjunjung tinggi Profesional Identity nya akan mendorong terbentuknya sikap patuh terhadap standar profesional dan kode etik yang berlaku

6 demi melindungi profesinya dan demi melindungi profesinya seseorang akan lebih merasa bertanggung jawab jika terjadi pelanggaran terhadap peraturan yang berlaku hingga menimbulkan intensi untuk melakukan whistleblowing (kreshastuti,2014). Hasil penelitiannya menyatakn bahwa identitas profesional positif dan signifikan mempengaruhi intensi auditor untuk melakukan whistleblowing. Spector (1982) berpendapatan bahwa Locus of Control merupakan variable utama untuk menjelaskan perilaku manusia dalam organisasi. Locus of Control adalah tingkatan dimana individu berkeyakinan bahwa hasil (peristiwa yang terjadi dalam kehidupannya) tergantung pada perilaku atau karakteristik pribadi mereka atau daam artian mengendaikan (Rotter, 1966). Rotter (1966) membedakan dua orientasi Locus of Control yaitu Locus of Control internal dan Locus of Control eksternal. (Tailor dan Curtis,2009) dalam penelitiannya menjelaskan bahwa Locus of Control yang merupakan bagian dari karakteristik personal menemukan bahwa semakin tinggi Locus of Control internal seseorang auditor akan memilih untuk melakukan tindakan whistleblowing dibandingkan dengan auditor yang memiliki Locus of Control eksternal yang tinggi. Oleh karena itu, penelitian ini juga bertujuan untuk mengkaji ulang hubungan tersebut dengan pengambilan objek penelitian dan pengambilan jumlah sampel yang lebih luas. Berdasaran uraian diatas, penelitian ini dimaksudkan untuk meneliti tentang faktor faktor yang mempengaruhi niat unuk melakukan

7 tindakan Whistleblowing, untuk itu penulis mengambil judul, Pengaruh Sensitivitas Etis, Professional Identity dan Locus Of Control terhadap Whistleblowing Intention (Studi Persepsi terhadap Mahasiswa Akuntansi di Kota Bandung). 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah diuraikan diatas, masalah yang akan diteliti selanjutnya dirumuskan dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut: 1. Bagaimana Pengaruh Sensitivitas Etis terhadap Whistleblowing Intention. 2. Bagaimana Pengaruh Professional Identity terhadap Whistleblowing Intention. 3. Bagaimana Pengaruh Locus of Control terhadap Whistleblowing Intention. 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka yang menjadi tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: 1. Pengaruh Sensitivitas Etis terhadap Whistleblowing Intention. 2. Pengaruh Professional Identity terhadap Whistleblowing Intention. 3. Pengaruh Locus of Control terhadap Whistleblowing Intention.

8 1.4 Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Teoritis Bagi peneliti lanjutan, dapat menjadi referensi untuk melanjutkan penelitian faktor-faktor yang mempengaruhi Whistleblowing Intention. Penelitian yang melibatkan perilaku Sensitivitas Etis, Professional Identity dan Locus of Control. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan literatur terkait Sensitivitas Etis, Proffesional Identity dan Locus of Control mengenai persepsi Mahasiswa Akuntansi khususnya di Kota Bandung terhadap Whistleblowing Intention. 1.4.2 Kegunaan Praktis 1. Bagi penulis Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan mengenai pengaruh sensitivitas etis, professional identity dan locus of control terhadap whistleblowing intention. 2. Bagi Mahasiswa Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran mahasiswa akauntansi tentang peran akuntan sebagai whistleblower dan standar etika yang harus dimiliki sebagai calon akuntan / auditor professional. Penelitian ini dapat mendorong adanya diskusi terkait dengan professionalisme dan etika bisnis.

9 3. Bagi Universitas Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi literatur terdahulu mengenai bidang auditing dan dapat menambah perhatian pihak pengajar terhadap pentingnya penanaman moral dan pengetahuan mengenai pengungkapan pelanggaran sejak dini. 4. Bagi Manajemen Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi pertimbangan dalam perekrutan auditor dan penanaman kesadaran pentingnya pengungkapan pelanggaran yang dilakukan di lingkungan pekerjaannya. 1.5 Sistematika Penulisan Penulisan ini menggunakan sistematika penulisan sebagai berikut: Bab I Pendahuluan Bab ini menguraikan tentang latar belakang, identifikasi masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, dan sistematika penulisan. Bab II Tujuan Pustaka, Kerangka Pemikiran Hipotesis Bab ini menjelaskan tentang landasan teori yang berhubungan dengan penelitian, penelitian terdahulu, kerangka pemikiran, dan pengembangan hipotesis. Bab III Metode Penelitian

10 Bab ini menguraikan tentang objek dan metode penelitian yang digunakan, definisi dan pengukuran variabel penelitian, sumber dan teknik pengumpulan data, populasi dan sampel, pemgujian instrumen penelitian dan pengujian hipotesis. Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan Bab ini akan menjelaskan tentang gambaran unit analisis, analisis hasil penelitian, analisis pengujian hipotesis dan pembahasan. Bab V Kesimpulan dan Saran Bab ini adalah bab terakhir dan menjadi penutup dari skripsi ini. Bab ini berisi kesimpulan dari hasil dan pembahasan penelitian dan saran- saran terhadap pengembangan teori dan aplikasi.