BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pekerja Seks Komersiil Umumnya telah diketahui bahwa sumber utama penularan penyakit hubungan seks adalah pekerja seks komersial, dengan kata lain penularan lewat prostitusi. Seperti diketahui prostitusi merupakan jalur hubungan seks dengan cara mendapat uang, dan dapat dijalankan oleh pria maupun wanita yang bersifat hetero maupun homoseksual. Kegiatan ini merupakan kesempatan untuk mengadakan hubungan seksual tanpa rasa takut adanya penolakan. Akan tetapi hal ini merupakan jalur luas yang sangat berperan dalam penularan penyakit seksual ( Kabulrachman, 1987 ). Dipandang dari segi social penyakit kelamin harus memiliki hubungan dengan masyarakat dan kebiasaan maupun hubungan dengan individu. Sikap dan tingkah laku yang cenderung tidak memikirkan akibat penyakit yang timbul nantinya dengan berganti ganti pasangan dalam berhubungan. Mereka hanya cenderung memikirkan berapa banyak pendapatan yang diperoleh dari pelanggan setiap harinya ( Ahmad P, 1987 ). B. Penyakit Menular Seksual
Penyakit seksual banyak ditemukan pada pekerja seks komersiil. Penyakit itu ditularkan melalui hubungan kelamin dengan pekerja seks tersebut yang selalu berganti ganti pasangan. Penyakit ini menyerang vagina atau saluran kencing (uretra) yang ditandai dengan rasa gatal dengan mengeluarkan keputihan yang berwarna kuning kehijauan, berbuih, dan berbau amis. Keputihan tersebut juga dapat disebabkan oleh parasit T. vaginalis. ( Hamzah M,1988 ). Infeksi T. vaginalis dapat terjadi secara primer dan sekunder. Secara primer dapat menimbulkan peradangan ringan pada penderita, sedangkan secara sekunder dapat memperburuk keadaan tempat yang sudah terinfeksi oleh faktor lain, jumlah bakteri, parasit dan kondisi vagina itu juga dapat mempengaruhi berat ringannya seseorang terinfeksi T. vaginalis ( Soedarto, 1990 ). C. Trichomoniasis Trichomoniasis biasanya menyerang vagina atau juga saluran kencing (uretra). Di tandai dengan rasa gatal mengeluarkan keputihan yang berwarna kuning kehijauan, berbuih, dan berbau amis ( Kabulrachman, 1987 ). 1. Penyebab Penyakit Trichomonas vaginalis merupakan parasit yang aktif bergerak karena memiliki flagellate yang berbentuk seperti piriform (buah peer) tidak berwarna. Parasit ini hanya dapat membentuk tropozoit yang berukuran kurang lebih 13 mikron sampai 18 mikron dan tidak mempunyai bentuk kista (Soedarto, 1990). a. Morfologi
Gambar Tropozoit T. vaginalis. (Garcia L S.,1998 ) Parasit ini memiliki bentuk seperti buah peer dengan ukuran antara 1 25 µm dan lebar 3 15 µm. Gerakan parasit ini adalah geraka memutar yang cepat. Alat gerak berupa flagel yang berada pada bagian posterior berjumlah 1 buah dan pada anterior sebanyak 3 5 buah. Stadium tropozoit merupakan satu-satunya stadium yang dimiliki oleh parasit ini dan bersifat infektif. Habitat parasit ini adalah pada vagina (wanita) dan saluran urethra (pria). Dalam pemeriksaan laboratorium sering terlihat dalam urine, sekret
urethra ataupun apusan sekret vagina. Gejala klinik yang sering muncul pada kasus infeksi ini adalah terjadinya leukorhea dan pruritus vulva atau uretra. b. Siklus hidup Pada wanita parasit ini di vagina sedangkan pada pria parasit ini di uretra dan prostat. Parasit in hidup dalam mukosa vagina dengan memakan bakteri dan sel leukosit T. vaginalis akan bergerak dengan cepat berputar putar diantara sel leukosit dan sel epitel dengan menggerakkan flagel anterior dan membran bergelombang. T. Vaginalis berkembang biak secara belah pasang longitudinal. Diluar habitatnya parasit ini mati pada suhu 50 C, tetapi dapat hidup selama 5 hari pada suhu 0 C. Dalam biakannya parasit ini mati pada ph kurang dari 4,9, inilah sebabnya parasit tidak dapat hidup di sekret vagina yang asam ( ph 3,8 4,4 ). Parasit initidak tahan terhadap desinfektan, zat pulasan dan antibiotik.
Gambar siklus hidup T. Vaginalis (Ilahude, Gandahusada,1998). c. Pencegahan Pengobatan penderita merupakan tindakan pencegahan agar penderita tidak menularkan penyakit kepada lawan jenisnya. Menjaga kebersihan pribadi dan alat alat toilet hendaknya dilakukan agar tidak terjadi penularan secara tidak langsung ( Soedarto, 1990 ). 2. Epidemologi Trichomoniasis vagina ditemukan dimana mana. Suatu penelitian menunjukan bahwa parasit ini ditemukan pada semua bangsa/ras dan pada semua musim. Sukar untuk menentukan frekuensi penyakit ini di suatu daerah atau negri, karena kebanyakan penelitian dilakukan pada golongan wanita hamil (18 25 % di AS) dan dari klinik genekologi (30 40 % di Eropa Timur). Angka angka untuk Indonesia yang diambil dari hasil penelitian di RSCM Jakarta ialah 16% daru klinik kebidanan dan 25% dari 1146 orang wanita dari klinik ginekologi. Cara pemeriksaan yang berbeda dapat pula memberikan hasil yang berlainan. Pada pria umumnya angka angka yang ditemukan lebih kecil, mungkin sekali oleh karena parasit lebih sukar ditemukan dan oleh karena infeksi sering berlangsung tanpa gejala. Pada wanita parasit lebih sering ditemukan pada usia 20 49 tahun, berkurang pada usia muda dan usia lanjut dan jarang pada anak gadis (Ilahude, Gandahusada,1998). 3. Patologi dan Gejala Klinik T. vaginalis yang ditularkan dalam jumlah cukup ke dalam vagina mulai berkembangbiak, bila flora bakteri, ph dan keadaan fisiologi vagina
sesuai.setelah berkembangbiak cukup banyak, parasit ini menyebabkan degenerasi sel epitel, kemudian di susul dengan serangan leukosit. Dalam sekret vagina ini bercampur dengan sel sel epitel,sekret vagina mengalir keluar vagina sehingga menimbulkan gejala flour albus ( keputihan ). Setelah lewat stadium akut, gejala akan berkurang dan reda sendiri. Pada infeksi berat akan tampak pendarahan kecil. Banyaknya flour yang dibentuk tergantung dari beratnya stadium dan infeksi penyakit tersebut.selain gejala flour albus yang merupakan keluhan utama penderita,pruritus vagina atau vulva dan disuria ( rasa pedih pada waktu kencing ) merupakan keluhan tambahan. Infeksi dapat menjalar dan menyebabkan uretritis. Kadang kadang infeksi terjadi tanpa gejala ( Ilahude, Gandahusada, 1998 ). 4. Pemeriksaan Laboratorium Pemeriksaan dapat dilakukan dengan cara langsung atau dengan cara tidak langsung ( pengecatan giemsa ). a. Cara langsung 1. Dari swab vagina diambil dengan menggunakan lidi kapas steril, kemudian dibuat apusan pada obyek glass. 2. Langsung diamati dibawah mikroscop dengan perbesaran sedang. b. Cara tidak langsung atau pengecatan giemsa 1. Dari swab vagina dibuat apusan. 2. Dikering anginkan, setelah kering difiksasi dengan menggunakan methanol pada semua bagian apusan tunggu selama 15 menit.
3. Setelah itu dicat dengan giemsa selama 30 menit. 4. Kemudian cuci sisa cat dengan aquades, lalu keringkan. 5. Diperiksa dibawah mikroskop dengan perbesaran sedang.