BAB 1 PENDAHULUAN. Pengadilan, serta Lembaga Pemasyarakatan. Keempat subsistem tersebut

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. sektor pajak, khususnya penerimaan di sektor cukai hasil tembakau. Yaitu

BAB I PENDAHULUAN. kurangnya kualitas sumber daya manusia staf Lembaga Pemasyarakatan, minimnya fasilitas dalam Lembaga Pemasyarakatan.

BAB I PENDAHULUAN. yang telah tercakup dalam undang-undang maupun yang belum tercantum dalam

BAB I PENDAHULUAN. Di masa sekarang ini pemerintah Indonesia sedang giat-giatnya

BAB I PENDAHULUAN. hampir pada setiap masyarakat termasuk Indonesia hal ini terutama disebabkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, sehingga harus diberantas 1. hidup masyarakat Indonesia sejak dulu hingga saat ini.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara hukum yang menjunjung tinggi nilai-nilai

I. PENDAHULUAN. profesi maupun peraturan disiplin yang harus dipatuhi oleh setiap anggota Polri.

BAB I PENDAHULUAN. Negara indonesia adalah negara hukum rechstaats. 1 Sebagaimana tercantum

BAB I PENDAHULUAN. melalui media cetak tetapi juga media kominikasi elektronik. oleh masyarakat untuk mencari dan mengetahui informasi

BAB I PENDAHULUAN. terbendung lagi, maka ancaman dahsyat semakin mendekat 1. Peredaran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. UUD 1945 pasal 1 ayat (3) bahwa Negara Indonesia adalah negara hukum yang

BAB I PENDAHULUAN. hukum seperti telah diatur dalam Pasal 12 Undang-Undang No. 35 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara hukum, hal tersebut tercermin dalam UUD

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

BAB I PENDAHULUAN. sering terjadi penyimpangan-penyimpangan terhadap norma-norma pergaulan. tingkat kejahatan atau tindak pidana pembunuhan.

BAB I PENDAHULUAN. penyiksaan dan diskriminatif secara berangsur-angsur mulai ditinggalkan melalui

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia memperluas fungsi dan tugas kepolisian yang meliputi

BAB I PENDAHULUAN. sebutan penjara kini telah berubah menjadi Lembaga Pemasyarakatan

BAB I PENDAHULUAN. informasi dan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan serta teknologi.

III. METODE PENELITIAN. data yang dapat memecahkan suatu permasalahan. 33 Penelitian yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. melingkupi semua lapisan masyarakat baik miskin, kaya, tua, muda, dan

BAB I PENDAHULUAN. Pidana bersyarat merupakan suatu sistem pidana di dalam hukum pidana yang

BAB I PENDAHULUAN. sosial, dan politik dalam dunia internasional, Indonesia telah ikut berpatisipasi

BAB I PENDAHULUAN. diterapkan dan hendak dilaksanakan oleh bangsa ini tidak hanya hukum

BAB I PENDAHULUAN. yang menjalani masa pidana, hal ini sudah diatur dalam Undang undang tentang

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan hukum dapat berlangsung secara normal, tetapi dapat juga

BAB I PENDAHULUAN. makmur yang merata materiil dan spirituil berdasarkan Pancasila dan Undang-

I. PENDAHULUAN. Negara Republik Indonesia. Kepolisian adalah hak-ihwal berkaitan dengan fungsi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. wilayahnya dan berbatasan langsung dengan beberapa negara lain. Sudah

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. sebanyak orang dan WNA sebanyak 127 orang 1.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang adil dan makmur, materil spiritual berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

BAB I PENDAHULUAN. menentukan secara tegas bahwa negara Indonesia adalah negara hukum.

III. METODE PENELITIAN. Untuk memecahkan masalah guna memberikan petunjuk pada permasalahan yang

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan pelaksanaannya dengan suatu sanksi. Hukum bukan

menegakan tata tertib dalam masyarakat. Tujuan pemidanaan juga adalah untuk

BAB I PENDAHULUAN. Oleh : Baskoro Adi Nugroho NIM. E

BAB I PENDAHULUAN. terus menerus termasuk derajat kesehatannya. dengan mengusahakan ketersediaan narkotika dan obat-obatan jenis tertentu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. dan kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Prajurit TNI adalah warga

BAB I PENDAHULUAN. hanya terbatas pada kuantitas dari bentuk kejahatan tersebut.

III. METODE PENELITIAN. dilakukan dengan pendekatan secara yuridis normatif dan yuridis empiris.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

III. METODE PENELITIAN. memperoleh data empiris melalui penelitian (Didi Atmadilaga,1997: 125).

BAB I PENDAHULUAN. menetapkan bahwa Negara Indonesia adalah Negara hukum, dimana salah satu

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan hasil pembagunan baik fisik maupun mental sosial. tanggungjawab dan bermanfaat sesuai dengan Pancasila dan UUD 1945.

III. METODE PENELITIAN. maupun yang bersifat empiris serta ciri-cirinya, maka pendekatan masalah. yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

BAB I PENDAHULUAN. dan kodratnya. Karena itu anak adalah tunas, potensi dan generasi muda penerus

BAB I PENDAHULUAN. semua warga negara bersama kedudukannya di dalam hukum dan. peradilan pidana di Indonesia. Sebelum Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981

BAB I PENDAHULUAN. kongkrit. Adanya peradilan tersebut akan terjadi proses-proses hukum

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki derajat yang sama dengan yang lain. untuk memperoleh pendidikan dan pengajaran. Dalam Pasal 2 Undang-undang

BAB I PENDAHULUAN. secara biasa, tetapi dituntut dengan cara yang luar biasa. juga pada kehidupan berbangsa dan bernegara pada umumnya.

METODE PENELITIAN. penelitian guna dapat mengolah dan menyimpulkan data serta memecahkan suatu

Dalam Tabel 1.1 terlihat bahwa pertumbuhan penduduk Kota Depok menunjukkan peningkatan secara signifikan. Peningkatan jumlah penduduk

I. PENDAHULUAN. dalam Pembukaan UUD 1945 alinea ke-4 yang menyatakan sebagai berikut bahwa : Pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kepolisian Negara Republik Indonesia (POLRI) adalah Kepolisian

Presiden, DPR, dan BPK.

PENDAHULUAN. dalam penjelasan UUD 1945 yang secara tegas menyatakan bahwa Negara Indonesia

III. METODE PENELITIAN. satu atau beberapa gejala hukum tertentu dengan jalan menganalisanya. Kecuali

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Fenomena minuman keras saat ini merupakan permasalahan yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. faktor sumber daya manusia yang berpotensi dan sebagai generasi penerus citacita

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Meningkatnya kasus kejahatan pencurian kendaraan bermotor memang

BAB I PENDAHULUAN. Penyelidikan merupakan bagian yang tidak dapat di pisahkan dari. penyidikan, KUHAP dengan tegas membedakan istilah Penyidik dan

BAB I PENDAHULUAN. macam informasi melalui dunia cyber sehingga terjadinya fenomena kejahatan di

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: membaca, mengutip dan menelaah peraturan perundang undangan, dokumen,

III. METODE PENELITIAN. konstruksi yang dilakukan secara metodologis, sistematis dan konsisten.

BAB I PENDAHULUAN. dan pengembangan ilmu pengetahuan. Indonesia dan negara-negara lain pada

I. PENDAHULUAN. dan melindungi anak dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh dan, berkembang, dan

BAB I PENDAHULUAN. masalah pelanggaran norma hukum saja, tetapi juga melanggar norma-norma

I. METODE PENELITIAN. tertentu dengan cara menganalisanya. Untuk usaha mencari dan mendapatkan jawaban atas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan bermasyarakat, setiap anggota masyarakat selalu

BAB I PENDAHULUAN. dengan perjalanan waktu dan kemajuan teknologi. tiga bagian yang saling terkait, yakni adanya produksi narkotika secara gelap

III. METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya untuk

BAB I PENDAHULUAN. peraturan-peraturan tentang pelanggaran (overtredingen), kejahatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam mewujudkan masyarakat Indonesia yang sejahtera, adil, dan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam penjelasan Undang-Undang Dasar 1945, telah ditegaskan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. yang berkaitan dengan modus-modus kejahatan.

METODE PENELITIAN. perundang-undangan, asasasas, mempelajari kaedah hukum, teori-teori, doktrin-doktrin

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Permasalahan mengenai penggunaan Narkotika semakin hari

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia adalah negara hukum, seperti yang tercantum dalam Pasal I

BAB I PENDAHULUAN. yang bertujuan mengatur tata tertib dalam kehidupan masyarakat.

BAB 1 PENDAHULUAN. tidak akan pernah sembuh. Berbagai fakta dan kenyataan yang diungkapkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. pidana yang diancamkan terhadap pelanggaran larangan 1. Masalah pertama

BAB I PENDAHULUAN. Penegakan hukum pidana merupakan sebagian dari penegakan hukum di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Indonesia salah satunya Kota Malang terdapat tradisi yang biasanya

BAB I PENDAHULUAN. nasional, tetapi sekarang sudah menjadi masalah global (dunia). Pada era

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) sebagai salah satu institusi

BAB I PENDAHULUAN. di era globalisasi saat ini, yang bertujuan untuk membantu terciptanya. manusia secara utuh memperoleh penghidupan yang baik.

III. METODE PENELITIAN. Cara penulisan skripsi ini, penulis menggunakan pendekatan normatif dan empiris

I. PENDAHULUAN. dan lembaga penegak hukum. Dalam hal ini pengembangan pendekatan terhadap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah Negara hukum, sebagaimana tertuang dalam

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 99 TAHUN 2012 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. bernegara diatur oleh hukum, termasuk juga didalamnya pengaturan dan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Nasional pada dasarnya merupakan pembangunan manusia

PERAN PERWIRA PENYERAH PERKARA DALAM TINDAK PIDANA MILITER (STUDI DENPOM IV/ 4 SURAKARTA)

BAB I PENDAHULUAN. Setiap tahun kenakalan anak selalu terjadi. Apabila dicermati

Transkripsi:

1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sistem Peradilan Pidana (Criminal Justice System) merupakan suatu usaha untuk memahami serta menjawab pertanyaan tentang apa tugas hukum pidana dimasyarakat dan bukan sekedar bagaimana Hukum Pidana di undang-undang dan bagaimana Hakim menerapkannya, sistem peradilan pidana sendiri terdiri dari empat sub sistem, yaitu Kepolisian, Kejaksaan, Pengadilan, serta Lembaga Pemasyarakatan. Keempat subsistem tersebut mulai bekerja pada saat adanya laporan kejahatan dari masyarakat, sampai si pelaku diperiksa di kepolisian hingga menjalani hukuman di Lembaga Pemasyarakatan setelah adanya putusan hukum yang ditetapkan oleh hakim di Pengadilan. 1 Lembaga Pemasyarakatan merupakan salah satu bagian yang penting dari keempat subsistem yang ada dalam sistem penyelenggaraan hukum pidana. 2 Menurut Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Permasyarakatan, Lembaga Pemasyarakatan yang selanjutnya disebut LAPAS adalah tempat untuk melaksanakan pembinaan Narapidana dan Anak Didik Pemasyarakatan. Pembinaan dalam lembaga Permasyarakatan dilakukan oleh petugas lembaga permasyrakatan yang bertujuan dalam rangka untuk membentuk Warga Binaan Pemasyarakatan 1 Petrus Irwan Panjaitan. 1995. lembaga pemasyarakatan dalam prespektif sistem peradilan pidana. Jakarta: Prestasi Pustaka, hal.46 2 ibid

2 agar menjadi manusia seutuhnya, menyadari kesalahan, memperbaiki diri, dan tidak mengulangi tindak pidana sehingga dapat diterima kembali oleh lingkungan masyarakat, dapat aktif berperan dalam pembangunan, dan dapat hidup secara wajar sebagai warga yang baik dan bertanggung jawab. Dalam menjalankan tugasnya dalam melakukan pembinaan, Petugas lembaga permasyrakatan harus sesuai undang-undang yang mengatur dan harus selalu memegang tegus kode etik pegawai pemasyarakatan. Namun dewasa ini banyak permasalahan-permasalahan yang terjadi dalam Lembaga Pemasyarakatan, selain dari stigma negatife atau citra negatife yang diperoleh dari masyarakat bahwa Lembaga Pemasyarakatan merupakan sekolah kejahatan (School Of Crime). Penilaian masyarakat seperti itu muncul manakala melihat bekas narapidana melakukan kejahatan ulang setelah bebas. 3 Citra dari Lembaga Pemasyarakatan lebih terlihat buruk lagi ketika media massa dan cetak kerapkali memberitakan tentang terjadinya peredaran narkotika di dalam Lembaga Pemasyarakatan yang dilakukan oleh narapidana. Salah satu contohnya seperti dalam pemberitaan di media massa, Dua narapidana kedapatan mengedarkan pil doubel L di dalam Lapas Tulungagung. Disampaikan oleh kasi administrasi ketertiban dan keamanan Lapas Tulungagung, Suwarno kepada reporter Husin Permadi, Kamis siang. Dijelaskan oleh oleh Suwarno, pagi tadi sekitar pukul 07.30 saat para penjaga berpatroli di depan sel, mereka memergoki kedua orang tersebut 3 ibid hal 43

3 sedang menghitung pil double L. Sehingga langsung saja pihak petugas menggelandang kedua napi yang sudah menghuni sekitar 3 bulan dengan kasus sama tersebut. 4 Seperti yang kita ketahui di Indonesia jumlah pengguna narkotika begitu besar, umumnya orang-orang yang terlibat kasus narkotika di indonesia di dominasi oleh WNI (warga negara Indonesia) mencapai 98%, dari berbagai kalangan masyarakat dan profesi termasuk PNS (Pegawai Negeri Sipil) mencapai 0.73%, Mahasiswa 4.47%, Siswa SMA/SMP 5.36%, Pengangguran 32.90%, Narapidana 0,07 %. Bahkan, para artis pun tidak ketinggalan terjerat kasus narkotika. 5 Sementara pejabat publik atau PNS yang tersangkut kasus narkotika memang relatif masih sedikit, tetapi angka yang sebenarnya diduga jauh lebih besar karena tak terlaporkan. 6 Tindak pidana narkotika merupakan kejahatan yang tidak mengenal batas wilayah dengan modus operandi yang sangat rapi serta mobilitas tinggi, sangat membahayakan bagi kelangsungan hidup generasi mendatang. Peredaran narkotika sudah masuk diberbagai kalangan, Mulai dari kalangan atas, kalangan menengah dan kalangan bawah pun tidak luput juga serta dalam peredarannya ini sudah tidak mengenal umur dan pekerjaan. Hingga beberapa dari narapidana dalam lembaga permasyarakatan pun juga 4 Imron. Narkotika beredar di lembaga pemasyarakatan. http://liiurfm.com /2011, diakses pada tanggal 23 November 2013 5 Yudhi. Narkoba menjadi masalah serius. http://dedihumas.bnn.go.id /2011, diakses pada tanggal 25 Oktober 2013 6 ibid

4 melakukan tindak pidana peredaran narkotika seperti pada contoh kasus diatas. Hal tersebut membuktikan bahwa peran yang harus dijalankan oleh Lembaga Pemasyarakatan sebagai instansi yang diberi wewenang untuk memperbaiki perilaku seorang pelanggar hukum kurang berjalan maksimal. Apabila kita melihat dari regulasi lembaga permasyrakatan yang telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang permasyarakatan, Menurut pasal 1 ayat 2 Sistem Pemasyarakatan adalah suatu tatanan mengenai arah dan batas serta cara pembinaan warga binaan pemasyarakatan berdasarkan Pancasila yang dilaksanakan secara terpadu antara pembina, yang dibina, dan masyarakat untuk meningkatkan kualitas warga binaan pemasyarakatan agar menyadari kesalahan, memperbaiki diri, dan tidak mengulangi tindak pidana sehingga dapat diterima kembali oleh lingkungan masyarakat, dapat aktif berperan dalam pembangunan, dan dapat hidup secara wajar sebagai warga yang baik dan bertanggung jawab. Terlihat sekali ketidaksinergisan antara das sollen dengan das sein ketika kita melihat dari regulasi diatas dengan apa yang ada dalam kenyataan seperti pada contoh kasus diatas. Lembaga permasyarakatan berfungsi untuk membina dan mendidik narapidana supaya tidak melakukan tindak pidana, namun pada kenyataannya narapidana yang berada dalam Lembaga Pemasyarakatan tersebut yang sedang menjalani hukuman kurungan dapat mengedarkan narkotika dalam Lembaga Pemasyarakatan. Hal tersebut membuktikan bahwa sistem pemasyarakatan sebagai metode pembinaan yang mempunyai tanggung jawab melakukan resosialisasi dan

5 rehabilitasi sesuai dengan tujuannya untuk memperbaiki kehidupan sosial narapidana belum berjalan maksimal. Oleh sebab itu Lembaga Pemasyarakatan sekarang mendapat suatu tantangan baru dalam menjalankan sistem pemasyarakatan dan juga dalam menjaga nama baik Lembaga Pemasyarakatan karena kini peredaran narkotika sudah masuk ke dalam Lembaga Pemasyarakatan terlebih peredaran narkotika tersebut dilakukan oleh penghuni Lembaga Pemasyarakatan yaitu narapidana yang sedang menjalani hukuman. Tindak pidana peredaran narkotika merupakan tindak pidana khusus yaitu tindak pidana yang diatur tersendiri dalam undang-undang khusus, yang memberikan peraturan khusus tentang tata cara penyidikannya, tuntutannya, pemeriksaannya, maupun sanksinya menyimpang dari ketentuan dalam KUHP 7 dan telah diatur dalam Undangundang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika. Setiap orang yang melakukan tindak pidana narkotika baik itu sebagai pengedar maupun pengguna dapat di jerat dengan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika. Begitu juga dengan narapidana yang melakukan tindak pidana peredaran narkotika, tidak ada perbedaan atau batas-batas dalam penanganan kasus atau tindak pidana yang dilakukan narapidana mengingat UUD 1945 menyatakan bahwa segala warga negara bersamaan kedudukannya didalam hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya. Artinya, semua 7 Widagdo Setiawan. 2012. Kamus Hukum. Jakarta: Prestasi Pustaka, hal.562

6 orang diperlakukan sama di hadapan atau di depan hukum, kemudian didalam asas equality before the law dijelaskan bahwa semua orang diperlakukan sama di depan hukum tanpa terkecuali. Berdasarkan latar belakang diatas, penulis menyusun karya ilmiah ini guna dapat menghantarkan untuk menyusun skripsi dengan judul " TINDAK PIDANA PEREDARAN NARKOTIKA YANG DILAKUKAN OLEH NARAPIDANA DI DALAM LEMBAGA PEMASYARAKATAN DAN UPAYA PENANGGULANGANNYA." (Studi di Lembaga Permasyarakatan kelas IIB Tulung Agung) B. Rumusan Masalah 1. Faktor apa saja yang mempengaruhi terjadinya tindak pidana peredaran narkotika yang dilakukan oleh narapidana di dalam Lembaga Pemasyarakatan? 2. Bagaimana upaya penanggulangan yang dilakukan oleh Lembaga Pemasyarakatan terhadap narapidana yang melakukan tindak pidana peredaran narkotika didalam Lembaga Pemasyarakatan? C. Tujuan Penulisan 1. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi terjadinya tindak pidana peredaran narkotika yang dilakukan oleh narapidana di dalam lembaga permasyarakatan.

7 2. Untuk mengetahui upaya penanggulangan yang dilakukan oleh Lembaga Pemasyarakatan Tulungagung terhadap narapidana yang melakukan tindak pidana peredaran narkotika D. Manfaat Penelitian a. Manfaat Teoritis Penelitian ini akan berguna dan memberikan manfaat untuk pengembangan keilmuan dan pengetahuan dalam hukum pidana mengenai upaya penanggulangan yang dilakukan oleh Lembaga Pemasyarakatan terhadap tindak pidana peredaran narkotika yang dilakukan oleh narapidana b. Manfaat Praktis 1. Bagi Penulis Penelitian ini akan menjadi pengetahuan dan keilmuan baru dan menambah wawasan terhadap permasalahan yang diangkat, serta sebagai persyaratan akademis untuk mendapat gelar kesarjanaan atau sarjana strata satu bidang ilmu hukum. 2. Bagi Masyarakat Penelitian ini dapat dijadikan sebagai Informasi dan memberi pengetahuan bagi masyarakat serta masyarakat dapat memahami permasalahan yang terjadi dalam Lembaga Pemasyarakatan yaitu tindak pidana peredaran narkotika yang dilakukan oleh narapidana dalam Lembaga Pemasyarakatan dan upaya penanggulangannya

8 dalam rangka pemecahan salah satu permasalahan yang dihadapi terutama dibidang ilmu pengetahuan hukum dan Lembaga Pemasyarakatan 3. Bagi Lembaga Pemasyarakatan Penelitian ini berguna memberikan masukan kepada Lembaga Permasyarakatan dalam hal melakukan pencegahan dan penanggulangan tindak pidana peredaran narkotika yang dilakukan oleh narapidana didalam Lembaga Permasyarakatan. Dengan tujuan agar Lembaga Permasyrakatan dapat menjaga nama baik institusinya dan dapat lebih maksimal dalam melaksanakan proses pemasarakatan. E. Metode Penelitian 1. Metode Pendekatan Metode yang dipergunakan dalam penelitian ini menggunakan metode pendekatan yuridis sosiologis, yaitu melihat fungsi, tugas Lembaga Pemasyarakatan, dan peraturan internal Lembaga Pemasyarakatan serta upaya yang dilakukan oleh petugas Lembaga Pemasyarakatan. 2. Alasan Pemilihan Lokasi Penelitian Lokasi yang digunakan dalam penelitian dan pengumpulan data adalah Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Tulungagung. Adapun alasan penelitian di Lembaga Pemasyarakatan kelas IIB Tulungagung karena pada tanggal 5 september 2012 terdapat kasus tindak pidana peredaran

9 narkotika di Lembaga Pemasyarakatan kelas IIB Tulungagung yang dilakukan oleh narapidana dalam Lembaga Pemasyarakatan, serta di dukung oleh berita dimedia mengenai maraknya narapidana yang melakukan tindak pidana peredaran narkotika di dalam Lembaga Pemasyarakatan. Kemudian timbul keinginan untuk melakukan penelitian di Lembaga Pemasyarakatan 3. Sumber Data a. Data Primer Data Primer adalah data yang diperoleh langsung dari lokasi penelitian melalui wawancara atau interview maupun pendapat yang diperoleh dari sumber informasi utama/pertama dan dokumendokumen resmi yang mana semuanya diperoleh langsung dari lokasi penelitian mulai pada 17 Desember 2013 sampai dengan 6 Januari 2014, yang kemudian diolah oleh peneliti. b. Data Sekunder Data Skunder adalah data yang diperoleh dari dokumen-dokumen resmi, buku-buku yang berhubungan dengan penelitian, hasil penelitian dalam bentuk skripsi, tesis dan peraturan perundangundangan terkait. Adapun data sekunder ini menurut Gregory Churchill dalam bukunya Soerjono Soekanto dapat dibagi menjadi 8 : 1. Bahan hukum primer, yang terdiri dari peraturan perundangundangan terkait dengan objek penelitian. 8 Soerjono Soekanto. 1986. Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta : UI-Press, Hal 51

10 2. Bahan hukum sekunder, yang terdiri dari buku-buku dan tulisan-tulisan yang terkait dengan objek penelitian. 3. Bahan hukum tersier, yang terdiri dari kamus ensikopedia, majalah-majalah dan studi website atau penelusuran internet yang terkait dengan objek penelitian. 4. Teknik Pengumpulan Data Untuk memperoleh data, penulis menggunakan teknik pengumpulan data penelitian sebagai berikut : a. Wawancara atau interview yaitu suatu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara tanya jawab langsung pada petugas lembaga pemasyarakatan Tulungagung yaitu Bapak Manap dan Bapak Sholeh. b. Dokumentasi yaitu berupa pengumpulan data-data yang dimiliki oleh petugas lapas dan narapidana, yang berkenaan dengan proses penelitian dan penelusuran perundang-undangan. c. Kepustakaan adalah dengan melakukan pencaharian atau penelusuran bahan-bahan kepustakaan berbagai literatur/buku-buku/jurnal. d. Penelusuran Internet atau studi website yaitu dalam penelitian ini saya menelusuri bahan-bahan, literatur yang menunjang dari internet. 5. Teknik Analisis Data Setelah melakukan teknik pengumpulan data penelitian baik wawancara atau interview, dokumentasi, kepustakaan maupun

11 penelusuran internet atau studi website telah dirasa cukup, maka penulis menggunakan metode analisis deskriptif kualitatif yang sebagaimana menjabarkan atau menguraikan dari hasil penelitian ke dalam sebuah tulisan dan mendalam mengenai persoalan yang dikaji. Sehubungan dengan hal tersebut maka penulis dalam penelitian ini melakukan analisis melalui pendekatan konseptual (Conceptual Approach) yang mendasarkan pada teori yang ada dalam peraturanperaturan dan perundang-undangan sehingga dapat ditarik kesimpulan. F. Rencana Sistematika Penulisan Dalam penulisan ini penulis mengemukakan sistematika Penulisan sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini diuraikan tentang latar belakang, permasalahan, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kerangka teori, metode penulisan, rencana jadwal penelitian dan rencana sistematika penulisan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab ini berisikan mengenai tinjauan pustaka yang meliputi deskripsi dan uraian mengenai bahan-bahan teori, doktrin atau pendapat sarjana, dan kajian yuridis berdasarkan ketentuan hukum yang berlaku, terkait dengan permasalahan yang akan dijadikan penulisan hukum.

12 BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini diuraikan tentang permasalahan yang diteliti serta pemaparan hasil penelitian terhadap bahan hukum yang berkaitan dengan permasalahan berdasarkan pada teori dan kajian pustaka. BAB IV PENUTUP Dalam bab ini dipaparkan mengenai kesimpulan yang dapat ditarik dari penulisan, serta saran-saran dengan harapan dapat menjadi masukan sebagai rekomendasi terhadap pihak-pihak yang terkaitan.