BAB I PENDAHULUAN. banyak disampaikan menggunakan bahasa yang berbeda-beda. Sehingga

dokumen-dokumen yang mirip
HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL TEMAN SEBAYA DENGAN KEPATUHAN TERHADAP PERATURAN PENGGUNAAN BAHASA BILLINGUAL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. beradaptasi dengan baik terhadap kegiatan-kegiatan dan peraturan yang berlaku di

BAB I PENDAHULUAN. diberi muatan-muatan informasi apa saja yang dianggap perlu oleh guru.

BAB I PENDAHULUAN. emosional. Salah satu tahap yang akan dihadapi individu jika sudah melewati. masa anak-anak akhir yaitu masa remaja.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia tidak pernah lepas dari peraturan. Norma merupakan hasil buatan

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Definisi Dukungan Sosial Teman Sebaya. menghadapi efek stres serta memungkinkan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. sering diartikan juga sebagai sekolah agama bagi pelajar muslim (Sumadi,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kualitas sumber daya manusia sangat diperlukan untuk menunjang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dari tahapan demi tahapan perkembangan yang harus dilalui. Perkembangan

BAB 1 PENDAHULUAN. bersama-sama berada dalam satu lembaga, dan bersama-sama pula. mengatur dan membina serta menyelenggarakan program-program yang

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan orang lain, atau dengan kata lain manusia mempunyai

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau

keberhasilan belajar yang semakin tinggi dan tanggung jawab terhadap perilaku

BAB I PENDAHULUAN. dan pengurus pondok pesantren tersebut. Pesantren memiliki tradisi kuat. pendahulunya dari generasi ke generasi.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Pada era sekarang ini remaja telah terkontaminasi dengan perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. non-formal, dan informal (ayat 3) (Kresnawan, 2010:20).

BAB I PENDAHULUAN. masa anak-anak ke masa dewasa di mana pada masa-masa tersebut. sebagai masa-masa penuh tantangan.

BAB I PENDAHULUAN. diasuh oleh orangtua dan orang-orang yang berada di lingkungannya hingga

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa merupakan pelajar yang paling tinggi levelnya. Mahasiswa di

I. PENDAHULUAN. kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Perkembangan pendidikan tanpa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan sehari hari, tanpa disadari individu sering kali bertemu

BAB I PENDAHULUAN. Masalah pendidikan merupakan masalah yang berhubungan. langsung dengan kehidupan manusia. Pendidikan merupakan usaha dari

BAB I PENDAHULUAN. Remaja atau Adolescene berasal dari bahasa latin, yaitu adolescere yang

BAB I PENDAHULUAN. sempurna. Dipercayai bahwa salah satu kunci keberhasilan hidup manusia

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. jenis penelitian yang menggunakan pendekatan kuantitatif dengan skala dan

BAB I PENDAHULUAN. mencapainya, ada beberapa cara yang perlu diperhatikan. Salah satunya

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. kualitas hidupnya. Manusia moderen seharusnya mampu memadukan perkembangan

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. Menurut Hurlock (1980) bahwa salah satu tugas perkembangan masa

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Deskripsi Lokasi Pelaksanaan Penelitian. Islam (YPI) Al-Multazam di Mojoanyar Mojokerto.

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa merupakan kaum akademisi yang menempati strata paling

BAB I PENDAHULUAN. Ketika berinteraksi, individu dihadapkan pada tuntutan-tuntutan, baik dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perancang pengajaran, pengelola pengajaran, penilai hasil pembelajaran dan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa sebagai makhluk sosial,

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, baik di negara-negara maju maupun negara-negara yang sedang

BAB I PENDAHULUAN. maupun perempuan (Knoers dkk, 2001: 261). Begitu pula dalam hubungan interaksi

BAB I PENDAHULUAN. diselaraskan dengan tuntutan dari lingkungan, sehingga perubahan-perubahan

2015 PERBANDINGAN ANTARA HASIL BELAJAR SISWA KELAS BILINGUAL DENGAN KELAS REGULER PADA MATA PELAJARAN MIPA

BAB I PENDAHULUAN. individu. Teori yang dikemukakan oleh Schneider dalam (Desmita, 2009),

BAB I PENDAHULUAN. Seluruh siswa di Madrasah Aliyah (MA) Almaarif Singosari-Malang,

BAB I PENDAHULUAN. upaya-upaya dalam rangka mendapatkan kebebasan itu. (Abdullah, 2007

BAB I PENDAHULUAN. fasilitas ruang, kurikulum, kreatifitas pengajar dan input santri. Pondok pesantren

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah

BAB I PENDAHULUAN. tidak pernah dikenalkan pada aturan maka akan berperilaku tidak disiplin

BAB I PENDAHULUAN. pelajaran matematika. Padahal, dalam kehidupan sehari-hari matematika

BAB I PENDAHULUAN. santri yang dengan awalan pe didepan dan akhiran an berarti tempat tinggal para

Ma'had al Jamiáh dan Pembinaan Karakter Mahasiswa

BAB I PENDAHULUAN. muda, yaitu suatu masa dengan rentang usia dari 18 sampai kira-kira umur 25

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menjadikannya sebagai insal kamil, manusia utuh atau kaffah. Hal ini dapat terwujud

BAB 1 PENDAHULUAN. membutuhkan kelompok atau masyarakat untuk saling berinteraksi. Hal

BAB 1 PENDAHULUAN. Pesantren berasal dari kata santri yang di awali dengan kata pe- dan diakhiri

2015 POLA ADAPTASI SOSIAL BUDAYA KEHIDUPAN SANTRI PONDOK PESANTREN NURUL BAROKAH

BAB I PENDAHULUAN. kebahagiaan dengan semangat yang menggebu. Awalnya mereka menyebut

BAB I PENDAHULUAN. Perhatian dunia pendidikan terhadap remaja semakin besar dan. meningkat.banyak ahli maupun praktisi yang memberikan perhatian besar

BAB I PENDAHULUAN. tingkat kecerdasan intelektual atau Intelligence Quotient (IQ) yang tinggi,

BAB I PENDAHULUAN. semua orang, terutama menjadi guru maupun lingkungan masyarakat. Karena

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Intany Pamella, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan telah menjadi penopang dalam meningkatkan sumber. daya manusia untuk pembangunan bangsa. Whiterington (1991, h.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berbicara tentang siswa sangat menarik karena siswa berada dalam kategori

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan di dalam negeri maupun di luar negeri. Tentunya perubahan

KUSUMADEWI, et. al. / HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL PEER

BAB I PENDAHULUAN. adalah masa remaja. Masa remaja merupakan masa transisi dari anak-anak

BAB I PENDAHULUAN. L.W. Stren (dalam Baharuddin, 2009: 73) mengatakan bahwa bakat dapat

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya,

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menjalani kehidupannya, seorang individu akan melewati beberapa

BAB I PENDAHULUAN. kurang memahami apa yang sebenarnya diinginkan oleh dirinya.

2014 EFEKTIVITAS KONSELING TEMAN SEBAYA UNTUK MENGEMBANGKAN KEMANDIRIAN SISWA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. remaja (Hurlock, 2003). Di dalam masa remaja juga terdapat tahapan perkembangan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. untuk berinteraksi dan berhubungan dengan orang lain. Adanya kehidupan yang

ANGKET UNTUK ORANG TUA / WALI

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja berhubungan dengan perubahan intelektual. Dimana cara

BAB I PENDAHULUAN. diakses dalam hitungan detik, tidak terkecuali dengan perkembangan dunia fashion yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ahli psikologi. Karena permasalahan remaja merupakan masalah yang harus di

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu komponen dalam sistem pendidikan adalah adanya siswa, siswa

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan muncul generasi-generasi yang berkualitas. Sebagaimana dituangkan

BAB I PENDAHULUAN. penyesuaian diri di lingkungan sosialnya. Seorang individu akan selalu berusaha

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan manusia yang cerdas dan berkarakter. Pendidikan sebagai proses

BAB 1 PENDAHULUAN. dialami oleh negara lain, seperti perubahan sistim pendidikan, ekonomi,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah proses pengembangan, pembentukan, bimbingan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tempat yang terdekat dari remaja untuk bersosialisasi sehingga remaja banyak

A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang. lingkungan (Semiun, 2006). Penyesuaian diri diistilahkan sebagai adjustment.

HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN PERKEMBANGAN MORAL PADA SANTRIWATI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa sebagai makhluk sosial

HUBUNGAN ANTARA KEMATANGAN BERAGAMA REMAJA MUSLIM DENGAN MOTIVASI MENUNTUT ILMU DI PONDOK PESANTREN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. individu untuk dapat bersaing di zaman yang semakin maju. Pendidikan juga

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Norma Rustyani Winajah, 2013

BAB I PENDAHULUAN. ditentukan dari proses pembelajaran di sekolah tersebut. Pendidikan dapat

BAB I PENDAHULUAN. Manusia pada hakekatnya adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Manusia

BAB I PENDAHULUAN. orang lain dan membutuhkan orang lain dalam menjalani kehidupannya. Menurut

B A B I PENDAHULUAN. di sepanjang rentang hidup. Salah satu tahap perkembangan manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

KEPATUHAN TERHADAP PERATURAN SEKOLAH PADA SISWA DI SMK XX PADANG ABSTRAK

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. bab-bab sebelumnya, diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sekolah, mengontrol diri dan bertanggungjawab serta berperilaku sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan. Pondok Pesantren bertugas untuk mencetak manusia yang benarbenar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan memberikan tuntutan kepada setiap orang untuk dapat meningkatkan dirinya. Salah satu modal untuk membentuk sumber daya yang berkualitas adalah dengan penguasaan bahasa asing. Dengan bahasa, komunikasi antar manusia dapat terhubung dengan baik. Sebagaimana dalam kehidupan nyata disimpulkan bahwa manusia sebagai makhluk sosial yang selalu berinteraksi dengan sesama dan tidak terlepas dari saling ketergantungan diantara keduanya. Seperti yang telah kita ketahui, Ilmu pengetahuan yang telah berkembang di dunia banyak disampaikan menggunakan bahasa yang berbeda-beda. Sehingga untuk mempelajari ilmu pengetahuan di dunia, perlu adanya pemahaman tentang bahasa asing. Terutama bahasa internasional seperti bahasa inggris. Bahasa inggris dianggap cukup penting untuk dipelajari karena bahasa ini telah banyak digunakan dalam penyampaian ilmu pengetahuan di seluruh dunia. Di Indonesia telah banyak lembaga pendidikan yang didirikan dengan memberi kebijakan untuk mengembangkan kemampuan bahasa siswa, dimana para siswa diajarkan atau dibiasakan untuk menggunakan bahasa inggris atau bahasa asing lainnya dalam penyampaian materi yang diberikan 1

2 (Kasarie, 2013). Salah satu lembaga yang juga menerapkan sistem billingual adalah Islamic Boarding School of Al Multazam di Mojokerto. Ini adalah yayasan yang memadukan antara pondok pesantren dengan sekolah formal tingkat SMP dan SMA. Selain dalam penyampaian materi di sekolah, penggunaan bahasa sehari-hari di asrama ini juga menerapkan dwibahasa (bilingual) yaitu bahasa Arab dan bahasa Inggris kepada seluruh santrinya. Hurlock (1993) mengemukakan bahwa Dwibahasa (Billingualism) adalah kemampuan menggunakan dua bahasa. Dalam hal ini, kemampuan yang dimaksud bukan hanya kemampuan berbicara dan menulis tapi juga kemampuan memahami apa yang dikomunikasikan orang lain secara lisan maupun tertulis. Penggunaan bahasa bilingual (bahasa arab dan bahasa inggris) dalam asrama ini merupakan salah satu peraturan yang seharusnya ditaati oleh seluruh santri. Berdasarkan data yang diperoleh dari organisasi kepengurusan santri di pondok pesantren ini, terdapat peningkatan yang positif dalam hal kedisiplinan penggunaan bahasa billingual santri. Pada bulan Oktober, jumlah santri yang melanggar peraturan bahasa masih diatas 50% dari jumlah seluruh santri. Pada bulan November terdapat peningkatan dalam hal kedisiplinan bahasa karena jumlah pelanggar semakin menurun menjadi 30% dan data terakhir yaitu pada bulan Januari terdapat penurunan jumlah santri yang melanggar peraturan bahasa yaitu sekitar 20%. Menurut hasil wawancara yang dilakukan 20 Desember 2014 pada tutor pendamping santri sehari-hari, kepatuhan santri lebih meningkat

3 daripada sebelumnya. Setelah ditambahkannya kegiatan baru di bidang bahasa yang pelaksanaannya diklasifikasikan berdasarkan kelas masingmasing santri. Dengan adanya program yang mewajibkan santri Islamic Boarding School of Al Multazam Mojokerto menggunakan bahasa billingual, tentunya memunculkan peraturan mengenai bahasa harus digunakan dalam keseharian santri yaitu bahasa arab dan bahasa inggris. Selain itu santri juga diwajibkan untk mengikuti semua kegiatan bahasa yang menunjang perkembangan bahasa santri sendiri seperti kegiatan pemberian vocabulary dan kegiatan pengembangan bahasa asing. Jika santri tidak mengikuti peraturan yang ditetapkan, maka santri harus menerima konsekuensi atau hukuman sesuai ketentuan. Setelah mengalami penurunan dalam bidang bahasa seperti penggunaan bahasa daerah atau bahasa Indonesia dalam keseharian dan terkadang ada santri yang membolos untuk tidak mengikuti kegiatan vocabulary serta kegiatan pengembangan bahasa asing, akhir-akhir ini terdapat peningkatan yang cukup baik. Santri yang tidak menggunakan bahasa billingual dalam keseharian semakin berkurang dan dalam kegiatan pengembangan bahasa asing, dalam arti santri mau berusaha untuk selalu menggunakan bahasa arab dan bahasa inggris di lingkungan pondok pesantren dan tidak menggunakan bahasa daerah masing-masing ataupun bahasa Indonesia. Dan dalam kegiatan pengembangan bahasa asing, santri lebih mudah dikondisikan untuk mengikuti kegiatan dengan baik. Sehingga jumlah pelanggar peraturan dalam bidang bahasa semakin berkurang.

4 Dengan kata lain kepatuhan santri terhadap peraturan penggunaan bahasa billingual semakin meningkat. Pembentukan suatu peraturan tentunya memiliki fungsi tertentu. Hal ini tentunya berkaitan dengan bagaimana orang-orang di lingkungan tersebut menyikapi peraturan yang telah dibentuk. Agar peraturan yang terbentuk dapat berfungsi sebagaimana mestinya dan juga dapat mencapai tujuan yang dikehendaki, perlu adanya sikap patuh dari masyarakat atau orang-orang yang dikenai peraturan. Stern dalam Darlik (2000) berpendapat bahwa lingkungan merupakan salah satu faktor dari luar yang mempengaruhi kedisiplinan, terutama dukungan sosial dari lingkungan. Hal ini dapat mempengaruhi seseorang untuk bersikap disiplin (Wicaksono, 2014). Hurlock (dalam Fiana, 2013) mengemukakan bahwa kepatuhan sangat dibutuhkan oleh mereka yang yang ingin bahagia dan menjadi orang yang baik dalam hal penyesuaian diri. Dengan disiplin, individu bisa diterima oleh anggota kelompok sosial karena belajar berperilaku dengan cara yang diterima masyarakat. Feldman (dalam Kusumadewi, Hardjajani, & Priyatama, 2012) mendefinisikan kepatuhan sebagai perubahan sikap dan tingkah laku seseorang untuk mengikuti permintaan atau perintah orang lain. Sikap dan perilaku taat dalam menjalankan peraturan yang telah ditetapkan seperti ini dapat membantu berfungsinya suatu peraturan. Menurut Rifa i (2011) Peraturan merupakan sebuah tatanan yang berperan

5 untuk mengontrol pola kehidupan masyarakat agar dapat berjalan stabil (Kusumadewi, Hardjajani, & Priyatama, 2012). Teman sebaya merupakan salah satu faktor kepribadian yang kemungkinan memiliki keterkaitan dengan kepatuhan remaja terhadap peraturan. Dengan teman sebaya, remaja mendapatkan sebagian besar dukungan sosial yang dibutuhkan. Dukungan sosial menurut Taylor, Peplau, & O.Sears (2009) merupakan pertukaran interpersonal yang dicirikan oleh perhatian emosi, bantuan instrumental, penyediaan informasi, atau pertolongan lainnya. Dukungan sosial diyakini bisa menguatkan orang dalam menghadapi efek stres dan mungkin meningkatkan kesehatan fisik pula. Yayasan Al Multazam Mojokerto merupakan salah satu yayasan yang memiliki sistem kontrak dengan siswi atapun santrinya. Seluruh siswi yang bersekolah baik di MTs ataupun SMA Al Multazam, diwajibkan untuk tinggal di asrama Al Multazam juga. Jadi seluruh siswa disini juga merupakan santri di Islamic Boarding School. Keharusan tinggal di pesantren tentunya membuat para santri harus tinggal berpisah dari orang tua. Kehidupan sehari-hari para santri lebih banyak dihabiskan bersama teman-temannya. Oleh karena itu, dukungan sosial yang memiliki kemungkinan menunjang kepatuhan para santri adalah dari teman-teman di sekitarnya. Karena pada semester ganjil di tahun pertama, kamar santri ditempatkan sesuai kelasnya atau bersama teman-teman sebayanya dengan beberapa asisten tutor yang akan mendampingi proses adaptasi santri baru.

6 Untuk semester selanjutnya yaitu semester genap di tahun pertama kamar santri tidak diklasifikasikan berdasar tingkat kelas, tetapi diacak dengan tingkat kelas lainnya. Namun demikian, komunikasi santri masih lebih banyak/ dominan bersama teman sekelas/ teman sebayanya. Dikarenkan program sekolah yang full day dan juga terdapat program wajib belajar malam yang bertempat di kelas masing-masing. Teman sebaya menurut Santrock (2007) adalah anak-anak atau remaja yang memiliki usia atau tingkat kematangan yang kurang lebih sama. Dalam sebuah penelitian mengenai remaja menjelaskan bahwasanya hubungan yang positif dengan teman sebaya berkaitan dengan penyesuaian sosial yang positif pula (Ryan & Patrick, 1996; Santrock, 2007). Sehingga, dukungan sosial teman sebaya memiliki kemungkinan berhubungan dengan kepatuhan para santri terhadap peraturan dalam penggunaan bahasa yang telah ditetapkan. Dukungan sosial teman sebaya dapat didefinisikan sebagai pemberian perhatian secara emosi, bantuan instrumental, penyediaan informasi ataupun pertolongan-pertolongan lainnya oleh teman yang memiliki usia atau tingkat kematangan yang kurang lebih sama. Berdasarkan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Kusumadewi, dkk tentang Hubungan antara Dukungan Sosial Peer Group dan Kontrol Diri dengan Kepatuhan terhadap Peraturan pada Remaja Putri di pondok Pesantren Modern Islam Assalam Sukoharjo, membuktikan bahwa terdapat hubungan possitif yang sedang antara dukungan sosial peer group dan

7 kontrol diri dengan kepatuhan terhadap peraturan pada remaja putri di SMA Pondok Pesantren Modern Islam Assalam Sukoharjo. Dan pada penelitian yang dilakukan oleh Zakiyah Umami (2010) tentang Hubungan antara Dukungan Sosial dengan kepatuhan terhadap aturan pada mahasiswa penghuni ma had sunan ampel al-aly di UIN Maulana Malik Ibrahim Malang menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif yang sangat signifikan antara dukungan sosial dengan kepatuhan mahasiswa di Ma had Sunan Ampel Al Aly Hubungan teman sebaya memiliki arti penting bagi remaja. Santrock (1998) mengemukakan bahwasanya hubungan yang positif dengan teman sebaya diasosiasikan dengan penyesuaian sosial yang positif. Dan salah satu fungsi dari teman sebaya menurut Kelly dan Hansen (1987) adalah memperkuat penyesuaian moral dan perilaku (dalam Desmita, 2010). Dengan demikian, dapat dikatakan bahwasanya teman sebaya bisa menjadi media dalam hal kepatuhan terhadap suatu peraturan. Berdasarkan uraian identifikasi masalah diatas, maka penelitian dimaksudkan untuk menguji hipotesis tentang Hubungan antara Dukungan Sosial Teman Sebaya dengan Kepatuhan terhadap Peraturan Penggunaan Bahasa Billingual Pada Santri Islamic Boarding School Of Al Multazam Mojokerto.

8 B. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas, terdapat beberapa rumusan masalah daalam penelitian ini: 1. Bagaimana tingkat dukungan sosial teman sebaya pada santri Islamic Boarding School of Al Multazam Mojokerto? 2. Bagaimana tingkat kepatuhan terhadap peraturan penggunaan bahasa billingual santri Islamic Boarding School of Al Multazam Mojokerto? 3. Adakah hubungan antara dukungan sosial teman sebaya dengan kepatuhan terhadap peraturan penggunaan bahasa billingual pada santri Islamic Boarding School of Al Multazam Mojokerto? C. TUJUAN PENELITIAN Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mengetahui tingkat dukungan sosial teman sebaya pada santri Islamic Boarding School of Al Multazam Mojokerto. 2. Mengetahui tingkat kepatuhan terhadap peraturan penggunaan bahasa billingual santri Islamic Boarding School of Al Multazam Mojokerto. 3. Mengetahui hubungan antara dukungan sosial teman sebaya dengan kepatuhan penggunaan bahasa billingual pada santri Islamic Boarding School of Al Multazam Mojokerto.

9 D. MANFAAT PENELITIAN Penelitian ini memiliki manfaat, baik secara teoritis maupun praktis: 1. Secara Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi wawasan dan pengetahuan terhadap keilmuan psikologi. Serta diharapkan dapat bermanfaat untuk penelitian-penelitian selanjutnya. 2. Secara Praktis Secara praktis hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi yang nyata di dunia pendidikan. Khususnya dalam mengembangkan dan meningkatkan kepatuhan terhadap peraturan penggunaan bahasa billingual melalui dukungan sosial teman sebaya. Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan informasi kepada lembaga pendidikan mengenai dukungan sosial teman sebaya dan kepatuhan dalam menggunakan bahasa billingual sebagai bahan masukan dalam meningkatkan kualitas pendidikan terutama tentang kepatuhan terhadap peraturan di Islamic Boarding School of Al Multazam Mojokerto.