DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI

dokumen-dokumen yang mirip
DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI

2015, No d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c serta dalam rangka melaksanakan ketentuan

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.437, 2009 DEPARTEMEN KEUANGAN. Cukai. Hasil Tembakau.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

1 of 5 21/12/ :02

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 449 /KMK.04/2002 TENTANG PENETAPAN TARIF CUKAI DAN HARGA DASAR HASIL TEMBAKAU

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179/PMK.011/2012 TENTANG TARIF CUKAI HASIL TEMBAKAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN RI NOMOR 597/KMK.04/2001 TANGGAL 23 NOVEMBER 2001 TENTANG PENETAPAN TARIF CUKAI DAN HARGA DASAR HASIL TEMBAKAU

181/PMK.011/2009 TARIF CUKAI HASIL TEMBAKAU

2017, No c. bahwa pada tanggal 4 Oktober 2017, Pemerintah bersama-sama dengan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia telah menyepakati tar

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 146/PMK.010/2017 TENTANG TARIF CUKAI HASIL TEMBAKAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 205/PMK.011/2014 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEUANGAN 203/PMK.011/2008 TENTANG TARIF CUKAI HASIL TEMBAKAU MENTERI KEUANGAN,

203/PMK.011/2008 TARIF CUKAI HASIL TEMBAKAU

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI SALINAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR PER- 52 /BC/2012

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 89/KMK.05/2000 TENTANG PENETAPAN TARIF CUKAI DAN HARGA DASAR HASIL TEMBAKAU

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI


BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR P- 31/BC/2010

P - 48/BC/2009 DESAIN PITA CUKAI HASIL TEMBAKAU DAN MINUMAN MENGANDUNG ETIL ALKOHOL

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR P - 29 /BC / 2010 TENTANG

MENTERIKEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALIN AN PERATURAN MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 146/ PMK.010/201 7 TENTANG TARIF CUKAI HASIL TEMBAKAU

Pabrikan Rokok "A" dalam Masan Pajak November 2000 melakukan kegiatan sebagai berikut :

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR P-46/BC/2010 TENTANG

MENTERIKEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALIN AN PERATURAN MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 198/PMK.010/2015

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62/PMK.04/2014 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62/PMK.04/2014 TENTANG

SE - 26/BC/2009 PELAYANAN PITA CUKAI

MENTERIKEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALIN AN PERATURAN MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 147/PMK.010/2016 TENT ANG

IMPORTASI BARANG KENA CUKAI

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179/PMK.Oll/2012 TENTANG TARIF CUKAI HASIL TEMBAKAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR: KEP-09/BC/1996 TENTANG PENETAPAN HARGA JUAL ECERAN HASIL TEMBAKAU DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.224, 2010

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 78/PMK.011/2013 TENTANG

KEPUTUSAN DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR : KEP-19 / BC / 1997 TENTANG PENETAPAN HARGA JUAL ECERAN HASIL TEMBAKAU

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR: 134/PMK.04/2007 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 96/PMK.04/2010 TENTANG

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR : KEP- 16 / BC / 1998 TENTANG PENETAPAN HARGA JUAL ECERAN HASIL TEMBAKAU

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 78/PMK.011/2013 TENTANG

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR KEP-22/BC/2001 TANGGAL 20 APRIL 2001 TENTANG KEMASAN PENJUALAN ECERAN HASIL TEMBAKAU

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR P-15/BC/2008 TENTANG

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI SALINAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI TENTANG

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR P - 16 /BC/2008 TENTANG

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI TENTANG NOMOR : KEP-19/BC/1999 TENTANG PENETAPAN HARGA JUAL ECERAN HASIL TEMBAKAU

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI SALINAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI TENTANG NOMOR P- 39/BC/2009

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR: KEP-19/BC/1996 TENTANG PENETAPAN HARGA JUAL ECERAN HASIL TEMBAKAU DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI,

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR P - 17 /BC/2008 TENTANG

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI SALINAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR PER - 57/BC/2012

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI SALINAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR PER - 27/BC/2013

DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI MEMUTUSKAN :

P - 39/BC/2009 PELEKATAN PITA CUKAI HASIL TEMBAKAU DAN MINUMAN MENGANDUNG ETIL ALKOHOL

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR P-26/BC/2009 TENTANG

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR P - 43 /BC/2010 TENTANG

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI SALINAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR P 14/BC/2006 TENTANG

TENTANG PELUNASAN CUKAI MENTERI KEUANGAN,

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI SALINAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR P - 31/BC/2007

SURAT EDARAN Nomor SE-22 /BC/2009 TENTANG PETUNJUK PELAKSAAN PENYAMPAIAN SURAT PEMBERITAHUAN PIUTANG PAJAK DALAM RANGKA IMPOR (SP3DRI)

PENYEDIAAN DAN PEMESANAN PITA CUKAI PER-45/BC/2016

SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR SE - 09/BC/2017

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 69/PMK.04/2009 TENTANG

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI SALINAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR PER- 55/BC/2012

KEBIJAKAN TARIF CUKAI HASIL TEMBAKAU 2013 : SINERGI DALAM ROADMAP INDUSTRI HASIL TEMBAKAU

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN RI NOMOR 17/KMK

KEBIJAKAN CUKAI HASIL TEMBAKAU

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR PER- 35/BC/2014 TENTANG TATA CARA TIDAK DIPUNGUT CUKAI

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 131/PMK.011/2013 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 111/PMK.04/2008 TENTANG PEMBERITAHUAN BARANG KENA CUKAI YANG SELESAI DIBUAT MENTERI KEUANGAN,

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR PER - 53/BC/2011 TENTANG

BAB II URAIAN TEORITIS. tertentu yang mempunyai sifat atau karakteristik yang ditetapkan dalam Undangundang

PEMBERITAHUAN BARANG KENA CUKAI YANG SELESAI DIBUAT ETIL ALKOHOL

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI : KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR: KEP- 64/BC/1997 TENTANG

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR P-45/BC/2010 TENTANG

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI SALINAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR PER - 21 /BC/2013

P - 44/BC/2009 DAFTAR KODE STANDAR INTERNASIONAL YANG DIGUNAKAN UNTUK PENGISIAN PEMBERITAHUAN PABEAN

TATA CARA PENYEDIAAN PITA CUKAI HASIL TEMBAKAU

Nama :...(4)... Alamat :...(5)... NPWP :...(6)... Total Harga Jual Eceran (Rp) Jumlah PPN sesuai Dokumen CK-1. Tarif Efektif. Jumlah PPN Pembetulan

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI DIREKTORAT PENERIMAAN DAN PERATURAN KEPABEANAN DAN CUKAI

SURAT EDARAN Nomor SE- 06/BC/2008 TENTANG LAPORAN BULANAN PENAGIHAN DAN PENGEMBALIAN PADA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR : KEP-17 /BC/ 1996 TENTANG PENETAPAN HARGA JUAL ECERAN MINUMAN MENGANDUNG ETIL ALKOHOL

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI SALINAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR P-11/BC/2007 TENTANG

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALIN AN PERATURAN MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 /PMK.04/2015 TENTANG

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR: KEP-06/BC/1996 TENTANG TATA CARA PEMESANAN PITA CUKAI HASIL TEMBAKAU DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI,

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 146/PMK.04/2010 TENTANG

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR : KEP-17/BC/1998 TENTANG

Sehubungan dengan diterbitkannya surat tagihan (STCK-1) nomor :...(6)... tanggal...(7)... (terlampir), kami yang bertanda tangan di bawah ini:

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI SALINAN INSTRUKSI DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR : INS-01/BC/2007

ftj fiij r l 9. Warna Pita Cukai... (10)... : Golongan tarif cukai... (11)... CK-1A Asli/KeduajKetiga

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR PER - 01 /BC/2014 TENTANG

Nomor : S- 21 /BC/ Januari 2008 Sifat : Segera Lampiran : Satu berkas Hal : Modul Pelaporan Online

Isi :...(5) Tarif :.(5) Belum dilekati (Bungkus) Telah dilekati (Bungkus)

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR PER - 49 /BC/2011 TENTANG

Jumlah PPN sesuai Jumlah PPN Tarif Ef ektif Eceran (Rp) Dokumen CK-1 Pembetulan

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 70 / PMK.04 / 2009 TENTANG

Transkripsi:

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI Jl. Jenderal A. Yani Jakarta 13230 Kotak Pos 108 Jakarta 10002 Telepon : 4890308 Faksimili : 4897544 www.beacukai.go.id Yth. 1. Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai; 2. Kepala Kantor Pelayanan Utama; dan 3. Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai di seluruh Indonesia SURAT EDARAN Nomor: SE- 27/BC/2009 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN TATA CARA PENETAPAN TARIF CUKAI HASIL TEMBAKAU Sehubungan dengan telah ditetapkannya Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 181/PMK.011/2009 tentang Tarif Cukai Hasil Tembakau dan Peraturan Direktur Jenderal Bea dan Cukai Nomor P- 43/BC/2009 tentang Tata Cara Penetapan Tarif Cukai Hasil Tembakau, dipandang perlu untuk mengatur Petunjuk Pelaksanaan Penetapan Tarif Cukai Hasil Tembakau dalam Surat Edaran Direktur Jenderal Bea dan Cukai sebagai berikut: A. Bahwa dalam PMK Nomor 181/PMK.011/2009, diatur hal-hal yang baru berkaitan dengan tarif cukai hasil tembakau antara lain: 1. Perubahan tarif cukai untuk hasil tembakau jenis SKM, SPM, SKT, SPT, SKTF, dan SPTF sesuai dengan Lampiran II PMK 181/PMK.011/2009. 2. Penyesuaian tarif cukai atas Pengusaha Pabrik hasil tembakau yang mengalami kenaikan golongan Pengusaha Pabrik hasil tembakau untuk tahun 2010, mulai berlaku setelah 6 (enam) bulan sejak tanggal keputusan mengenai penyesuaian golongan Pengusaha Pabrik hasil tembakau, dan tidak melebihi tahun takwim 2010. 3. Penegasan tentang penetapan tarif cukai atas merek hasil tembakau yang pernah ditetapkan namun sudah tidak berlaku yaitu harus memenuhi ketentuan: a. hanya dapat diajukan setelah 6 (enam) bulan berturut-turut sejak pemesanan pita cukai terakhir; b. tarif cukai hasil tembakau atas merek tersebut tidak boleh lebih rendah dari penetapan tarif cukai hasil tembakau yang terakhir; dan c. harga jual eceran yang diberitahukan sekurang-kurangnya sama dengan harga jual eceran yang terakhir ditetapkan oleh Kepala Kantor atau diberitahukan oleh Pengusaha Pabrik hasil tembakau atau Importir. 4. Terhadap merek hasil tembakau yang pernah terkait dengan tindak pidana di bidang cukai, penetapan kembali hanya dapat diajukan setelah 2 (dua) tahun sejak keputusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap. 5. Terhadap hasil tembakau jenis TIS, KLB, KLM, CRT, dan HPTL walaupun tidak mengalami perubahan tarif cukai, harus ditetapkan kembali. B. Tata cara pemberlakuan penetapan penyesuaian tarif cukai karena kenaikan golongan pada tahun 2010 sebagai berikut: 1. Pabrik A, produksi pabrik berdasarkan dokumen pemesanan pita cukai (CK-1) melampaui Batasan Jumlah Produksi Pabrik yang bersangkutan pada tanggal 25 April 2010, maka kepala Kantor: a. menetapkan Keputusan Penyesuaian Golongan Pengusaha Pabrik hasil tembakau pada tanggal 25 April 2010 dan keputusan ini mulai berlaku pada tanggal 25 April 2010; dan b. menetapkan Keputusan Penyesuaian Tarif Cukai Hasil Tembakau pada tanggal 25 April 2010 dan keputusan ini mulai diberlakukan mulai tanggal 25 Oktober 2010.

2. Pabrik A, produksi pabrik berdasarkan dokumen pemesanan pita cukai (CK-1) melampaui Batasan Jumlah Produksi Pabrik yang bersangkutan pada tanggal 25 September 2010, maka kepala Kantor: a. menetapkan Keputusan Penyesuaian Golongan Pengusaha Pabrik hasil tembakau pada tanggal 25 September 2010 dan keputusan ini mulai berlaku pada tanggal 25 September 2010; dan b. menetapkan Keputusan Penyesuaian Tarif Cukai Hasil Tembakau pada tanggal 25 September 2010 dan keputusan ini mulai diberlakukan mulai tanggal 31 Desember 2010. C. Perhitungan Penetapan Kembali Tarif Cukai Hasil Tembakau 1. Perhitungan penetapan kembali tarif cukai atas masing-masing merek hasil tembakau yang HJE-nya masih berlaku dilakukan oleh Kepala Kantor tanpa permohonan dari Pengusaha Pabrik hasil tembakau atau Importir. a. Merek A jenis SKT isi 12 batang, merupakan produk Pengusaha Pabrik hasil Peraturan Menteri Keuangan Nomor 203/PMK.011/2008), tarif cukai Rp 200 per batang, HJE Rp 8.900. Nomor 181/PMK.011/2009) oleh kepala Kantor menjadi Rp Rp 215 per batang, HJE Rp 8.900. b. Merek B jenis SKM isi 12 batang, merupakan produk Pengusaha Pabrik hasil Peraturan Menteri Keuangan Nomor 203/PMK.011/2008), tarif cukai Rp 290 per batang, HJE Rp 8.050. Nomor 181/PMK.011/2009) oleh kepala Kantor menjadi Rp Rp 310 per batang, HJE Rp 8.050. c. Merek C jenis SPM isi 12 batang, merupakan produk Pengusaha Pabrik hasil Peraturan Menteri Keuangan Nomor 203/PMK.011/2008), tarif cukai Rp 185 per batang, HJE Rp 7.500. Nomor 181/PMK.011/2009) oleh kepala Kantor menjadi Rp Rp 225 per batang, HJE Rp 8.500. d. Merek D jenis SKT isi 12 batang, merupakan produk Pengusaha Pabrik hasil tembakau golongan III. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 203/PMK.011/2008), tarif cukai Rp 40 per batang, HJE Rp 3.550. Nomor 181/PMK.011/2009) oleh kepala Kantor menjadi Rp Rp 65 per batang, HJE Rp 3.550. e. Merek E jenis SKM isi 12 batang, merupakan produk Pengusaha Pabrik hasil Peraturan Menteri Keuangan Nomor 203/PMK.011/2008), tarif cukai Rp 210 per batang, HJE Rp 5.350. Nomor 181/PMK.011/2009) oleh kepala Kantor menjadi Rp Rp 230 per batang, HJE Rp 5.350.

f. Merek F jenis SKM isi 16 batang, merupakan produk Pengusaha Pabrik hasil Peraturan Menteri Keuangan Nomor 203/PMK.011/2008), tarif cukai Rp 175 per batang, HJE Rp 6.475. Nomor 181/PMK.011/2009) oleh kepala Kantor menjadi Rp Rp 195 per batang, HJE Rp 6.475. g. Merek G jenis SKT isi 10 batang, merupakan produk Pengusaha Pabrik hasil Peraturan Menteri Keuangan Nomor 203/PMK.011/2008), tarif cukai Rp 80 per batang, HJE Rp 3.575. Nomor 181/PMK.011/2009) oleh kepala Kantor menjadi Rp Rp 95 per batang, HJE Rp 3.575. h. Merek H jenis TIS isi 100 gram, merupakan produk Pengusaha Pabrik hasil tembakau tanpa golongan. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 203/PMK.011/2008), tarif cukai Rp 5 per gram, HJE Rp 4.000. Nomor 181/PMK.011/2009) oleh kepala Kantor menjadi Rp Rp 5 per gram, HJE Rp 4.000. 2. Perhitungan penetapan tarif cukai merek baru dilakukan oleh Kepala KPPBC atas Pengusaha Pabrik hasil tembakau atau Importir didasarkan atas permohonan Pengusaha Pabrik/Importir. a. Pabrik PR. HH yang baru berdiri mengajukan penetapan tarif cukai atas merek H (merek baru) jenis SKM dengan HJE diberitahukan adalah Rp 5.350 isi 12 batang. HJE yang diberitahukan adalah Rp 5.350. Jika dibagi isi kemasan 12 batang maka HJE/batang adalah Rp 445,8. Besarnya HJE/batang tersebut berada dalam batasan harga jual eceran per batang atau gram golongan II layer 1 dengan rentang harga jual eceran lebih dari Rp 430 per batang, maka penetapan tarif cukainya adalah Rp 230 per batang. b. Pabrik PR. MM sudah lama berdiri, merupakan Pengusaha Pabrik jenis SKM golongan I, mengajukan penetapan tarif cukai atas merek M (merek baru) dengan HJE diberitahukan adalah Rp 8.050 isi 12 batang. HJE yang diberitahukan adalah Rp 8.050. Jika dibagi isi kemasan 12 batang maka HJE/batang adalah Rp 670,8. Besarnya HJE/batang tersebut berada dalam batasan harga jual eceran per batang atau gram golongan I layer 1 dengan rentang harga jual eceran lebih dari Rp 660 per batang, maka penetapan tarif cukainya adalah Rp 310 per batang. 3. Perhitungan penetapan penyesuaian tarif cukai. a. Pabrik PR. J golongan I, jenis SKM, merek J dengan HJE per kemasan Rp 8.900, isi 12 batang, dan tarif cukai Rp 310 per batang. Merek tersebut di pasaran dijual sebesar Rp 9.500. Harga Transaksi Pasar tersebut jika dibandingkan dengan HJE per kemasan mengalami kenaikan melebihi 5% yaitu sebesar 6,7%. Pabrik tersebut wajib mengajukan permohonan penyesuaian kenaikan harga jual eceran menjadi Rp 9.500.

HJE yang dimohonkan penyesuaian tarif cukainya disesuaikan dan ditetapkan menjadi Rp 9.500. Jika dibagi isi kemasan 12 batang maka HJE/batang adalah Rp 791,6. Besarnya HJE/batang tersebut berada dalam batasan harga jual eceran per batang atau gram golongan I layer 1 dengan rentang harga jual eceran lebih dari Rp 660 per batang, maka penetapan tarif cukainya adalah Rp 310 per batang. b. Pabrik PR. K golongan II (golongan II layer 2), jenis SKM, merek K dengan HJE per kemasan Rp 5.000, isi 12 batang, dan tarif cukai Rp 195 per batang. Merek tersebut di pasaran dijual sebesar Rp 5.600. Harga Transaksi Pasar jika dibandingkan dengan HJE per kemasan mengalami kenaikan sehingga Harga Transaksi Pasar telah melampaui harga jual eceran per batang atau gram di atasnya. Pabrik tersebut wajib mengajukan permohonan penyesuaian kenaikan harga jual eceran menjadi Rp 5.600. HJE yang dimohonkan penyesuaian tarif cukainya disesuaikan dan ditetapkan menjadi Rp 5.600. Jika dibagi isi kemasan 12 batang maka HJE/batang adalah Rp 466,6. Besarnya HJE/batang tersebut berada dalam batasan harga jual eceran per batang atau gram golongan II layer 1 dengan rentang harga jual eceran lebih dari Rp 430 per batang, maka penetapan tarif cukainya adalah Rp 230 per batang. c. Pabrik PR. L golongan II (golongan II layer 2), jenis SKM, merek L dengan HJE per kemasan Rp 5.000, isi 12 batang, dan tarif cukai Rp 195 per batang. Berdasarkan hasil pemantauan Direktorat Cukai, merek tersebut di pasaran pada wilayah dan dalam periode pemantauan tertentu kedapatan dijual rata-rata melebihi HJE yaitu Rp 5.600. Harga Transaksi Pasar jika dibandingkan dengan HJE per kemasan mengalami kenaikan sehingga Harga Transaksi Pasar telah melampaui harga jual eceran per batang atau gram di atasnya. Pabrik tersebut wajib mengajukan permohonan penyesuaian kenaikan harga jual eceran menjadi Rp 5.600. Direktur Cukai memberitahukan kepada Pengusaha Pabrik tersebut. Dalam hal selama 30 hari tidak ada respon dari Pengusaha Pabrik tersebut maka Direktur Cukai memberitahukan kepada Kepala Kantor untuk melakukan penyesuaian tarif cukai. HJE per kemasan untuk merek L disesuaikan dan ditetapkan menjadi Rp. 5.500 berdasarkan Harga Transaksi Pasar tersebut. Jika dibagi isi kemasan 12 batang maka HJE/batang adalah Rp 466,6. Besarnya HJE/batang tersebut berada dalam batasan harga jual eceran per batang atau gram golongan II layer 1 dengan rentang harga jual eceran lebih dari Rp 430 per batang, maka penetapan tarif cukainya adalah Rp 230 per batang. D. Dalam hal terdapat Pengusaha Pabrik hasil tembakau dalam tahun takwim 2009 produksinya kurang dari batasan jumlah produksi pabrik yang berlaku bagi Pengusaha Pabrik hasil tembakau, maka Pengusaha Pabrik hasil tembakau dapat mengajukan permohonan penurunan golongan kepada Kepala Kantor paling lambat bulan Januari tahun 2010 dan sebelum dokumen pemesanan pita cukai pertama kali di ajukan pada bulan Januari tahun 2010. Pabrik A tahun 2009 masuk pada golongan II jenis SKT. Jumlah produksi selama tahun 2009 sebanyak 400 juta batang sampai dengan akhir Desember 2009. Pabrik A dapat mengajukan permohonan untuk menurunkan golongan, ke golongan III di tahun 2010 mulai hari kerja pertama sampai dengan hari kerja terakhir pada bulan Januari 2010. 1. Pengajuan permohonan penurunan golongan pada tanggal 12 Januari 2010. Pabrik A sampai dengan tanggal 12 Januari 2010 belum pernah mengajukan pemesanan pita cukai dengan tarif golongan II, maka permohonan penurunan golongan menjadi golongan III Pabrik A dapat disetujui. 2. Pengajuan permohonan penurunan golongan pada tanggal 12 Januari 2010. Pabrik A pada tanggal 5 Januari 2010 telah mengajukan pemesanan pita cukai dengan tarif golongan II, maka permohonan penurunan golongan menjadi golongan III Pabrik A ditolak karena telah mengajukan pemesanan pita cukai sebagai golongan II.

E. Atas P3C pengajuan awal untuk pita cukai kebutuhan bulan Januari 2010 dapat diajukan mulai tanggal 26 November 2009 sampai dengan 10 Desember 2009 dengan menggunakan tarif cukai yang baru sesuai PMK 181/PMK.011/2009 tentang Tarif Cukai Hasil Tembakau. Demikian disampaikan untuk dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 18 November 2009 DIREKTUR JENDERAL ttd,- ANWAR SUPRIJADI NIP 120050332