BAB I PENDAHULUAN. yaitu sebagai salah satu faktor utama dalam investasi. Perubahan yang cepat

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. sangat indah membuat investor asing berbondong-bondong ingin berinvestasi di

BAB 1 PENDAHULUAN. khususnya dalam bidang harta kekayaan menjadi pendorong tumbuh dan

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN DAN PERJANJIAN NOMINEE. Perjanjian sebagaimana didefinisikan oleh ketentuan pasal 1313

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN. Universitas. Indonesia

HAK WARGA NEGARA ASING ATAS PENGUASAAN TANAH DI INDONESIA. Oleh : Vina Jayanti I Nyoman Wita. Bagian Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana

ABSTRAK. Kata Kunci : Hukum Agraria, Hak Milik Atas Tanah, Perjanjian Nominee, WNA ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. hukum tentang tanah diatur dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang

BAB I PENDAHULUAN. penyerahan tanah hak kepada pihak lain untuk selama-lamanya (hak atas tanah

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan berkembangnya jumlah penduduk, kebutuhan akan tanah terus

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat dalam kehidupan sehari-hari senantiasa akan melakukan

AKIBAT HUKUM PERJANJIAN PEMILIKAN HAK ATAS TANAH UNTUK WARGA NEGARA ASING (WNA) DENGAN AKTA NOMINEE

BAB I PENDAHULUAN. dan kewenangan lainnya sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Jabatan

Lex Privatum Vol. V/No. 5/Jul/2017

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI PENDAFTARAN TANAH, HAK MILIK ATAS TANAH, DAN PERALIHAN HAK ATAS TANAH

BAB I PENDAHULUAN. haknya atas tanah yang bersangkutan kepada pihak lain (pembeli). Pihak

BAB I PENDAHULUAN. yaitu saat di lahirkan dan meninggal dunia, dimana peristiwa tersebut akan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Hal janji adalah suatu sendi yang amat penting dalam Hukum

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan sarana dan prasarana lainnya. akan lahan/tanah juga menjadi semakin tinggi. Untuk mendapatkan tanah

BAB I PENDAHULUAN. kehidupannya, matipun manusia masih memerlukan tanah. berbagai persoalan dibidang pertanahan khususnya dalam hal kepemilikan

BAB I PENDAHULUAN. Tanah memiliki nilai yang tinggi dilihat dari kacamata apapun, termasuk

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan sarana teknologi menjadikan interaksi antar negara dan antara

BAB I PENDAHULUAN. layak dan berkecukupan. Guna mencukupi kebutuhan hidup serta guna

BAB III TINJAUAN TEORITIS TENTANG PERJANJIAN

BAB I P E N D A H U L U AN

KEKUATAN HUKUM DARI SEBUAH AKTA DI BAWAH TANGAN

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN DAN PERJANJIAN KONSINYASI. dan perikatan itu merujuk pada dua hal yang berbeda, perikatan ialah suatu hal

BAB 1 PENDAHULUAN. Perjanjian pengalihan..., Agnes Kusuma Putri, FH UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. lain untuk membayar harga yang telah dijanjikan. 1 Berdasarkan rumusan

BAB I PENDAHULUAN. seseorang dilahirkan, maka ia dalam hidupnya akan mengemban hak dan

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar 1945 yang menyatakan: Bumi air dan kekayaan

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

KEABSAHAN PERJANJIAN NOMINEE KEPEMILIKAN SAHAM DALAM PENDIRIAN PERSEROAN TERBATAS

BAB II KEDUDUKAN PARA PIHAK DALAM PENGALIHAN HAK ATAS BANGUNAN

BAB II TINJAUAN UMUM. Secara umum, kuasa diatur dalam bab ke-16, Buku III Kitab Undang-

Oleh : Ni Putu Dian Putri Pertiwi Darmayanti Ni Nyoman Sukerti I Wayan Novy Purwanto. Program Kekhususan Hukum Perdata Fakultas Hukum Udayana

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN DAN PENGATURAN MENURUT KUH PERDATA. A. Pengertian Perjanjian dan Asas Asas dalam Perjanjian

PENDAHULUAN. Jual beli adalah suatu persetujuan dengan mana pihak yang satu

AKIBAT HUKUM TERHADAP PENGUASAAN HAK MILIK ATAS TANAH OLEH ORANG ASING BERDASARKAN PERJANJIAN PINJAM NAMA (NOMINEE)

BAB II PERJANJIAN JUAL BELI MENURUT KUHPERDATA. antara dua orang atau lebih. Perjanjian ini menimbulkan sebuah kewajiban untuk

KLASIFIKASI PERJANJIAN KELOMPOK I DWI AYU RACHMAWATI (01) ( )

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya setiap orang yang hidup di dunia dalam memenuhi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat dalam kehidupan sosialnya senantiasa akan melakukan

BAB I PENDAHULUAN. yang sama dan apabila diperlukan bisa dibebani dengan bunga. Karena dengan

Pendayagunaan tanah secara berlebihan serta ditambah pengaruh-pengaruh alam akan menyebabkan instabilitas kemampuan tanah. 1 Jumlah tanah yang statis

BAB IV. A. Analisis Hukum Mengenai Implementasi Undang-Undang Nomor 5. Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria

BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN. Perjanjian menurut pasal 1313 KUH Perdata adalah suatu perbuatan dengan

PENGUASAAN TANAH OLEH WARGA NEGARA ASING DENGAN PERJANJIAN PINJAM NAMA (NOMINEE) DI WILAYAH INDONESIA MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1960

BAB I PENDAHULUAN. beli, tetapi disebutkan sebagai dialihkan. Pengertian dialihkan menunjukkan

BAB I PENDAHULUAN. penting bagi rakyat Indonesia guna meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia di dalam kehidupannya mempunyai bermacam-macam kebutuhan

TINJAUAN HUKUM PENYELESAIAN PERKARA PEMBATALAN AKTA HIBAH. (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Surakarta)

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi dengan alam kehidupan sekitarnya. 1. ketentuan yang harus dipatuhi oleh setiap anggota masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. masih tetap berlaku sebagai sumber utama. Unifikasi hak-hak perorangan atas

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam hidupnya akan mengalami berbagai peristiwa hukum.

BAB I PENDAHULUAN. Tanah merupakan kekayaan alam yang mempunyai arti sangat penting

BAB II PERJANJIAN DAN WANPRESTASI SECARA UMUM

BAB I PENDAHULUAN. pihak untuk saling mengikatkan diri. Dalam kehidupan sehari-hari seringkali

BAB I PENDAHULUAN. signigfikan terhadap sistem ekonomi global dewasa ini. Teknologi telah

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan yaitu mewujudkan pembangunan adil dan makmur, berdasarkan. Pancasila dan Undang-undang Dasar Republik Indonesia 1945.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Era reformasi merupakan era perubahan dalam kehidupan berbangsa dan

BAB I PENDAHULUAN. sedang pihak lain menuntut pelaksanaan janji itu. 1. perjanjian dalam Pasal 1313 KUHPerdata adalah Suatu perjanjian adalah

BAB I PENDAHULUAN. bangsa sepanjang masa dalam mencapai sebesar-besar kemakmuran rakyat yang

BAB I PENDAHULUAN. yang satu ke orang lain.tanah sebagai benda yang bersifat permanen tetap, banyak

BAB I PENDAHULUAN. dengan segala macam kebutuhan. Dalam menghadapi kebutuhan ini, sifat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Di dalam Negara Republik Indonesia, yang susunan kehidupan rakyatnya,

HIBAH TANAH PEMERINTAHAN KABUPATEN/KOTA KEPADA WARGA NEGARA INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. kalangan individu maupun badan usaha. Dalam dunia usaha dikenal adanya

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. orang lain baik dalam ranah kebendaan, kebudayaan, ekonomi dan

BAB I PENDAHULUAN. berbagai usaha yang dilakukan oleh masyarakat Indonesia guna meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Hukum waris perdata dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, termasuk

BAB I PENDAHULUAN. hukum membutuhkan modal untuk memulai usahanya. Modal yang diperlukan

BAB I PENDAHULUAN. negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.

istilah perjanjian dalam hukum perjanjian merupakan kesepadanan Overeenkomst dari bahasa belanda atau Agreement dari bahasa inggris.

BAB I PENDAHULUAN. saseorang pasti mendapatkan sesuatu, baik dalam bentuk uang maupun barang

BAB II KONTRAK PENGADAAN BARANG. A. Pengertian Kontrak Menurut KUHPerdata Didalam perundang-undangan tidak disebutkan secara tegas pengertian

AKIBAT HUKUM TERHADAP PERJANJIAN NOMINEE DALAM KEPEMILIKAN TANAH DI KABUPATEN GIANYAR OLEH ORANG ASING

AKIBAT HUKUM TERHADAP KEPEMILIKAN TANAH DI BALI OLEH ORANG ASING DENGAN PERJANJIAN NOMINEE

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Didalam masyarakat yang sedang berkembang seperti sekarang ini, kebutuhan

ASAS KEBEBASAN BERKONTRAK DALAM PERJANJIAN BAKU 1 Oleh: Dyas Dwi Pratama Potabuga 2

Lex Privatum, Vol. III/No. 4/Okt/2015

DALUWARSA PENGHAPUS HAK MILIK DALAM SENGKETA PERDATA

BAB I PENDAHULUAN. seperti: investasi dalam pembelian ternak, pembelian tanah pertanian, atau

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan serta penghidupan masyarakat baik dari segi sosial, ekonomi,

MAKALAH KONTRAK. Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengantar Hukum Bisnis DosenPengampu :Andy Kridasusila, SE, MM.

BAB I PENDAHULUAN. khusus (benoemd) maupun perjanjian umum (onbenoemd) masih berpedoman

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUM PERJANJIAN. dua istilah yang berasal dari bahasa Belanda, yaitu istilah verbintenis dan

BAB I PENDAHULUAN. produknya baik barang atau jasa dapat melakukan dengan berbagai cara, yaitu

PENDAHULUAN. Tanah merupakan salah satu kebutuhan pokok bagi masyarakat di. Indonesia. Kebutuhan masyarakat terhadap tanah dipengaruhi oleh jumlah

BAB I PENDAHULUAN. lain sebagai tempat tinggal, tempat untuk melakukan berbagai aktifitas

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN JUAL BELI. 2.1 Pengertian dan Pengaturan Perjanjian Jual Beli

BAB I PENDAHULUAN. macam kegiatan untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Untuk dapat memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. dalam negeri serta turut aktif dalam membina kemitraan dengan Usaha Kecil dan

PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENENTUKAN BESARNYA SUKU BUNGA PINJAMAN DALAM SENGKETA HUTANG PIUTANG (STUDI KASUS DI PENGADILAN NEGERI SURAKARTA)

BAB I PENDAHULUAN. mendukung pelaksanaan dan penerapan ketentuan hukum pidana materiil,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Manusia dalam kehidupannya sehari-hari memiliki kebutuhankebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. tanpa orang lain. Manusia dikatakan mahluk sosial, juga di karenakan pada diri

BAB I PENDAHULUAN. Perolehan dan peralihan hak atas tanah dapat terjadi antara lain melalui: jual

BAB I PENDAHULUAN. Dalam fase kehidupan manusia terdapat tiga peristiwa penting yaitu, kelahiran,

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan dewasa ini mendorong adanya perubahan fungsi tanah, yaitu sebagai salah satu faktor utama dalam investasi. Perubahan yang cepat tersebut seringkali tidak diikuti oleh perkembangan hukum yang berlaku di masyarakat, sehingga menimbulkan adanya ketimpangan antara perkembangan ekonomi dan perkembangan hukum yang berlaku. Hal ini sangat dirasakan di bidang perdagangan, khususnya di bidang hukum perjanjian. Dalam sebuah Negara yang berkembang seperti Indonesia, penanaman modal baik penanaman modal dalam negeri maupun penanaman modal asing sering membutuhkan lokasi tanah untuk keperluan pengelolaannya. Untuk itu biasanya pemilik modal mencari bidang-bidang tanah yang strategis bagi pengembangan usahanya, karena bagi investor penguasaan tanah merupakan investasi jangka panjang yang sangat menguntungkan. Akan tetapi tidak dapat dipungkiri bahwa investor asing sangat tertarik untuk mengusasi tanah bukan saja untuk keperluan bisnis, tetapi juga untuk keperluan pribadi. Dalam tatanan hukum Pertanahan di Indonesia, hubungan hukum antara orang, baik antara Warga Negara Indonesia dengan Warga Negara Asing, serta perbuatan hukumnya yang berkaitan dengan tanah telah diatur dalam Undang- Undang Nomor 5 tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria. 1 1 Kartini Muljadi, 2004, Hak-hak Atas Tanah, Prenada Media, Jakarta, h. 11. 11

Sesuai dengan ketentuan di dalam Undang-Undang Nomor 5 tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria, orang asing tidak dibolehkan memiliki Hak Milik dalam peruntukan tanah di Indonesia, melainkan berhak memiliki Hak Pakai. Hak milik menurut pasal 20 ayat (1) Undang-Undang Nomor 5 tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria, yaitu hak turun temurun, terkuat, dan terpenuh, yang dapat dipunyai orang atas tanah. Kata-kata terkuat dan terpenuh itu bermaksud untuk membedakan dengan hak guna usaha, hak guna bangunan, hak pakai, dan lain-lain, yaitu untuk menunjukan bahwa diantara hak-hak atas tanah yang dapat dipunyai oleh orang, hak miliklah yang paling kuat dan terpenuh. Pasal 9 jo. Pasal 21 ayat (1) Undang-Undang Nomor 5 tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria, menentukan bahwa hanya WNI yang dapat menjadi subyek Hak Milik. Lebih lanjut secara tegas ditentukan di dalam Pasal 26 ayat (2), bahwa setiap perbuatan hukum yang langsung atau tidak langsung memindahkan hak milik kepada orang asing adalah batal karena hukum. Bahwa konsekuensi terhadap perbuatan hukum sebagaimana dimaksud dalam pasal 26 ayat (2) di atas adalah wajib melepaskan hak itu di dalam jangka waktu satu tahun sejak diperolehnya hak tersebut atau hilangnya kewarganegaraan tersebut, hal ini sesuai dengan pasal 21 ayat (3) Undang-Undang Nomor 5 tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria yang menyatakan bahwa orang asing yang sesudah berlakunya Undang-Undang ini memperoleh Hak Milik karena pewarisan tanpa wasiat atau percampuran harta karena perkawinan, demikian pula Warga Negara Indonesia yang mempunyai Hak Milik dan setelah 12

berlakunya Undang-Undang ini kehilangan kewarganegaraannya, wajib melepaskan hak itu dalam jangka waktu satu tahun sejak diperolehnya hak tersebut atau hilangnya kewarganegaraan itu. Sejak berlakunya Undang-Undang Nomor 5 tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria, telah membawa akibat terhadap berbagai aspek hukum yang sebelumnya telah berlaku dan mempunyai kekuatan mengikat dalam pergaulan masyarakat. Salah satu peraturan pelaksanaan Undang-Undang Nomor 5 tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria, yang belum terwujud adalah Peraturan Pemerintah tentang Hak Pakai. Dalam rangka penyusunan Rancangan Peraturan Pemerintah tentang Hak Pakai, khususnya tentang kemungkinan pemberian Hak Pakai bagi Warga Negara Asing (WNA) paling tidak harus diperhatikan perkembangan dari segi yuridis, politis, serta ekonomis. Dasar hukum perjanjian yang berlaku di masyarakat adalah Burgerlijk Wetboek atau disebut juga Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata) yaitu yang diatur dalam Buku III KUHPerdata yang berjudul Perikatan. Belum pernah ada produk undang-undang yang baru dan berlaku bagi semua orang untuk mengubah ketentuan-ketentuan yang ada dalam buku III KUHPerdata. Hal ini menunjukkan bahwa ketentuan tersebut tidak mengikuti perkembangan jaman, contohnya adalah mengenai bentuk perjanjian. Di dalam KUHPerdata diatur beberapa bentuk perjanjian, diantaranya adalah perjanjian jual beli, tukar menukar, sewa menyewa, penitipan barang, 13

pinjam meminjam, pemberian kuasa, hibah dan pinjam pakai. 2 Perkembangan masyarakat dewasa ini telah bermunculan berbagai bentuk perjanjian di luar KUHPer (atau disebut juga perjanjian innominaat atau perjanjian tidak bernama). Contohnya perjanjian beli-sewa perjanjian production sharing, joint venture, leasing, perjanjian nominee atau disebut nominee agreement, Master Settlement And Acquisition Agreement (MSAA). 3 Perjanjian innominaat sering dipraktekkan oleh Warga negara Asing sebagai upaya untuk menguasai tanah di Indonesia. Warga Negara Asing bukan merupakan subyek Hak Milik, sehingga seringkali terjadi penyimpanganpenyimpangan terhadap aturan yang berlaku berkaitan dengan kepemilikan tanah di Indonesia. Warga Negara Asing menggunakan berbagai cara untuk menguasai tanah di Indonesia dan hal tersebut diketahui oleh pejabat yang berwenang. Ada bermacam-macam cara yang digunakan, salah satunya adalah perjanjian nominee, yaitu melakukan jual beli atas nama seorang Warga Negara Indonesia (WNI). Perjanjian nominee digunakan oleh Warga Negara Asing sebagai upaya menguasai tanah di Indonesia, yaitu dengan dengan cara mendaftarkan tanah tersebut atas nama Warga Negara Indonesia yang ditunjuk sebagai Nominee. Perjanjian ini dibuat dengan akta dibawah tangan antara Warga Negara Asing dan Warga Negara Indonesia, dengan perjanjian tersebut Warga Negara Asing dapat menguasai bidang tanah di Indonesia, hal ini sering terjadi dalam praktek kenotariatan dan PPAT. 2 Salim H.S.,2009, Perkembangan Hukum Kontrak Innominaat di Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta, (Selanjutnya disebut Salim H.S I), h.2. 3 Suharnoko, 2009, Hukum Perjanjian Teori dan Analisa Kasus, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, h. 14. 14

Mengenai Perjanjian nominee tersebut, sebenarnya Pemerintah RI secara implisit sudah mengakuinya secara terbatas, hal ini bisa dilihat dengan adanya definisi nominee pada peraturan Dirjen Pajak Nomor PER-62/PJ./2009 tentang Pencegahan Penyalahgunaan Persetujuan Penghindaran Pajak Berganda. Perjanjian nominee yang akan dibahas dalam skripsi ini adalah nominee agreement di bidang pertanahan, khususnya di Kabupaten Badung, Bali. Bali merupakan tempat wisata yang terkenal di berbagai negara dan banyak dikunjungi oleh wisatawan asing dari manca negara. Keindahan alam, karya seni, budaya, serta adat istiadat yang dianut oleh masyarakat Bali itulah yang menyebabkan banyak Warga Negara Asing berkunjung dan pada akhirnya berkeinginan untuk membeli atau menguasai bidang tanah di daerah Bali dengan Hak Milik. Namun keinginan tersebut tidak dapat terpenuhi, karena pemerintah melarang Warga Negara Asing untuk menguasai bidang tanah dengan Hak Milik, sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 5 tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria. Untuk menyiasati hal tersebut dibuatlah perjanjian nominee, dengan perjanjian nominee Warga Negara Asing dapat menguasai bidang tanah di Bali, yaitu dengan cara mendaftakan kepemilikan tanah tersebut atas nama Warga Negara Indonesia yang ditunjuk sebagai nominee. Pasal 19 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Perturan Dasar Pokok-Pokok Agraria jo. Peraturan Pemerintah Nomor 10 tahun 1961 jo Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang pendaftaran tanah, menganut asas negatif, artinya belum tentu seseorang yang telah tertulis namanya pada sertipikat adalah mutlak sebagai pemilik. 15

Atas dasar uraian tersebut di atas, maka penulis dalam rangka menyelesaikan tugas akademis guna memperoleh gelar sarjana memilih judul KEKUATAN HUKUM PERJANJIAN NOMINEE DALAM PENGUASAAN HAK ATAS TANAH OLEH WARGA NEGARA ASING 1.2 Rumusan Masalah Dari uraian di atas, akan disampaikan beberapa masalah yang kemudian menjadi pembahasan dalam penulisan skripsi ini, adapun permasalahannya adalah sebagai berikut : 1. Bagaimanakah kekuatan hukum perjanjian nominee antara WNI dan WNA di Indonesia yang berkaitan dengan penguasaan hak atas tanah, menurut peraturan perundang-undangan di Indonesia? 2. Bagaimanakah perlindungan hukum terhadap WNA, atas pelanggaran perjanjian nominee yang dilakukan oleh WNI yang ditunjuk sebagai nominee? 1.2 Ruang Lingkup Masalah Pada suatu penulisan karya ilmiah perlu ditentukan secara tegas mengenai batasan permasalahan yang akan dibahas. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari pembahasan menyimpang dari pokok bahasan, sehingga terhadap pokok permasalahan dapat diuraikan secara sistematis yang sekaligus akan menjadi syarat adanya isi dari penulisan suatu karya ilmiah. Ruang lingkup pembahasan dalam skripsi ini, akan dibatasi dalam dua pembatasan permasalahan. Pembatasan permasalahan pertama mengenai bagaimana perjanjian nominee antara Warga Negara Asing dengan Warga Negara 16

Indonesia berkaitan dengan penguasaan Hak Atas Tanah, dengan uraian meliputi : penguasaan hak atas tanah oleh Warga Negara Asing, kekuatan hukum perjanjian nominee antara Warga Negara Asing dengan Warga Negara Indonesia menurut peraturan perundang-undangan. Pada pembatasan permasalahan kedua tentang pelanggaran perjanjian nominee yang dilakukan oleh Warga Negara Indonesia, yang meliputi beberapa substansi yaitu: pelanggaran perjanjian nominee, perlindungan hukum bagi Warga Negara Asing atas pelanggaran perjanjian nominee yang dilakukan oleh Warga Negara Indonesia. 1.3 Tujuan Penelitian Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Tujuan Umum Tujuan Umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui penguasaan hak atas tanah untuk Warga Negara Asing di Indonesia, serta bentuk-bentuk perjanjian yang berlaku di Indonesia. b. Tujuan Khusus 1. Untuk mengetahui kekuatan hukum dari perjanjian nominee atas penguasaaan hak atas tanah oleh Warga Negara Asing di Indonesia, khususnya di Kabupaten Badung, Bali. 2. Untuk mengetahui perlindungan hukum yang dapat diberikan kepada Warga Negara Asing, atas pelanggaran perjanjian nominee yang dilakukan oleh Warga Negara Indonesia, yang namanya digunakan di dalam penguasaan hak atas tanah. 17

1.4 Manfaat Penelitian a. Manfaat Teoritis Penelitian diharapkan dapat dijadikan sebagai upaya menambah referensi dan pengembangan bacaan bagi pendidikan hukum khususnya mengenai perjanjian dalam Hukum Keperdataan dan Hukum Agraria. b. Manfaat Praktis Selain manfaat teoritis, terdapat juga manfaat praktis, yaitu dengan adanya hasil penelitian ini pada nantinya diharapkan dapat berguna untuk memecahkan permasalahan yang dihadapi khususnya pada bidang Hukum Keperdataan mengenai perjanjian dan Hukum Agraria, serta mendapat gambaran dan masukan bagi para pembaca, dan lembaga-lembaga yang terkait mengenai akibat hukum dari adanya pelanggaran terhadap perjanjian nominee bagi para pihak dalam perjanjian. 1.5 Landasan Teori dan Kerangka Berpikir 1.6.1 Landasan Teori Sebelum membahas skripsi ini, perlu kiranya diuraikan beberapa teori yang menjadi landasan berpikir dan yang berkaitan dengan pokok permasalahan dalam skripsi ini. Terlebih dahulu akan diuraikan secara singkat suatu tinjauan tentang pengertian perjanjian. Abdulkadir Muhammad mengemukakan bahwa perjanjian adalah suatu persetujuan dengan dua orang atau lebih saling mengikatkan diri untuk melaksanakan suatu hal mengenai harta kekayaan. 4 Jakarta, h.1 4 Gunawan Widjaja, 2010, Perikatan yang Lahir dari Perjanjian, Raja Grafindo Persada, 18

Ahli hukum lain yaitu R. Subekti, mempunyai pendapat bahwa perjanjian adalah suatu peristiwa dimana seorang berjanji kepada seorang lain atau dimana dua orang itu saling berjanji untuk melaksanakan suatu hal. 5 Menurut M. Yahya Harahap, perjanjian atau verbintenis mengandung pengertian, suatu hubungan hukum kekayaan / harta benda antara dua orang atau lebih, yang memberi kekuatan hak pada satu pihak untuk memperoleh prestasi dan sekaligus mewajibkan kepada pihak lain untuk menunaikan prestasi. 6 Menurut J.Satrio perjanjian dapat mempunyai dua arti, yaitu arti luas dan arti sempit, dalam arti luas suatu perjanjian berarti setiap perjanjian yang menimbulkan akibat hukum sebagai yang dikehendaki oleh para pihak termasuk didalamnya perkawinan, perjanjian kawin, dll, dan dalam arti sempit perjanjian disini berarti hanya ditujukan kepada hubungan-hubungan hukum dalam lapangan hukum kekayaan saja, seperti yang dimaksud oleh Buku III Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. 7 Dalam kepustakaan hukum, perjanjian dibagi menjadi perjanjian bernama dan perjanjian tidak bernama. Yang dinamakan dengan perjanjian bernama adalah perjanjian khusus yang diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, mulai dari Bab V tentag jual beli sampai dengan Bab XVIII tentang Perdamaian. Sedangkan yang dimaksud dengan perjanjian tidak bernama adalah perjanjian yang tidak diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Acara Perdata, misalnya mengenai sewa guna usaha dengan hak opsi (leasing), bangun-pakai-serah (Build 5 R. Subekti, 2000, Hukum Perjanjian, PT. Intermasa, Jakarta, h.21. 6 M. Yahya Harahap, 1986, Segi-Segi Hukum Perjanjian, Alumni, h.6. 7 Gunawan Widjaja, op.cit, h.2. 19

Operate-Transfer), perjanjian nominee dan lain-lain. 8 Menurut hukum kontrak Perancis, kehendak para pihak yang diwujudkan dalam kesepakatan adalah merupakan dasar mengikatnya suatu perjanjian. 9 Donald Harris dan Dennis Tallon, mengemukakan bahwa kehendak itu dapat dinyatakan dengan berbagai cara baik lisan maupun tertulis dan mengikat para pihak dengan segala akibat hukumnya. Sebagaimana diketahui bahwa Code Civil Perancis mempengaruhi Burgerlijk Wetboek Belanda, dan selanjutnya berdasarkan asas konkordansi Burgerlijk Wetboek Belanda diadopsi dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Indonesia. Berdasarkan asas kebebasan berkontrak yang tercantum dalam Pasal 1338 ayat 1 Kitab Undang-undang Hukum Perdata, suatu perjanjian yang dibuat secara sah, mengikat sebagai undang-undang bagi para pihak yang membuatnya. Selanjutnya di dalam Pasal 1338 ayat 3 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata menyebutkan bahwa setiap perjanjian harus dilaksanakan dengan itikad baik. 10 Menurut R. Subekti, jika pelaksanaan perjanjian menurut hurufnya, justru akan menimbulkan ketidakadilan, maka hakim mempunyai wewenang untuk menyimpang dari isi perjanjian menurut hurufnya. Dengan demikian jika pelaksanaan suatu perjanjian menimbulkan ketidakseimbangan atau melanggar rasa keadilan, maka hakim dapat mengadakan penyesuaian terhadap hak dan kewajiban yang tercantum dalam kontrak tersebut. 11 Definisi tentang nominee ditemukan di dalam kamus bahasa asing yaitu 8 Suharnoko, op.cit, h.3. 9 Gunawan Widjaja, op.cit. h.5 10 Suharnoko, op.cit, h.4 11 Suharnoko, op.cit, h.5. 20

person who is nominated for an affice or appointment. 12 Menurut Black s Law Dictionary, nominee adalah One designated to act for another as his representative in rather limited sense. It is used sometimes to signify an agent or trustee. It has no connotation, however, other than that of acting for another, in representation of another, or as the grantee of another. 13 Pada dasarnya Nominee adalah orang yang diangkat/ atau ditunjuk untuk mewakili orang lain dalam melakukan tindakan hukum tertentu. Nominee digunakan Warga Negara Asing untuk kepentingan penguasaan hak atas tanah. Perjanjian Nominee penguasaan hak atas tanah oleh oleh Warga Negara Asing merupakan suatu perjanjian yang dibuat antara seseorang yang diberi kuasa nominee dari pemberi kuasa, yaitu Warga Negara Asing kepada Warga Negara Indonesia sebagai yang dipercaya untuk dipakai namanya dalam transaksi yang meliputi jual beli tanah hak milik atas tanah. 14 Maria S.W Sumardjono menyatakan bahwa salah satu ciri Hak Milik adalah hak tersebut dapat menjadi induk hak atas tanah yang lain, misalnya Hak Guna Bangunan, Hak Sewa Untuk Bangunan, dan Hak Pakai. 15 Warga Negara Asing bukan merupakan subyek Hak Milik sehingga sering timbul gagasan untuk memberi kemungkinan Warga Negara Asing memiliki hak atas tanah yang dilarang oleh Undang-Undang Nomor 5 tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria, yaitu dengan mengadakan perjanjian 12 Hornby dan Cowie, 1984, Oxford Advance Learner s Dictionary of Current English, Oxford University Press. h.570 13 Bryan A. Garner, 1999, Black s Law Dictionary With Guide To Pronounciation, West Publishing, St.Paul, h.1072. 14 Maria, SW, Sumardjono, 2006, Kebijakan Pertanahan Antara Regulasi dan Implementasi, Kompas Media Nusantara, Jakarta, h.161. 15 Ibid, h.159. 21

antara WNI dan WNA untuk melakukan jual beli atas nama WNI. 1.6.2 Kerangka Berpikir Kerangka berpikir yang disusun berlandaskan pada teori-teori yang merujuk sebelumnya dengan memberikan gambaran mengenai masalah yang akan diteliti, kerangka berpikir penulis dapat dijabarkan sebagaimana yang diuraikan sebagai berikut, kerangka berpikir penulis yaitu bahwa saat ini telah berkembang di dalam masyarakat berbagai bentuk perjanjian di luar KUHPerdata atau disebut juga perjanjian innominat (perjanjian tidak bernama). Perjanjian innominat tersebut dibuat berdasarkan asas kebebasan berkontrak sebagaimana dimaksud dalam pasal 1338 KUHPerdata dan syarat sahnya perjanjian pasal 1320 KUHPerdata. Meskipun perjanjian innominaat tersebut tidak diatur secara khusus di dalam KUHPerdata, Perjanjian innominaat harus tetap tunduk pada peraturanperaturan di dalam Buku III KUHPerdata. Salah satu contoh dari perjanjian innominaat adalah perjanjian nominee penguasaan hak atas tanah oleh warga negara asing. Perjanjian nominee dibuat dengan memenuhi unsur syarat sahnya perjanjian dalam pasal 1320 KUHPerdata, namun di sisi lain perjanjian tersebut bertentangan dengan ketentuan yang terdapat di dalam Undang-Undang Nomor 5 tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria, Warga Negara Asing tidak boleh memiliki tanah di Indonesia. Dalam praktiknya perjanjian nominee yang berkembang di masyarakat ada kalanya menimbulkan permasalahan, misalnya salah satu pihak ternyata mengingkari apa yang diperjanjikannya. Untuk mengetahui kekuatan hukum dari perjanjian nominee dan perlindungan hukum yang dapat diberikan jika 22

terjadi permasalahan tersebut, maka diperlukan data-data yang mendukung. Dalam memperoleh data tersebut dilakukan penelitian pada Pengadilan Negeri Denpasar, Adapun data yang diperoleh adalah dari study documenter dengan mempelajari dan meneliti tentang putusan mengenai kasus perjanjian nominee yang terjadi di Kabupaten Badung. 1.6 Hipotesis Berkaitan dengan pembahasan di atas dapat dberikan jawaban sementara terhadap rumusan masalah yang diajukan, sebagai berikut : 1. Bahwa perjanjian nominee tidak memiliki kekuatan hukum yang mengikat, karena perjanjian nominee antara Warga Negara Asing dengan Warga Negara Indonesia mengenai penguasaan Hak Atas Tanah di Indonesia bertentangan dengan Undang-Undang Nomor 5 tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok- Pokok Agraria, yang menyebutkan bahwa hanya Warga Negara Indonesia yang boleh mempunyai Hak Milik Atas Tanah di Indonesia. Sehingga karena perjanjian nominee bertentangan dengan Undang-Undang, maka perjanjian nominee tersebut batal demi hukum. 2. Bahwa bentuk perlindungan hukum yang timbul bagi Warga Negara Asing apabila Warga Negara Indonesia terbukti bersalah melakukan pelanggaran terhadap perjanjian nominee, maka dapat dikenakan sanksi atau hukuman melalui putusan pengadilan berupa membayar ganti kerugian, dan membayar biaya perkara. 1.7 Metode Penelitian a. Jenis Penelitian 23

Sesuai dengan permasalahan yang dibahas, maka untuk dapat memenuhi syarat-syarat sebagai tulisan ilmiah harus mempergunakan metode penulisan tertentu di dalam penyusunannya. Dalam penyusunan skripsi ini akan dipergunakan jenis penelitian yuridis empiris. Penelitian secara yuridis yaitu acuan di dalam meneliti permasalahan berlandaskan pada peraturan perundang-undangan yang ada. Penelitian empiris artinya penelitian dengan pendekatan aspek hukum dari hasil penelitian lapangan, karena data-data yang dikumpulkan melalui wawancara. 16 Penulisan skripsi ini menggunakan penelitian secara langsung ke lapangan yaitu Pengadilan Negeri Denpasar, untuk mengetahui kekuatan hukum dari perjanjian nominee melalui putusan hakim dan menurut peraturan perundangundangan yang ada, terhadap perkara yang telah memiliki kekuatan hukum tetap dan mengikat. b. Sifat Penelitian Berdasarkan keterangan di atas, maka sifat penelitian yuridis empiris yang digunakan adalah penelitian yang sifatnya deskriptif, yaitu yang berupaya untuk menggambarkan secara lengkap mengenai hal-hal yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. Penelitian deskriptif pada penelitian secara umum, termasuk pula didalamnya penelitian ilmu hukum, bertujuan menggambarkan secara tepat sifatsifat suatu individu, keadaan, gejala atau kelompok tertentu, atau untuk menentukan penyebaran suatu gejala, atau untuk menentukan ada tidaknya Jakarta, h. 24. 16 Ronny Hanitijo Soemitro, 1983, Metode Penelitian Hukum, Cet.I, Ghalia Indonesia, 24

hubungan antara suatu gejala dengan gejala lain dalam masyarakat. 17 Penelitian deskriptif yaitu dengan menggambarkan bagaimana proses penyelesaian perkara perjanjian nominee, mengenai analisa, pertimbangan dan putusan hakim di Pengadilan Negeri Denpasar. c. Sumber Data Data yang diteliti dalam penelitian hukum empiris ada dua jenis yaitu data primer dan data sekunder. 18 1) Data primer Data primer yang dipergunakan dalam penulisan skripsi ini bersumber atau diperoleh dari penelitian di lapangan yang dilakukan dengan cara mengadakan penelitian di Pengadilan Negeri Denpasar. Adapun sumber data primer merupakan sumber data yang diperoleh dari narasumber yang paling utama, dalam hal ini adalah Hakim Pengadilan Negeri Denpasar yang menangani perkara dimaksud. 2) Data Sekunder Data sekunder merupakan data yang tidak secara langsung diperoleh di lapangan, akan tetapi mempunyai hubungan dengan masalah yang diteliti. Adapun sumber data sekunder adalah data kepustakaan yang dapat berupa buku-buku, makalah, maupun hasil penelitian sebelumnya yang sesuai dengan judul penelitian sehingga akan memperdalam pembahasan. Sesuai dengan penelitian diatas, data sekunder yang diperlukan berasal dari 17 Fakultas Hukum Universitas Udayana, 2009, Pedoman Pendidikan Fakultas Hukum Universitas Udayana, Denpasar, h.69. 18 M. Iqbal Hasan.2002. Pokok-pokok Materi Metode Penelitian dan Aplikasinya, cet.i, Ghalia Indonesia, Jakarta, h.43 25

penelitian kepustakaan dengan meneliti bahan-bahan hokum sebagai berikut : 1) Bahan hukum primer yaitu : a. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata; b. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria; c. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 tahun 1970 jo. Undang-Undang Nomor 4 tahun 2004 jo. Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman; d. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 tahun 1985 jo. Undang-Undang Nomor 5 tahun 2004 tentang Mahkamah Agung; e. Yurisprudensi Mahkamah Agung Republik Indonsesia Nomor 372K/SIP/1970 tanggal 1 September 1971 f. Yurisprudensi Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 98K/Pid/1984 tanggal 31 Januari 1985; g. Peraturan Pemerintah Nomor 10 tahun 1961 jo. Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah; h. Peraturan Pemerintah Nomor 40 tahun 1996 tentang Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan dan Hak Pakai Atas Tanah; i. Peraturan Dirjen Pajak Nomor PER-62/PJ.2009 tentang Pencegahan Penyalahgunaan Persetujuan Penghindaran pajak Berganda. 2) Bahan Hukum Sekunder yaitu Literatur-literatur dan makalah yang terkait dengan penulisan. 26

3) Bahan Hukum Tersier yaitu Black s Law Dictionary dan Kamus Besar Bahasa Indonesia d. Teknik Pengumpulan Data 1. Teknik studi dokumen Teknik studi dokumen merupakan teknik awal yang digunakan dalam melakukan penelitian ini dengan cara mengumpulkan data berdasarkan pada benda-benda berbentuk tulisan dilakukan dengan cara mencari, membaca, mempelajari, dan memahami data-data sekunder yang berhubungan dengan hukum sesuai dengan permasalahan yang dikaji yang berupa buku-buku, majalah. literatur, dokumen, peraturan yang ada relevansinya dengan masalah yang diteliti. 2. Teknik wawancara Metode wawancara adalah metode untuk mengumpulkan data dengan cara Tanya jawab dengan informan dan responden terkait. Pedoman daftar pertanyaan dibuat secara sistematis dan telah disiapkan oleh peneliti. e. Teknik Pengolahan dan Analisis Data Dalam penelitian ini, metode analisis data yang digunakan adalah analisis kualitatif. Artinya pengumpulan data menggunakan pedoman wawancara dan dokumentasi. Setelah dilakukan analisis secara kualitatif kemudian data akan disajikan secara kualitatif dan sistematis. Dalam penelitian dengan teknis analisis kualitatif ini keseluruhan data yang terkumpul baik data primer atau sekunder, akan diolah dan di analisis dengan cara menyusun data secara sistematis, digolongkan dalam pola dan tema, dikategorisasikan dan diklarifikasikan, dihubungkan antara satu data dan data 27

lainnya, dilakukan interpretasi untuk memahami makna data, proses analisis tersebut dilakukan secara terus menerus sejak pencarian data dilapangan dan berlanjut terus hingga pada tahap analisis. 28