BAB I PENDAHULUAN. seperti, kejahatan dunia maya (cybercrime), tindak pidana pencucian uang (money

dokumen-dokumen yang mirip
KKN: KEJAHATAN KEMANUSIAAN

BAB I PENDAHULUAN. bertransformasi dalam bentuk-bentuk yang semakin canggih dan

I. PENDAHULUAN. nyata. Seiring dengan itu pula bentuk-bentuk kejahatan juga senantiasa mengikuti perkembangan

Pidana Korupsi di Indonesia Oleh Frans Simangunsong, S.H., M.H. Dosen Fakultas Hukum Universitas Surakarta

MAKALAH PANCASILA KORUPSI, KOLUSI, DAN NEPOTISME KELOMPOK A

BAB I PENDAHULUAN. reformasi berjalan lebih dari satu dasawarsa cita- cita pemberantasan

NOMOR : M.HH-11.HM th.2011 NOMOR : PER-045/A/JA/12/2011 NOMOR : 1 Tahun 2011 NOMOR : KEPB-02/01-55/12/2011 NOMOR : 4 Tahun 2011 TENTANG

DHAHANA PUTRA DIREKTORAT JENDERAL PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN, KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA R.I

Eksistensi KPK Dalam Memberantas Tindak Pidana Korupsi Oleh Bintara Sura Priambada, S.Sos., M.H. Dosen Fakultas Hukum Universitas Surakarta

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. UNODC dan KPK memandang bahwa korupsi tidak dapat digolongkan

BAB V PENUTUP. Berdasarkan pembahasan pada bab-bab terdahulu, dapat ditarik. 1. Lembaga Negara independen adalah lembaga yang dalam pelaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. juga sudah diakui pula sebagai masalah internasional. Tindak pidana korupsi telah

BAB IV PENUTUP. Tinjauan hukum..., Benny Swastika, FH UI, 2011.

BAB I PENDAHULUAN. uang. Begitu eratnya kaitan antara praktik pencucian uang dengan hasil hasil kejahatan

I. PENDAHULUAN. kemajuan dalam kehidupan masyarakat, selain itu dapat mengakibatkan perubahan kondisi sosial

BAB I PENDAHULUAN. secara biasa, tetapi dituntut dengan cara yang luar biasa. juga pada kehidupan berbangsa dan bernegara pada umumnya.

BAB I PENDAHULUAN. sebagai extraordinary crime atau kejahatan luar biasa. penerapannya dilakukan secara kumulatif.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Cita-cita untuk melaksanakan amanat para pejuang kemerdekaan bangsa dan

RANCANGAN PENJELASAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PENGADILAN TINDAK PIDANA KORUPSI

Pendidikan Anti-Korupsi Untuk Perguruan Tinggi

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, sehingga harus diberantas 1. hidup masyarakat Indonesia sejak dulu hingga saat ini.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Salah satu masalah besar yang dihadapi masyarakat pada saat ini

BAB I PENDAHULUAN. waktu pembangunan dewasa ini. Korupsi di Indonesia sudah merupakan wabah

BAB IV. A. Proses Pembuktian Pada Kasus Cybercrime Berdasarkan Pasal 184 KUHAP Juncto

KEYNOTE ADDRESS INTERNATIONAL CONFERENCE PRINCIPLES FOR ANTI-CORUPTION AGENCIES (ACA)

BAB I PENDAHULUAN. melakukan penyidikan tindak pidana tertentu berdasarkan undang- undang sesuai

BAB I PENDAHULUAN. ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENGADILAN TINDAK PIDANA KORUPSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENGADILAN TINDAK PIDANA KORUPSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. yang bermakna busuk, rusak, menggoyahkan, memutarbalik, menyogok. Secara

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Pencegahan dan Upaya Pemberantasan Korupsi

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

BAB III METODE PENELITIAN sampai dengan Desember peneliti untuk melakukan pengumpulan data.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. menyatu dengan penyelenggarakan pemerintahan Negara 2. Tidak hanya di

JURNAL SKRIPSI PERAN INTELIJEN KEJAKSAAN NEGERI SLEMANDALAM PEMBERANTASANTINDAK PIDANA KORUPSI

RANCANGAN UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR. TAHUN. TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Masalah. Tindak pidana korupsi di Indonesia sudah meluas dalam masyarakat

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 43 TAHUN 2011 TENTANG

BAB II PENGATURAN HUKUM TENTANG PERLINDUNGAN TERHADAP KORBAN TINDAK PIDANA KORUPSI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2009 TENTANG PENGADILAN TINDAK PIDANA KORUPSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

538 KOMPILASI KETENTUAN PIDANA DI LUAR KUHP

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar BelakangPenelitian. Munculnya kasus penyimpangan dalam penyusunan laporan keuangan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

POLICY BRIEF ANALISIS DAN EVALUASI HUKUM DALAM RANGKA PARTISIPASI PUBLIK DALAM PROSES PENGAMBILAN KEBIJAKAN PUBLIK

Tindak Pidana Korupsi

KAITAN EFEK JERA PENINDAKAN BERAT TERHADAP KEJAHATAN KORUPSI DENGAN MINIMNYA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DAN PENYERAPAN ANGGARAN DAERAH

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG TINDAK PIDANA KORUPSI. A. Pengertian Tindak Pidana Korupsi dan Subjek Hukum Tindak Pidana

ETIK UMB. Korupsi Makin Membudaya di NKRI. Syahlan A. Sume, SE. MM. Modul ke: Fakultas FEB. Program Studi MANAJEMEN

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.155, 2009 (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5074)

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN TENTANG PENGADILAN TINDAK PIDANA KORUPSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI No (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 155)

hanya di Indonesia melainkan di bebagai Negara lainya. ini bukan hanya di lakukan oleh kalangan menengah melainkan oleh pejabat

II. TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Perkembangan peradaban dunia semakin sehari seakan-akan berlari menuju

JURNAL OPINIO JURIS Vol. 13 Mei Agustus 2013

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. istilah yang sering dipakai dalam bidang filsafat dan psikologi.(ensiklopedia

BAB I PENDAHULUAN. tua. Bahkan korupsi dianggap hampir sama kemunculanya dengan masalah

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB 9 PEMBENAHAN SISTEM DAN POLITIK HUKUM

PERAN SERTA MASYARAKAT

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2000 TENTANG TIM GABUNGAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI

BAB I PENDAHULUAN. sekarang belum dapat dilaksanakan secara optimal. Oleh karena itu

I. PENDAHULUAN. perhatian dunia sejak perang dunia kedua berakhir. Di Indonesia sendiri fenomena

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Fokus penelitian ini adalah mengenai gambaran praktik-praktik tindak pidana korupsi

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Dengan diratifikasinya konvensi Transnational Orgainized Crime oleh

Pendidikan Anti-Korupsi Untuk Perguruan Tinggi

BAB I PENDAHULUAN. dan telah menjadi kebutuhan secara global. Salah satu upaya yang dilakukan

RANCANGAN PENJELASAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

BAB I PENDAHULUAN. maupun nonlitigasi. Sejak dulu keberadaan advokat selalu ada semacam. penguasa, pejabat bahkan rakyat miskin sekalipun.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN TENTANG PENGADILAN TINDAK PIDANA KORUPSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

ETIK UMB. Pencegahan dan Upaya Pemberantasan Korupsi. Modul ke: 13Fakultas EKONOMI. Program Studi Manajemen

BAB III PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan uraian dan analisis pada bab-bab sebelumnya, maka

BAB I PENDAHULUAN. benar-benar telah menjadi budaya pada berbagai level masyarakat sehingga

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENDAHULUAN. kendatipun disebut sebagai karya agung yang tidak dapat terhindar dari

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kepada Bishop Mabadell Creighton menulis sebuah ungkapan yang. menghubungkan antara korupsi dengan kekuasaan, yakni: power tends

ETIK UMB TINDAKAN KORUPSI DAN PENYEBABNYA

BAB I PENDAHULUAN. dipandang sebagai extra ordinary crime karena merupakan tindak pidana yang

PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG


PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2000 TENTANG TIM GABUNGAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2000 TENTANG TIM GABUNGAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Etik UMB KORUPSI DAN PENYEBABNYA. Dr. Saepudin S.Ag. M.Si. M.Pd. Modul ke: Fakultas FEB. Program Studi Manajemen

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2 tersebut dilihat dengan adanya Peraturan Mahkamah agung terkait penentuan pidana penjara sebagai pengganti uang pengganti yang tidak dibayarkan terp

BAB I PENDAHULUAN. hidup masyarakat Indonesia sejak dahulu hingga sekarang. banyaknya persoalan-persoalan yang mempengaruhinya. Salah satu persoalan

BAB I PENDAHULUAN. istilah pencucian uang. Sutan Remi Sjahdeini menggaris bawahi, dewasa ini

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

MARAKNYA KORUPSI DI INDONESIA

ETIK UMB Pencegahan dan Upaya Pemberantasan Korupsi

PENEGAKAN HUKUM TERHADAP KEJAHATAN PEMALSUAN UANG KERTAS RUPIAH DAN PENGEDARANNYA DI KOTAMADYA MEDAN. (Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan) SKRIPSI

SISTEM PERUNDANG-UNDANGAN PEMBERANTASAN KORUPSI

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan kemajuan peradaban dunia semakin hari semakin berlari menuju modernisasi. Perkembangan yang selalu membawa perubahan dalam setiap sendi kehidupan tampak lebih nyata. Seiring dengan itu pula bentuk-bentuk kejahatan juga senantiasa mengikuti perkembangan jaman dan bertransformasi/berubah dalam bentuk-bentuk yang semakin baru dan canggih serta beraneka ragam. Seiring dengan perkembangan pesat itu maka banyak timbul kejahatan-kejahatan dari setiap kalangan/pihak. Kejahatan masa kini memang tidak lagi selalu menggunakan cara-cara lama yang telah terjadi selama bertahun-tahun seiring dengan perjalanan usia bumi ini. Dapat dilihat contohnya seperti, kejahatan dunia maya (cybercrime), tindak pidana pencucian uang (money laundering), tindak pidana korupsi dan tindak pidana lainnya. Salah satu tindak pidana yang menjadi musuh seluruh bangsa di dunia ini adalah tindak pidana korupsi. Sesungguhnya fenomena korupsi sudah ada di masyarakat sejak lama, tetapi baru menarik perhatian dunia sejak perang dunia kedua berakhir. Kemudian setelah perang dunia kedua, muncul era baru, gejolak korupsi ini meningkat di negara yang sedang berkembang, negara yang baru memperoleh kemerdekaan. Masalah korupsi ini sangat berbahaya karena dapat 1

2 menghancurkan jaringan sosial, yang secara tidak langsung memperlemah ketahanan nasional serta eksistensi suatu bangsa. Di Indonesia sendiri praktik korupsi sudah sedemikian parah dan akut. Telah banyak gambaran tentang praktik korupsi yang terekspos ke permukaan. Di negeri ini sendiri, korupsi sudah seperti sebuah penyakit kanker ganas yang menjalar ke sel-sel organ publik, menjangkit ke lembaga-lembaga tinggi negara seperti legislatif, eksekutif dan yudikatif hingga ke BUMN. Apalagi mengingat di akhir masa orde baru, korupsi hampir kita temui dimana-mana. Mulai dari pejabat kecil hingga pejabat tinggi. Tindak pidana korupsi telah menimbulkan kerusakan dalam berbagai sendi kehidupan masyarakat, bangsa dan negara sehingga perlu penanganan yang luar biasa. Selain itu, upaya pencegahan dan pemberantasan tindak pidana korupsi perlu dilakukan secara terus-menerus dan berkesinambungan serta perlu didukung oleh berbagai sumber daya, baik sumber daya manusia maupun sumber daya lainnya seperti peningkatan penegakan hukum guna menumbuhkan kesadaran dan sikap tindak masyarakat yang anti korupsi. Dengan adanya masalah korupsi yang dihadapi negara Indonesia, maka dibentuklah Undang-Undang yang mengatur tentang korupsi. Sudah banyak dilakukan perubahan terhadap Undang-Undang yang mengatur tentang korupsi. Namun Undang-Undang yang terakhir adalah Undang-Undang No.20 Tahun 2001 perubahan atas Undang-Undang No.31 Tahun 1999 Tentang Pemberantasan

3 Tindak Pidana Korupsi. Selain itu, ada juga Undang-Undang yang mengatur tentang korupsi ini yaitu, Undang-Undang No.30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, Undang-Undang No.3 Tahun 2010 tentang Pencabutan Perpu No.4 Tahun 2009, Undang-Undang No.28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara yang bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme, serta Undang-Undang No.7 Tahun 2006 tentang Pengesahan United Nations Convention Against Corruption 2003. Ada pula Peraturan Pemerintah yang mengatur ini yaitu, Peraturan Pemerintah No.19 & 71 Tahun 2000, Peraturan Pemerintah No.63 Tahun 2005, Peraturan Pemerintah No.29 Tahun 2006, serta Peraturan Pemerintah No. 36 Tahun 2009. Dan ada pula peraturan lain yang mengatur tentang ini yaitu Perpres No.6 Tahun 2012, dan Kepres No.12 Tahun 2011, serta Perpu No.4 Tahun 2009. Di atas itu ada undang-undang yang mengatur pengadilannya yaitu, Undang-Undang No. 46 Tahun 2009 tentang Pengadilan Tindak Pidana Korupsi. Maka di sinilah dibahas tentang peraturan pengadilan yang akan memberikan hukuman maupun sanksi kepada setiap pelaku. Pengadilan tindak pidana korupsi ini merupakan pengadilan khusus yang berada di lingkungan Peradilan Umum dan pengadilan satu-satunya yang memiliki kewenangan mengadili perkara tindak pidana korupsi yang penuntutannya dilakukan oleh penuntut umum. Pada dasarnya setiap Peraturan Perundang-undangan memuat sanksi dan hukuman dalam setiap isi peraturan tersebut. Maka dengan adanya sanksi maka si

4 pemberi sanksi pun harus memberikan sanksi sesuai porsi hukuman masingmasing pelaku. Dalam sidang pengadilan tindak pidana korupsi ini, tentunya ada hambatan-hambatan dalam pemberian sanksi sehingga adanya ketidak sesuaian antara sanksi yang telah ditentukan dengan yang dijatuhkan oleh hakim kepada pelaku. Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor diantaranya, adanya sogok atau suap yang sangat tinggi, faktor kekerabatan atau kekeluargaan, atau adanya hubungan pertemanan yang sangat dekat. Sehingga penegakan hukum melalui pemberian sanksi tidak benar-benar dilakukan dengan baik dan benar. Ada beberapa kasus yang belum tuntas penanganannya oleh kejaksaan maupun pengadilan seperti kasus penyimpanan dana bencana alam Mazo Rp.5M di Nias Selatan. Kasus korupsi ini tidak tuntas pemeriksaannya oleh Kejati hingga ke Pengadilan, dan masih banyak kasus-kasus korupsi yang lain. Maka dengan adanya permasalahan diatas peneliti mengambil judul Implementasi Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Dalam Pemberian Sanksi di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Medan B. Identifikasi Masalah Sesuai dengan latar belakang yang ada dalam suatu penelitian perlu ditentukan identifikasi masalah yang diteliti, agar peneliti menjadi terarah dan

5 jelas tujuannya sehingga tidak menimbulkan terjadinya kesimpang siuran dalam penelitian dan membahas masalah yang ada. Adapun identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah : 1. Masih kurang tercapainya Undang-Undang No.20 Tahun 2001 di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Medan 2. Kurangnya partisipasi Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Medan dalam mensosialisasikan pemberantasan tindak pidana korupsi di masyarakat 3. Kurangnya transparansi tentang sanksi pelaku tindak pidana korupsi di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Medan 4. Kendala yang dihadapi dalam menangani dan menyelesaikan kasus tindak pidana korupsi di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Medan C. Batasan Masalah Pembatasan masalah harus dilakukan dalam setiap penelitian agar terfokus pada masalah yang diteliti dan juga untuk menghindari kesimpang siuran dalam penelitian ini, serta mengingat keterbatasan kemampuan peneliti, maka perlu adanya pembatasan masalah. Masalah dalam penelitian ini terbatas pada : 1. Masih kurang tercapainya Undang-Undang No.20 Tahun 2001 di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Medan 2. Kurangnya transparansi pemberian sanksi terhadap pelaku tindak pidana korupsi di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Medan

6 D. Perumusan Masalah Sesuai dengan latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan pembatasan masalah, maka perumusan masalah yang akan diteliti adalah: 1. Bagaimana pencapaian Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Medan? 2. Bagaimana transparansi pemberian sanksi terhadap pelaku tindak pidana korupsi di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Medan? E. Tujuan Penelitian Untuk mengetahui maksud dari suatu penelitian, maka perlu adanya tujuan penelitian. Adapun tujuan penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui bagaimana pencapaian Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Medan. 2. Untuk mengetahui bagaimana transparansi pemberian sanksi terhadap pelaku tindak pidana korupsi di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Medan. F. Manfaat Penelitian Suatu penelitian hendaknya memberikan manfaat agar apa yang diteliti berguna. Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

7 1. Bagi penulis : untuk menambah wawasan penulis tentang implementasi Undang-Undang No.20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dalam pemberian Sanksi di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Medan. 2. Bagi mahasiswa dan peneliti : sebagai bahan referensi dan penambah wawasan tentang implementasi Undang-Undang No.20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dalam pemberian Sanksi di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Medan. 3. Bagi pemerintah : sebagai referensi untuk memberikan masukan akan pentingnya pengimplementasian Undang-Undang. 4. Bagi masyarakat luas : hasil penelitian ini memberikan masukan dan pentingnya mengetahui bahwa ada Undang-Undang yang mengatur setiap tindak pidana salah satunya tindak pidana korupsi.